Anda di halaman 1dari 21

Long Case

Zata Yuda Amaniko


FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1113103000047
Anak Laki-laki Rully Amin 16 tahun. Bersekolah sekolah di daerah sebuah panti
gereja, agama kristen, suku Cina. Pasien dibawa oleh orang panti gereja sekitar dua
minggu yang lalu dikarenakan kebingungan karena digalakki oleh ayah pasien.
Petugas bangsal anak menerima pasien dari IGD dengan keluhan marah-marah dan
sempat mengamuk di IGD.

I. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari:
Autoanamnesis dengan pasien alloanamnesis dengan keluarga pasien .
A. KELUHAN UTAMA
Pasien di bawa oleh orangtua nya ke RSJSH pada tanggal . karena mengamuk
melempar-lempar sejak 1 hari yang lalu.

B. KELUHAN TAMBAHAN
Keluarga pasien mengatakan pasien marah karena suka mencium bau yang
menggangu penciuman nya.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang di antar oleh keluarga nya ke RSJ Soeharto Heerdjan karena pasien
mengamuk, marah-marah tanpa alasan yang jelas, hingga pasien berantem dengan
tetengga pasien dan melempar rumah orang dan rumah eyang nya dengan batu
hingga pecah.pasien selalu mengeluhkan mencium bau yang mengangu penghidu
nya, pasien sering mencium bau pesing dan bau mayat, bau yang di cium pasien
sering kali menjadi faktor pencetus kemarahan pasien, bisa melempar barang
hingga kaca di rumah pecah, berantem dengan teman karena menganggap teman
nya sebagai sumber dari bau yang tidak enak yang menggangu nya. Selama pasien

1
di rawat di bagian anak RSJSH pasien pernah beberapa kali berantem dengan
pasien anak yang ada disana tanpa ada sebab yang jelas. Pasien sangat sensetif
dan mudah sekali untuk marah, pasien sempat tidur di luar rumah karena merasa
di dalam rumah terdapat bau yang sangat menyengat yang sangat menggangu
nya.Pasien mengatakan berenti sekolah karena teman-teman satu sekolah yang
usil yang nelanjanin pasien, pasien juga mengeluh sering mendengar suara-suara
ejakan yang tertuju ke arah pasien.Pasien sebelum masuk rumah sakit sulit tidur
baru bisa tidur pukul 03.00 tiap pagi nya. Pasien biasa nya rutin mengkumsumsi
obat psikoaktif untuk mengatasi penyakit nya, namun berhubung keluarga
memindah rumah sakit untuk control ke rumah sakit umum dekat rumah sebelum
masuk RSJSH pasien sempat tidak mengkonsumsi obat.

D. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA


a. Psikiatri dan Penyalahgunaan Zat
Pasien pernah mengalami hal yang sama pada tahun 2015, pada saat itu
pasien mengamuk hebat, dan merasa kaki dan tangan nya ada orang yang
memegangi sehingga pasien berontak hingga mengamuk. Pada awal nya
pasien terlihat berbicara kacau, mengeluhkan banyak suara yang mengejek
nya, dan merasa lebih mudah marah dan sangat sensitif, ayah pasien
mengatakan ketika serangan pasien terlihat lebih bertenaga di banding biasa
nya, pasien sempat di rawat inap selama 27 hari dan setelah itu mulai stabil.

Tingkat Keparahan
Gangguan

2
2017
Sama pada tahun2015
2015 keluhan awal nya lebih ke berbicara kacau, mudah marah dan tersinggung
berbicara kacau, merasaPada
ada yang
sesaatmembicarakan nya,
pasien di bawa ke dan mudah
RSJSH tidak
untuk senang
kedua kali dengan orang
nya pasien habis berantem dengan tetangga dan marah ke setiap orang yan
han pasien mengamuk hebat memecahkan perabot rumah, melempar orang dan rumah warga dengan batu

Waktu

Pasien rutin mengkonsumsi obat psikoaktif hingga akhir nya pasien


memindahkan rumah sakit untuk kontrol ke rumah sakit umum di dekat
rumah karena alasan jarak, karena putus obat pada saat itu pasien kembali
kambuh lagi. Ketika pasien sudah mengkonsumsi obat sesekali pasien terlihat
berbicara sendiri.

