BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya
digunakan untuk survei klinis secara tepat (rapid clinical surveys). Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu, digunakan untuk
mengetahui tingkat gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi
gelap.
Status gizi tidak terlepas dari pertumbuhan seorang anak/balita. Oleh karena
itu diperlukan pengukuran pertumbuhan anak secara teratur. Pada usia < 2 tahun
pengukuran dilakukan secara berbaring, berikut cara mengukur pertumbuhan
berdasarkan buku pedoman kader seri kesehatan anak kementrian kesehatan RI
2010:
1. Pengukuran Berat Badan (BB):
1. Menggunakan timbangan bayi.
2. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
10
3. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
4. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
5. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
6. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
7. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
8. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
9. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
2. Pengukuran Panjang Badan (PB):
1. Cara mengukur dengan posisi berbaring
2. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
3. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
4. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
5. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
6. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki. Petugas 2 membaca angka di tepi di
luar pengukur.
Pengukuran BB/TB bertujuan untuk menentukan status gizi anak: gizi baik,
gizi kurang, gizi buruk atau gizi lebih. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian
BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan dan kader terlatih.
2. Pertumbuhan membaik
Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan
adanya pengejaran (cath-up) terdapat pada jalur pertumbuhan normal yaitu jika
kurva pertumbuhan menunjuk ke arah jalur pertumbuhan normalnya atau
bergerak ke arah pita hijau.
3. Pertumbuhan bayi memburuk
Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan
adanya penyimpangan dari jalur pertumbuhan normal yaitu : jika kurva
pertumbuhan menunjuk keluar dari jalur pertumbuhan normalnya baik ke arah
atas (gizi lebih) atau ke arah bawah (BGM).
2.2 MP ASI
MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP ASI
dikenalkan pada bayi usia 6 bulan dimulai dari makanan bubur saring, bubur tim,
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat usia bayi (Kemenkes RI,
2010; Depkes, 2006). Hal ini berkaitan dengan perkembangan organ pencernaan,
gigi geligi dan suatu bentuk pembelajaran atau pengenalan pada anak terhadap
tekstur makanan padat. MP ASI dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara
khusus untuk bayi dan diberikan 2-3 kali sehari sebelum anak berusia 12 bulan,
dan ditingkatkan 3-5 kali sehari sebelum anak berusia 24 bulan (Kemenkes RI,
2010). Pemberian MP ASI pada usia 0-24 bulan yang tepat mempengaruhi
tumbuh kembang anak, baik fisik, rohani maupun intelektual dan sosial yang
berdampak kepada penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
karena merupakan periode perkembangan bayi yang optimal (Kemenkes RI, 2010
dan 2011; Depkes, 2006).
contoh : bubur susu, bubur sumsum, pisang saring yang dikerok, pepaya
saring, tomat saring, nasi tim saring, dll.
2. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri, dll.
3. Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang
rebus, biskuit, dll.
1. Usia 0 6 Bulan
Diberikan hanya air susu saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8
kali sehari pagi, siang maupun malam.
14
2. Usia 6 9 bulan
a. Teruskan pemberian ASI.
b. Mulai memberikan MP ASI, seperti bubur susu, pisang, pepaya lumat
halus, air jeruk, air tomat saring, dan sebagainya.
c. Secara bertahap sesuai pertambahan umur .
d. Setiap hari makan diberikan:
6 bulan : 2 x 6 sdm peres.
7 bulan : 2-3 x 7 sdm peres.
8 bulan : 3 x 8 sdm peres.
3. Usia 9 12 bulan
a. Teruskan pemberian ASI.
b. MP ASI diberikan lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim, nasi
lembek.
c. Tambahkan telur / ayam / ikan / tempe / tahu / bayam / santan / kacang
hijau.
d. Setiap hari pagi, siang dan malam diberikan:
9 bulan : 3 x 9 sdm peres.
10 bulan : 3 x 10 sdm peres.
11 bulan : 3 x 11 sdm peres.
e. Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan (buah,
biskuit, kue, bubur kacang hijau).
4. Usia 12 24 bulan
a. Teruskan pemberian ASI.
b. Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan
anak.
c. Porsi makan sebanyak 1/3 orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur
dan buah.
d. Makanan selingan kaya gizi sebanyak 2 kali sehari diantara waktu makan.
e. Makanan harus bervariasi.
15
Tabel 3. Energi rata-rata bayi(per orang per hari) dari tabel AKG
Kelompok umur 0-6 bulan 7-11 bulan 1-3 tahun
Tinggi badan (cm) 60 71 90
Berat badan (kg) 6.0 8.5 12.0
Energi(kkal) 550 650 1000
B. MP ASI pabrikan
1. Pilihlah MP ASI pabrikan yang mengajarkan kemampuan untuk
mengunyah sesuai perkembangan usia anak.
2. Baca tabel takaran nutrisi dengan baik sesuai dengan kebutuhan bayi anda.
18
Faktor sosiodemografi
2.3. Kerangka Teori
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan orang tua
d. Penghasilan orang tua
e. Pekerjaan orang tua Penyakit anak
MP ASI
Tekstur Pengolahannya
Pengolahannya
1.Buatan sendiri
1. Lumat 1.2. Buatan
Pabrikan
sendiri
2. Lunak 3.Campuran
2. Pabrikan
3. Padat
Status gizi
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian itu diketahui pengguna MP ASI pada usia 7-12 bulan yang
menggunakan komersial 13% dan non komersial 30%.
Besar sampel minimal yang diambil sesuai rumus:
n = (Z)2PQ
d2
n = besar sampel
Z = batas kepercayaan ditentukan (1,96)
P = prevalensi penggunaan jenis MP ASI buatan sendiri (30%)
Q = 1-P
d = derajat ketepatan (0,1)
B. Kriteria Eksklusi
1. Ibu beserta anak usia 12-24 bulan yang tidak diberikan MP ASI.
2. Ibu yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
3. Anak yang menderita penyakit kronik.
22
2. Jenis MP ASI
Definisi : Jenis makanan pendamping ASI 12-24 bulan,
berdasarkan bentuk pengolahannya. Jenis MP ASI terbagi
menjadi MP ASI buatan sendiri (rumahan), MP ASI
pabrikan dan MP ASI campuran.
Alat ukur : Kuesioner.
23
3. Usia balita
Definisi : Usia balita yang diberi MP ASI yang datang ke Posyandu
dan Puskesmas Talang Ratu.
