I. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari:
Autoanamnesis dengan pasien alloanamnesis dengan keluarga pasien .
A. KELUHAN UTAMA
Pasien di bawa oleh orangtua nya ke RSJSH pada tanggal . karena mengamuk
melempar-lempar sejak 1 hari yang lalu.
B. KELUHAN TAMBAHAN
Keluarga pasien mengatakan pasien marah karena suka mencium bau yang
menggangu penciuman nya.
Pasien datang di antar oleh keluarga nya ke RSJ Soeharto Heerdjan karena pasien
mengamuk, marah-marah tanpa alasan yang jelas, hingga pasien berantem dengan
tetengga pasien dan melempar rumah orang dan rumah eyang nya dengan batu
hingga pecah.pasien selalu mengeluhkan mencium bau yang mengangu penghidu
nya, pasien sering mencium bau pesing dan bau mayat, bau yang di cium pasien
sering kali menjadi faktor pencetus kemarahan pasien, bisa melempar barang
hingga kaca di rumah pecah, berantem dengan teman karena menganggap teman
nya sebagai sumber dari bau yang tidak enak yang menggangu nya. Selama pasien
1
di rawat di bagian anak RSJSH pasien pernah beberapa kali berantem dengan
pasien anak yang ada disana tanpa ada sebab yang jelas. Pasien sangat sensetif
dan mudah sekali untuk marah, pasien sempat tidur di luar rumah karena merasa
di dalam rumah terdapat bau yang sangat menyengat yang sangat menggangu
nya.Pasien mengatakan berenti sekolah karena teman-teman satu sekolah yang
usil yang nelanjanin pasien, pasien juga mengeluh sering mendengar suara-suara
ejakan yang tertuju ke arah pasien.Pasien sebelum masuk rumah sakit sulit tidur
baru bisa tidur pukul 03.00 tiap pagi nya. Pasien biasa nya rutin mengkumsumsi
obat psikoaktif untuk mengatasi penyakit nya, namun berhubung keluarga
memindah rumah sakit untuk control ke rumah sakit umum dekat rumah sebelum
masuk RSJSH pasien sempat tidak mengkonsumsi obat.
Tingkat Keparahan
Gangguan
2
2017
Sama pada tahun2015
2015 keluhan awal nya lebih ke berbicara kacau, mudah marah dan tersinggung
berbicara kacau, merasaPada
ada yang
sesaatmembicarakan nya,
pasien di bawa ke dan mudah
RSJSH tidak
untuk senang
kedua kali dengan orang
nya pasien habis berantem dengan tetangga dan marah ke setiap orang yan
han pasien mengamuk hebat memecahkan perabot rumah, melempar orang dan rumah warga dengan batu
Waktu
3
Ayah pasien mengatakan pasien merupakan anak pertama dari pernikahan nya,
selama masa kandungan tidak ada hal serius yang dialami, pasien lahir cukup
bulan dengan berat lahir cukup
4. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan saat ini sekolah menengah pertama dan pesantren
yang tidak jauh dari rumahnya.
5. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara
Pedigree
4
: Pasien.
B. Riwayat Perkawinan
. ------
C. Fungsi Subsistem
a. Subsistem Suami-Istri
Ayah dan ibu pasien masih tinggal bersama sampai saat ini.
b. Subsistem Orangtua
Pasien sejak lahir sampai sebelum dimasukan ke RSJ Soeharto Heerdjan
tinggal bersama kedua orang tua dan satu orang adik perempuan nya.
c. Subsistem Sibling
Pasien berstatus sebagai anak pertama dari dua bersaudara.
d. Interaksi subsistem
Pasien dekat dengan semua anggota keluarga, pasien juga sebegitu dekat
dengan adik perempuan nya yang sering ia asuh.