b. Kondisi Medis Umum


Pasien memiliki riwayat kejang pada usia 1-3 tahun, pasien sering sekali
mengalami kejang pada saat itu, pasien melakukan kontrol pengobatan setiap
bulan nya, kejang disertai dengan demam tinggi.keluhan ini disarakan hingga
usia 5 tahu dan setelah itu tidak pernah lagi mengalami kejang.Pasien tidak
pernah menderita penyakit medis lain seperti trauma kepala.

c. Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Gangguan kejiwaan pada keluarga pasien disangkal.

E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


F. Periode Prenatal dan Perinatal

3
Ayah pasien mengatakan pasien merupakan anak pertama dari pernikahan nya,
selama masa kandungan tidak ada hal serius yang dialami, pasien lahir cukup
bulan dengan berat lahir cukup

G. Periode Masa Bayi (0-1 tahun)


Pada usia 0-1 tahun pasien lahir menangis, dengan berat cukup, langsung inisiasi
menyusui dini dan diberikan asi ekslusif selama 6 bulan sebelum akhir nya
diberikan makanan pendamping ASI di bulan ke 6.

H. Periode Masa Batita (1 sampai 3 tahun)


Menurut ayah pasien pada usia 1-3 tahun pasien memiliki kelainan medis, pasien
sering mengalami kejang berulang sampai dengan usia 5 tahun, setelah itu pasien
tidak lagi mengalami kejang, kejang di awali dengan demam, dan pasien berobat
ke rumah sakit pada saat itu. Selain itu masalah tumbuh dan kembang pasien
cukup baik dan sesuai dengan umur nya, tidak ada kelainan kognitif.
I. Periode Pra Sekolah dan Masa Kanak Awal (3 sampai 6 tahun)
Pada usia 3 sampai 6 tahun pasien berkembang sesuai dengan anak se usia nya.

J. Periode Masa Kanak Akhir (7 sampai sekarang)


Pada periode ini sudah mulai terlihat apabila pasien lebih senang bermain dengan
anak yang umur nya dia bawah nya, mulai terlihat mudah marah dan riwayat
penyakit psikiatri pada tahun 2015.

4. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan saat ini sekolah menengah pertama dan pesantren
yang tidak jauh dari rumahnya.

5. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara

Pedigree

4
: Pasien.

6. Riwayat Kehidupan Sekarang


Pada saat ini pasien tinggal di rumah bersama dengan kedua orang tua nya
dan satu adik perempua nya. Pasien beraktifitas sekolah seperti se usia nya. Pasien
menempuh pendidikan sekolah menengah atas dan pesantren untuk ilmu agama
nya. Pasien sempat mengeluhkan kegiatan tersebut sehingga pasien ada beberapa
kali pindah pesantren yang membuat nya nyaman. Di usia pasien yang memasuki
usia 15 tahun pasien lebih senang bermain dengan anak usia di bawah nya, karena
menurut pasien bermain dengan anak yang usia nya di bawah pasien membuat
pasien nyaman, tidak ada rasa takut di ejek dan sebagainya.

7. Persepsi dan Harapan Orangtua


Orang tua pasien beranggapan bahwa faktor yang melandasi gangguan
pada pasien adalah karena tingkat kerumitan di jenjang pendidikan pasien yang
mengikuti sekolah menengah pertama dan pesantren, menurut ayah nya pasien
jadi tertekan,maka dari itu keluarga memindah pesantren pasien. Selain itu besar
harapan orang tua pasien, pasien dapat kembali beraktivitas normal da bisa
bermain sebagai mana anak di usia nya.

8. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Lingkungannya


Saat pemeriksa menanyakan tentang keadaannya dan apa yang
mengganggunya untuk pertama kali, pasien terlihat tidak menjawab saat diajak
berbicara. Setelah beberapa saat pasien mulai dapat diajak berbicara namun masih
respon lambat dalam menjawab, pasien mengatakan ia nyaman berada dirumah
sakit karena orang-orangnya baik namun pasien tidak betah karena pasien merasa
dikurung terus. Ia mengatakan rindu dengan rumah dan hanya rindu dengan ibu,
abang pertama, dan adiknya karena ayah dan abang nya yang kedua galak dan
5
suka memukulinya. Petugas bangsal anak mengatakan bahwa pasien tidak ingin
dipulangkan ke rumah dan hanya ingin pulang ke panti.

II. EVALUASI KELUARGA


A. Susunan Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini pasien tinggal di rumah
bersama dengan orang tua nya.

B. Riwayat Perkawinan
. ------
C. Fungsi Subsistem
a. Subsistem Suami-Istri
Ayah dan ibu pasien masih tinggal bersama sampai saat ini.

b. Subsistem Orangtua
Pasien sejak lahir sampai sebelum dimasukan ke RSJ Soeharto Heerdjan
tinggal bersama kedua orang tua dan satu orang adik perempuan nya.

c. Subsistem Sibling
Pasien berstatus sebagai anak pertama dari dua bersaudara.

d. Interaksi subsistem
Pasien dekat dengan semua anggota keluarga, pasien juga sebegitu dekat
dengan adik perempuan nya yang sering ia asuh.

D. Keadaaan Sosial Ekonomi Sekarang


Kondisi keuangan keluarga pasien dikatakan cukup dalam pembiayaan
kehidupan sehari-hari. Sumber penghasilan berasal dari ayahnya yang bekerja.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Deskripsi Umum
1. Penampilan
6
Pasien seorang laki-laki berusia 15 tahun, Penampilan sesuai dengan usia,
kulit sawo matang, rambut warna hitam lurus tampak rapih. Pasien berpakaian
rapi dan bersih. Badan terawat dengan baik dengan kuku kaki dan tangan
terpotong pendek.

2. Kesadaran
Compos mentis.

3. Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kooperatif, sopan, menjawab pertanyaan dengan baik, konsentrasi kurang.

4. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


a. Sebelum Wawancara
Pasien sedang berdiam diri sendiri memisahkan diri dari pasien-pasien anak
yang lain

b. Selama Wawancara
Pasien duduk dengan tenang di samping pemeriksa, menatap wajah pemeriksa
saat diajak berbicara. Aktifitas psikomotor selama wawancara, pasien terlihat
gelisah terutama pasien selalu menanyakan ayah nya dan meminta pulang,
pergerakan tangan aktif.

c. Sesudah Wawancara
Pasien menjabat tangan pemeriksa saat diminta bersalaman untuk mengakhiri
percakapan. Pasien masih terlihat gelisah terutama meminta untuk pulang
hingga berkali-kali sesekali terlihat pasien menangis.

5. Kemampuan berbicara dan berbahasa

7
Pasien berbicara dengan spontan, volume cukup, intonasi jelas, artikulasi jelas,
lancar dengan irama teratur.

A. Mood, Ekspresi Afektif dan Empati


1. Mood : hipertim
2. Afek : luas
3. Keserasian : Serasi.

B. Gangguan Persepsi
Halusinasi : Olfaktori Auditorik visual
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada

C. Interaksi orangtua anak


Interaksi antara pasien dengan orang tua nya berdasarkan pengakuan ayah nya
cukup baik dan dekat.

D. Perpisahan dan Penyatuan Kembali


Ketika wawancara akan dilakukan secara mandiri dengan pasien, pasien bersikap
baik. Pasien duduk di samping pemeriksa dan bersedia menjawab pertanyaan dari
pemeriksa. Terlihat pasien gelisah pada saat wawancara, dan mengeluhkan ingin
pulang berkali-kali.

E. Proses/ Isi Pikiran


Banyak ide

F. Fantasi dan three wishes


Ketika di tanyakan mengenai cita-cita, fantasi dan three wishes, pasien
mengatakan ingin pulang dan tidak menjawab pertanyaan pewawancara.

