Anda di halaman 1dari 4

Nature of Jurisprudence

Sebelum membahas mengeni definisi Nature of Jurisprudence,


perlu digaris bawahi jika jurisprudence tidak sama dengan
yurisprudensi. Istilah yurisprudensi berasal dari kata jurisprudentia
(Bahasa latin) yang berarti pengetahuan hukum (Rechts geleerheid).
Sedangakan kata yurisprudensi sebagai istilah teknis Indonesia sama
artinya dengan kata Jurisprudentia (Bahasa Belanda) dan
Jurisprudence (Bahasa Perancis) yaitu peradilan tetap atau hukum
peradilan.
Roscoe Pound berpendapat bahwa Jurisprudence is a science of
law, the statement and systematic arrangement of rules followed by
the courts and the principles involved in these rules. Kata science
dalam webster dictionary berarti knowledge; knowledge of principles
and causes; ascertained truth of facts. Kata science ini erat kaitannya
dengan Natural Science atau ilmu alamiah. Dalam metode ilmiah,
para ilmuwan menyusunun suatu hipotesa. Hipotesa adalah suatu
praduga yang dibuat untuk menarik kesimpulan dan menguji suatu
secara empiris. Untuk membuktikan benar tidaknya suatu hipotesa
diperlukan data empiris. Pembuktian inilah merupakan batas
demarkrasi antara ilmiah dan non-ilmiah.Pada abad XIX, ilmu-ilmu
ilmiah semakin berkembang dan mempengaruhi bidang studi lainnya.
Begitu juga hukum yang mengikuti jejak ilmu-ilmu ilmiah untuk
menemukan kebenaran empiris.
Dalam bukunya berjudul A System logic, John Stuart Mill
menerapkan metode ilmiah kepada studi-studi sosial. Hal ini disebut
dengan naturalistic social science.Menurut Barber, ilmu sosial adalah
ilmu yang berkaitan dengan hubungan sosial antara manusia dan
bukan banya saja berinterkasi secara fisik namun juga atas dasar
makna yang disepakati bersama. Namun dua hal yang harus
diperhatikan dalam menerapkan metode ilmiah kepada studi-studi
studi-studi sosial, yaitu:
1. Gejala yang dihadapi oleh ilmuwan sosial tidaklah sama dengan
gejala yang dihadapi ilmuwan ilmiah. Objek telaah ilmu-ilmu ilmiah
berkaitan dengan materi sedangkan ilmu-ilmu sosial berkaitan
dengan manusia.
2. Ilmuwan sosial tidak dapat mengalami pengalaman orang lain.
Perspektif seseorang yang berbeda satu sama lain yang
menyebabkan seorang ilmuwan tidak dapat mengalami
pengalaman yang sama dengan ilmuwan lain.