2. Kesadaran
Compos mentis.
b. Selama Wawancara
Pasien duduk dengan tenang di samping pemeriksa, menatap wajah pemeriksa
saat diajak berbicara. Aktifitas psikomotor selama wawancara, pasien terlihat
gelisah terutama pasien selalu menanyakan ayah nya dan meminta pulang,
pergerakan tangan aktif.
c. Sesudah Wawancara
Pasien menjabat tangan pemeriksa saat diminta bersalaman untuk mengakhiri
percakapan. Pasien masih terlihat gelisah terutama meminta untuk pulang
hingga berkali-kali sesekali terlihat pasien menangis.
7
Pasien berbicara dengan spontan, volume cukup, intonasi jelas, artikulasi jelas,
lancar dengan irama teratur.
B. Gangguan Persepsi
Halusinasi : Olfaktori Auditorik visual
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
8
G. Insight
Tilikan derajat I.
Pasien diketahui memiliki riwayat kejang pada saat usia anak-anak, keluhan
kejang tersebut berulang kali diderita pasien, pasien rutin berobat dan control tiap
bulan pada saat itu. Riwayat kejang hilang pada usia 5 tahun. Keluhan pada
pasien pertama kali muncul pada tahun 2015, pada saat itu awal nya pasien
berbicara ngawur, merasa banyak yang mengejek, dan sangat mudah marah
bahkan hingga ngamuk. Pasien sudah 2 kali dengan yang kali ini di rawat di RSJ
Soeharto Heerdjan.
Pada saat ditemui di bangsal anak RSJSH pasien tampak gelisah dan sering
terdengar pasien meminta untuk di pulangkan, pada saat itu pasien menceritakan
bahwa ia sering mendengar ejek-ejekan dari orang di sekitar nya, dari teman-
9
teman nya, lalu pasien sering sekali mencium bau pesing ataupun bau mayat hal
ini yang selalu menjadi pencetus pasien hingga akhir nya pasien marah dan pada
akhir nya mengamuk hingga menggangu kondisi sekitar rumah nya.
Keluarga
X. DAFTAR MASALAH
Organobiologik :Tidak ada riwayat genetik dalam keluarga namun memiliki
riwayat kejang pada saat anak-anak
Psikologik : Pasien m
Sosial : Kehidupan sosial pasien baik, pasien bermain mudah berteman
dengan teman sebayanya.
XI. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Funcionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
10
- Tidak adanya kehadiran orang tua pasien selama pasien diantarkan ke rumah sakit
dan terkesan orang tua pasien tidak peduli dengan pasien.
- Paman dan ayah pasien sebagai ayah kandung yang dilaporkan sebagai salah satu
yang membuat pasien trauma karena pelecehan seksual yang diterimanya
membuat proses penyembuhan yang dibutuhkan dari dukungan keluarga menjadi
semakin sulit.
11
Ditemukan adanya riwayat kejang sejak kecil dan menghilang pada usia 5
tahun.
3. Halusinasi auditorik dan visual : pasien mengatakan bisa melihat cahaya dan
juga mendengar suara napas ditelinganya.
4. Gangguan ini merupakan gangguan bipolar organik (F06.31):
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Belum dapat didiagnosis sehingga butuh eksplorasi lebih lanjut
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Adanya riwayat kejang yang di awali demam hingga umur 5 tahun
Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Dari anamnesis, pasien memiliki masalah primary support group dimana
keluarga pasien tidak terlalu mengerti permasalahan jiwa pasien sehingga untuk
kontrol ke dokter tidak teratur.
Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current: 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang, fungsi sosial baik, namun
pasien tidak terlalu senang bergaul dan lebih sering tidur).
GAF saat masuk RS : 40-31
GAF HLPY: 60-51
12
dilakukan oleh paman pasien dirumah. Petugas panti gereja mengatakan bahwa
pasien pernah diperkosa oleh teman pasien, ayah serta paman pasien. Sebelum
diambil oleh orang panti gereja pasien mengatakan merasa kebingungan dan
mendengar bisikan-bisikan sehingga diambil oleh orang panti. Namun selama di
bangsal anak pasien mengaku tidak pernah mendengar bisikan kembali, hal ini
kemungkinan dikarenakan pasien sudah diberi obat antipsikotik. Petugas bangsal
anak mengatakan saat pertama datang pasien mengalami kesulitan tidur dan nafsu
makan pasien menurun. Saudara pasien mengatakan kemungkinan pasien kambuh
karena putus obat.