Alat ukur : Kuesioner. Atau akte lahir, surat keterangan lahir, KMS
balita.
Cara ukur : Self assessment dihitung dalam bulan, dikonfirmasikan
dengan tanda bukti identitas.
Hasil ukur : usia 12-24 bulan.
a. Antopometri Survei
b. Klinis konsumsi
c. Biokimia makan
d. Biofisik Statistik
vital data entry
Faktor
ekologi
Analisis data
Pengukuran status
gizi
Hasil dan laporan
penelitian
3.11 Anggaran
Tabel 6. Anggaran
No. Keterangan Jumlah item Harga @ Jumlah
1. Kertas 5 rim Rp 35.000 Rp 175.000
2. Tinta 4 botol Rp 20.000 Rp 80.000
3. Pena/pensil 2 pack Rp 15.000 Rp 30.000
4. Perbanyak proposal Rp 150.000
5. Pelaksanaan penelitian:
Quisioner Rp 300.000
6. Pengolahan data Rp 50.000
7. Pembuatan skripsi Rp 150.000
8. Perbanyak skripsi Rp 150.000
Total Rp 1.085.000
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
tahun. Berdasarkan kelompok umur, usia terbanyak ayah pada penelitian ini
berkisar 20-45 tahun sekitar 77 orang (95,1%) dan usia ibu terbanyak berkisar 20-
45 tahun sebanyak 78 orang (96,3%). Terdapat 3 ibu yang berusia kurang dari 20
tahun, 2 diantarnya berusia 19 tahun dan 1 ibu berusia 16 tahun. Distribusi usia
orang tua dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Usia orang tua berdasarkan kelompok umur.
Jumlah (N) Persentase (%)
Usia Ayah Ibu Ayah Ibu
< 20 tahun 0 3 0 3,7
20-45 tahun 77 78 95,1 96,3
>45 tahun 4 0 4,9 0
Total 81 81 100 100
Berdasarkan pekerjaan oarang tua, paling banyak adalah anak yang salah satu
orang tua bekerja, sebanyak 50 anak (61,7%) dan tidak ada anak yang kedua
orang tuanya tidak bekerja. Sebaran karakteristik sosio-ekonomi dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 9. Distribusi sosio-ekonomi orang tua.
Frekuensi
Karakteristik Sosio-ekonomi orang tua N %
Pendidikan Ayah
Tingkat pendidikan Rendah 4 4,9
Tingkat pendidikan Menengah 60 74,1
Tingkat pendidikan Tinggi 17 21,0
Total 81 100%
Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan Rendah 7 8,6
Tingkat pendidikan Menengah 54 66,7
Tingkat pendidikan Tinggi 20 24,7
Total 81 100%
Penghasilan Keluarga
Rendah 15 18,5
Menengah 49 60,5
Tinggi 17 21,0
Total 81 100%
dengan tingkat pendidikan ibu bahwa sebagian besar memilih MP ASI campuran.
Diketahui 34 ibu (63%) dari 54 ibu berpendidikan menengah memilih MP ASI
campuran. Distribusi secara lengkap disajikan dalam tabel 14.
Tabel 14. Distribusi jenis MP ASI yang dikonsumsi dengan tingkat
pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu.
Jenis MP ASI
Tingkat Pendidikan Ibu Buatan Sendiri Pabrikan Campuran Total
4.1.8 Distribusi Usia dan Jenis MP ASI Pertama serta Frekuensi dan
Takaran Pemberian MP ASI Sekarang
Dalam penelitian ini, paling banyak ibu/wali memberikan MP ASI pada usia
6-8 bulan, sebanyak 43 ibu/wali (53,1%) dan tidak ada yang memberi anaknya
MP ASI pertama pada usia diatas 12 bulan. Sebagian besar anak mendapat bubur
susu/nasi tim saring sebagai makanan pertama mereka, baik yang pabrikan atau
buat sendiri yaitu sebanyak 70 anak (86,4%).
Pada saat penelitian ini dilakukan, frekuensi pemberian MP ASI paling
banyak dilakukan 3 kali sehari sekitar 68 anak (84,0%), sedangkan takaran
pemberian MP ASI diketahui paling banyak mendapat 4-6 sendok setiap makan,
sebanyak 43 anak (53,1%). Data tentang sebaran pemberian MP ASI berdasarkan
usia dan jenis MP ASI pertama serta frekuensi dan takaran pemberian MP ASI
sekarang dapat dilihat pada tabel 16 di halaman berikutnya.
35
Tabel 16. Distribusi usia dan jenis MP ASI pertama serta frekuensi dan
takaran pemberian MP ASI saat penelitian.
Distribusi Pemberian MP ASI Frekuensi
N %
Sayur-mayur terbanyak yang diberikan pada anak adalah sayur dalam sop
(wortel dan kentang). Wortel dan kentang diberikan pada 40 anak (49,4%).
Hanya 2 anak yang tidak mengonsumsi sayur-mayur dalam MP ASI mereka.
Sebaran data dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Sayur mayur yang menjadi bahan makanan dalam MP ASI.
Sayur-mayur Jumlah Persentase (%)
Bayam 2 2,5
Sayur sop (Wortel/kentang/kol) 40 49,4
Campuran (jagung, wortel, kentang, bayam dll) 37 45,7
Tidak diberi sayur dalam MP ASI 2 2,5
Total 81 100
37
Catatan: Persentase alasan dibagi pada setiap jenis MP ASI, (jumlah alasan
memilih MP ASI tertentu/jumlah total pemilih MP ASI tertentu) x
100%
38
Setelah dijabarkan lebih lanjut pada ibu-ibu yang memiliki alasan lebih
dari 1 dan dibagi berdasarkan pemilihan jenis MP ASI pabrikan, buatan sendiri,
dan campuran diketahui beberapa alasan terbanyak. Pada ibu-ibu yang memilih
MP ASI pabrikan sebanyak 10 ibu/wali memilih karena praktis terutama bila
sibuk. Sedangkan alasan memilih MP ASI buatan sendiri diketahui 12 ibu/wali
merasa lebih berkualitas dan higenis. Bagi yang memilih MP ASI campuran, 36
ibu/wali merasa lebih praktis dan mudah. Sebaran alasan pemberian MP ASI ini
dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20. Jumlah ibu/wali dan alasan pemberian MP ASI.
