Anda di halaman 1dari 67

11

HUBUNGAN DERAJAT KEASAMAN (pH) SALIVA


DENGAN TINGKAT KEPARAHAN MEROKOK
BERDASARKAN INDEX BRINKMAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh:
Zata Yuda Amaniko
1113103000047

PROGRAM STUDI KEPROFESIAN DAN PENDIDIKAN


DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
22

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 29 September 2016

Materai

Rp. 6000,-

Zata Yuda Amaniko


33

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERAN ROKOK TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA

Laporan penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S. Ked)

Oleh
Zata Yuda Amaniko
1113103000047

Pembimbing I Pembimbing II

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD dr. Fikri Mirza P, Sp. THT-KL
NIP. 19780402 200901 2 003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
44

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul PERAN ROKOK TERHADAP LAJU ALIRAN


SALIVA yang diajukan oleh Zata Yuda Amaniko (NIM: 1113103000047), telah
diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 29
September 2016.Laporan Penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan
Dokter.

Ciputat, 29 September 2016

DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang

dr. Flori Ratna Sari, Ph. D


NIP. 19770727 200604 2 001

Penguji I Penguji II

dr. Jono Ulomo, Sp.PK dr. Nida Farida, Sp.M


NIP 19590928 199603 1 001 NIP 19650602 199102 2002

PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN


Pembimbing I Pembimbing II

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD dr. Fikri Mirza P, Sp. THT-KL
NIP. 19780402 200901 2 003

PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK Kaprodi PSPD

Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes dr. Achmad Zaki, Sp. OT, M. Epid
NIP. 19650808 198803 1002 NIP. 19780507 200501 1 005
55

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan ridho-Nya selama proses hingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Penelitian berjudul Hubungan Derajat Keasaman (pH) Saliva dengan
Tingkat Keparahan Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi panutan kehidupan.
Penulis menyadari Laporan penelitian ini tidak dapat tersusun sedemikian
rupa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter yang telah membimbing saya selama menjalani pendidikan di Program
Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dan dr.Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS
selaku Penanggung Jawab Riset Program Studi Pendidikan Dokter
4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku Pembimbing 1 yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk membimbing penulis baik
dalam pengambilan data, penyusunan laporan, hingga laporan ini dapat
terselesaikan
5. dr. Fikri Mirza P, Sp.THT-KL selaku Pembimbing II yang terus memberikan
bimbingan, arahan, dan saran-saran yang sangat membangun dalam
pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan penelitian
6. Mbak Lilis, Mbak Ai, dan Mbak Suryani selaku Laboran di laboratorium riset,
biokimia dan biologi yang membantu dalam pengambilan data penelitian
7. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia menjadi sampel penelitian
sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu yang baru dari hasil penelitian ini
66

8. Ayah, dan Bundo, Balirman SE dan dr Nella Abdullah Mars SpAn serta adik
kandung penulis Nandia Rizkita yang memberikan dukungan terus menerus,
semangat yang tak pernah hangus, dan lantunan doa yang tak pernah putus
untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian ini
9. Arian Aditya, Aprilia Larasati, Arwinda Tanti, dan Ichtiarsyah Suminar, teman-
teman sekelompok dan seperjuangan dalam penelitian ini yang terus berjalan
bersama, menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan semangat bersama dalam
menyelesaikan penelitian ini.
10. Azir Adityo, Fathur Rahman Nasution, Iftina Amalia, , yang terus
mengingatkan, menemani dan memberikan semangatnya kepada penulis
untuk menyelesaikan penelitian ini
11. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik
langsung maupun tak langsung yang tentunya tidak dapat disebutkan satu
persatu

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari


kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak dalam mewujudkan laporan penelitian yang jauh lebih baik. Hasil
laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.
Semoga penelitian yang telah dilakukan ini mendapat barokah dan Ridlo dari
Allah SWT, Aamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ciputat, 29 September 2016

Penulis
77

ABSTRAK

Zata Yuda Amaniko. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Derajat


Keasaman (pH) Saliva dengan Keparahan Merokok Berdasarkan Indeks
Brinkman.

Tujuan:Untuk mengetahui efek rokok terhadap tingkat keasaman pH. Metode:


penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang diikuti oleh 78
laki-laki perokok dan 32 laki-laki non-perokok sebagai kontrol. Seluruh subjek
penelitian mengisi formulir riwayat merokok, dan dilakukan pemeriksaan fisik
gigi mulut oleh dokter gigi serta dilakukan pengambilan saliva tidak terstimulasi.
Pengukuran tingkat keasaman pH saliva menggunakan indikator pH. Hasil:
Parameter klinis dari kesehatan gigi dan mulut (OHIS, CI) lebih tinggi pada
kelompok perokok berat dibanding kelompok perokok ringan-sedang dan non-
perokok. Derajat keasaman (pH) secara signifikan (p<0.001) lebih rendah pada
saliva perokok berat dibanding perokok ringan sedang dan non-perokok.
Kesimpulan: Tingkat keparahan merokok dapat mempengaruhi kesehatan gigi
dan mulut dan menurunkan pH saliva
Kata Kunci: Rokok, laju aliran saliva, kesehatan mulut

ABSTRACT

Zata Yuda Amaniko. Medical Education Study Program. Relation between


Salivary pH Level and Smoking Severity based on Brinkman Index.

Obejective: to investigate the role of smoking on salivary pH level. Methods:


This cross sectional study was carried out among 78 male smokers and 32 male
non-smokers. All participants filled out form of smoking history and completed
physical examination of mouth and teeth by the dentist and performed
unstimulated saliva collection. The pH level of saliva was measured by using pH
indicator. Result: Oral and dental health parameter based on the value of OHIS
and CI was higher in high-level smokers than low-mid level smokers and non-
smokers. Salivary pH level on high-level smokers were significantly lower than
low-mid level smokers and non-smokers (p<0.001) Conclusion: Smoking
affected oral and dental health also lowering the pH level of saliva.

Key: Smoking, salivary pH, oral health


88

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL..............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..........................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN..................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
ABSTRAK........................................................................................................vii
DAFTAR ISI...................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1..................................................................................................Latar Belakang
.......................................................................................................................1
1.2............................................................................................Rumusan Masalah
.......................................................................................................................3
1.3...........................................................................................................Hipotesis
.......................................................................................................................3
1.4..............................................................................................................Tujuan
.......................................................................................................................3
1.5............................................................................................Manfaat Penelitian
.......................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5


2.1.Landasan Teori..............................................................................................5
2.1.1.Saliva...................................................................................................5
2.1.2.Anataomi Kelenjar Saliva...................................................................6
2.1.3.Sekresi Saliva......................................................................................8
2.1.4.Pengaturan pH saliva...........................................................................9
2.1.5.Metode Pengambilan Saliva..............................................................11
2.1.6.Metode Pengukuran Saliva................................................................12
2.1.7.Definisi Rokok..................................................................................12
2.1.8.Jenis Rokok.......................................................................................13
2.1.9.Kandungan Kimia Pada Rokok.........................................................15
2.1.10.Efek Merokok Tembakau terhadap Saliva......................................17
2.1.11.Efek Merokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut.......................18
2.1.12.Indeks Merokok...............................................................................20
2.1.13.kopi..................................................................................................22
2.2.Kerangka Teori............................................................................................23
2.3.Kerangka Konsep........................................................................................24
2.4.Definisi Operasional....................................................................................25

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................28


3.1.Desain Penelitia...........................................................................................28
99

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................28


3.3.Populasi dan Sampel....................................................................................28
3.3.1.Kriteria Inklusi Umum......................................................................28
3.3.2.Kriteria Eksklusi Umum....................................................................28
3.3.3.Besar Sampel.....................................................................................29
3.4.Alat dan Bahan............................................................................................30
3.5.Cara kerja Penelitian
3.6.Identifikasi Variabel.....................................................................................32
3.7.Managemen dan Analisis Data....................................................................32
3.8.Alur Penelitian.............................................................................................31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................33


4.1.Hasil Penelitian............................................................................................33
4.1.1.Karakteristik Subjek Penelitian.........................................................34
4.1.2.Karakteristik Perokok Subjek Penelitian...........................................34
4.1.3.Status Kesehatan Gigi dan Mulut......................................................35
4.1.4.Derajat Keasaman (pH) Saliva..........................................................36
4.1.5 Hubungan Indeks Brinkman dan konsumsi kopi dengan pH............37
4.2.Pembahasan.................................................................................................38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................42


5.1.Kesimpulan..................................................................................................42
5.2.Saran............................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................43

LAMPIRAN.....................................................................................................46
1010

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis......................5


Gambar 2.2.Struktur kelenjar parotis....................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Kandungan saliva terstimulasi dan tidak terstimulasi.........................8


Tabel 2.2.Kandungan bahan kimia dalam tembakau.........................................18
Tabel 2.3.Kandungan Kopi................................................................................22
Tabel 4.1.Karakteristik subjek penelitian..........................................................38
Tabel 4.2.Karakteristik Perokok........................................................................39
Tabel 4.3.Status kesehatan gigi dan mulut........................................................40
1111

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Lembar informed consent dan kuistioner responden............................46
2. Riwayat penulis.....................................................................................58
1212
1313

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rokok memiliki campuran racun kimia yang berisikan lebih dari 7000
racun kimia di dalamnya, ketika bahan kimia ini masuk kedalam tubuh
manusia maka akan menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat
dunia. Berdasarkan data World Healh Organization 2013, dalam satu tahun
terdapat 6 juta orang yang meninggal akibat rokok, dimana 5 juta lebih atau
sekitar 83% diantaranya merupakan perokok aktif, dan 600.000 merupakan
perokok pasif. Dan sekitar 80% dari perokok di dunia berasal dari negara
ekonomi rendah dan menengah termasuk Indonesia. 2

Kebiasaan merokok menjadi permasalahan kesehatan utama di Indonesia


dan menyebabkan lebih dari 200.000 kematian pertahunya, Indonesia
termasuk salah satu dari sebagian kecil negara yang belum menandatangani
kerangka konvesi WHO mengenai pengendalian tembakau membuat jumlah
perokok di Indonesia terbanyak di dunia yaitu pada urutan keempat setelah
Tiongkok, Amerika Serikat dan Rusia, jumlah batang rokok yang di konsumsi
di Indonesia cenderung meningkat dari 182 milyar batang pada tahun 2001
( Tobacco Atlas 2002) dan meningkat menjadi 260,8 milyar batang pada tahun
2009.19

Telah kita ketahui bahwa rokok berdampak negatif bagi kesehatan


manusia,banyak masalah kesehatan yang timbul akibat efek merokok, salah
satu nya rokok berdampak negatif pada rongga mulut yang merupakan organ
pertama yang terpapar oleh rokok.6,14, 10