8
G. Insight
Tilikan derajat I.

H. Perkiraan Taraf Intelegensia


Kemampuan intelegensianya adalah kemungkinan sesuai taraf kecerdasan rata-
rata usianya. Tidak ditemukan keluhan taraf kecerdasan selama pasien
menjalankan pendidikan nya, walau menurut ayah pasien factor stressor nya dari
jenjang pendidikan pasien.

I. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut


a. Status internus : keadaan umum gizi cukup dengan penampilan berat badan
48 kg. Tinggi badan 157 cm. Fungsi saluran cerna, pernafasan, dan
kardiovaskular dalam batas normal. Tekanan darah tidak dilakukan
pemeriksaan, nadi 100 x/menit, suhu: 36 C0, dan respirasi 20 x/menit.
b. Status neurologikus : kesan dalam batas normal.

III. IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA


Telah dilakukan pemeriksaan An.A, laki-laki, 15 tahun, bersekolah sekolah
menengah pertama dan pesantren di dekat rumah nya. Pasien dibawa ke RSJ
Soeharto Reedjan karena pasien mengamuk tanpa alasan yang jelas dan mencium
bau yang sangat sensitif bagi pasien.

Pasien diketahui memiliki riwayat kejang pada saat usia anak-anak, keluhan
kejang tersebut berulang kali diderita pasien, pasien rutin berobat dan control tiap
bulan pada saat itu. Riwayat kejang hilang pada usia 5 tahun. Keluhan pada
pasien pertama kali muncul pada tahun 2015, pada saat itu awal nya pasien
berbicara ngawur, merasa banyak yang mengejek, dan sangat mudah marah
bahkan hingga ngamuk. Pasien sudah 2 kali dengan yang kali ini di rawat di RSJ
Soeharto Heerdjan.
Pada saat ditemui di bangsal anak RSJSH pasien tampak gelisah dan sering
terdengar pasien meminta untuk di pulangkan, pada saat itu pasien menceritakan
bahwa ia sering mendengar ejek-ejekan dari orang di sekitar nya, dari teman-
9
teman nya, lalu pasien sering sekali mencium bau pesing ataupun bau mayat hal
ini yang selalu menjadi pencetus pasien hingga akhir nya pasien marah dan pada
akhir nya mengamuk hingga menggangu kondisi sekitar rumah nya.
Keluarga

IV. EVALUASI MULTIAKSIAL


V. Aksis I : Skizoafektif tipe Manik
VI. Aksis II : Kesan fungsi intelektual dalam taraf kecerdasan rata-rata
VII. Aksis III : Riwayat Kejang
VIII. Aksis IV : Terdapat masalah di lingkugan keluarga dan sekolah
IX. Aksis V : GAF HLPY : 80-71 dan GAF Current : 50-41

X. DAFTAR MASALAH
Organobiologik :Tidak ada riwayat genetik dalam keluarga namun memiliki
riwayat kejang pada saat anak-anak
Psikologik : Pasien m
Sosial : Kehidupan sosial pasien baik, pasien bermain mudah berteman
dengan teman sebayanya.

XI. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Funcionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam

Hal yang meringankan:


- Support yang besar dari keluarga, terutama untuk kepatuhan dalam meminum
obat

Hal yang memberatkan:

10
- Tidak adanya kehadiran orang tua pasien selama pasien diantarkan ke rumah sakit
dan terkesan orang tua pasien tidak peduli dengan pasien.
- Paman dan ayah pasien sebagai ayah kandung yang dilaporkan sebagai salah satu
yang membuat pasien trauma karena pelecehan seksual yang diterimanya
membuat proses penyembuhan yang dibutuhkan dari dukungan keluarga menjadi
semakin sulit.