Jenis MP ASI
Alasan pemberian MP ASI Buatan Sendiri Pabrikan Campuran
N % N % N %
Kualitas terjamin/lebih sehat/higinis 12 48 0 0 16 14
Praktis/mudah/kalau sibuk 3 12 10 55,5 36 31,6
Anak suka/banyak rasa/ variasi rasa 2 8 7 39 20 17,5
Lengkap kandungan gizi 2 8 1 5,5 8 7
Murah/ hemat 5 20 0 0 15 13,2
Tidak cukup tanpa kombinasi/anak 0 0 0 0 15 13,2
masih suka lapar
Lain-lain 1 4 0 0 4 3,5
Total 25 18 114
4.2 Pembahasan
perbedaan jumlah sampel, usia anak, waktu pengambilan data, serta perbedaan
sampel yang berarti perbedaan tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan orang
tua yang mempengaruhi status gizi anak.
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang, rata-
rata responden berpenghasilan menengah (60,5%) dan sebagian besar responden
memilih MP ASI campuran, baik yang berpenghasilan tinggi (47,1%), menengah
(71,4%) dan rendah (53,3%). Untuk anak yang memiliki orang tua berpenghasilan
rendah diketahui 13,3% anak diberikan MP ASI buatan sendiri dan 33,5% anak
diberikan MP ASI pabrikan. Pada keluarga yang berpenghasilan rendah, anak
yang diberi MP ASI pabrikan lebih banyak dari MP ASI buatan sendiri, hal ini
berlawanan dengan penelitian Taufik dkk. (2008) yang menyatakan bahwa
penghasilan rendah dapat mempengaruhi pemilihan MP ASI, ibu yang
berpenghasilan rendah lebih cenderung memilih MP ASI buatan sendiri daripada
pabrikan, karena lebih hemat dan terjangkau. Hal ini mungkin dikarenakan
menurut ibu dalam penelitian ini, MP ASI pabrikan lebih praktis, mudah dibuat
apalagi jika sedang sibuk, selain itu wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu yang
berada di perkotaan mempermudah akses untuk mendapatkan MP ASI pabrikan
karena cukup dengan membeli di warung. Menurut Chessa K. Lutter dkk. (2011)
ada 2 hal yang mempengaruhi dalam pemberian MP ASI yaitu, memadainya akses
ekonomi dan kualitas/kuantitas MP ASI, serta cakupan dan kualitas konseling
atau dukungan lingkungan sekitar.
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagaian besar memilih MP ASI
campuran. Diketahui 55% ibu yang berpendidikan tinggi, 63% ibu berpendidikan
menengah dan 85,7% ibu yang berpendidikan rendah memberikan MP ASI
campuran. Ibu berpendidikan rendah tidak ada yang memberi MP ASI pabrikan
pada anaknya. Ada satu ibu berpendidikan rendah memilih MP ASI buatan sendiri
karena beranggapan bahwa MP ASI pabrikan mengandung bahan pengawet
sehingga tidak mau memberikan MP ASI pabrikan pada anak, padahal pada MP
ASI pabrikan tidak terkandung bahan pengawet. Menurut penelitian Sara B Fain
dkk. (2008), pendidikan ibu yang rendah lebih sering salah dalam pemberian
makanan pendamping. Dan menurut Ansori (2008) dalam skripsi Ghina C.P
43
(2012), pendidikan tinggi dari seorang ibu memudahkan dirinya untuk mencerna
dan memahami informasi, sedangkan pendidikan rendah menyulitkan orang untuk
memahami informasi yang disampaikan sehingga sering melakukan kesalahan
dalam pemenuhan gizi dan perawatan bayi. Berdasarkan pekerjaan sebagian besar
juga memilih MP ASI campuran, 54,8% anak dengan kedua orang tua bekerja dan
68% anak dengan satu orang tua bekerja memilih MP ASI campuran. Keluarga
yang kedua orang tunya bekerja atau hanya salah satu yang bekerja diketahui MP
ASI campuran dapat menjadi pilihan terbaik, karena jika sedang sibuk anak dapat
diberikan MP ASI pabrikan dan ketika dirumah dapat dibuat MP ASI sendiri.
Menurut Chessa K. Lutter dkk.(2011) data untuk menentukan penyebab pemilihan
makanan yang buruk memang belum ada, tetapi budaya dan paradigma
pengetahuan mempengaruhi praktek pemberian MP ASI. Menurut peneliti, tidak
ada hubungan karakteristik sosial-ekonomi dengan pemilihan MP ASI
berdasarkan pengolahanya untuk anak di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu,
karena berdasarkan karakteristik sosio-ekonominya, seluruh tingkatan sosio-
ekonomi dalam penelitian ini memilih MP ASI campuran.
Paradigma masyarakat di wilayah ini yang mengonsumsi MP ASI
campuran pada setiap jenjang sosio-ekonomi menunjukan adanya dinamika dalam
masyarakat yang menandakan sebuah perubahan pola pikir dalam pemilihan MP
ASI. Ibu yang berpenghasilan rendah tidak banyak yang memilih MP ASI buatan
sendiri murni, padahal MP ASI buatan sendiri dikenal lebih murah dibanding
dengan pabrikan. Kebanyakan ibu berpendapat bahwa pemberian MP ASI
pabrikan lebih praktis, baik ibu yang berpenghasilan tinggi, menengah ataupun
rendah. Banyak hal yang mempengaruhi paradigma masyarakat tentang pemilihan
MP ASI selain informasi dan akses untuk memperolehnya, pengaruh media/
gencarnya promosi produk tertentu di masyarakat sangat mempengaruhi
pemilihan MP ASI ini. Bukan tidak mungkin dikemudian hari banyak masyarakat
yang akhirnya memilih untuk memberi MP ASI pabrikan di awal pengenalan
makanan padat pada anak seperti yang telah terjadi di negara maju sehingga
jumlah ibu yang memberikan MP ASI buatan sendiri semakin sedikit.
44
kekurangan gizi pada anak. Untuk anak yang bergizi lebih pada penelitian ini,
diketahui sering diberikan cemilan dan banyak mengonsumsi susu disamping MP
ASI.
Pada tabel 12 dan 13 kita dapat membentuk sebuah analisis dimana pada 4
anak yang orang tuanya berpenghasilan menengah yang mengonsumsi MP ASI
pabrikan diketahui 1 anak (25%) bergizi lebih dan 3 anak (75%) begizi baik. Pada
8 anak yang orang tuanya berpenghasilan rendah yang mengonsumsi MP ASI
campuran diketahui 2 anak (25%) bergizi kurang dan 6 anak (75%) bergizi baik.