Law and Society Association yang didirikan pada tahun 1960-an


telah menyulut studi-studi hukum dari perspektif ilmu sosial. Objek-
objek penelitian sering diarahkan pada topikdampak-dampak hukum
terhadap masyarakat tertentu, kepatuhan hukum masyarakat
tertentu,maupun efektivitas aturan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat, hukum, dan perubahan sosial. Penelitian ini
menyelidiki lubang antara yang ditetapkanoleh hukum dan apa yang
terjadi di alam empiris. Hal ini berarti mejadikan studi hukum menjadi
studi sosial. Tugas ilmu hukum adalah menyelesaikan masalah-
masalah sosial yang berkaitan dengan hukum dan bukan untuk
menelaah hukum itu sendiri secara lebih mendalam.
Karakteristik ilmu sosial yang tidak dapat mengalami pengalaman
orang lain membuat para peneliti melakukan penelitian berdasarkan
perspektif mereka sendiri.Dampak dari hal tersebut adalah
diperlukannya prosedur standar untuk melakukan studi hukum yang
dipolakan menurut pola ilmu sosial. Penelitian hukum menurut pola
ilmu sosial dimulai dengan menyusun hipotesa, penelitian hukum ini
tidak lebih hanya untuk memperoleh kebenaran empiris atau
keniscayaan sama halnya dengan ilmu alamiah itu sendiri.
Selain penerapan ilmu-ilmu ilmiah terhadap ilmu-ilmu sosial, Austin
mendeskripsikan hukum sebagai gejala yang dapat diamati dimana
hukum terdiri dari perintah-perintah dan sanksi-sanksi yang diberikan
oleh penguasa dan dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.Namun
ketika anak yang dibawah umur melakukan tindak kejahatan maka
anak tersebut tidak berhak dihukum. Oleh karena itu sanksi bukanlah
unsur utama dalam hukum melainkan merupakan unsur tambahan.
Unsur utama dalam hukum adalah penerimaan masyarakat terhadap
hukum itu sendiri sehinga membuat hukum mempunyai kekuatan yang
mengikat. Konsep hukum yang dikemukakan oleh Austin merujuk ke
hukum pidana dan mengabaikan hukum lainnya. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa konsep hukum yang dikemukakan Austin adalah
keliru.
Kembali lagi ke penerapan metode ilmu-ilmu ilmiah dan ilmu-ilmu
sosial. Kedua ilmu tersebut merupakan ilmu yang bersifat deskriptif.
Ilmu ilmiah maupun ilmu sosial berhubungan dengan gejala yang
dapat diamati secara empiris. Tujuan dari ilmu deskriptif sendiri adalah
keniscayaan/kepastian (truth).Sesuatu yang sifatnya seyognya atau
seharusnya (should or ought) dan gagasan yang bersifat perspektif
tidak masuk dalam bilangan ilmu sosial maupun alamiah. Oleh karena
itu penggunaan kata Science dalam istilah science of law tidaklah
tepat.
Selain itu penggunaan kata law dalam istilah science of lawkarena
kata law dalam bahasa inggris memiliki dua pengertian, yaitu:
1. Serangkaian pedoman untuk mencapai keadilan.
2. Seperangkat aturan tingkah laku untuk mengatur ketertiban
masyarakat.
Untuk menghindari ketepatan dalam bahasa inggris maka
digunakanlah istilah jurisprudence dan bukan the science of law untuk
suatu disiplin yang pokok bahasannya adalah hukum.
Berdasarkan ilmu filsafat hukum, jurisprudence yang dimaksud dari
bahasa latin yaitu pengetahuan hukum yang merupakan adalah
cabang ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana pemahaman
dasar mengenai hukum. Objek yang dibahas dalam nature of
jurisprudence adalah ilmu hukum. Istilah jurisprudence berasal dari
bahasa iuris, yang merupakan bentuk jamak dari ius, yang artinya
hukum yang dibuat oleh masyarakat dan kebiasaan dan bukan
perundang-undangan dan prudentia, yang artinya kebijaksanaan atau
pengetahuan. Jurisprudence, dengan demikian berarti kebijaksanaan
yang berkaitan dengan hukum atau pengetahuan hukum. Sudah
barang tentu hal ini tidak bersangkut paut dengan gejala yang dapat
diamati secara empiris.
Jan Gijssels and Mark van Hoecke menghindari menggunakan kata
legal science untuk menerjemahkan kata bahasa belanda
Rechtswetenschap, hal ini dikarenakan kata science diidentifikasi
sebagai studi empiris. Oleh karena itu Jan Gijssels and Mark van
Hoecke menerjemahkan kata bahasa Belanda Rechtswetenschap
menjadi jurisprudenceyang didefinisikan sebagai suatu pengetahuan
yang sistematis dan terorganisir mengenai gejala hukum, struktur
kekuasaan, normanorma, hak-hak dan kewajiban-kewajiban.
Berdasarkan ilmu filsafat hukum, jurisprudence yang dimaksud dari
bahasa latin yaitu pengetahuan hukum yang merupakan adalah
cabang ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana pemahaman
dasar mengenai hukum. Objek yang dibahas dalam nature of
jurisprudence adalah ilmu hukum.

Anda mungkin juga menyukai