XII. FORMULASI PSIKODINAMIK


Seorang Anak laki-laki berusia 15 tahun. Seorang Anak laki-laki berusia 15
tahun dibawa ke RSJ Soeharto Heerdjan oleh orang tua nya. Berdasarkan keterangan
orangtua pasien, pasien di bawa pada tanggal 17 februari karena mengamuk tanpa
alasan yang jelas dan mencium bau yang menggangu penciuman nya.
Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:
Gangguan/hendaya dan disabilitas: pada saat awal masuk didapati hendaya
dalam fungsi sosial dan hendaya fungsi sehari-hari.
Distress/penderitaan: pada saat awal masuk pasien tidak sadarkan diri,
suka menyendiri, dan sering mencoba bunuh diri
2. Gangguan merupakan gangguan organik karena :

11
Ditemukan adanya riwayat kejang sejak kecil dan menghilang pada usia 5
tahun.
3. Halusinasi auditorik dan visual : pasien mengatakan bisa melihat cahaya dan
juga mendengar suara napas ditelinganya.
4. Gangguan ini merupakan gangguan bipolar organik (F06.31):
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Belum dapat didiagnosis sehingga butuh eksplorasi lebih lanjut
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Adanya riwayat kejang yang di awali demam hingga umur 5 tahun
Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Dari anamnesis, pasien memiliki masalah primary support group dimana
keluarga pasien tidak terlalu mengerti permasalahan jiwa pasien sehingga untuk
kontrol ke dokter tidak teratur.
Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current: 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang, fungsi sosial baik, namun
pasien tidak terlalu senang bergaul dan lebih sering tidur).
GAF saat masuk RS : 40-31
GAF HLPY: 60-51

Saat pertama dibawa ke IGD, pasien datang dengan marah-marah dan


mengamuk. Pasien telah tinggal di panti gereja selama lima bulan, sebelumnya
pasien tinggal dengan orangtua kandung, kedua kakak serta seorang adiknya. Pasien
juga tidak merasa sakit saat ini. Pasien pernah dibawa ke dokter di Rumah
Sakit Marzuki Mahdi Bogor dan dirawat disana selama sebulan pasien berumur 12
tahun namun pasien tidak ingat apa yang membuatnya dibawa kerumah sakit.
Menurut keterangan saudara pasien yang didapat dari petugas di bangsal anak pasien
dibawa ke Marzuki Mahdi karena bengong dan menyendiri di kamar. Saat pasien
berusia 12 tahun tepatnya saat pasien kelas 1 SMP, pasien mengatakan pernah diajak
kakak kelas pasien ke kebon dan disuruh untuk buka baju. Pasien mengatakan bahwa
bagian tubuhnya dipegang. Hal tersebut terjadi saat pasien belum haid, pasien haid
pada usia antara 12-13 tahun. Hal yang dilakukan kakak kelas pasien tersebut juga

12
dilakukan oleh paman pasien dirumah. Petugas panti gereja mengatakan bahwa
pasien pernah diperkosa oleh teman pasien, ayah serta paman pasien. Sebelum
diambil oleh orang panti gereja pasien mengatakan merasa kebingungan dan
mendengar bisikan-bisikan sehingga diambil oleh orang panti. Namun selama di
bangsal anak pasien mengaku tidak pernah mendengar bisikan kembali, hal ini
kemungkinan dikarenakan pasien sudah diberi obat antipsikotik. Petugas bangsal
anak mengatakan saat pertama datang pasien mengalami kesulitan tidur dan nafsu
makan pasien menurun. Saudara pasien mengatakan kemungkinan pasien kambuh
karena putus obat.

XIII. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap
Dengan indikasi:
Untuk mengurangi gaduh gelisah
Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
2. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg PO
Observasi efek samping obat

3. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga


Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang diberikan,
pilihan obat, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit.

13
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
Ventilasi : pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.
Sugesti : menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya
akan hilang atau dapat dikendalikan.
Reassurance : memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat
penting untuk menghilangkan halusinasi dan mencegahnya datang
kembali.
Psikoedukasi pada keluarga pasien
Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan
kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pulih.
Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta
dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan
kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien.
5. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psiokososial berupa latihan
keterampilan sosial di RSJSH (daycare).
Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan baik kepada pasien
lain.

14
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan
kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak
dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari), Gerald C. Davison
2006).
Menurut Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa
pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan,
kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan
bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Chaplin (2002) mendefinisikan
depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada
orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan
semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan
pesimisme menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus patologis,
depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang,
disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa.
Sedangkan menurut Kartono (2002), depresi adalah kemuraman hati (kepedihan,
kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa
inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi
itu psikotis sifatnya, maka disebut melankholi.