Pada 16 anak yang bergizi baik yang mengonsumsi MP ASI buatan sendiri
diketahui 2 anak (12,5%) orang tuanya berpenghasilan rendah, 4 anak (25%)
berpenghasilan tinggi, 10 anak (62,5%) berpenghasilan menengah. Anak yang
bergizi lebih diketahui mengonsumsi MP ASI pabrikan memiliki orang tua
berpenghasilan menengah dan untuk 13 anak yang bergizi baik yang
mengonsumsi MP ASI pabrikan diketahui 4 anak (23%) orang tuanya
berpenghasilan menengah, 5 anak (38,5%) berpenghasilan rendah dan 5 anak
(38,5%) berpenghasilan tinggi. Dua anak yang bergizi kurang yang mengonsumsi
MP ASI campuran semuanya berasal dari orang tua yang berpenghasilan rendah
dan untuk 49 anak yang bergizi baik yang mengonsumsi MP ASI campuran
diketahui 35 anak (71,4%) orang tuanya berpenghasilan menengah, 8 anak
(16,3%) berpenghasilan tinggi dan 6 anak (12,2%) berpenghasilan rendah.
Berdasarkan analisis berjenjang diatas, jenis MP ASI tidak mempengaruhi status
gizi anak. Pada anak yang berstatus gizi kurang, keduanya berasal dari tingkat
penghasilan rendah, namun 13 anak yang orang tuanya berpenghasilan rendah
lainnya berstatus gizi baik. Hal ini menunjukan tingkat penghasilan memiliki
pengaruh terhadap status gizi anak, namun korelasinya rendah.
Pada penelitian ini diketahui bahan makanan yang sering/banyak diberikan
pada usia kurang dari 12 bulan berdasarkan urutannya sebagai berikut, sayur-
mayur (81,5%), ikan air tawar (64,2%), telur (53,1%), daging ayam (49,4%), ikan
air laut (39,5%), dan daging sapi (9,9%). Sebagian besar bahan makanan yang
ditanyakan dalam penelitian ini sudah ada yang memberikan kepada anak sebelum
usia 12 bulan. Sama seperti penelitian Laurance dkk. (2007) yang menyatakan
46
pada usia 1 tahun, lebih dari setengah bayi sudah mengkonsumsi berbagai jenis
makanan seperti sereal, buah-buahan, sayuran, daging, dan produk susu, selain itu
makanan yang tinggi gula atau lemak tetapi rendah nutrisi juga sudah diberikan.
Pada penelitian di wilayah Puskesmas Talang Ratu ini, ada bahan makanan yang
di berikan dalam MP ASI yang lain seperti tahu, tempe, hati, udang, cumi dan
lain-lain sebagai sumber protein. Dalam penelitian Endang dkk. (2007) konsumsi
protein nabati pada anak dapat berasal dari sejumlah bahan makanan seperti
tempe, tahu, kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai. Sedangkan sumber
protein hewani dari telur, daging, ikan kering, dan lain-lain. Di wilayah kerja
Pukesmas Talang Ratu, sayuran menjadi pilihan terbanyak ibu sebagai bahan
makanan dalam MP ASI. Sekitar 97,7% anak mendapatkan sayuran sebagai
komposisi makananya, 81,5% mendapat sayur sejak berusia kurang dari 12 bulan
dan 16,2% baru diberi pada usia 12 bulan keatas. Sayuran yang sering diberikan
pada MP ASI dalam penelitian ini adalah wortel dan kentang. Pada penelitian
Laurance dkk. (2008), >90% bayi mengonsumsi buah dan sayur, yang dikenalkan
pada makanan bayi rata-rata pada usia 5 sampai 6 bulan dan 712 bulan.
Pada penelitian ini juga diketahui, 53,1% memberikan telur pada anak saat
usia kurang dari 12 bulan, 30,9% memberikan telur pada usia 12 bulan keatas,
sedangkan 16% tidak memberikan telur kepada anak mereka. Sebagian ibu tidak
memberikan telur kepada anaknya, karena ada beberapa anak yang alergi telur dan
ada juga yang anaknya tidak suka memakan telur. Persentase anak yang mendapat
telur sebagai bahan makanan pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
penelitian Laurance dkk. (2008) yaitu, 60% mengonsumsi telur, 25% kacang-
kacangan, 18 % mengonsumsi ikan, 6% mengonsumsi produk kedelai. Di wilayah
Puskesmas Talang Ratu, 39,5% ibu memberikan ikan laut saat anak berusia
kurang dari 12 bulan, 28,4% diberikan ketika berumur 12 bulan keatas, sedangkan
32,1% anak tidak diberi ikan laut. Anak-anak yang mendapat ikan air tawar pada
usia dibawah 12 bulan ada 64,2%, ada 30,9% diberi pada usia 12 bulan keatas
dan sisa 4,9% anak belum diberi ikan air tawar. Ikan air tawar lebih banyak dipilih
daripada ikan air laut dikarenakan di Palembang lebih banyak dijual ikan air tawar
dan harganya lebih terjangkau dibanding ikan air laut.
47
Untuk daging ayam, 49,4% anak sudah diberi daging ayam sebelum usia
12 bulan dan 30,9% anak diberi saat berusia 12 bulan keatas. Daging ayam
teksturnya lebih halus dibanding daging sapi dan harganya lebih murah sehingga
ibu-ibu lebih banyak memilih daging ayam dibanding daging sapi untuk
memenuhi kebutuhan gizi anak. Sekitar 67,9% anak saat dilakukan penelitian ini
belum diberi daging sapi. Pada usia kurang dari 12 bulan sistem pencernaan anak
belum sempurna untuk mencerna daging, seiring pertambahan usia maka
konsumsi daging akan semakin meningkat sehingga jumlah ibu yang memberi
daging sapi pada anaknya saat berusia 12 bulan keatas (22,2%) lebih banyak
daripada saat berusia 12 bulan kebawah (9,9%). Sama seperti penelitian Laurance
dkk. (2008), bahwa sebagian besar bayi tidak dikenalkan dengan daging sampai
mereka berusia 8 bulan, daging dikenalkan ketika pertengahan usia 8 bulan.
Target pada tabel 17 ini adalah mengetahui jenis bahan makanan yang
sering diberikan kepada anak sebagai bahan makanan dalam MP ASI saat berusia
kurang dari 12 bulan, persentase pemberiannya ketika lebih dari 12 bulan dan
untuk mengetahui bahan makanan yang jarang diberikan dalam MP ASI.