Ada bukti-bukti klinis dan epidemilogi mengenai efek tembakau pada


kesehatan mulut, saliva merupakan cairan biologis pertama yang terkena oleh
paparan tembakau, yang dimana rokok mengandung 7000 racun didalam nya
yang akan bertanggung jawab untuk perubahan struktural maupun fungsional
daalam air liur. Saliva memiliki peran penting untuk kesehatan mulut,
fungsi nya sebagai perlindungan mukosa mulut, remineralisasi gigi,
1414

pencernaan, sensasi rasa, keseimbangan Potential of Hydrogen (pH) dan


artikulasi. Terkait dengan pH mulut, saliva memiliki peran penting dalam
menetralisasi pH mulut, karena kemampuannya dalam mengatur kapasitas
dapar, oleh sebab itu pH mulut selalu dijaga dalam kadar normal agar
keadaan mulut tetap stabil.21

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara


derajat keasaman (pH) saliva dengan tingkat keparahan merokok berdasarkan
Index Brinkman, Karena perubahan derajat keasaman mulut (pH) dapat
berpengaruh terhadap pengaturan mineralisasi dan demeneralisasi gigi,
terganggu nya pengaturan tersebut dapat menyebabkan penurunan kesehatan
gigi dan mulut. Singh, dalam penelitian nya menyatakan ada nya pengaruh
bermakna antara pH saliva pada perokok dengan durasi merokok lama,
namun pada penelitian nya Singh dkk tidak mengkategorikan perokok
berdasarkan indeks brinkman.14

Berdasarkan hal tersebut maka dari itu pada penelitian ini bertujuan untuk
melihat apakah ada perbedaan bermakna pada derajat keasaaman (pH) saliva
perokok berdasarkan dengan tingkat keparahan merokok nya.

1.2. Rumusan Masalah


Adakah hubungan antara derajat keasaman (pH) saliva dengan tingkat
keparahan merokok berdasarkan indeks brinkman ?
1515

1.3. Hipotesis
pH pada saliva pria perokok dengan tingkat keparahan berat berdasarkan
indeks brinkman lebih rendah dibandingkat dengan tingkat keparahan
sedang maupun ringan
Terdapat perbedaan bermakna antara pH saliva perokok berdasarkan
tingkat keparahan nya yang dilihat dari indeks brinkman

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum


- Untuk mengetahui derajat keasaman (pH) pada saliva perokok.

1.4.2. Tujuan Khusus


- Membandingkan pH pada saliva perokok berdasarkan indeks
brinkman
- Mengetahui peningkatan atau penurunan pH pada saliva perokok
berdasarkan tingkat keparahannya yang dilihat dari indeks
brinkman

1.5. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk :

1.5.1. Bagi peneliti


- Merupakan syarat kelulusan preklinik Program Studi Pendidikan
Dokter.
- Menambah pengetahuan mengenai efek tingkat keparahan
merokok terhadap peningkatan atau penurunan pH saliva.

1.5.2. Bagi masyarakat


- Menambah pengetahuan mengenai efek tingkat keparahan
merokok terhadap peningkatan atau penurunan pH saliva.
1616

1.5.3. Bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sumber pengetahuan dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya


yang akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
1717

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Saliva
Saliva merupakan cairan rongga mulut yang sekresikan oleh kelenjar
saliva, terdapat kelenjar mayor dan kelenjar minor. Kelenjar mayor terdiri
dari kelenjar parotis, kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual yang
menyumbang 90% sekresi saliva ke dalam rongga mulut. Saliva mengandung
99,5% H2O, dan 0,5% elektrolit dan protein. Kandungan saliva terdapat
beberapa protein yang berperan penting yaitu amilase, mukus, dan lizosim. 9,10

Sekresi saliva normalnya antara 800 sampai 1500 mililiter perhari.


Untuk pH, saliva memiliki pH antara 6,0 sampai 7,0, yang merupakan pH
yang baik untuk mengaktifkan ptyalin (-amilase). Pada saliva sendiri, pH
yang di keluarkan dapat dipengaruhi saat aktivitas kelenjar itu sendiri. Pada
keadaan saat kelenjar sedang istirahat, pH saliva sedikit lebih rendah dari 7,0,
sedangkan saat kelenjar sedang aktif melakukan sekresi, pH pada saliva dapat
mencapai 8,0.9

Saliva yang di sekresi dalam kelenjar asinar bersifat isotonik, dengan


konsentrasi Na ,K+,dan
+
HCO3- yang mirip dengan plasma. Saliva
mengandung beberapa enzim dan glikoprotein. Enzim yang terkandung di
dalam saliva diantaranya, enzim lipase dan enzim lingual yang di keluarkan
oleh kelenjar di lidah, dan -amilase saliva yang disekresikan oleh kelenjar-
kelenjar saliva. Selain itu saliva juga mengandung suatu glikoprotein yang
bernama musin, yang berguna untuk melumasi makanan, mengikat bakteri,
dan melindungi mukosa mulut.9

Secara umum saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu:


1818

1) Membentuk lapisan mukus pelindung pada membran mukosa yang


berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap iritan dan dapat mencegah
kekeringan pada mulut
2) Membantu membersihkan mulut dari makanan, debris sel, dan bakteri
yang pada akhirnya akan menghambat pembentukan plak
3) Mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat, dan
protein amfoter
4) Membantu menjaga integritas gigi karena mengandung kalsium dan fosfat
5) Menyediakan komposisi mineral yang dibutuhkan email gigi
6) Bersifat antibacterial dan antivirus karena mengandung antibodi spesifik
(IgA secretory) dan juga mengandung lisozim, laktoferin, dan
laktoperoksidase.7

2.1.2. Anatomi Kelenjar Saliva


Secara umum kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar yang bertugas
untuk menyekresikan saliva ke dalam rongga mulut. Saliva di sekresikan oleh
kelenjar eksokrin. Terdapat kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.
Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotid, kelenjar submandibular
dan kelenjar sublingual. Pada membran mukosa di mulut dan lidah memiliki
banyak kelenjar-kelenjar saliva kecil. Kelenjar-kelenjar tersebut secara
langsung berhubungan dengan rongga mulut ataupun secara tidak langsung
dengan melalui suatu duktus pendek ke rongga mulut. Namun kelenjar-
kelenjar ini hanya berperan kecil dalam menghasilkan saliva ke rongga
mulut.6
Sebagian besar saliva di sekresikan oleh kelenjar saliva mayor yang
terdiri dari 3 kelenjar yaitu: 5,26
1. Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar yang berada pada


setiap sisi berada di luar tepi-tepi cavum oris didalam sebuah parit
dangkal berbentuk segitiga,yang di bentuk oleh musculus
sternocleidomastoideus (di belakang),ramus mandibula (di depan) dan
basis parit dibentuk oleh meatus acusticus externus dan aspectus
posterior arcus zygomaticus. Kelenjar parotis kelenjar parotis terdiri
dair dua bagian, yaitu pars superfacial dan pars profunda. Terdapat
beberapa hal yang melewati kelenjar parotis, yaitu saraf facialis, vena
1919

retromandibular, arteri karotis eksterna. Keluarnya saliva dari kelenjar


ini melalui duktus parotis (Stensen) yang berasal dari bagian anterior
kelenjar parotis. 25

2. Kelenjar Submandibula
Merupakan kelenjar saliva yang terletak di hampir seluruhnya di bawah
mylohyoid. Duktus yang mengalirkan saliva keluar dari kelenjar ini
yaitu kelenjar submandibula.25

3. Kelenjar Sublingual
Merupakan kelenjar saliva dengan tipe saliva yang disekresikannya
yaitu mukus. Kelenjar sublingual berada di bawah dari dasar mulut dan
berada di depan dari pars profunda kelenjar submandibular. Kelenjar ini
memiliki beberapa duktus drainase, yaitu duktus sublingual mayor
sebagai yang utama dan duktus sublingual minor yang terdiri dari
6
sekitar 40 duktus kecil.

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Saliva


Sumber: Tortora, 2011

Tabel 2.1. Kelenjar saliva beserta jenis histologik, sekresi, dan persentase total
saliva
Kelenjar Jenis Histologik Sekresi Persentase total
saliva (1,5L/hr)

Parotis Serosa Cair 20


2020

Submandibula Campuran Agak kental 70

Sublingual Mukosa Kental 5


Sumber: Ganong, 2008

2.1.3. Sekresi Saliva

Kelenjar saliva manusia mensekresi 1-1,5 liter saliva setiap harinya.


Sekresi saliva menggunakan 2 fase dalaam mekanisme nya, yaitu sekresi
cairan (saliva primer) dan reabsorpsi NaCl diikuti sekresi kalium.Sekresi air
oleh sel asinar membutuhkan ion klorida. Saliva primer bersifat isotonik akan
mengalami modifikasi saat melintasi duktus striata kelenjar saliva. Terjadi
sekresi kalium dan bikarbonat serta reabsorpsi NaCl tanpa di ikuti reabsorpsi
air. Hal ini dikarenakan duktus kelenjar saliva yang tidak bersifat permeabel
terhadap air. Reabsorpsi NaCl yang melebihi sekresi kalium dan bikarbonat
menyebabkan hasil akhir saliva bersifat hipotonik. 12,13

Gambar 2.2 Sekresi Saliva


Sekresi saliva memiliki kontrol yang diperankan oleh rangsangan saraf,
dalam hal ini saraf kranial facial dan saraf kranial glossofaringeal menyuplai
serat parasimpatik dari dua nukleus salivasi, superior dan inferior, yang ada di
batang otak. Sedangkan persarafan simpatis berasal dari derivat rantai
simpatis servikal. 8

Sekresi saliva melibatkan sistem saraf simpatis maupun parasimpatis,


dalam hal ini walaupun kedua nya secara bergantian mensekresikan saliva
tetapi dalam keadaan yang berbeda. Selain keadaan yang berbeda
menghasilkan produksi saliva yang berbeda pula.Rangsangan saraf simpatis
akan menghasilkan saliva yang lebih sedikit dan kental, dalam hal ini
perangsangan saraf simpatis dengan karakter saliva yang lebih sedikit dan
kental akan menyebabkan mulut menjadi kering.9
2121

Sedangkan pada saat ada rangsangan parasimpatis seperti pada saat ada
makanan, maka saliva akan menjadi lebih banyak dan cair. Ketika ada bahan
kimia makanan merangsang taste bud kita yang ada di lidah, maka hal itu
akan di lanjutkan berupa impuls ke nukleus salivasi yang ada di batang otak.
tidak hanya bahan kimia makanan saja yang dapat merangsang parasimpatis
dari proses salivasi, tapi juga bau, suara, visual, dan juga ketika kita
memikirkan suatu makanan dapat menjadi stimulus dari sekresi saliva.6 10