1. Pendekatan farmakologi dengan gangguan depresi

A. Antidepresan
1. Definisi
Merupakan obat yang efektif pada pengobatan depresi, meringankan gejala
gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak lahir. Depresi
adalah gangguan heterogen yang mempunyai tanda dan klasifikasi. Depresi
digolongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan asal, yaitu:
2. Mekanisme Kerja
Menghambat ambilan neurotransmiter, obat antidepresan salah satunya adalah
trisiklik menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke
terminal saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama pengeluaran
neurotransmiter , antidepresan akan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam
celah sinaps, menimbulkan efek antidepresan.

15
3. Farmakokinetik dan Farmakodinamik
a. Farmakokinetik
Trisiklik
Diabsorbsi sempurna dan mengalami metabolism first-pass yang besar,
terikat pada protein dan kelarutan pada lipid tinggi, sehingga distribusi
volume menjadi sangat besar. Trisiklik dimetabolisme melalui dua cara
yaitu transformasi inti trisiklik dan perubahan pada rantai samping alifatik.
Heterosiklik
Obat heterosiklik memiliki bioavailabilitas yang beragam, ikatan protein
tinggi, volume distribusi bermacam-macam dan besar, dan banyak
metabolit aktif. Namun secara umum, farmakokinetik obat ini sama
dengan trisiklik.
Inhibitor Reuptake serotonin selektif (SSRIs)
Fluoksetin diabsorbsi dengan baik, konsentrasi puncak plasma diperoleh
dalam 4-8 jam. Meiliki waktu paruh 7-9 hari dalam keadaan biasa.
Fluoksetin menghambat berbagai enzim metabolik obat, sehingga terjadi
interaksi obat-obat dengan antidepresan dan dengan obat lain.
Penghambat MAO
Mudah diabsorbsi dari saluran cerna. Pengaruh MAO masih tetap ada
walaupun inhibitor MAO sudah tidak ditemui lagi pada plasma. Efek obat
berlangsung selama 7 sampai dengan 2 atau 3 minggu.
b. Farmakodinamik
Trisiklik menghambat pompa reuptake amin (norepinefrin atau serotonin),
yaitu off switches neurotransmisi amin. Sehingga neurotransmitter lebih
lama berada pada reseptor.
Penghambat MAO menutup jalan degradasi utama untuk neurotransmitter
amin, sehingga amin lebih banyak menumpuk pada simpanan presinaptik
dan bertambah pula untuk dilepaskan. Simpatomimetik serupa amfetamin
juga menghambat pompa amin.
4. Indikasi
Indikasi obat antidepresan ini adalah untuk pengobatan depresi, pengalaman
klinik, dan dapat digunakan untuk hal lain.
Depresi terutama untuk episode depresi mayor
Gangguan panik
Gangguan obsesif konvulsif
Enuresis adalah indikasi utama penggunaan trisiklik
Nyeri kronis
16
Indikasi lain adalah gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia nervosa,
katapleksi yang berkaitan dengan narkolepsi, fobi sekolah, dan attention defisit
disorder.
5. Kontraindikasi
Penggunaan pada ibu hamil akan berakibat pada bayi, prematur dan ukuran
kepala bayi lebih kecil.
Penggunaan pada ibu yang sedang menyusui
Penderita penyakit jantung, ginjal dan hati
Penggunaan antidepresan MAOI pada lansia
6. Efek Samping
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda-beda, seperti terlihat pada tabel
dibawah ini:
Trisiklik
Sedasi Mengantuk, efek aditif dengan obat sedatif lain
Simpatomimetik Tremor, insomnia
Antimuskarinik Penglihatan kabur, konstipasi, sukar kencing,
Kardiovaskular bingung
Psikiatri Hipotensi ortostatik, gangguan konduksi, aritmia
Neurologi Psikosis bertambah berat, sindrom putus obat
Metabolik-endokrin Kejang-kejang
Tambah berat, gangguan seksual
MOAI Sakit kepala, mengantuk, mulut kering, tambah berat, hipotensi
postural, gangguan seksual
Amoksapin Sama dengan trisiklik dengan tambahan beberapa efek yang
ada hubungan dengan antipsikotik
Maprotilin Sama dengan trisiklik, kejang tergantung dosis
Trazodon, venlafaksin Mengantuk, pusing, insomnia, sakit kepala, berat badan turun
Bupropion Pusing, mulut kering, berkeringat, gemetar, psikosis
bertambah, dosis tinggi mudah kejang
Fluoksetin dan Ansietas, insomnia, astenia, gemetar, berkeringat, gejala-gejala
inhibitor reuptake saluran cerna, ruam kulit
serotonin lain
7. Aplikasi di kedokteran gigi
Antidepresan trisiklik dosis rendah untuk mengurangi nyeri pada TMJ
B. Farmakoterapi untuk Gangguan Depresi Berat
Antidepresan yang digunakan membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk
memberikan efek terapi yang bermakna. Apabila setelah 3 minggu pasien belum
memperlihatkan perbaikan gejala atau perbaikan gejala kurang dari 20% maka

17
perlu diganti dengan golongan antidepresan lainnya. Namun setelah 3-6 minggu
pemberian, hanya didapatkan respon parsial, maka dosis obat harus terus
dinaikkan atau dengan pemberian augmentasi. Misalnya dengan litium, atau
dengan psikostimulan, yang terbukti dalam penelitian memperbaiki gejala 1-2
minggu pada 25%.

C. Antipsikotik
Antipsikotik terbagi menjadi 2, yaitu generasi I (Dopamine Receptor Antagonist)
dan generasi II (Serotonine Dopamine Antagonist). Obat-obat antipsikotik
terutama bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine dan serotonin di otak,
dengan target untuk menurunkan gejala-gejala psikotik seperti halusinasi, waham
dan lain-lain. Sistem dopamine yang terlibat yaitu system nigrostriatal, system
mesolimbokortikal, dan system tuberoinfundibular. Karena kerja yang spesifik ini
maka dapat diperkirakan efek samping yang mungkin timbul yaitu apabila sistem-
sistem itu mengalami hambatan yang berlebih. Bila hambatan berlebih terjadi di
nigrostriatal, maka akan terjadi gangguan terutama pada aktivitas motorik,
sedangkan sistem mesolimbokortikal memengaruhi fungsi kognitif, dan fungsi
endokrin terganggu bila sistem tuberoinfundibular terhambat berlebihan.

D. Prinsip Pengobatan Antipsikotik


1) Tahap Inisial
Diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan, dosis dimulai dari dosis
anjuran dan dinaikkan secara perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1-3
minggu sampai dapat dosis optimal yang dapat mengendalikan gejala.
2) Terapi Pengawasan
Setelah diperoleh dosis optimal, maka dosis tersebut dipertahankan selama
lebih kurang 8-10 minggu sebelum masuk ke tahap pemeliharaan.
3) Terapi Pemeliharaan
Dalam tahap pemeliharaan ini dosis dapat dipertimbangkan untuk mulai
diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih dapat
dipertahankan tanpa menimbulkan kekambuhan. Diperoleh konsensus bahwa
kondisi akut pertama kali maka terapi diberikan sampai 2 tahun, dan bila
18
sudah berjalan kronis dengan beberapa kali kekambuhan maka terapi
diberikan sampai 5 tahun bahkan seumur hidup bila dijumpai agresifitas
berlebih, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain misalnya bunuh diri
atau mencelakakan orang lain.
E. Obat Antipsikotik yang Digunakan
1) Risperidon
Sebagai obat antipsikotik generasi II yang bekerja di reseptor serotonin dan
dopamin. Obat ini mempunyai efek samping yang lebih rendah disbanding
generasi I

XIV. DISKUSI
Penentuan diagnosis pasien ini berdasarkan pada kriteria diagnosis yang tersusun
dalam DSM IV. Dari kriteria utama dan kriteria lainnya, serta terdapat gejala psikotik
yang tercantum dalam kriteria tersebut pasien ini memenuhi beberapa kriteria
diantaranya:
- Gejala afek depresif.
- Gejala kehilangan minat dan kegembiraan.
- Gejala menurunnya aktivitas
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
- Halusinasi auditori