Pembahasan tentang hasil tabel 17 telah dijabarkan pada beberapa paragraf di
atas. Pola pemberian jenis bahan makanan dalam MP ASI ini menimbulkan pola
makan tertentu pada anak. Pengenalan makan yang terlambat, memungkinkan
terjadinya masalah sulit makan, anak tidak terbiasa mengunyah akhirnya sulit
menelan, gampang tersedak, dan makannya mengemut (Ayu, dkk. 2012). Pada
16% anak yang baru diberi sayur saat usia lebih dari 12 bulan atau 2,5% yang
belum diberi sayur dapat menyebabkan beberapa hal di atas. Kecenderungan ini
membuat anak nantinya sulit atau tidak mau mengonsumsi sayur dikemudian hari.
Pengenalan awal daging/bahan makanan dengan sumber protein memiliki
keuntungan, karena menyediakan sumber zat besi dan seng yang baik dalam
bentuk yang sangat bioability dan bubur dengan daging telah dapat ditoleransi
dengan baik oleh bayi sebagai makanan pelengkap pertama (Laurance. M dkk,
2008). Malnutrisi di beberapa negara berkembang umumnya disebabkan
kekurangan asupan makan dan kekurangan protein tubuh meliputi transferrin yang
menstransfor zat besi. Selanjutnya defisiensi zat besi akan merusak mikrokondria
48
dan menyebabkan stress oksidatif, sama halnya dengan kekurangan asupan makan
yang memainkan peran penting dalam kerusakan mitrokondria sekunder yang
berkontribusi pada prevalensi status gizi kurang anak (Endang, dkk.,2007).
Meskipun pola makan anak dapat berubah seiring waktu, pola makan sehat telah
dimulai pada awal kehidupan, membentuk pondasi yang mungkin dilanjutkan
untuk beberapa tahun berikutnya, begitu juga dengan pola makan yang tidak
sehat. Konseling yang dilakukan orang tua tentang pentingnya nutrisi yang baik
dapat menolong meningkatkan jumlah anak dengan kebiasaan makan yang sehat,
dan menurunkan resiko obesitas dan penyakit kronik lain yang berkaitan dengan
makan (Laurance. M dkk., 2008).
Pada tabel 19 menyatakan terdapat 54 ibu (66,7%) yang memiliki alasan
lebih dari 1 dalam memilih MP ASI untuk anaknya. Setelah dijabarkan dan
ditambah dengan alasan yang lain, pada tabel 20 diketahui beberapa alasan
terbanyak dalam pemilihan MP ASI. Dari kedua tabel tersebut diketahui lebih dari
42,8% ibu-ibu yang memilih MP ASI pabrikan beralasan lebih praktis dan mudah
apa lagi jika sedang sibuk. Hasil penelitian ini hampir sama persentasenya dengan
penelitian Renata (2009) dimana 30,4% ibu memberikan makanan tambahan
karena sibuk bekerja. Untuk MP ASI buatan sendiri paling banyak dipilih karena
buatan sendiri lebih berkualitas, sehat dan higenis (>37,5%). Sedangkan ibu-ibu
yang memilih MP ASI campuran, merasa lebih praktis dan mudah, dapat
memberikan variasi rasa dan anak menyukainya serta sebagai tambahan makan.
Menurut penelitian Endang D.L dkk. (2007), sekitar 65% anak mendapat sereal
(MP ASI pabrikan) selain buatan sendiri sebagai tambahan makan untuk
memenuhi kebutuhan anak. Sedangkan menurut Renata (2009), alasan ibu
memberi makanan tambahan adalah agar lebih sehat.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai status gizi anak usia 12-24 bulan
yang mengonsumsi MP ASI buatan sendiri, pabrikan dan campuran di wilayah
kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Status gizi anak usia 12-24 bulan berdasarkan tinggi badan terhadap berat
badan pada 81 anak diketahui sebagian besar anak berstatus gizi baik
(96,3%). Dari 16 anak yang mengkonsumsi MP ASI buatan sendiri,
seluruhnya berstatus gizi baik. Dari 14 anak yang mengkonsumsi MP ASI
pabrikan sebanyak 92,8% anak berstatus gizi baik. Sedangkan dari 51 anak
yang mengonsumsi MP ASI campuran sebanyak 96,1% anak berstatus gizi
baik.
2. Persentase anak yang mengkonsumsi MP ASI buatan sendiri sebesar
19,8%, MP ASI pabrikan 17,3% dan MP ASI campuran 63,0%.
3. Bahan makanan yang sering diberikan pada usia kurang dari 12 bulan
berdasarkan urutannya: sayur-mayur (81,5%), ikan air tawar (64,2%), telur
(53,1%), daging ayam (49,4%), ikan air laut (39,5%), dan daging sapi
(9,9%). Sayur mayur yang sering diberikan adalah wortel dan kentang, ada
juga jagung, bayam dll. Selain itu, ada bahan makanan lain seperti tahu,
tempe dan hati ayam yang juga sering menjadi bahan makanan dalam MP
ASI.
4. Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan karakteristik sosial-ekonomi
dengan pemilihan MP ASI untuk anak di wilayah kerja Puskesmas Talang
Ratu, karena berdasarkan karakteristik sosio-ekonomi, seluruh tingkatan
sosio-ekonomi dalam penelitian ini sebagian besar memilih MP ASI
campuran. Walaupun sosio-ekonomi berpengaruh terhadap pemilihan
kualitas dan kuantitas MP ASI, namun tidak menentukan pemilihan jenis
MP ASI tertentu.
50
5.2 Saran
1. Bagi orang tua agar dapat memberikan MP ASI yang tepat kepada
bayi/anak mereka agar gizi bayi/anak terpenuhi sehingga pertumbuhan dan
perkembangan bayi/anak optimal.
2. Bagi penelitian berikutnya, diharapkan dapat mengembangkan hasil-hasil
survei deskriptif dalam penelitian ini menjadi sebuah penelitian baru.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya dapat meningkatkan promosi kesehatan
terkait MP ASI, agar pemberian dan pemilihan MP ASI pada anak tepat.
51
Daftar Pustaka
Alberta. 2008. Feeding Baby Solid Food From 6 to 12 Months of Age. Diakses
11 Agustus 2012 di http://www.healthyalberta.com/Documents/Infant-
feeding-guideoct_20.pdf.