2.1.4. Pengaturan pH Saliva


Saliva memiliki salah satu fungsi dalam pengaturan derajat keasaman di
rongga mulut yang berperan penting dalam menjaga kadar pH di mulut
seseorang. pH (potensial of hydrogen) merupakan suatu cara untuk mengukur
derajat asam maupun basa dari cairan tubuh.Keadaan asam maupun keadaan
basa dapat digambarkan dengan skala pH dari 0 sampai dengan 14 dengan
perbandingan terbalik makin rendah nilai pH makin asam keadaan cairan
tersebut.7

Pengaturan derajat keasaman saliva melibatkan beberapa hal yaitu


sistem protein, bikarbonat, dan fosfat. Konsentrasi bikarbonat di dalam saliva
dan pH saliva sangat dipengaruhi oleh kadar laju salivasi. Apabila kadar laju
saliva meningkat maka konsentrasi bikarbonat didalam saliva dan pH saliva
akan meningkat dan begitu juga sebaliknya. Hal tersebut terbukti padahasil
penelitian yang dilakukan oleh Kanwar dkk tahun 2013 yang menunjukkan
bahwa ketika kadar laju saliva menurun maka pH saliva akan menjadi lebih
asam. 14

Kadar bikarbonat itu sendiri paling tinggi di saliva yang dihasilkan oleh
kelenjar parotid dan paling rendah pada saliva yang dihasilkan oleh kelenjar
saliva kecil. Dalam keadaan tidak terstimulasi, bikarbonat dan fosfat berperan
dalam pengaturan keasaaman saliva. Sedangkan dalam keadaan terstimulasi,
bikarbonat memiliki peran hampir 90% dalam pengaturan derajat keasamaan
saliva. Sedangkan dalam keadaan pH saliva yang sangat rendah atau dibawah
5, peran utama dalam pengaturan keasamaan saliva yaitu protein dan
derivatnya. 7
2222

Bikarbonat, fosfat, dan histidine-rich peptide, memiliki peran ganda,


selain sebagai regulator pH juga sebagai agen antibakterial. Komponen saliva
ini dapat berdifusi ke dalam plak bakteri dan dapat secara langsung
menetralisasi asam yang diproduksi oleh bakteri tersebut. Selain itu, urea dari
saliva digunakan oleh urease bakteri untuk membentuk ammonia, yang juga
dapat menetralisasi asam.7

Jadi dalam menjaga pH saliva tetap normal dan mengatur proses


remineralisasi gigi, kapasitas dapar memiliki peran yang sangat penting
dalam hal tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengaturan
derajat keasaman di saliva, diantaranya yaitu jenis kelamin, status merokok,
dan konsumsi alkohol. Dimana wanita memiliki pengaturan derajat keasaman
yang lebih rendah dibandingkan dengan pria. Sedangkan pH saliva
berdasarkan status merokok dan konsumsi alkohol masih diperdebatkan, hal
tersebut dikarenakan banyaknya variasi di kelompok tersebut. 26

2.1.5. Metode Pengambilan Saliva


Teknik pengukuran saliva secara umum dapat dilakukan dengan beberapa
cara, contoh nya seperti menggunakan sekresi saliva tanpa stimulasi, dengan
stimulasi dan pengumpulan saliva khusus nya glandula parotis dengan atau
tanpa stimulasi. Saliva yang di sekresikan tanpa stimulasi akan
menggambarkan laju aliran saliva basal yang berada 14 jam dalam sehari di
dalam mulut. Untuk metode pengambilan saliva dengan yang stimulasi
disekresikan selama mengkonsumsi makanan dan berada di dalam mulut
kurang lebih selama 2 jam. Untuk pemilihan metode biasa nya akan di
bedakan berdasarkan apa yang ingin diamati,apabila akan mengamati atau
menilai status glandula saliva dan komponen yang terkandung di dalam nya
maka akan menggunakan teknik pengumpulan tanpa stimulasi, sedangkan
untuk menilai fungsi cadangan saliva menggunakan teknis dengan stimulasi.
15,16
2323

Lima metode yang biasa digunakan dalam penelitian untuk pengumpulan


saliva tanpa stimulasi,di antara nya sebagai berikut :

1. Metode Spitting
Saliva di kumpulkan dengan keadaan rongga mulut tertutup dalam
hal ini tidak boleh berbicara dan sebagainya yang dapat membuka
mulut, Lalu setiap satu menit saliva akan di keluarkan tanpa
stimulasi dan akan di tampung dalam satu wadah, pengumpulan
dengan menggunakan metode ini dapat dilakukan selama lima
hingga limabelas menit.
2. Metode Arbsorbent
Saliva akan dikumpulkan dengan cara melakukan bahan penyerap
seperti swab,cotton atau sponge dalam mulut dengan durasi selama
satu sampai dengan lima menit. Metode arbsorbent dapat
mempengaruhi laju aliran saliva, sehingga untuk menghindari
adanya perubahan konsentrasi komponen akibat aliran saliva yang
terlalu tinggi dalam pelaksanaannya alat penyerap diletakkan
selama dua menit dalam mulut.
3. Suction
Metode pengumpulan saliva tanpa stimulasi dengan menggunakan
alat berupa syringe,micropipette,saliva ejector, dan atau dengan
gentle suction. Aspirasi atau suction dapat disesuaikan dengan
kelenjar saliva yang akan di teliti.
4. Passive Drool
Metode pengumpulan saliva ini dilakukan dengan pengumpulan
saliva dalam beberapa menit secara pasif dalam wadah tanpa ada
ada stimulasi mekanoreserptor.
5. Arbsorbent (swab)

Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen saliva. Pada


pemeriksaan dengan menggunakan metode ini digunakan alat sentrifuse untuk
pemutaran sampel saliva yang sudah dikumpulkan dengan meletakan swab,cotton,
atau sponge gauze pada orificium kelenjar saliva.15,16
2424

2.1.6. Metode Pengukuran pH Saliva


Metode pengukuran pH saliva dibagi menjadi dua cara, dengan menggunakan
metode semikuantitatif dan kuantitatif. Contoh pengukuran pH secara
semikuantitatif bisa menggunakan pengukuran pH saliva dengan
menggunakan kertas lakmus dan indikator pH. Dengan menggunakan metode
semikuantitatif ini akan menghasilkan perubahan warna pada indikator pH
yang hasil nya akan disesuaikan dengan papan indikator untuk mengetahui
kadar pH. Sedangkan metode kuantitatif menggunakan alat digital untuk
pengukuran dengan tingkat ketelitian lebih tinggi untuk mengetahui pH
saliva.28

2.1.7. Definisi Rokok


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rokok adalah gulungan
tembakau yang dibungkus oleh daun nipah atau kertas. Sedangkan
berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan nomor 28 tahun 2013,definisi
rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar,
dan/atau dihisap termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana rustica,
dan spesies lainnya atau sintesis yang asapnya mengandung nikotin dan tar,
dengan atau tanpa bahan tambahan.Sedangkan merokok merupakan suatu
aktivitas menghisap atau mengkonsumsi rokok.3

2.1.8. Jenis Rokok


Seiring perkembangan dan pertumbuhan industri rokok untuk saat ini
banyak jenis rokok dengan berbagai nama produksi yang ada di pasaran atau
di Indonesia. Untuk pembagian jenis rokok bisa di golongkan berdasarkan
pembungkus,berdasarkan bahan baku, dan berdasarkan cara pembuatan nya.18

Jenis rokok pun dibagi berdasarkan pembungkusnya terbagi menjadi 4


macam, yaitu seperti pada tabel 2.4 dibawah ini.

Tabel 2.2. Jenis rokok berdasarkan pembungkus


Jenis Rokok Bahan Pembungkus

Rokok Klobot Daun Jagung


2525

Rokok Kawung Daun Aren

Rokok Sigaret Kertas

Rokok Cerutu Daun Tembakau

Selain itu juga terdapat jenis rokok yang dibagi berdasarkan bahan baku
dan isi rokok. Untuk klasifikasi ini jenis rokok dibagi menjadi 4 macam,
yaitu:

a. Rokok putih
Rokok putih dengan atau tanpa filter yang berisikan tembakau saja
tanpa campuran bahan lain. Untuk jenis tembakaunya bisa
bermacam-macam.

b. Rokok kretek
Rokok kretek mengandung bahan baku campuran tembakau dan
cengkeh. Rokok jenis memiliki ciri khas yaitu akan timbul bunyi
kretek-kretek ketika dihisap, untuk pembuatan nya bisa
menggunakan tangan maupun mesin.

c. Rokok klembak
Pada rokok ini mengandung bahan baku atau isi berupa campuran
tembakau, cengkeh dan juga kemenyan yang akan memberi aroma
khas.

d. Cerutu
Cerutu merupakan jenis rokok yang bagian luarnya adalah daun
tembakau dengan bentuk lembaran dan bagian dalam atau isinya
berupa campuran tembakau tanpa adanya tambahan bahan lain. 17,18

Sedangkan berdasarkan cara pembuatannya rokok dibagi menjadi 2


macam, yaitu:
a. Sigaret kretek tangan (SKT)
Merupakan jenis rokok yang cara pembuatannya menggunakan
tangan atau alat yang sederhana. Dalam proses pembuatannya
dilakukan dengan cara digiling atau dilinting.

b. Sigaret kretek mesin (SKM)


Jenis rokok ini adalah rokok yang dibuat dengan menggunakan
mesin. Jadi material rokok dimasukkan kedalam mesin, dan akan
2626

keluar sebagai batang rokok.18

2.1.9. Kandungan Kimia Pada Rokok


Rokok mengandung gabungan bahan kimia di dalam nya.satu batang
yang di bakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Ketika rokok dibakar
akan menghasilkan hasil pembakaran yang tidak sempurna sehingga dapat
mengendap dalam tubuh.