XIII. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap
Dengan indikasi:
Untuk mengurangi gaduh gelisah
Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
2. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg PO
Observasi efek samping obat
13
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
Ventilasi : pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.
Sugesti : menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya
akan hilang atau dapat dikendalikan.
Reassurance : memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat
penting untuk menghilangkan halusinasi dan mencegahnya datang
kembali.
Psikoedukasi pada keluarga pasien
Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan
kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pulih.
Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta
dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan
kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien.
5. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psiokososial berupa latihan
keterampilan sosial di RSJSH (daycare).
Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan baik kepada pasien
lain.
14
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan
kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak
dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari), Gerald C. Davison
2006).
Menurut Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa
pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan,
kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan
bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Chaplin (2002) mendefinisikan
depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada
orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan
semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan
pesimisme menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus patologis,
depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang,
disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa.
Sedangkan menurut Kartono (2002), depresi adalah kemuraman hati (kepedihan,
kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa
inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi
itu psikotis sifatnya, maka disebut melankholi.
A. Antidepresan
1. Definisi
Merupakan obat yang efektif pada pengobatan depresi, meringankan gejala
gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak lahir. Depresi
adalah gangguan heterogen yang mempunyai tanda dan klasifikasi. Depresi
digolongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan asal, yaitu:
2. Mekanisme Kerja
Menghambat ambilan neurotransmiter, obat antidepresan salah satunya adalah
trisiklik menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke
terminal saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama pengeluaran
neurotransmiter , antidepresan akan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam
celah sinaps, menimbulkan efek antidepresan.
15
3. Farmakokinetik dan Farmakodinamik
a. Farmakokinetik
Trisiklik
Diabsorbsi sempurna dan mengalami metabolism first-pass yang besar,
terikat pada protein dan kelarutan pada lipid tinggi, sehingga distribusi
volume menjadi sangat besar. Trisiklik dimetabolisme melalui dua cara
yaitu transformasi inti trisiklik dan perubahan pada rantai samping alifatik.
Heterosiklik
Obat heterosiklik memiliki bioavailabilitas yang beragam, ikatan protein
tinggi, volume distribusi bermacam-macam dan besar, dan banyak
metabolit aktif. Namun secara umum, farmakokinetik obat ini sama
dengan trisiklik.
Inhibitor Reuptake serotonin selektif (SSRIs)
Fluoksetin diabsorbsi dengan baik, konsentrasi puncak plasma diperoleh
dalam 4-8 jam. Meiliki waktu paruh 7-9 hari dalam keadaan biasa.
Fluoksetin menghambat berbagai enzim metabolik obat, sehingga terjadi
interaksi obat-obat dengan antidepresan dan dengan obat lain.
Penghambat MAO
Mudah diabsorbsi dari saluran cerna. Pengaruh MAO masih tetap ada
walaupun inhibitor MAO sudah tidak ditemui lagi pada plasma. Efek obat
berlangsung selama 7 sampai dengan 2 atau 3 minggu.
b. Farmakodinamik
Trisiklik menghambat pompa reuptake amin (norepinefrin atau serotonin),
yaitu off switches neurotransmisi amin. Sehingga neurotransmitter lebih
lama berada pada reseptor.
Penghambat MAO menutup jalan degradasi utama untuk neurotransmitter
amin, sehingga amin lebih banyak menumpuk pada simpanan presinaptik
dan bertambah pula untuk dilepaskan. Simpatomimetik serupa amfetamin
juga menghambat pompa amin.
4. Indikasi
Indikasi obat antidepresan ini adalah untuk pengobatan depresi, pengalaman
klinik, dan dapat digunakan untuk hal lain.