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta, Indonesia.
Ashar, Taufik, dkk.2008. Analisis Pola Asuh Makan dan Status Gizi Pada Bayi di
Kelurahan PB Selayang Medan. Jurnal Penelitian Rekayasa.Vol 1, No.2.
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Diakses tanggal 25 september 2012
di repositori.usu.ac.id/bitstream/123456789/1967811/kpr-des-2008-
1(7).pdf .
Chitra P, Ginda. 2012. Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping
ASI pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ariodillah
Kota Palembang. Skripsi Fakultas Kedokteran Unsri, Palembang.
Daneswari, Prita . 2012. Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih Rendah.
Media Indonesia (Koran online). Diakses 14 Januari 2013 di
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2012/0
8/04/5473/5/Pemberian-ASI-Eksklusif-di-Indonesia-Masih-Rendah
Departemen Kesehatan. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,
Laporan Nasional 2007, Jakarta, hal.34
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu Lokal Tahun 2006, Jakarta hal. 1,4,26,27
Dewi A, Bulan FK, dkk. 2012. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Graha Ilmu,
Yogyakarta, Indonesia.
Dewi, Endang, dkk. 2007. Relation of Complemetary Food and Anemia in Urban
Underprevileged Children in Surakarta. Pediatrica Indonesiana. Vol 47.
No 5
Dinas Kesehatan. 2010.Profil kesehatan kota palembang 2010, Palembang hal
Fein. Sara B, dkk. 2008. Selected Complementary Feeding Practices and Their
Association with Maternal Education. Pediatrics. 122(2): 591-597
52
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN
Alamat : ..
...
...
Selaku ibu / wali dari bayi yang ikut dalam penelitian "Status gizi bayi
usia 6-12 bulan yang mengkonsumsi MP ASI buatan sendiri, pabrikan, dan
campuran di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang" yang dilakukan di
posyandu wilayah kerja puskesmas Talang Ratu Kecamatan Ilir Timur I
Palembang, Sumatra Selatan menyatakan setuju untuk mengisi kuisioner
penelitian setelah mendengar penjelasan mengenai tujuan, prosedur, manfaat dan
risiko penelitian yang dilakukan oleh Putri Laksmi Karim.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa paksaan dan dalam
keadaan sadar sepenuhnya.
Lampiran 2
Lembar Identitas Subjek Penelitian
Identitas peribadi (anak yang ikut dalam penelitian) :
Nama anak :
Jenis kelamin : Perempuan/ Laki-laki
Tanggal lahir : Umur: ...........................................................
Anak ke : ..dari..bersaudara
TB sekarang : cm
BB sekarang : gram
Alamat :
Data orang tua
Ayah Ibu
Nama : ............................................ ......................................................
Umur : ............................................. .....................................................
Pendidikan: 1. SD 1. SD
2. SMP 2. SMP
3. SMA 3. SMA
4. Perguruan Tinggi 4. Perguruan Tinggi
5. Tidak Sekolah 5. Tidak Sekolah
Lampiran 3
KUESIONER MP ASI
4. Jenis makanan pendamping ASI yang diberikan pada anak ibu (pilih salah
satu)
a. Makanan pendamping yang dibuat sendiri
Apa isinya/ bahan komposisi makanan?
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.....................
.....
57
5. Pada usia sekarang, berapa kali biasanya bayi ibu diberi makan selama 24 jam? (lingkari
salah satu dibawah)
1 2 3 4 5 6 7 >8 kali/hari
7. Usia berapa ibu memberi jenis makanan berikut untuk pertama kali (jika belum diberikan
dikosongkan)
Jenis makanan Usia pertama kali diberikan (bulan)
Biscuit
Bubur susu kemasan
Bubur susu buatan sendiri
Pisang
Buah selain pisang
Nasi tim saring(sebutkan isinya)
Nasi tim(sebutkan isinya)
Telur
Ikan laut
Ikan air tawar
Daging sapi
Daging ayam
Sayur
Makanan bersantan
8. Mulai usia berapa ibu membubuhkan bumbu berikut pada masakan anak ibu (jika belum
diberikan kosongkan)
Jenis bumbu Mulai diberikan usia
Gula
Garam
Lada
Bawang
Cabai
Penyedap rasa
Mentega/minyak
9. Apakah diantara waktu makan anak ibu diberikan cemilan? YA/ TIDAK
Jika ya, sebutkan.
Berapa kali dalam sehari? ...
Sejak usia berapa diberi cemilan?....................................................................
10. Apakah anak anda sudah diberikan/dikenalkan dengan makanan yang sama dengan yang
dikonsumsi ibu (lauk pauk/nasi)? YA/ TIDAK
Jika ya sebutkan ..
59
Lampiran 4.