Rokok mengandung bahan kimia campuran antara produk spesifik dan


produk yang non-spesifik. Pada bahan yang tergolong non-spesifik
mengandung seperti asetaldehid dan formaldehid. Sedangkan pada golongan
produk yang spesifik mengandung bahan seperti tobacco-specific
nitrosamines. Apabila dibedakan berdasarkan jenis rokok kretek dan rokok
putih memiliki perbedaan komponen, di dalam rokok kretek terdapat lima
komponen kimia yang tidak di dapatkan pada rokok putih yaitu eugenol,
acetyl eugenol, B-caryophyllene, x-humulene, dan caryophyllene
epoksida.21,22
Dari seluruh komponen kimia yang ada dalam rokok,beberapa
komponen yang berpotensi untuk menimbulkan masalah pada kesehatan yaitu
sebagai berikut :
1. Nikotin
Nikotin merupakan senyawa alkaloid, kandungan alkoloid ini
dapat menyebabkan membuat rasa ingin lagi atau ketagihan
pada perokok dan menimbulkan gangguan pada jantung dan
paru.Nikotin yang terkandung dalam suatu rokok mungkin
dapat berbeda-beda, tergantung dari jenis tembakau sebagai
bahan utama pembuat rokok. Namun sekitar 20,9mg nikotin
terkandung dalam suatu rokok, dan sekitar 2mg nikotin yang
akan masuk kedalam tubuh.
2. Tar/NFDPM (Nicotine Free Dry Particulate Matter)
Tar akan terbentuk ketika rokok dibakar. Konsedat asap yang
berisikan seribu komponen berbeda dikurangi dengan air dan
nikotin merupakan tar. Tar bersifat karsinogenik yang tersusun
atas senyawa organik dan anorganik. Ketika keadaan
2727

dingin,situasi ini akan menghasilkan tar menjadi padat dan


akan membentuk endapan coklat pada permukaan gigi,saluran
nafas dan paru-paru
3. TSNA (Tobacco Spesific Nitrosamine)
Daun tembakau mengandung sedikit kandungan TSNA,
walaupun kandungan pada daun tembakau sedikit kandungan
ini bisa meningkat akibat dari proses pengovenan dan aktivitas
mikroba yang akan menghasilkan nitrit. Kandungan TSNA ini
bersifat sangat karsinogenik
4. PAH ( Polynuclear Aromatic Hydrocarbons )
PAH merupakan karsinogenik paling poten yang tidak
ditemukan langsung pada daun tembakau tetapi akan muncul
melalui proses pembakaran rokok yang mengalami pirolisis.
PAH dibentuk melalui pirolisis rantai panjang
hidrokarbon,terpenes dan phytostrerol (stigmaterol, parafin,
gula,asam amino,selulosa)
5. Karbon Monoksida
Gas yang di hasilkan ketika rokok dibakar akan membentuk
senyawa ini sebagai salah satu komponen asap.Gas ini
berhubungan dengan risiko penyakit akibat rokok nya khusus
nya penyakit kardiovaskular karena akan terikat lebih kuat
dengan hemoglobin dibandingkan oksigen yang terikat dalam
darah.
6. NTRM (Nontobacco Related-material)
Bahan lainya pada rokok seperti pembungkus kertas dan filter
yang mengandung selulosa sebagai bahan dasar pembentukan
B-a-P. Material ini juga dapat mempengaruhi kadar komponen
kimia yang terhisap.21

2.1.10. Efek Merokok Tembakau terhadap Saliva


Saat ini dengan tinggi nya angka perokok di Indonesia sudah banyak
penelitian dilakukan mengenai efek rokok, dan seperti yang kita ketahui
rokok dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan,Salah satu nya
gangguan kesehatan di rongga mulut. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan
pun bervariasi, seperti kebersihan mulut dan gigi yang buruk, terdapat lesi
2828

dan juga terdapat peradangan. Bahan toksik yang terdapat pada rokok dapat
menyebabkan iritasi pada jaringan lunak di rongga mulut, infeksi mukosa,
memperlambat penyembuhan luka, memperlemah kemampuan fagositois, dan
bahkan mengurangi asupan aliran darah ke ginggiva. Dan saliva merupakan
cairan biologis pertama dari tubuh kita yang terpapar oleh tembakau dari
rokok yang mengandung bahan-bahan bersifat toksik yang dapat mengubah
saliva baik secara struktural maupun fungsional. 17,27

Banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk membuktikan efek


merokok jangka panjang dengan gangguan pada komponen saliva.Efek dari
paparan saat menghisap rokok dapat mengiritasi mukosa. Selain itu hasil
pembakaran rokok yang berupa bahan kimia akan merangsang pelepasan zat
kimia dari sel makrofag dan neutrophil aktif seperti IL-1,Prostaglandin yang
pada tubuh dan berpotensi merusak sel dan jaringan kelenjar saliva,hal ini
dipengaruhi oleh lama merokok dan jumlah batang perhari.14

Senyawa aldehid yang terkandung dalam rokok maupun hasil


pembakaran berupa asap dapat merusak sel seperti penjabaran di atas,dan hal
ini dapat mempengaruhi pH pada saliva.Komponen rokok yang bersifat asam
dapat merusak system buffer bikarbonat dan dapat menyebabkan kehilangan
karbonat yang banyak dan akan didapatkan keasaman cairan saliva yang
meningkat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mala Singh mengenai efek
merokok jangka panjang terhadap salivary flow rate dan pH pada tahun 2015
menunjukan bahwa terjadi penurunan pada kedua hal yang diteliti hal ini
membuktikan efek rokok yang menggangu komponen saliva pada rongga
mulut.14

Reibel tahun 2001 mengatakan bahwa pH saliva akan meningkat saat


merokok namun setelah jangka waktu panjang pH saliva ada perokok
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan non perokok. Sedangkan
pada penelitian tahun 2013 yang dilakukan Kanwar dkk, menunjukkan bahwa
kelompok perokok memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan kelompok
non-perokok, akan tetapi pH pada kedua kelompok tersebut masih dalam
kategori normal.14, 27
2929

2.1.11. Efek Merokok Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut


Rongga mulut adalah bagian yang utama yang terpapar oleh rokok,
karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok.
Komponen beracun pada rokok dapat mengiritasi jaringan lunak pada rongga
mulut, dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada mukosa,
memperlambat penyembuhan luka, memperlemah kemampuan fagositosis,
menekan proliferasi osteoblast, serta dapat mengurangi asupan aliran darah ke
gingiva. Sedangkan dari hasil penelitian Widijanto akibat panas yang di
timbulkan langsung oleh proses pembakaran rokok, terbukti dapat mengiritasi
mukosa mulut secara langsung, menyebabkan perubahan vaskularisasi dan
sekresi saliva.Selain itu hubungan antara merokok dengan peningkatan angka
karies, hal ini diketahui karena ada nya penurunan saliva yang bagaimana kita
tau salah satu fungsi nya sebagai proteksi rongga mulut.35,36

Kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut dapat dinilai dengan


menggunakan indeks yang hasilnya didapat dari pemeriksaan fisik gigi dan
mulut. Terdapat beberapa indeks yaitu Oral higiene index simplified (OHIS)
adalah indeks untuk menentukan status kebersihan mulut seseorang yang
dinilai dari Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI) yang menunjukkan
adanya sisa makanan/debris dan kalkulus (karang gigi) pada permukaan gigi.
Plaque index (PI) digunakan untuk mengukur ketebalan plak pada permukaan
gigi. Gingival index (GI) digunakan untuk menilai keadaan gusi seseorang
dengan melihat keparahan gingivitis berdasarkan warna gusi, konsistensi dan
kecenderungan untuk berdarah. Decayed, missing, and filled teeth (DMFT)
digunakan untuk melihat jumlah gigi yang berlubang, hilang dan jumlah gigi
yang ditambal.23

OHIS adalah indeks yang dipakai untuk mengukur tingkat kebersihan


gigi dan mulut seseorang yang dinilai berdasarkan daerah permukaan gigi
yang tertutup oleh oral debris (sisa makanan) dan kalkulus (karang gigi). Jadi
skor OHIS merupakan penjumlahan dari DI (Debris Indeks) dan CI (Calculus
Indeks). Kriteria untuk OHIS dalam menentukan keadaan mulut seseorang
yaitu:
3030

Skor 0,0-1,2 : baik


Skor 1,3-3,0 : sedang
Skor 3,1-6,0 : buruk

Sedangkan pada pemeriksaan DI (Debris Indeks) digunakan untuk


melihat adanya sisa makanan/debris yang menempel pada gigi. Kriteria untuk
DI sebagai berikut:23

0 : tidak ada debris/sisa makanan yang menempel pada gigi.


1 : debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.
2 : debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3
permukaan gigi.
3 : debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

Pada pemeriksaan CI (Calculus Index) kita melihat adanya kalkulus


atau karang gigi. Kriteria unutk CI yaitu:23

0 : tidak terdapat kalkulus.


1 : kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.
2 : kalkulus supragingival lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan
gigi.
3 : kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

Pada pemeriksaan GI (Gingival Index) dapat dinilai adanya inflamasi


gingival dengan melihat apakah ada perdarahan atau tidak pada gigi yang
diperiksa. Kriteria skor GI adalah:23
0 : gingiva normal.
1 : inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai perubahan warna, sedikit
edema, palpasi tidak terjadi perdarahan.
2 : inflamasi gingiva sedang, warna merah, edema, berkilat, palpasi terjadi
perdarahan.
3 : inflamasi gingiva parah, warna merah menyolok, edema terjadi ulserasi,
gingiva cenderung berdarah spontan.
3131

Metode penilaian kesehatan gigi dan mulut dapat juga di nilai selain
debris index, calculus index, gingival index, dan OHIS, bisa menggunakan
metode skor DMFT (decrease,missing,and filled teeth), metode ini menilai
banyak nya gigi yang berlubang, gigi yang hilang, dan gigi yang di tambal,
dibandingkan dengan metode ini metode penilaian OHIS lebih baik untuk
mengetahui tingkat kebersihan gigi dan mulut dan penilaian awal status
kesehatan gigi dan mulut.

2.1.12 Indeks Merokok

Indeks merokok adalah metode perhitungan yang di gunakan untuk


mengetahui derajat keparahan merokok pada seorang perokok. Untuk
menghitung Indeks merokok saat ini banyak metode yang berkembang, akan
tetapi ada 2 metode yang saat ini cukup sering digunakan, Metode yang
dimaksud sebagai berikut :

Indeks Brinkman

Indeks Brinkman digunakan secara luas untuk menghitung derajat


beratnya merokok. Indeks ini menggunakan jumlah batang rokok yang
dihisap per hari dan lama merokok dalam tahun sebagai variabel. Sehingga
rumusnya akan ditampilkan sebagai berikut:

(Jumlah Batang Rokok yang Dikonsumsi per hari) X (Lama Merokok


dalam Tahun)

Penggolongan Brinkman Index sangatlah bervariasi. Namun yang kini


sering dipakai secara luas adalah sebagai berikut:

0-199 = perokok ringan


200-599 = perokok sedang
600 = perokok berat 24

a. Pack-Years of Smoking
3232

Pack years Smoking merupakan metode lain untuk menghitung Indeks


merokok. Pada prinsip nya memiliki kemiripan dengan menghitung dengan
menggunakan metode Indeks Brinksman, apabila di bandingkan dengan
indeks brinkman yang mengalikan batang rokok yang dikonsumsi per hari
dengan lama merokok per tahun, maka metode pack-years of Smoking
menghitung jumlah bungkus rokok yang dikonsumsi per hari dan dikalikan
dengan lama merokok dalam tahun. Dengan metode ini, 1 bungkus rokok
diasumsikan berisikan 20 batang rokok, seperti halnya yang lazim di negara-
negara barat. Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:

(Jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari) / 20 X (Lama


Merokok dalamTahun)

Seperti Indeks Brinkman, Pack-Years Smoking juga tidak memiliki


klasifikasi yang spesifik. Namun pada beberapa penelitian yang melibatkan
penghitungan waktu TMS dengan tes sakharin menggunakan pembagian
sebagai berikut:

0-20 = perokok ringan


20-30 = perokok sedang
>30 = perokok berat 24
2.1.13 Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan, secara umum ada dua
spesies dari tanaman kopi yaitu Arabika dan Robusta, konsumsi kopi paling
banyak di dunia ialah kopi Arabika (70%) dan Robusta (30%). Di Indonesia
kopi mulai dikenal pada tahun 1696 yang dikenalkan oleh VOC (Vereenigde
Oostindische Compagnie) dan di anggap menguntungkan sebagai komiditi
perdagangan makan VOC menyebarkan ke berbagai daerah di Indonesia.32

Tabel 2.3 Kandungan Kopi


3333

Kesehatan gigi dan mulut

Sumber : Farah 2012

Kopi memiliki derajat keasaman yang berasal dari dalam kandungan nya,
yaitu dari kelompok asam karboksilat pada biji kopi antara lain asam format, asam
asetat, asam oksalat, asam sitrat, asam laktat, asam malat, dan asam quinat. Selain
itu konsumsi kopi dapat menurunkan derajat keasaman saliva, hal ini sesuai pula
dengan penelitian Andriany dkk yang menyatakan pengaruh konsumsi kopi Ulee
Kareng terhadap penurunan pH saliva yang signifikan. Hal tersebut disebabkan
kopi mengandung karbohidrat sederhana yang tinggi dan fermentasi di dalam
mulut oleh bakteri menghasilkan asam sehingga dapat menurunkan pH saliva
sampai di bawah 5,5.31,33

2.2. Kerangka Teori


3434

Rokok

Tingkat keparahan meroko,Kandungan rokok, asap

Memb

Menari

Perokok Me

Reab

Saliva Terpapar oleh kandungan dan asap rokok


2.3. Kerangka Konsep

Kebiasaan merokok

Kandungan
beracun pada
ktu 1 jam atau kurang sebelum pemeriksaan pH saliva dilakukan
rokok
konsumsi kopi

Penurunan Derajat Keasaman (pH) Saliva


3535

Gangguan
pada
keseimbangan
komposisi

Variabel yang ditelitiVariabel

Variebal bebas

Variabel perancu

2.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara pengukuran Skala


Operasional pengukuran
1 pH Derajat keasamaan Indikator Strip pH dicelupkan Numerik
saliva yang digunakan pH ke dalam tabung ukur
untuk menyatakan universal selama 3 detik dan
tingkat keasaman perubahan warna
3636

atau kebasaan pada disesuaikan dengan


suatu cairan papan warna yang
kompleks pada tersedia dari pabrik.
rongga mulut yang
terdiri atas
campuran sekresi
dari kelenjar saliva
mayor dan minor
2 Perokok (orang) yang suka Kuisioner Wawancara dan Kategorik
aktif merokok; orang Mengisi Kuesioner
yang melakukan
langsung aktivitas
merokok dalam
arti mengisap
batang rokok yang
telah dibakar
3 Tingkat Penentuan derajat Kuisioner Wawancara dan Kategorik
keparaha berat ringannya Mengisi kuesioner
n merokok yang di
merokok ukur berdasarkan
index
Brinksman,yaitu
jumlah rokok yang
dihisap dalam
sehari (satuan
batang) dikaitkan
dengan lama
merokok dalam
tahun.
4. Jenis Jenis rokok di Kuisioner Wawancara dan Kategorik
rokok kelompokan Mengisi kuesioner
berdasarkan bahan
ramuan,yaitu
3737

rokok kretek dan


filter
5 Konsum Kebiasaan Kuisioner Wawancara dan Numerik
si kopi mengkonsumsi Mengisi kuesioner
rokok dalam sehari
dengan jenis kopi
apapun
6 OHIS Nilai yang Indeks Pemeriksaan gigi dan Numerik
(Oral menunjukan status OHIS mulut
Hygiene kebersihan mulut
Index
Simplifie
d)
7 DI Nilai yang Indeks DI Pemeriksaan gigi dan Numerik
(Debrix menunjukan mulut
Index) kalkulus pada gigi
8 CI Nilai yang Indeks CI Pemeriksaan gigi dan Numerik
(Calculu menunjukan mulut
s Index) kalkulus pada gigi
9 GI Nilai yang Indeks GI Pemeriksaan gigi dan Numerik
(Gingiva menunjukan mulut
l Index) gingiva,berupa
warna, konsistensi,
dan kecenderungan
perdarahan
3838

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik bivariat
dengan desain penelitian potong lintang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan di daerah Kecamatan Ciputat Timur dan
sekitarnya.Pengukuran pH pada saliva akan dilakukan di tempat
pengambilan sampel dan Medical Research Laboratory, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2.2 Waktu
Penelitian dilakukan selama bulan Januari- Juni 2016

3.3 Kriteria dan Subjek Penelitian

3.3.1 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah:
1) Berstatus perokok aktif
2) Laki-laki
3) Berusia 20-55 tahun
4) Bersedia untuk turut serta dalam penelitian ini (informed consent)

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah:

1) Tidak kooperatif
2) Sedang berpuasa ketika sedang dilakukan pengambilan sampel
3) Memiliki penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran kadar salivary calcium seperti Diabetes Melitus dan
penyakit yang berhubungan dengan rongga gigi dan mulut.
4) Mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan psikotropika
5) Mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat mempengaruhi
hasil pengukuran kadar salivary calcium.
3939

3.3 Besar Sampel Penelitian


Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
besar sampel penelitian analitik tidak berpasangan dengan variabel numerik
yakni sebagai berikut:2

Keterangan:

Z = kesalahan tipe I sebesar 5% = 1,645


Z = kesalahan tipe II sebesar 5% = 1,645
(X1 X2) = selisih minimal yang dianggap bermakna = 0,23
S = Sg = standar deviasi, diperoleh dengan rumus:

Sg = standar deviasi gabungan


S1 = standar deviasi kelompok 1 pada penelitian sebelumnya
n1 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya
S2 = standar deviasi kelompok 2 pada penelitian sebelumnya
n2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

Hasil perhitungan berdasarkan penelitian I Putu tahun 2014:


(Sg)2= [0,552 x (40-1) + 0,652 x (15-1)]
40+15-2
= 1,206576 + 1,2844
38
Sg = 0,333962264150943
Sg = 0,577894682577149

Setelah dimasukkan ke dalam rumus:

N = 2 [(1,645 + 1,645) x 0,578]2


(0,23)2
N = 136,716 dibulatkan 137

3.3. Alat dan Bahan


4040

3.3.1. Alat Penelitian


Tabung sampel 15 mL
Corong 40 mL
Indikator pH universal Merck
Rak tabung
Coolbox berisi es batu

3.3.2. Bahan Penelitian


Saliva perokok

3.4. Cara Kerja Penelitian


Menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi
Mendapatkan informed consent dari subjek penelitian, pengisian kuisioner
serta memberikan penjelasan kepada subjek mengenai prosedur pengambilan
saliva
Subjek tidak diperbolehkan makan dan minum selama 1 jam sebelum
Pembuatan proposal penelitian
pengambilan saliva.
Pemeriksaan gigi dan mulut responden dilakukan oleh dokter gigi, untuk
mengetahui status DMFT (Decayed, Missing, Filled Teeth) score, GI
(Gingival index), PI (Plaque index), DI (debri index), CI (calculus index), dan
Ethical clearance dari komisi etik
Oral Higiene Index Score (OHIS)
Subjek diminta untuk membuang saliva pada tabung sampel 15 mL selama 5
menit melalui corong. Waktu pengambilan saliva antara pukul 09.00-11.00
pagi untuk mengurangi efek sirkadian.
Pemilihan subjek penelitian
Pengukuran pH saliva dengan menggunakan indikator pH universal.Strip
dimasukan ke dalam tabung hingga terendam selama 3 detik dan dilakukan
pembacaan langsung dalam 30 detik setelah strip dicelupkam
Strip yang dipakai disesuaikan dengan papan indikator kadar pH universal
Inform consent kepada subjek
dan dicatat perubahan warna yang terjadi.
G

3.5. Alur Penelitian


Pengambilan sampel saliva

Pemeriksaan pH saliva sampel

Pengolahan data
4141

3.6. Identifikasi Variabel


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Variabel bebas/independen yang terdapat dalam penelitian ini adalah tingkat
keparahan merokok yang ditetapkan berdasarkan index brinkman
Variabel terikat/dependen pada penelitian ini adalah kadar pH saliva
Variabel perancu di dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yang sedang
diet atau mengkonsumsi makanan atau minuman pada saat pengambilan
sampel dilakukan
3.8 Manajemen dan Analisis Data

Data hasil pengisian kuesioner dan pengukuran pH saliva dari subjek


penelitian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tabel data induk menggunakan
Microsoft Excel 2010, kemudian dianalisis menggunakan software analisis
data IBM SPSS v23. Data di analisis secara deskriptif untuk mengetahui rerata
dan standar deviasi . Normalitas distribusi data di uji dengan Kolmogorov
Smirnov karena sampel lebih dari 50.

Uji hipotesis untuk membandingkan pH saliva perokok ringan sedang dan


perokok berat menggunakan uji unpaired t-test, namun jika distribusi data tidak
normal, uji Mann Whitney bisa digunakan untuk pengujian. Sedangkan uji
Jonckheere Tepstra Test digunakan untuk pengaruh variabel perokok ringan-
sedang, perokok berat, dan non perokok terhadap pH saliva. Dilihat dari p value,
4242

jika nilai p<0.05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara pH


dari perokok ringan-sedang dan perokok berat.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian


Penelitian ini menggunakan 110 sebagai subjek penelitian, yang terdiri
dari 20 orang perokok berat, 58 orang perokok ringan sedang, dan 32 sampel non
perokok. Karakteristik 110 sampel terdiri dari usia, latar belakang pendidikan,
dan kebiasaan konsumsi kopi dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian n = 110


Perokok Ringan- Perokok Berat Non Perokok
Sedang
Karakteristik
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Usia

20-24 tahun 1 1,7 0 0 3 9,4

25-34 tahun 13 22,4 0 0 8 25

35-44 tahun 21 36,2 7 35 10 31,3

45-54 tahun 22 37,9 11 55 11 34,4

55 tahun 1 1,7 2 10 0 0
4343

Rerata SD 40,60 8,47 46,85 5,80 37,88 10,03

Tingkat
Pendidikan

Pendidikan
Rendah 31 53,5 6 30 7 21,8

Pendidikan
Tinggi
27 46,5 14 70 70 78,2

Konsumsi
Kopi

0-2 gelas
40 69 6 30 29 90,6
>2 gelas
18 31 14 70 3 9,4
Median
2 (0-5)* 3 (0-7)* 2 (0-7)*

* = median (minimal-maksimal)

Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa jumlah perokok ringan-sedang terbanyak


terdapat pada usia 45-54 tahun sebanyak 22 (37,9%) subjek, sedangkan jumlah
perokok berat terbanyak terdapat pada kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 11
subjek perkelompok usia (55%).