Depresi terutama untuk episode depresi mayor
Gangguan panik
Gangguan obsesif konvulsif
Enuresis adalah indikasi utama penggunaan trisiklik
Nyeri kronis
16
Indikasi lain adalah gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia nervosa,
katapleksi yang berkaitan dengan narkolepsi, fobi sekolah, dan attention defisit
disorder.
5. Kontraindikasi
Penggunaan pada ibu hamil akan berakibat pada bayi, prematur dan ukuran
kepala bayi lebih kecil.
Penggunaan pada ibu yang sedang menyusui
Penderita penyakit jantung, ginjal dan hati
Penggunaan antidepresan MAOI pada lansia
6. Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda-beda, seperti terlihat pada tabel
dibawah ini:
Trisiklik
Sedasi Mengantuk, efek aditif dengan obat sedatif lain
Simpatomimetik Tremor, insomnia
Antimuskarinik Penglihatan kabur, konstipasi, sukar kencing,
Kardiovaskular bingung
Psikiatri Hipotensi ortostatik, gangguan konduksi, aritmia
Neurologi Psikosis bertambah berat, sindrom putus obat
Metabolik-endokrin Kejang-kejang
Tambah berat, gangguan seksual
MOAI Sakit kepala, mengantuk, mulut kering, tambah berat, hipotensi
postural, gangguan seksual
Amoksapin Sama dengan trisiklik dengan tambahan beberapa efek yang
ada hubungan dengan antipsikotik
Maprotilin Sama dengan trisiklik, kejang tergantung dosis
Trazodon, venlafaksin Mengantuk, pusing, insomnia, sakit kepala, berat badan turun
Bupropion Pusing, mulut kering, berkeringat, gemetar, psikosis
bertambah, dosis tinggi mudah kejang
Fluoksetin dan Ansietas, insomnia, astenia, gemetar, berkeringat, gejala-gejala
inhibitor reuptake saluran cerna, ruam kulit
serotonin lain
7. Aplikasi di kedokteran gigi
Antidepresan trisiklik dosis rendah untuk mengurangi nyeri pada TMJ
B. Farmakoterapi untuk Gangguan Depresi Berat
Antidepresan yang digunakan membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk
memberikan efek terapi yang bermakna. Apabila setelah 3 minggu pasien belum
memperlihatkan perbaikan gejala atau perbaikan gejala kurang dari 20% maka
17
perlu diganti dengan golongan antidepresan lainnya. Namun setelah 3-6 minggu
pemberian, hanya didapatkan respon parsial, maka dosis obat harus terus
dinaikkan atau dengan pemberian augmentasi. Misalnya dengan litium, atau
dengan psikostimulan, yang terbukti dalam penelitian memperbaiki gejala 1-2
minggu pada 25%.
C. Antipsikotik
Antipsikotik terbagi menjadi 2, yaitu generasi I (Dopamine Receptor Antagonist)
dan generasi II (Serotonine Dopamine Antagonist). Obat-obat antipsikotik
terutama bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine dan serotonin di otak,
dengan target untuk menurunkan gejala-gejala psikotik seperti halusinasi, waham
dan lain-lain. Sistem dopamine yang terlibat yaitu system nigrostriatal, system
mesolimbokortikal, dan system tuberoinfundibular. Karena kerja yang spesifik ini
maka dapat diperkirakan efek samping yang mungkin timbul yaitu apabila sistem-
sistem itu mengalami hambatan yang berlebih. Bila hambatan berlebih terjadi di
nigrostriatal, maka akan terjadi gangguan terutama pada aktivitas motorik,
sedangkan sistem mesolimbokortikal memengaruhi fungsi kognitif, dan fungsi
endokrin terganggu bila sistem tuberoinfundibular terhambat berlebihan.
XIV. DISKUSI
Penentuan diagnosis pasien ini berdasarkan pada kriteria diagnosis yang tersusun
dalam DSM IV. Dari kriteria utama dan kriteria lainnya, serta terdapat gejala psikotik
yang tercantum dalam kriteria tersebut pasien ini memenuhi beberapa kriteria
diantaranya:
- Gejala afek depresif.
- Gejala kehilangan minat dan kegembiraan.
- Gejala menurunnya aktivitas
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
- Halusinasi auditori
Berdasarkan pada hal tersebut maka pasien ini didiagnosis Gangguan depresi
berat dengan gejala psikotik. Selama ini pasien mendapatkan terapi risperidon 2
mg 2x1, dan sertraline 1x1. Selama mengkonsumsi obat pasien tampak memiliki
kemajuan. Nafsu makan pasien mulai membaik, dan pasien tampak lebih
koperatif saat diajak berbicara. Pasien juga tampak lebih cepat menjawab
pertanyaan yang diajukan serta terlihat lebih dapat berkonsentrasi. Gejala bisikan-
bisikan yang didengar pasien juga tidak muncul kembali. Paien juga sesekali
memberikan senyuman kepada pemeriksa.
1) Terapi farmakologi pilihan untuk pasien dengan depresi berat dapat
menggunakan gologan trisiklik. Dengan golongan obat ini memiliki efektivitas
sebesar 60-70% dalam mengurangi gejala hiperaktivitas-impulsivitas dan
19
inatensi. Dapat juga digunakan obat obatan golongan antidepresan (SSRI dan
MAOI) dengan SSRI yang mempunyai efek samping lebih ringan. Untuk
penanganan pasien dengan pemberian risperidon untuk mengurangi gejala
psikotik pada pasien sebagai antipsikotik generasi II dengan efek samping
yang lebih ringan dari generasi I juga sudah tepat. Hal tersebut dapat
mengurangi kekambuhan dari halusinasi auditorik yang dirasakan pasien.
Terakhir pemberian sertraline sebagai antidepresi golongan Selective
Serotonine Reauptake Inhibitor (SSRI) juga sudah tepat pada pasien dimana
efek samping dari golongan jauh lebih ringan. Sertralin adalah golongan
Selective Serotonine Reuptake Inhibitor (SSRI). Obat ini selain bekerja
menghambat kembali ambilan serotonin, juga menghambat ambilan kembali
neurotransmitter noreepinefrin. Depresi sendiri terjadi karena rendahnya kadar
serotonin, sehingga diharapkan obat ini dapat mengkatkan kadar serotonin
tubuh.
Atas dasar ini pemberian terapi farmakologi yang diberikan cukup tepat untuk
mengurangi gejala depresi dan psikotik yang dialami pasien dan juga disertai
terapi psikososial dengan upaya bersama dari orang-orang sekitar pasien dibantu
oleh tenaga kesehatan seperti dokter spesialis anak dan psikiater. Pendekatan yang
dapat dilakukan diantaranya; Dapat menggunakan ECT sebagai terapi alternatif
jika pasien tidak berespon terhadap farmakoterapi, psikoterapi yang membantu
pasien mengembangkan strategi coping yang lebih baik dalam menghadapi
stressor kehidupan sehari-hari. Edukasi bagi orang tua dan keluarga agar terus
mendukung dan mendampingi pasien selama pengobatan sampai pasien pulih
kembali. Pasien dapat dibantu untuk diterapi psikis dengan bantuan psikolog atas
trauma kekerasan seksual yang dialami pasien di masa lampau.
20
DAFTAR PUSTAKA
1) Katzung, BG. 2008. Farmakologi dasar & Klinik / Bertram G ; alih bahasa, Staf Dosen
Farmakologi Fakultas Kedokteran UNSRI ; editor, H. Azwar Agoes. Ed.6.- Jakarta :
EGC.
2) Elvira, Sylvia D. dan Gitayanti Hadikusanto. 2015. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI
3) Sadock, Benjamin J. and Virginia A. Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta:
EGC
4) Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta:
PT Nuh Jaya
6) Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
7) Dirgayunita, Aries. 2016. Depresi: Ciri, Penyebab, dan Penanganannya. Jurnal An-nafs
Kajian Penelitian dan Psikologi. Vol 1 No 1;2016
21