Data 81 subjek penelitian terdapat dalam beberapa tabel di bawah ini, disertai
keterangan di akhir/belakang:
40 Rf 2 21 84 11,5 3 3 FJ 36 Rni 36 4 4
41 Zhr 1 12 67 8 3 3 DH 41 Frw 31 3 3
42 MhR 2 12 74 10,5 3 3 IS 36 Ik 31 3 4
43 ARA 2 24 89 11,5 3 3 MF 30 IJ 25 4 3
44 Fry 2 18 81 12 3 3 Pyn 34 RP 30 3 3
45 AM 2 13 74,5 9 3 2 MH 34 DO 32 3 4
46 HAD 2 21 82 12,5 3 3 YH 32 Lsm 30 4 3
47 SA 1 17 77 9,5 3 3 Pta 29 Hni 29 1 1
48 MF 2 14 76 9 3 3 Sni 32 Sni 30 3 3
49 Rsy 2 14 74 9,5 3 2 DJ 25 DS 20 3 3
50 Rfy 2 20 74 9 3 3 Tbi 29 Wln 20 2 1
51 SW 2 13 73 7,5 2 3 Irw 28 Yla 21 3 3
52 RAP 2 16 77 8,1 2 3 Npi 30 Jmt 30 3 2
53 NZA 1 21 75 8,4 3 2 Fuz 29 Dsi 23 2 2
54 AW 1 12 75 10,4 3 3 Bn 51 Ctr 21 3 3
55 SR 1 24 78 10 3 1 Nsr 40 Nt 30 2 2
56 API 2 15 74 8,4 3 1 HS 34 Sr 30 4 4
57 DTA 1 22 84 11 3 3 EH 41 FO 36 3 3
58 NA 1 18 75 8,5 3 2 NC 30 Sst 19 3 2
59 Rnd 2 17 80 11 3 3 Rfk 34 Drm 28 2 2
60 AF 1 12 70 8,5 3 2 JS 37 Fdh 36 3 4
61 Amr 1 12 70 9 3 3 Umr 36 Lth 36 1 1
62 Alf 2 17 75 9,5 3 3 Bld 30 DS 28 3 3
63 RA 2 16 70 9 3 3 KF 24 LP 16 2 1
64 ZRR 1 15 75 8,8 3 3 MI 38 Isr 26 3 3
65 Agh 2 17 75 9,5 3 3 Yd 32 Ynt 28 2 3
66 Dv 1 12 65 6,9 3 3 Kml 30 Nra 29 3 2
67 Ksy 2 15 76 8,9 3 3 Nsr 31 Ln 23 3 3
68 YPH 1 16 78 10 3 1 Hrm 35 Yuj 33 3 4
69 Sba 1 19 75 9,5 3 3 Jks 56 Mra 41 1 1
70 Aul 1 12 71 7,1 3 2 Hrs 33 SA 31 3 3
71 AP 1 17 78 11,6 3 3 ST 30 SI 24 3 3
72 Id 1 21 77 10 3 3 TW 36 Rn 32 3 3
73 PCO 1 16 74 8,8 3 1 Spo 33 Aryi 29 3 3
74 Atk 1 15 69,5 9 3 1 MM 39 Fnr 35 4 4
75 CA 1 24 79 12 3 3 Ano 23 Psp 23 3 3
76 MA 1 17 82 11,6 3 2 Yhr 35 Ult 33 2 2
77 Asy 1 19 77,5 9,8 3 1 Mrh 30 Inh 30 4 4
78 AG 2 15 70 8 3 1 Drw 30 Ev 32 3 3
79 Nbl 1 19 83 11 3 3 Sto 38 Rma 38 3 4
80 MID 2 14 74 9 3 3 DZ 35 Rna 23 4 4
81 Nzp 1 12 70 9 3 3 Nrz 39 SL 38 3 3
61
Lanjutan......
No. T.Pend. T.Pend. P.O Ph.O Kel. Kel U. J. Alasan F.MP. T.MP.
A I U. A .U.I MP1 MP1 S S
1 2 2 1 3 2 2 3 1 1 3 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 7 2 1
3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2
4 2 3 2 2 2 2 2 1 7 3 1
5 2 2 2 1 2 2 1 3 7 3 2
6 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2
7 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 2
8 3 3 1 2 2 2 3 2 7 3 2
9 2 2 2 2 2 2 1 2 7 3 2
10 2 2 1 2 2 2 2 2 6 3 1
11 2 2 1 2 2 2 2 2 7 4 2
12 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2
13 2 2 2 2 2 2 3 2 7 3 3
14 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 2
15 3 3 1 3 2 2 2 2 7 3 1
16 2 2 1 1 2 2 3 2 7 3 2
17 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2
18 2 2 2 2 2 2 2 2 7 3 3
19 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 2
20 2 2 1 2 2 2 2 2 7 3 2
21 2 2 2 2 2 2 3 4 7 3 2
22 2 2 1 2 2 2 1 2 7 3 2
23 2 3 2 2 2 2 2 2 7 3 1
24 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 1
25 3 2 2 3 2 2 2 2 7 3 2
26 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2
27 2 2 2 2 2 2 3 2 7 3 2
28 2 2 2 2 2 2 3 2 7 3 1
29 2 2 1 2 2 2 3 2 7 3 2
30 2 2 2 2 2 2 3 2 4 3 2
31 2 2 2 2 2 2 2 2 7 2 1
32 1 1 2 1 2 1 3 5 7 3 2
33 3 3 1 3 2 2 3 2 2 3 1
34 3 3 2 2 2 2 2 2 7 2 2
35 2 2 1 2 2 2 2 2 7 3 2
36 3 3 1 4 2 2 3 1 7 3 2
37 3 3 2 3 2 2 3 2 7 3 4
38 2 2 2 2 2 2 3 2 7 3 2
39 3 2 1 2 2 2 2 2 7 3 2
40 3 3 1 3 2 2 2 2 7 3 2
41 2 2 2 2 2 2 1 2 7 3 1
42 2 3 2 2 2 2 3 2 7 3 2
62
43 3 2 2 2 2 2 3 2 7 3 2
44 2 2 2 2 2 2 3 2 7 3 1
45 2 3 1 3 2 2 2 2 7 3 2
46 3 2 1 2 2 2 3 2 7 2 1
47 1 1 2 2 2 2 2 2 7 3 1
48 2 2 1 2 2 2 2 2 7 3 2
49 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 1
50 2 1 2 1 2 2 2 2 7 3 2
51 2 2 2 1 2 2 2 2 7 2 2
52 2 2 2 1 2 2 3 2 7 3 1
53 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2
54 2 2 2 3 3 2 3 1 7 3 4
55 2 2 1 1 2 2 1 2 5 3 1
56 3 3 1 3 2 2 4 3 7 3 1
57 2 2 2 2 2 2 1 2 7 3 2
58 2 2 2 1 2 1 2 2 7 3 1
59 2 2 2 2 2 2 2 2 7 3 2
60 2 3 1 3 2 2 3 2 7 3 4
61 1 1 2 2 2 2 1 2 7 3 1
62 2 2 2 2 2 2 3 2 7 3 1
63 2 1 2 2 2 1 3 2 7 4 2
64 2 2 2 1 2 2 3 2 7 5 1
65 2 2 1 1 2 2 3 2 2 3 3
66 2 2 2 2 2 2 3 2 6 4 1
67 2 2 2 2 2 2 3 2 7 3 1
68 2 3 1 2 2 2 3 2 5 3 1
69 1 1 2 2 3 2 2 2 7 3 1
70 2 2 2 1 2 2 2 2 7 3 1
71 2 2 2 1 2 2 3 2 7 3 1
72 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2
73 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 1
74 3 3 1 3 2 2 3 2 1 3 1
75 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2
76 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1
77 3 3 1 2 2 2 3 2 1 3 2
78 2 2 1 2 2 2 3 2 1 3 1
79 2 3 1 2 2 2 3 1 7 3 2
80 3 3 1 3 2 2 1 1 2 3 2
81 2 2 2 3 2 2 2 1 7 3 3
63
Lanjutan.....