4.1.2. Karakteristik Perokok

Didapatkan karakteristik dari data perokok sebanyak 84 sebagai berikut

Tabel 4.2 Karakteristik Perokok


Jumlah (n) Presentase(%)

Indeks Brinkman
Non perokok 32 29,09
Ringan-Sedang (200-599) 58 47,27
Berat (>599) 20 18,18
Jenis Rokok
Kretek 31 39,7
Non Kretek 47 60,3

Berdasarkan Indeks Brinkman, penelitian ini menunjukan jumlah non


perokok sebesar 29,09%, perokok kelompok ringan-sedang sebesar 47,27%,
4444

dan perokok kelompok berat sebanyak 18,18%.Jenis rokok yang lebih banyak
yang di konsumsi pada sampel ialah jenis rokok non Kretek sebesar 60,3%.

4.1.3. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Subyek Penelitian

Tabel 4.3Oral Hygiene Index dan Skor OHIS


Perokok Ringan- Non Perokok
Perokok Berat
Karakteristi Sedang
k Jumla Persentase Jumla Persentase Jumla Persentase
h (n) (%) h (n) (%) h (n) (%)

Oral Hygiene
Index
Simplified
(OHIS)
Baik 0 0 0 0 4 12,5
Sedang 47 81 10 50 25 78,1
Buruk 11 19 10 50 3 9,4

Tabel 4.4 Status Kesehatan Gigi da Mulut subjek penelitian

Perokok Ringan- Perokok


Karakteristik
Sedang Berat Non-Perokok p value

Debris Index
(DI) 1 (0,33-2)* 1,06 0,39 0,8 (0,17-1,5)* p = 0,012**
Calculus Index
(CI) 1,66 (0,66-2,1)* 1,78 0,51 1,66 (0,33-2,3)* p = 0,031**
Gingiva Index
(GI) 1,16 (0,33-2,1)* 1,27 0,47 1,17 (0,17-2,1)* p = 0,51
OHIS Score 2,57 0,55 2,85 0,86 2,26 0,80 p = 0,01**
4545

Berdasarkan status kesehatan gigi dan mulut, kelompok perokok berat memiliki
status kebersihan mulut (OHIS) yang buruk memiliki persentase lebih besar (50%)
dan yang sedang (50%) dibandingkan dengan perokok ringan sedang dan non
perokok (19,1%; 9,4%). Begitu pula dengan nilai ketebalan debris (DI), adanya
kalkulus di gigi (CI), dan kualitas gingiva (GI) subjek kelompok perokok berat
memiliki nilai rerata dan standar deviasi terbesar diikuti dengan kelompok perokok
ringan sedang, dan lebih kecil pada kelompok non perokok. Secara bermakna tingkat
keparahan merokok juga mempengaruhi Debris Index dan Calculus Index secara
berjenjang mulai dari non perokok, perokok ringan sedang dan perokok berat.
(p=0,012%, p=0,031), pengaruh DI dan CI akan mempengaruhi tingkat kesehatan
gigi dan mulut , yaitu OHIS secara bermakna tingkat keparahan merokok terhadap
OHIS p= 0,01.

4.1.4. Derajat Keasaman (pH) Saliva

Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) saliva yang tidak distimulasi


pada subjek perokok dan non perokok dapat terlihat dari Gambar 4.1
berikut.
4646

Gambar 4.1 Derajat keasaman pH saliva

Hasil penelitian ini di dapatkan derajat keasaman (pH) saliva pada


subjek perokok berat (6,00 (5,00-7,00)) lebih rendah dibandingkan subjek
perokok ringan-sedang (6.00 (5,00-8,00) maupun non perokok
(7.00(6.00-8.00).Dari grafik di atas menunjukan bahwa pada subjek
kelompok perokok berat di dapatkan rerata derajat keasamaan pH 6 dan
sebagian kecil ternilai 5 dan 7, hal ini memperlihatkan ada nya beberapa
responden yang berada di luar lingkup responden lain.

Pada penelitian ini didapatkan secara bermakna nilai median derajat


keasaman (pH) saliva pada subjek perokok dengan kelompok perokok
berat (6,00(5,00-7,00) lebih rendah di banding kelompok perokok ringan-
sedang (6,00(5,00-8,00), maupun kelompok non perokok (7.00(6.00-8.00)
Jonckheere Therpstra Test : <0.001

4.1.5. Hubungan Indeks Brinkman dan konsumsi kopi dengan Derajat


Keasaman (pH) Saliva

Tabel 4.4 Hubungan Indeks Brinkman, Jenis Rokok, dan Konsumsi Kopi dengan
pH Saliva

Jumlah (n) pH (median P value


minimum-
maksimum

Indeks Brinkman Non Perokok 32


Ringan Sedang 58 6 (5-8) **<0.001
200-599 *0.019
Berat 20 6 (5-7)
600

Konsumsi Kopi > 2 gelas 35 6 (5-7) *<0,001


2 gelas 75 6 (5-8)
4747

: Man Whitney

** : Jonckheere - Therpstra

Tabel 4.4 di atas menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat
keparahan merokok (Indeks Brinkman), dan konsumsi kopi dengan pH saliva.
(p <0,001; ;<0,001).

4.2 Pembahasan

Penelian dengan jumlah sampel total sebesar 110 dengan jumlah kelompok
sampel perokok ringan-sedang sebanyak 58 sampel, untuk kelompok berat sebanyak
20 sampel, dan untuk kelompok non perokok sebanyak 32 sampel. Karakteristik
subjek penelitian dengan rerata usia 40,60 tahun Untuk kelompok perokok ringan
sedang dan rerata usia 46,85 tahun untuk kelompok perokok berat. Di dapatkan
rerata usia perokok berat lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan sedang,
hal ini bisa disebabkan karena pada perokok kriteria berat berdasarkan indeks
brinkman memiliki durasi merokok yang lebih lama di banding kategori ringan
maupun sedang, Hasil tersebut berbeda apabila di bandingkan dengan hasil riset
kesehatan dasar tahun 2013 yang menunjukan usia perokok terbanyak pada usia 30-
34 tahun.3

Berdasarkan pendidikan (Tabel 4.1), didapatkan bahwa kelompok perokok


ringan sedang sebagian besar berasal dari latar belakang tingkat pendidikan rendah
(tidak sekolah SMP) (53,5%), sedangkan kelompok perokok berat dan non
perokok terbanyak berasal dari latar belakang tingkat pendidikan tinggi (SMA
perguruan tinggi) (70%,78,2%), hal ini tidak sesuai dengan hasil riset kesehatan
dasar tahun 2013 yang dimana pada kelompok berat (setiap hari) paling besar dari
latar belakang pendidikan rendah yaitu dari tidak sekolah sampai dengan SMP,
sedangkan pada kelompok ringan-sedang (kadang-kadang) paling banyak dari latar
belakang pendidikan tinggi.3
4848

Sebagian besar subjek penelitian mengkonsumsi kopi setiap harinya.Pada


kelompok perokok ringan-sedang terdapat 40 subjek mengkonsumsi kopi 0-2 gelas
perhari (69%), sedangkan pada kelompok perokok berat terdapat 14 subjek
mengkonsumsi kopi > 2 gelas perhari (70%) (Tabel 4.1). Terdapat perbedaan
bermakna pada kedua kelompok tersebut, bahwa kelompok perokok berat
mengkonsumsi kopi lebih banyak dibandingkan kelompok perokok ringan-sedang.
Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadi perubahan pH saliva yang di akibatkan
oleh kebiasaan minum kopi,seperti pada penelitian Nabila 2015 menjelaskan ada
nya perbedaan signifikan pengaruh konsumsi kopi dengan penurunan pH saliva, hal
ini sesuai pula dengan penelitian Andriany dkk yang menyatakan pengaruh
konsumsi kopi Ulee Kareng terhadap penurunan pH saliva yang signifikan. Hal
tersebut disebabkan kopi mengandung karbohidrat sederhana yang tinggi dan
fermentasi di dalam mulut oleh bakteri menghasilkan asam sehingga dapat
menurunkan pH saliva sampai di bawah 5,5.28,31

Penelitian ini utamanya melihat keadaan saliva, khusus nya pH pada saliva
dibandingkan berdasarkan tingkat keparahan merokok. Di dapatkan hasil yang
bermakna pada pH saliva antara kelompok perokok ringan-sedang dan kelompok
perokok berat. (p=0,019).Hal ini menunjukan bahwa pada kelompok perokok berat
memiliki pH saliva yang lebih rendah dibandingkan kelompok perokok ringan-
sedangdan dan non perokok. sedangkan setelah membandingkan antara kelompok
non perokok,selain itu secara bermakna ada nya perbedaan berjenjang pada
beberapa kelompok baik non perokok, perokok ringan-sedang, dan perokok berat.
Peran rokok terhadap saliva pada penelitian ini dilihat dari kebiasaaan merokok
yang di hitung dari lama merokok dan jumlah konsumsi rokok perharinya atau
menggunakan indeks Brinkman. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin lama
konsumsi rokok dan semakin banyak jumlah batang rokok yang di konsumsi setiap
hari nya berpengaruh terhadap pH saliva, hal ini sesuai dengan penelitian Sighn
Mala Effect of longterm smoking on salivary flowrate and salivary pH dalam
penelitian nya di dapatkan hasil yang signifikan bahwa penggunakan rokok jangka
panjang menurunkan laju saliva dan pH saliva, namun pada penelitian ini tidak
membandingkan antara masing-masing kelompok perokok berdasarkan tingkat
keparahan merokok nya.14
4949

Selain berdasarkan lama merokok dan jumlah konsumsi rokok perhari, jenis
rokok yang di konsumsi juga di ketahui berpengaruh pada penurunan pH saliva.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Aprilia Larasati 2016 untuk melihat perbedaan
dampak merokok berdasarkan jenis nya, penelitian tersebut membagi menjadi dua
yakni kretek dan non kretek, dari hasil didapatkan perbedaan bermakna pH saliva
pada kelompok perokok kretek dan non kretek (p=0,004).Hal ini menunjukan
bahwa sampel perokok kretek memiliki ke cenderungan nilai pH saliva yang lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok perokok non kretek, hal ini bisa disebabkan
perbedaan kandungan antara kedua jenis rokok tersebut. Yang dimana rokok jenis
kretek mengandung tar lebih tinggi dan jenis rokok kretek pada umunya tidak
menggunakan filter sehingga komponen kimia pada kandungan rokok langsung
terpapar dengan ruang mulut dan menggangu ke asaman mulut (pH). 29