Berdasarkan pada hal tersebut maka pasien ini didiagnosis Gangguan depresi
berat dengan gejala psikotik. Selama ini pasien mendapatkan terapi risperidon 2
mg 2x1, dan sertraline 1x1. Selama mengkonsumsi obat pasien tampak memiliki
kemajuan. Nafsu makan pasien mulai membaik, dan pasien tampak lebih
koperatif saat diajak berbicara. Pasien juga tampak lebih cepat menjawab
pertanyaan yang diajukan serta terlihat lebih dapat berkonsentrasi. Gejala bisikan-
bisikan yang didengar pasien juga tidak muncul kembali. Paien juga sesekali
memberikan senyuman kepada pemeriksa.
1) Terapi farmakologi pilihan untuk pasien dengan depresi berat dapat
menggunakan gologan trisiklik. Dengan golongan obat ini memiliki efektivitas
sebesar 60-70% dalam mengurangi gejala hiperaktivitas-impulsivitas dan
19
inatensi. Dapat juga digunakan obat obatan golongan antidepresan (SSRI dan
MAOI) dengan SSRI yang mempunyai efek samping lebih ringan. Untuk
penanganan pasien dengan pemberian risperidon untuk mengurangi gejala
psikotik pada pasien sebagai antipsikotik generasi II dengan efek samping
yang lebih ringan dari generasi I juga sudah tepat. Hal tersebut dapat
mengurangi kekambuhan dari halusinasi auditorik yang dirasakan pasien.
Terakhir pemberian sertraline sebagai antidepresi golongan Selective
Serotonine Reauptake Inhibitor (SSRI) juga sudah tepat pada pasien dimana
efek samping dari golongan jauh lebih ringan. Sertralin adalah golongan
Selective Serotonine Reuptake Inhibitor (SSRI). Obat ini selain bekerja
menghambat kembali ambilan serotonin, juga menghambat ambilan kembali
neurotransmitter noreepinefrin. Depresi sendiri terjadi karena rendahnya kadar
serotonin, sehingga diharapkan obat ini dapat mengkatkan kadar serotonin
tubuh.
Atas dasar ini pemberian terapi farmakologi yang diberikan cukup tepat untuk
mengurangi gejala depresi dan psikotik yang dialami pasien dan juga disertai
terapi psikososial dengan upaya bersama dari orang-orang sekitar pasien dibantu
oleh tenaga kesehatan seperti dokter spesialis anak dan psikiater. Pendekatan yang
dapat dilakukan diantaranya; Dapat menggunakan ECT sebagai terapi alternatif
jika pasien tidak berespon terhadap farmakoterapi, psikoterapi yang membantu
pasien mengembangkan strategi coping yang lebih baik dalam menghadapi
stressor kehidupan sehari-hari. Edukasi bagi orang tua dan keluarga agar terus
mendukung dan mendampingi pasien selama pengobatan sampai pasien pulih
kembali. Pasien dapat dibantu untuk diterapi psikis dengan bantuan psikolog atas
trauma kekerasan seksual yang dialami pasien di masa lampau.

20
DAFTAR PUSTAKA

1) Katzung, BG. 2008. Farmakologi dasar & Klinik / Bertram G ; alih bahasa, Staf Dosen
Farmakologi Fakultas Kedokteran UNSRI ; editor, H. Azwar Agoes. Ed.6.- Jakarta :
EGC.

2) Elvira, Sylvia D. dan Gitayanti Hadikusanto. 2015. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI

3) Sadock, Benjamin J. and Virginia A. Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta:
EGC

4) Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta:
PT Nuh Jaya

5) Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

6) Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

7) Dirgayunita, Aries. 2016. Depresi: Ciri, Penyebab, dan Penanganannya. Jurnal An-nafs
Kajian Penelitian dan Psikologi. Vol 1 No 1;2016

21

Anda mungkin juga menyukai