No. U.P. U.P. U.P. U.P. U.P. U.P. J.S M.L Cemilan
T IL IT DS DA S
1 9 9 9 9 9 9 2 tahu,tempe 2
2 8 8 8 - - 8 2 hati,tahu,tempe 1
3 12 12 12 18 12 12 2 2
4 - 8 8 - 8 8 2 2
5 - - 6 - 6 6 2 2
6 12 - 18 - 22 12 2 2
7 10 - 8 12 12 8 2 udang,cumi 2
8 6 6 6 - - 6 2 katu,tahu,tempe 2
9 12 - 6 - 8 6 4 tahu,tempe 2
10 - 8 8 - 10 8 2 tahu,tempe 2
11 8 - 8 10 8 - - hati,tempe,tahu 2
12 12 12 12 18 12 12 4 2
13 - 6 6 - 6 6 2 tempe, tahu 2
14 12 12 12 12 12 12 4 tahu,tempe 2
15 8 8 8 10 8 8 2 udang 2
16 12 - 12 - 10 10 4 tahu,tempe 2
17 12 12 12 14 14 - - 2
18 - 11 11 12 12 8 2 2
19 - - 12 - 12 12 2 2
20 7 - 7 7 7 7 4 2
21 12 12 12 - 12 10 4 tahu,tempe 2
22 12 - 12 - - 6 4 2
23 7 6 6 - 6 6 4 2
24 8 8 8 - - 8 2 tempe,tahu 2
25 8 8 10 12 12 8 2 tahu,tempe 2
26 12 - 10 - 8 8 4 2
27 10 10 10 - 12 8 2 2
28 12 12 12 - 12 8 4 2
29 12 - 7 - - 7 4 2
30 7 - 8 - 8 6 2 tahu,tempe 2
31 9 9 9 12 12 9 2 2
32 - 11 11 - - 8 4 tempe,tahu 2
33 12 12 12 - - 12 2 2
34 6 6 6 - 6 6 4 2
35 - 12 12 - 8 8 4 2
36 8 8 8 - 8 8 4 2
37 12 12 6 12 12 6 2 2
38 8 12 8 12 8 8 4 2
39 - 10 10 12 8 8 4 2
40 8 8 - 12 8 8 2 2
41 8 - 8 - 8 6 4 sawi 2
42 8 8 8 12 8 8 4 2
43 8 10 8 - 8 8 4 2
64
44 8 8 8 - 8 8 4 2
45 12 12 12 - 12 12 4 2
46 9 9 9 9 9 9 2 2
47 4 4 4 - - 4 2 tempe,tahu 2
48 12 12 12 - 12 9 2 hati ayam 2
49 12 12 12 - 12 12 2 2
50 7 7 7 - 9 7 4 tahu,tempe,buncis 2
51 9 - - - 7 7 4 tahu,tempe 2
52 16 - 16 - 10 10 2 1
53 12 - 12 - 12 12 2 2
54 9 - 9 - 9 9 4 tempe,tahu 2
55 - - 12 - 12 6 2 tempe,tahu 2
56 10 - 10 - 12 10 2 2
57 12 12 12 - 12 4 4 sosis, 2
58 12 12 12 - - 12 2 tempe 1
59 8 8 8 - 10 6 4 buncis,tempe,tehu 2
60 12 12 12 12 12 12 4 1
61 9 9 9 - - 6 1 2
62 6 6 6 - - 6 4 ceker 2
63 6 12 9 12 12 6 4 katu.hati, 2
64 6 12 9 12 12 8 4 1
65 6 8 6 6 6 6 4 hati ayam,tempe,tahu 2
66 6 12 9 11 10 8 1 katu,hatiayam 2
67 8 12 8 - 8 8 2 tahu,tempe 2
68 - 6 6 12 6 6 2 2
69 10 - 10 - 10 10 2 tahu,tempe 2
70 12 - 12 - 12 12 2 2
71 8 12 8 - 8 8 4 tempe 2
72 12 12 10 13 10 10 4 tempe,tahu 2
73 8 - 8 - 8 6 4 tempe,tahu,hati ayam 2
74 - - 12 - - 9 2 tahu,tempe,katu,hati ayam 2
75 9 - 10 - 9 9 2 2
76 12 12 12 - - 12 2 2
77 6 8 6 8 6 6 4 tahu,tempe,hati,katu 2
78 - - 12 - - 9 4 2
79 8 8 - - 8 8 2 tahu 2
80 8 8 8 - - 8 2 1
81 8 - - - - 8 2 tahu,tempe 2
65
Keterangan:
N.A=nama anak
N. Ay = nama ayah
U. Ay= umur ayah (tahun)
N.I= nama ibu
U.I= umur ibu (tahun)
(1= 0-4 bulan; 2= 4-6 bulan; 3= 6-8 bulan; 4=8-12 bulan; 5= >12 bulan)
Cemilan=pemberian cemilan
(1= tidak diberikan cemilan; 2= diberikan cemilan)
67
Jenis MP ASI
jenis.MP.ASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid MP ASI Buatan 16 19,8 19,8 19,8
sendiri
MP ASI Pabrikan 14 17,3 17,3 37,0
69
Distribusi Sosioekonomi
Pendidikan Ayah
Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent
Valid SD 4 4,9 4,9 4,9
SMP 12 14,8 14,8 19,8
SMA 48 59,3 59,3 79,0
Perguruan tinggi 17 21,0 21,0 100,0
Total 81 100,0 100,0
Pendidikan Ibu
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 7 8,6 8,6 8,6
SMP 16 19,8 19,8 28,4
SMA 39 48,1 48,1 76,5
Perguruan Tinggi 19 23,5 23,5 100,0
Total 81 100,0 100,0
Penghasilan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid penghasilan rendah 15 18,5 18,5 18,5
penghasilan menengah 49 60,5 60,5 79,0
penghasilan tinggi 16 19,8 19,8 98,8
penghasilan tinggi 1 1,2 1,2 100,0
70
Pendidikan Ayah
Cumulativ
Frequency Percent Valid Percent e Percent
Valid SD 4 4,9 4,9 4,9
SMP 12 14,8 14,8 19,8
SMA 48 59,3 59,3 79,0
Perguruan tinggi 17 21,0 21,0 100,0
Total 81 100,0 100,0
Lampiran 7. Surat Izin Pengambilan Data Dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Dan
Perlindungan Masyarakan Palembang
76
BIODATA