Kebiasaan mengkonsumsi kopi sering dikaitkan dengan merokok, pada


penelitian ini didapatkan ada nya hubungan signifikan antara kebiasaan minum kopi
dengan penurunan pH saliva (p=<0,001), hal ini di sebabkan kopi mengandung
karbohidrat sederhana yang tinggi dan fermentasi di dalam mulut oleh bakteri
menghasilkan asam sehingga dapat menurunkan pH saliva sampai di bawah 5,5,
Namun berdasarkan analisis regresi logistik di dapatkan pada konsumsi >2 gelas
perhari merupakan salah satu resiko tinggi penyebab perubahan pH saliva.31

Pada penelitian untuk menilai besar nya efek tingkat keparahan merokok dan
konsumsi kopi terhadap derajat keasaman pH saliva maka dilakukan perhitungan
effect size, dari hasil perhitungan di dapatkan hasil (0,259) untuk tingkat keparahan
merokok yang berarti penilaian berdasarkan tingkat keparahan merokok memiliki
kekuatan perbedaan dengan tingkat kecil dan (0,453) untuk konsumsi kopi yang
memiliki kekuatan perbedaan tingkat sedang berdasarkan klasifikasi Cohen. Hasil
perhitungan Effect Size ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penilaian berikut
nya, bahwa penelitian selanjutnya di harapkan dapat menambah jumlah sampel
untuk meningkatkan kekuatan dari analisis.33

Tingkat keparahan merokok juga dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut,
hal ini dilihat dari nilai OHIS yang tinggi terdapat pada kelompok perokok dan yang
paling tinggi pada kelompok perokok berat, namun pada penelitian ini di dapatkan
hasil yang bermakna secara berjenjang tingkat keparahan merokok, hal ini sesuai
5050

dengan hasil penelitian Pada penelitian Nabila, dkk yang meneliti OHIS pada
perokok dan non perokok menunjukkan perbedaan yang bermakna, hal ini sesusai
dengan hasil penelitian Arowojolu tahun 2013 bahwa terdapat perbedaan bermakna
pada OHIS dan GI antara perokok dengan non-perokok (p< 0,05). Hal ini sejalan
dengan penelitian tersebut, bahwa rokok dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan
mulutSelain itu, kadar nikotin pada rokok berperan sebagai vasokonstriktor di
jaringan gingiva, sehingga menyebabkan risiko perdarahan pada gingiva. Nikotin
juga berperan sebagai inhibitor produksi antibodi sehingga meningkatkan risiko
infeksi pada gingiva.30

Kebiasaan mengkonsumsi rokok jangka panjang dengan jumlah batang rokok


yang banyak dapat mempengaruihi komponen saliva,salah satu nya menurunkan pH
saliva., Penurunan pH saliva dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap
penyakit mulut dan gigi hal ini dikarenakan dengan keadaan pH rendah menggangu
demineralisasi, sehingga karies gigi meningkat. Oleh karena merokok terbukti dapat
menurunkan pH dan kesehatan gigi dan mulut, maka saran yang bisa di berikan
adalah berhenti atau mengurangi jumlah konsumsi rokok.
5151

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa derajat keasaman (pH) saliva pada
perokok berat lebih rendah dibandingkan perokok ringan-sedang.Penurunan pH
saliva yang terjadi pada perokok berat berhubungan dengan derajat keparahan
merokok yang dinilai dari lama merokok dalam tahun dan jumlah rokok yang dihisap
setiap harinya.

5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan:
1. Dibutuhkan penelitian lanjutan dengan penambahan jumlah sampel pada
kelompok perokok berat berdasarkan Indeks Brinkman
2. Diharapkan menggunakan alat dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi,
agar didapatkan nilai perbedaan yang akurat antara masing-masing kelompok
perokok.
5252

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. WHO Report on The Global Tobacco Epidemic, Enforcing


bans on tobacco advertising, promotion and sponsorsHip.
Luxembourg: World Health Organization.2013: p. 11-14.
2. WHO. 2013. Tobacco, Key Facts.
3. BPdPKK. Riset Dasar Kesehatan Tahun 2013. Jakarta: Kesehatan
Kementerian Republik Indonesia; 2013: Hlm. 137
4. WHO. Global Adult Tobacco Survey : Indonesia Report 2011.
Jakarta : World Health Organization, Regional Office for south-
East Asia : 2012. Report No : ISBN 978-92-9022: p. 14-24 Avaible
from : http://who.int%2Ftobacco%2Fsurveillance%2Fsurvey
%2Fgats%2Findonesia_report.pdf (4)
5. Ellis H. Clinical Anatomy. 11th ed.USA : Blackwell ; 2006 : p.289-293
6. Tortora GJ, Derrickson B. The Digestive System. In: Roesch B,
editor. Principles of Anatomy and Physiology. 12 th ed. US: John
Wiley & Sons, Inc; 2009.
7. Almeida PDVd, Gregio AMT, Machado MAN, Lima AASd, Azevedo
LR. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review.
J Contemp Dent Pract. 2008 March; (9)3: p. 072-080.
8. Keshav S. The Gastrointestinal System at a Glace Australia :
Blackwell Science Asia; 2004 : p.14-15
9. Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
10. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
11. Feneis H, Dauber W. Pocket Atlas of Human Anatomy. 4th ed.
Stuttgart: Thieme; 2000:
12. Ekstrom J, Khosravani N, Castagnola M, Messana I. Saliva and
The Control of Its Secretion. Berlin: Springer; 2012. p. 20-30.
5353

13. Catalan MA, Nakamoto T, Melvin JE. The Salivary Gland Fluid
Secretion Mechanism. The Journal of Medical Investigation. 2009
October; 56: 192-195.
14. Singh M, Ingle NA, Kaur N, Yadav P, Ingle E. Effect of Long
Term Smoking on Salivary Flow Rate and Salivary pH.
JindianAssocPublicHealthDent. January-March 2015; 13(1): 11-13
15. Palomares CF, Munoz-Montagud JV, Sanchiz V, Herreros B, Hernandez V,
Minguez M, et.all. Unstimulated Salivary Flow Rate, pH and Buffer Capacity of
Saliva in Healthy Volunteers. Rev Esp Enferm Dig. 2004; 96(11): p. 773-783.

16. Greenberg, Glick, Ship. Burkets Oral Medicine Ed 11. India: BC


Decker Inc; 2008
17. Kusuma DA, Yuwono SS, Wulan SN. Studi Kadar Nikotin dan
Tar Sembilan Merk Rokok Kretek Filter yang Beredar di Wilayah
Kabupatn Nganjuk. J.Tek.Pert. 2012; 5(3): 151-155
18. Haris A, Ikhsan M, Rogayah R. Asap Rokok sebagai Bahan
pencemar dalam Ruangan 2012: p19-19
19. World Health Organization. Tobacco: deadly in any form or
disguise [Internet]. Frace: World Health Organization; 2006
[cited 2016 Sept 5]. Available from: http://who.int%2Ftobacco
%2Fcommunications%2Fevents%2Fwntd
%2F2006%2FTfi_Rapport.pdf
20. Vinay Kumar. Paru dan Saluran Nafas Atas. In: Vinay Kumar,
Ramzi S. Cotran, Stanley L. Robbin, editors. Buku Ajar Patologi
Robbins. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
hlmn. 515-518
21. Fawles J, Bates M. The chemical constituents in cigrattes
Smoke. Luxembourg: Institute for Health and Consumer
Protection, Directorate-General Joint Research Center;2007
22. Geiss O, Kotzias D. Tobacco, Cigarettes and Cigarette Smoke:
An Overview [Internet]. Italy: Joint Research Centre Institude for
Health and Consumer Protection; 2007 [cited 2016 June 21].
Available from: http://jrc.cec.eu.int
23. Muller HP. 2005. Periodontology : the essentials New York :
Thieme
5454

24. Indrayan A, Kumar R, Dwivedi S. A Simple Index of Smoking. COBRA. 2014 :


40:1-20
25. Drake, Richard L. Dasar-dasar Anatomi.Jakarta. Elsevier. 2014
26. Shetty C, Hegde MN, Devadiga D. Correlation Between Dental
Caries with Salivary Flow, pH, and Buffering Capacity in Adult
South Indian Population: An In-vivo Study. Int. J. Res. Ayurveda
Pharm. 2013.
27. Reibel, J. Tobacco and Oral Disease. Update on the Evidence,
with Recomendation. 2015.
28. Syifa, Nabila. Peran Rokok Terhadap Derajat Keasaman (pH)
Saliva 2. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2015
29. Larasati, Aprilia. Perbedaam Derajat Derajat Keasaman (pH)
Saliva pada Perokok Kretek dan non Kretek . Program Studi
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015
30. Arowojolu MO, Fawole OI, Dosumu EB, Opeodu OI. A
Comparative Study of The Oral Hygiene Status of Smokers and
Non-smokers in Ibadan, Oyo State. NigerMedJ. 2013.
31. Andriany P, Hakim RF, Mahlianur. Pengaruh Konsumsi Kopi
Ulee Kareng (Arabika) Terhadap pH Saliva Pada Usia Dewasa
Muda. Dentika Dental Jurnal. 2012.
32. Raharjo, Pudji. Panduan Budidaya dan Pengelolaan Kopi
Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta. 2012.
33. Agung S. Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian 2010;14(1): 1-17
34. Farah, Adriana. . Coffe Constituents. Coffe : Emerging Health Effects and
Disease Prevention. 2012

35. Widijanto S. Peranan Kebiasaan Merokok Terhadap Insidensi Karies. Jurnal


Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2010;7: 388-94
36. George KS. The Effect of Saliva on Dental Caries. JADA 2008; 139(5): 11-17
5555

Kode Partisipan
No. Rekam
Medik
Tanggal

LAMPIRAN

Lampiran 1
Formulir Inform Consent dan Data Responden

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Judul Penelitian:

Perbandingan Kualitas Hidup Pada Perokok dan Non-Perokok

Peneliti Utama:

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jl.


Kertamukti Pisangan Ciputat, Jakarta 15419, Telepon: 021-74716718, 021-
7401925

Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Anda


bersifat sukarela, dalam arti Anda bebas untuk turut serta atau
menolaknya. Anda juga bebas berbicara karena kerahasiaan Anda
terjamin.

Sebelum membuat keputusan, Anda akan diberitahu detail penelitian ini


berikut kemungkinan manfaat dan risikonya, serta apa yang harus Anda
5656

kerjakan. Tim peneliti akan menerangkan tujuan penelitian ini dan


memberikan formulir persetujuan untuk dibaca. Anda tidak harus
memberikan keputusan saat ini juga, formulir persetujuan dapat Anda
bawa ke rumah untuk didiskusikan dengan keluarga, sahabat atau dokter
Anda.

Jika Anda tidak memahami apa yang Anda baca, jangan menandatangani
formulir persetujuan ini. Mohon menanyakan kepada dokter atau staf
peneliti mengenai apapun yang tidak Anda pahami, termasuk istilah-
istilah medis. Anda dapat meminta formulir ini dibacakan oleh peneliti.
Bila Anda bersedia untuk berpartisipasi, Anda diminta menandatangani
formulir ini dan salinannya akan diberikan kepada Anda.

Apa tujuan penelitian ini?

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kualitas hidup


perokok dan non perokok.

(Lanjutan)

Mengapa saya diminta untuk berpartisipasi?

Anda diminta berpartisipasi karena Anda telah merokok rutin selama


minimal 5 tahun dan telah memenuhi kriteria penelitian ini atau sebagai
kelompok kontrol yang tidak pernah merokok sama sekali.

Berapa banyak orang yang mengikuti penelitian ini?

Lima puluh perokok dan lima puluh non-perokok akan mengikuti penelitian
ini.

Di mana penelitian akan berlangsung?

Penelitian akan dilakukan di Medical Research Laboratory, Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Apa yang harus saya lakukan?

Jika memenuhi kriteria, Anda akan diikutkan dalam penelitian. Jika Anda
setuju untuk mengikuti penelitian, maka Anda harus mengikuti seluruh
prosedur penelitian termasuk mengisi rekam medis, dan pengisian
5757

kuisioner.

Pengisian Rekam Medis untuk mengumpulkan informasi

Anda akan mengisi rekam medis dengan sejumlah pertanyaan untuk


mengetahui data pribadi, mengenai kesehatan dan kesejahteraan, jumlah
rokok yang dikonsumsi, kebiasaan mengenai pola makan dan menjaga
kebersihan rongga mulut serta, mengenai keluhan di rongga mulut.

Pengisian Kuisioner SF-36

Anda akan diminta untuk mengisi kuisioner pengukuran skor kualitas


hidup. Di dalam kuisioner

tersebut terdapat 36 poin pertanyaan. Silahkan diisi sesuai dengan


keadaan yang sebenar-benarnya, sesuai dengan keadaan yang dirasakan
oleh Anda.

Berapa lama saya harus menjalani penelitian ini?

Penelitian ini akan memakan waktu maksimal 45 menit.

Siapa yang dapat saya hubungi bila mempunyai pertanyaan,


keluhan, atau bertanya tentang hak-hak saya sebagai subyek
penelitian?

(Lanjutan)

Jika Anda memiliki pertanyaan maupun keluhan berkaitan dengan


partisipasi Anda atau hak- hak sebagai subyek penelitian, Anda dapat
menghubungi Peneliti Utama pada nomor telepon yang tercantum di
halaman pertama formulir ini, jika anggota tim peneliti tidak dapat
dihubungi.

Ketika Anda menandatangani formulir ini, Anda setuju untuk berpartisipasi


dalam penelitian ini. Ini berarti Anda sudah membaca informed consent,
pertanyaan Anda telah dijawab, dan Anda memutuskan untuk
5858

berpartisipasi.

Nama Partisipan Tanda tangan


Tanggal

Nama Pengumpul data Tanda tangan


Tangg

(Lanjutan)

Jam Pemeriksaan:

DATA PRIBADI

Nama : ... Jenis Kelamin : L/P

TTL : ........................................

Alamat : .......................................................................................................................

HP : ...................
...

Pekerjaan : ........................ Status : .


Pernikahan
: .
Agama
Penghasila :
n/ bulan

1.
<1.500.000 2. 1.500.000-2.500.000 4. >3.500.000
5959

Pendidikan : SD/SMP/SMA/D3/S1/S2/S3/ 3. 2.500.000-


3.500.000

PENYAKIT SISTEMIK : (jawab dengan ADA atau TIDAK ADA)

Hepatitis :
B/C

HIV :

TBC :

Diabetes :
Mellitus

Hipertensi :

(Lanjutan)

RIWAYAT GIGI DAN MULUT

Kunjungan terakhir ke :
dokter gigi

Jenis perawatan :

Frekuensi & waktu sikat : ..... Kali/hari; pagi / siang / sore / malam
gigi ..

Penggunaan obat kumur : Ya / Tidak; ........ kali/hari; Merek.............

Keluhan mulut kering : Ya / Tidak; Sejak .............


hari/minggu/bulan/tahun

Asupan air putih/hari : ..... Gelas


..

Konsumsi kopi/hari : ..... Gelas


..

FREKUENSI MEROKOK

1. Apakah anda hampir setiap hari merokok:


6060

1) Ya
2) Tidak, berapa hari dalam seminggu anda merokok ..
2. Berapa rata-rata jumlah batang rokok yang anda habiskan dalam
sehari: .. batang/hari
3. Jenis rokok yang biasa anda konsumsi:
1) Kretek
2) Filter
3) Membuat sendiri
4) Lainnya: ..
4. Sudah berapa lama anda merokok: .. tahun yang lalu
5. Apakah alasan anda pertama kali merokok?
1) iseng
2) penasaran/coba-coba
3) diajak/dipaksa teman
4) mencontoh orang tua
5) terlihat dewasa/keren
6) terlihat seperti tokoh idola
(Lanjutan)

7) lainnya....
6. Siapa yang pertama kali memperngaruhi anda untuk merokok
1) tidak ada
2) orang tua
3) saudara
4) teman
5) iklan
6) lainnya....
7. Dimana biasanya anda merokok (boleh pilih lebih dari satu)
1) di rumah
2) di tempat kerja
3) di tempat teman
4) di tempat umum
5) lainnya....
8. Biasanya anda mendapatkan rokok darimana
1) orang tua
2) teman
6161

3) beli sendiri
4) lainnya
9. Keadaan apa yang membuat anda merokok
1) saat bosan
2) saat stress/kesal/marah
3) merasa gugup/hilangkan ketegangan
4) saat mulut merasa tidak enak
5) saat santai/iseng
6) saat melihat orang merokok
7) lainnya
KEINGINAN BERHENTI MEROKOK
Diadopsi dari WHO

1. Apakah anda pernah mencoba berhenti merokok


1) Ya
(Lanjutan)

2) Tidak (langsung ke pertanyaan No.7)


2. Kapan anda mencoba berhenti merokok: .. tahun yang lalu
3. Berapa kali anda berusaha berhenti merokok?.......... kali
4. Apakah anda sukses dalam berhenti merokok pada saat itu?
1) Ya
2) Tidak
5. Berapa lama anda berhenti merokok pada saat itu?....... hari
6. Apa cara yang anda gunakan untuk berhenti merokok pada saat
itu?
1) ke dokter
2) Permen
3) Obat
4) lainnya ....
7. Apakah anda mau berhenti merokok?
1) Ya, karena....
2) Tidak
8. Bagaimana tindakan keluarga saat anda merokok
1) ditegur
2) dibiarkan
3) lainnya....
6262

9. Seberapa besar pengaruh iklan dalam mempengaruhi anda


merokok
1) besar sekali
2) besar
3) biasa saja
4) tidak ada pengaruh
5) sangat tidak ada pengaruh
10.Keadaan apa yang anda peroleh dari setelah merokok
1) memberi kenikmatan
2) memberi rasa percaya diri
3) membantu melepaskan rasa tertekan oleh masalah
4) dapat memusatkan konsentrasi
11.Menurut Anda, apakah ada dampak merokok terhadap Anda?
1) Ya, ada. Contohnya .......... (Lanjutan)
2) Tidak

12.Menurut Anda, adakah dampak rokok terhadap lingkungan?


1) Ya, ada. Contohnya ..........
2) Tidak
KETERGANTUNGAN TERHADAP NIKOTIN

Diadopsi dari Fagerstrom Nicotine Dependence

1. Seberapa cepat anda merokok yang pertama kali setelah anda


bangun tidur?
1) Setelah 60 menit (0)
2) 31-60 menit (1)
3) 6-30 menit (2)
4) dalam 5 menit (3)
2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidak merokok didaerah
yang terlarang/dilarang merokok
1) Tidak (0)

2) Ya (1)
3. Kapan paling sulit bagi anda untuk tidak merokok?
1) Merokok pertama kali pada pagi hari (1)
2) Waktu lainnya (0)
6363

4. Berapa batang rokok anda habiskan dalam sehari?


1) 10 atau kurang dari itu (0)
2) 11-20 (1)
3) 21-30 (2)
4) 31 atau lebih (3)
5. Apakah anda lebih sering merokok pada jam-jam pertama bagun
tidur dibandingkan dengan waktu lainnya?
1) Tidak (0)
2) Ya (1)
6. Apakah anda merokok walaupun sedang sakit sampai hanya
tiduran ditempat tidur hampir sepanjang hari ?
1) Tidak (0)
2) Ya (1)

Kesimpulan (Lanjutan)

Jumlah Skor: Intepretasi:.

1-2: Ketergantungan rendah 5-7: Ketergantungan sedang


3-4: Ketergantungan rendah sampai sedang 8 + : Ketergantungan
tinggi

SALIVA

Laju aliran saliva tanpa : ml/menit


stimulasi

pH saliva :

Kalsium :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Debris index Debris index

Calculus index Calculus index

CPITN CPITN

CPITN CPITN

Calculus index Calculus index


6464

Debris index Debris Index

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

(Lanjutan)

GI tidak dapat digantikan

6 1 4

GI=

4 1 6

DEBRIS INDEX (DI)

0 : Tidak ada debris/stain

1 : Debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya
stain ekstrinsik tanpa adanya debris pada permukaan gigi tersebut

2 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih
dari 2/3 permukaan gigi

3 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

CALCULUS INDEX (CI) pengganti : 21/41

0 : Tidak ada kalkulus

1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih
dari 2/3 permukaan gigi dan/atau terdapat sedikit/bercak kalkulus subgingiva di
servikal gigi

3 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau kalkulus
subgingiva yang menutupi atau melingkari permukaan servikal gigi

GINGIVAL INDEX (GI) tidak dapat digantikan

0 : Gingiva normal

1 : Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema, tidak ada perdarahan saat
probing

2 : Inflamasi sedang, kemerahan, edema & licin mengkilat, perdarahan saat probing

3 : Inflamasi berat, kemerahan & edema yang jelas, ulserasi. Kecenderungan untuk
6565

perdarahan spontan

Lampiran 2
Dokumentasi Penelitian

Persiapan Alat Alat dan Bahan Penelitian


6666

Pengisian Inform Consent, Rekam Pemeriksaan Gigi dan Mulut oleh


Medis dan Kuestioner Dokter Gigi Pembimbing

Pengumpulan Saliva Subjek Pengukuran pH Saliva dengan


Penelitian Indikator Universal

Hasil pengukuran menggunakan


Indikator Universal
6767

Lampiran 3
Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Zata Yuda Amaniko


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 11 Januari 1994
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Jatijajar blok B6 no 5
cimanggis Depok
Email : Zata_9@yahoo.com

Riwayat Pendidikan:

2000-2006 : SDI PB Soedirman


2006-2009 : SBI Madania
2009-2011 : SMAN 6 Jakarta
2011-2012 : SMA Global Islamic School
2013-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai