Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Reaktor Nuklir

Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi inti berantai terkendali, baik
pembelahan inti (fisi) ataupun penggabungan inti (fusi). Reaksi yang terjadi pada
reaktor nuklir baik untuk reaktor penelitian maupun reaktor daya konvensional, masih
didasarkan pada terjadinya reaksi pembelahan inti fissil (inti dapat belah) oleh tembakan
partikel neutron. Inti fissil yang ada di alam adalah Uranium dan Thorium, sedangkan
neutron bisa dihasilkan dari sumber neutron. Reaksi nuklir ini akan menghasilkan energi
panas dalam jumlah cukup besar. Pada reaktor daya, energi panas yang dihasilkan dapat
digunakan untuk menghasilkan uap panas, dan selanjutnya digunakan untuk
menggerakkan turbin-generator yang bisa menghasilkan listrik. Sedangkan pada reaktor
penelitian, panas yang dihasilkan tidak dimanfaatkan dan dapat dibuang ke lingkungan.
Selain energi panas, ada dua sampai tiga partikel neutron yang dihasilkan setiap kali
terjadi reaksi. Partikel ini bisa dimanfaatkan untuk proses reaksi berikutnya dengan
sasaran inti fissil yang belum terbelah. Reaksi ini bisa berlangsung secara terus-menerus
pada kondisi neutron dan inti fissil masih memungkinkan.

Menurut kegunaannya, reaktor nuklir dapat dibedakan menjadi tiga.


1. Reaktor Produksi Isotop
Reaktor produksi isotop yaitu reaktor yang menghasilkan radioisotop yang banyak
dipakai dalam bidang nuklir, kedokteran, biologi, industri, dan farmasi.
2. Reaktor Daya/Power
Reaktor daya yaitu reaktor yang dapat menghasilkan energi listrik. Reaktor daya
merupakan reaktor komersial yang menghasilkan energi listrik untuk dijual misalnya
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)
3. Reaktor Penelitian
Reaktor penelitian yaitu reaktor yang dipergunakan untuk penelitian di bidang
pertanian, peternakan, industri, kedokteran, sains, dan sebagainya.

3
4

Reaktor nuklir merupakan sebuah peralatan sebagai tempat berlangsungnya reaksi


berantai fisi nuklir terkendali untuk menghasilkan energi nuklir, radioisotop, atau
nuklida baru.

2.2 Komponen Utama Reaktor Nuklir

1. Tangki reaktor

Tangki ini bisa berupa tabung (silinder) atau bola yang dibuat dari logam campuran
dengan ketebalan sekitar 25 cm. fungsi dari tangki adalah sebagai wadah untuk
menempatkan komponen-komponen reaktor lainnya dan sebagai tempat berlangsungnya
reaksi nuklir. Tangki yang berdinding tebal ini juga berfungsi sebagai penahan radiasi
agar tidak keluar dari sistem reaktor.

2. Teras reaktor

Komponen reaktor yang berfungsi sebagai tempat untuk bahan bakar. Teras reaktor
dibuat berlubang (kolom) untuk menempatkan bahan bakar reaktor yang berbentuk
batang. Teras reaktor dibuat dari logam yang tahan panas dan tahan korosi.

3. Bahan bakar nuklir

Bahan bakar adalah komponen utama yang memegang peranan penting untuk
berlangsungnya reaksi nuklir. Bahan bakar dibuat dari isotop alam seperti Uranium,
Thorium yang mempunyai sifat dapat membelah apabila bereaksi dengan neutron.

4. Bahan pendingin dan sistem pendingin

Untuk mencegah agar tidak terjadi akumulasi panas yang berlebihan pada teras
reaktor, maka dapat dipergunakan bahan pendingin untuk pertukaran panasnya. Bahan
pendingin ini bisa digunakan air atau gas. Di dalam sistem pendingin reaktor ada dua
sistem pendingin yaitu sistem pendingin primer yang berinteraksi langsung dengan teras
reactor dan sistem pendingin skunder yang berinteraksi dengan menara pendingin.

a. Sistem pendingin primer


5

Sebagai medium pembawa panas pada sistem pendingin primer reaktor, maka
digunakan air bebas mineral yang berasal dari sistem penghasil air bebas mineral.
penanganan terhadap kualitas air pendingin primer sangat perlu diperhatikan.
Penanganan ini bertujuan untuk menjaga agar spesifikasi kualitas air pendingin primer
tetap terjaga. Metode yang digunakan adalah secara kontinyu air pendingin primer
dilewatkan pada sistem purifikasi (pemurnian) yang terdiri dari filter mekanis dan filter
penukar ion dan dilakukan secara rutin seminggu sekali dilakukan pengukuran pH,
konduktivitas dan perlakuan kimiawi yang berupa pengganti anresin penukar ion pada
sistem purifikasi (pemurnian).
Untuk mengetahui kejenuhan resin penukar ion pada sistem purifikasi
(pemurnian) dipasang instrumentasi pengukuran beda tekanan dan tingkat radioaktivitas
air kolam. Apabila resin penukar ion tersebut telah jenuh, maka diganti dengan resin
baru dan tidak dilakukan regenerasi, karena resin yang telah jenuh menjadi aktif. Pada
proses purifikasi (pemurnian) air, pada prinsipnya adalah reaksi pertukaran ion dimana
ion yang tidak dikehendaki diambil (dipindah) oleh resin penukar ion dari aliran air
tersebut. Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi
yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan yang
mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin
penukar ion terbagi menjadi dua yaitu: resin penukar kation dan resin penukar anion.
b. Sistem pendingin sekunder
Penanganan kualitas air pendingin sekunder bertujuan untuk menjaga agar
spesifikasi kualitas air pendingin sekunder tetap terpenuhi sehingga dapat menekan
permasalahan yang biasa timbul pada air pendingin sekunder yaitu terjadinya korosi,
timbulnya kerak dan adanya lumut/mikroorganisme. Metode yang dilakukan adalah
dengan cara pengukuran terhadap pH, konduktivitas dan kandungan unsur-unsur kimia
secara rutin seminggu sekali dan dilakukan perlakuan kimia yang berupa penambahan
bahan kimia tertentu seperti Nalco 23226 untuk menghambat korosi dan Nalco 2593,
Nalco 2890 dan NaOCl 12% untuk membersihkan lumut. Untuk penanganan masalah
kerak di lakukan dengan menggunakan bola-bola karet yang di lewatkan dalam pipa.
Pada sistem pendingin reaktor sekunder, pipa yang berada di dalam kolam terbuat dari
stainless steel. Pipa dan katup yang berada di luar gedung reaktor terbuat dari carbon
6

steel sedangkan pipa dan katup yang berada di dalam gedung reaktor terbuat dari
stainless steel.

5. Elemen kendali

Reaksi nuklir bisa tidak terkendali apabila partikel-partikel neutron yang dihasilkan
dari reaksi sebelumnya sebagian tidak ditangkap atau diserap. Untuk mengendalikan
reaksi ini, reaktor dilengkapi dengan elemen kendali yang dibuat dari bahan yang dapat
menangkap atau menyerap neutron. Elemen kendali juga berfungsi untuk menghentikan
operasi reaktor (shut down) sewaktu-waktu apabila terjadi kecelakaan.

6. Moderator

Fungsi dari moderator adalah untuk memperlambat laju neutron cepat (moderasi)
yang dihasilkan dari reaksi inti hingga mencapai kecepatan neutron thermal untuk
memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi nuklir selanjutnya (reaksi berantai). Bahan
yang digunakan untuk moderator adalah air atau grafit.

Gambar 2.1 Komponen Reaktor Nuklir

2.3 Jenis-jenis Reaktor Nuklir

1. Berdasarkan fungsinya
7

a. Reaktor penelitian / riset, yaitu reaktor nuklir yang digunakan untuk tujuan
penelitian, pengujian bahan, pendidikan / pelatihan dan bisa digunakan juga untuk
memproduksi radioisotop.

b. Reaktor daya, yaitu reaktor nuklir yang digunakan untuk menghasilkan daya
listrik / pembangkit tenaga listrik.

Ada perbedaan antara kedua reaktor ini, yaitu pada reaktor penelitian yang
diutamakan adalah pemanfaatan yang dihasilkan dari reaksi nuklir untuk keperluan
berbagai penelitian dan produksi radioisotop. Sedangkan panas yang dihasilkan
dirancang sekecil mungkin, sehingga dapat dibuang ke lingkungan. Pada reaktor daya
yang dimanfaatkan adalah uap yang bersuhu dan bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh
reaksi fisi untuk memutar turbin, sedangkan neutron yang dihasilkan sebagian diserap
dengan elemen kendali, dan sebagian diubah menjadi neutron untuk berlangsungnya
reaksi berantai.

2. Berdasarkan bahan pendingin yang digunakan yaitu:

a. Reaktor berpendingin air, meliputi reaktor jenis PWR (Pressurized Water Reaktor
= reaktor air tekan), BWR (Boiling Water Reaktor = reaktor air didih), GMBWR
(Graphite Moderated Boiling Water Reaktor = reaktor air didih moderasi grafit),
PHWR (Pressurized Heavy Water Reaktor = reaktor air berat tekan).

b. Reaktor berpendingin gas, gas yang biasa digunakan adalah CO2 dan N2. Reaktor
yang termasuk dalam jenis ini adalah MR (Magnox Reaktor = reaktor magnox)
dan AGR (Advanced Gas-Cooled Reaktor = reaktor maju berpendingin gas).

3. Berdasarkan bahan moderator (pemerlambat) yang digunakan

a. Reaktor air ringan : bahan moderasi yang digunakan adalah air ringan. Reaktor
dalam kelompok ini adalah : PWR, BWR, BMBWR.
8

b. Reaktor air berat : bahan moderasi yang digunakan adalah air berat (air yang
mempunyai kandungan Deuterium lebih besar daripada air ringan). Reaktor dalam
kelompok ini adalah : PHWR dan Reaktor Candu (Canadium-Deuterium-
Uranium).

c. Reaktor grafit : bahan moderasi yang digunakan adalah grafit. Reaktor dalam
kelompok ini adalah : MR, AGR, dan RBMR (reaktor yang digunakan oleh
Rusia).

2.4 Prinsip Kerja Reaktor Nuklir

Energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi nuklir dapat dimanfaatkan untuk
keperluan yang berguna. Untuk itu, reaksi fisi harus berlangsung secara terkendali di
dalam sebuah reaktor nuklir. Sebuah reaktor nuklir paling tidak memiliki empat
komponen dasar, yaitu elemen bahan bakar, moderator neutron, batang kendali, dan
perisai beton. Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan mengalami
fusi nuklir. Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah uranium U. Elemen
bahan bakar dapat berbentuk batang yang ditempatkan di dalam teras reaktor.

Neutron-neutron yang dihasilkan dalam fisi uranium berada dalam kelajuan yang
cukup tinggi. Adapun, neutron yang memungkinkan terjadinya fisi nuklir adalah
neutron lambat sehingga diperlukan material yang dapat memperlambat kelajuan
neutron ini. Fungsi ini dijalankan oleh moderator neutron yang umumnya berupa air.
Jadi, di dalam teras reaktor terdapat air sebagai moderator yang berfungsi
memperlambat kelajuan neutron karena neutron akan kehilangan sebagian energinya
saat bertumbukan dengan molekul-molekul air.

Fungsi pengendalian jumlah neutron yang dapat menghasilkan fisi nuklir dalam
reaksi berantai dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar reaksi berantai yang terjadi
terkendali dimana hanya satu neutron saja yang diserap untuk memicu fisi nuklir
berikutnya, digunakan bahan yang dapat menyerap neutron-neutron di dalam teras
9

reaktor. Bahan seperti boron atau kadmium sering digunakan sebagai batang kendali
karena efektif dalam menyerap neutron.

Gambar 2.2 Skema Reaktor Nuklir

Batang kendali didesain sedemikian rupa agar secara otomatis dapat keluar-masuk
teras reaktor. Jika jumlah neutron di dalam teras reaktor melebihi jumlah yang diizinkan
(kondisi kritis), maka batang kendali dimasukkan ke dalam teras reaktor untuk
menyerap sebagian neutron agar tercapai kondisi kritis. Batang kendali akan
dikeluarkan dari teras reaktor jika jumlah neutron di bawah kondisi kritis (kekurangan
neutron), untuk mengembalikan kondisi ke kondisi kritis yang diizinkan.

Radiasi yang dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir dapat
membahayakan lingkungan di sekitar reaktor. Diperlukan sebuah pelindung di sekeliling
reaktor nuklir agar radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor tidak menyebar ke
lingkungan di sekitar reaktor. Fungsi ini dilakukan oleh perisai beton yang dibuat
mengelilingi teras reaktor. Beton diketahui sangat efektif menyerap sinar hasil radiasi
zat radioaktif sehingga digunakan sebagai bahan perisai.
10

2.5 Peristiwa Kebocoran Reaktor Nuklir

Radiasi bocor dari keempat reaktor PLTN Fukushima. Pemerintah


memperingatkan warga untuk tetap di rumah menghindari terpapar udara luar.Dalam
pernyataan yang disiarkan televisi, PM Naoto Kan mengatakan radiasi menyebar dari
empat reaktor PLTN Fukushima Dai-ichi. Ini setelah terjadi ledakan di reaktor ketiga
dan kebakaran di reaktor keempat .Ini merupakan krisis nuklir terburuk yang dihadapi
Jepang sejak tragedy bom atom Hiroshima da Nagasaki. Ini juga pertama kali muncul
ancaman radiasi nuklir terbesar di dunia sejak peristiwa Chernobyl 1986.

Kebocoran reaktor nuklir yang berikutnya terjadi di Atucha, Argentina, pada 2005.
Kala itu pekerja di reaktor nuklir terpapar radiasi yang melebihi ambang batas. Juga
terjadi di Cadarache, Prancis, pada 1993, ketika kontaminasi radioaktif menyebar di
lingkungan sekitar tanpa sengaja. Bencana kecelakaan PLTN level 2 juga terjadi di
Forsmark, Swedia, pada 2006 saat fungsi keamanan rusak sehingga mengakibatkan
kegagalan di sistem penyuplai tenaga darurat di PLTN. Begitu pula di Sellafield,
Inggris, pada 2005. Kala itu ada kebocoran material radioaktif dalam jumlah besar di
dalam instalasi. Terjadi juga di Vandellos, Spanyol, pada 1989. Di tahun itu ada
kecelakaan yang diakibatkan oleh kebakaran sehingga mengakibatkan hilangnya sistem
keamanan di stasiun tenaga nuklir.

Kebocoran radioaktif juga terjadi dalam jumlah terbatas sehingga membutuhkan


tindakan penanganan. Beberapa orang tewas akibat radiasi. Beberapa kerusakan terjadi
di reaktor inti. Kebocoran radiasi dalam jumlah besar terjadi dalam instalasi, hal itulah
yang memungkinkan publik terpapar. Hal ini bisa timbul akibat kecelakaan besar atau
kebakaran.Kecelaaan ini terjadi di Windscale Pile, Inggris, pada 1957. Kala itu material
radioaktif bocor ke lingkungan sekitar sebagai akibat dari kebakaran di reaktor inti.
PLTN Three Mile Island, AS, juga mengalaminya pada 1979, di mana beberapa reaktor
inti rusak.

Kebocoran reaktor nuklir terburuk dalam sejarah terjadi di Chernobyl, Ukraina pada
April 1986. Selain memicu evakuasi ribuan warga di sekitar lokasi kejadian, dampak
11

kesehatan masih dirasakan para korban hingga bertahun-tahun kemudian misalnya


kanker, gangguan kardiovaskular dan bahkan kematian. Secara alami, tubuh manusia
memiliki mekanisme untuk melindungi diri dari kerusakan sel akibat radiasi maupun
pejanan zat kimia berbahaya lainnya. Namun seperti dikutip dari Foxnews, radiasi pada
tingkatan tertentu tidak bisa ditoleransi oleh tubuh dengan mekanisme tersebut.

Kebocoran radioaktif dengan jumlah besar terjadi sehingga berdampak luas pada
kesehatan dan lingkungan. Karena itu butuh respons dan tindakan jangka panjang.
Dialami oleh PLTN Chernobyl, Ukraina, pada 1986. Kala itu reaktor nomor empat
meledak. Akibatnya terjadilah kebakaran dan bocornya radioaktif dalam jumlah besar.
Lingkungan dan masyarakat terpapar radiasi ini. Uap radioaktif itu mengandung yodium
131, cesium 137 dan xenon yang volumenya 100 kali bom atom Hiroshima. Uap
radioaktif menyebar ke Uni Soviet, Eropa Timur, Eropa Barat dan Eropa Utara.
Sebagian besar warga di Ukraina, Belarusia dan Rusia diungsikan. Kala itu lebih dari
336.000 orang mengungsi. Pada 32 tahun yang lalu, Amerika Serikat (AS) dilanda
kecelakaan reaktor nuklir terbesar dalam sejarah negara itu. Salah satu reaktor pada
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Three Mile Island mengelami kerusakan
sehingga mengalami kebocoran radioaktif.

Menurut stasiun televisi History Channel, peristiwa itu berlangsung pada dini hari
ketika katup tekanan di reaktor Unit-2 gagal berfungsi. Ini mengakibatkan radiasi pada
fasilitas pendingin dan air yang sudah tercemar itu mengalir ke gedung-gedung di
sebelahnya. Komponen inti pada reaktor nuklir terancam meleleh sehingga
mengakibatkan radiasi skala besar. PLTN itu dibangun pada 1974 di pinggir sungai
Susquehanna, negara bagian Pennsylvania, dan baru beroperasi pada 1978. Namun,
setahun kemudian, PLTN mengalami kebocoran. Tidak mau berisiko timbulnya korban
jiwa, Gubernur Pennsylvania saat itu, Dick Thornburgh, langsung memerintahkan
evakuasi. Dalam beberapa hari berikut, lebih dari seratus ribu orang yang berada di
sekitar PLTN Three Mile Island mengungsi ke tempat yang jauh. Presiden AS saat itu,
Jimmy Carter, sampai turun tangan mengatasi bocornya radioaktif di PLTN Three Mile
Island. Beruntung, reaktor yang rusak itu tidak meledak dan komponen inti tidak sampai
meleleh. Situasi pun terkendali dan radiasi tidak sampai menyebar luas. Namun, sejak
12

saat itu, kepercayaan publik AS atas keamanan PLTN merosot drastis. Reaktor yang
rusak itu tidak digunakan lagi.

2.6 Dampak Kebocoran Reaktor Nuklir Bagi Manusia

Kebocoran nuklir terjadi ketika sistem pembangkit tenaga nuklir atau kegagalan

komponen menyebabkan inti reaktor tidak dapat dikontrol dan didinginkan sehingga
bahan bakar nuklir yang dilindungi yang berisi uranium atau plutonium dan produk fisi
radioaktif mulai memanas dan bocor. Sebuah kebocoran dianggap sangat serius karena
kemungkinan bahwa kontainmen reaktor mulai gagal, melepaskan elemen radioaktif
dan beracun ke atmosfer dan lingkungan. Dari sudut pandang pembangunan, sebuah
kebocoran dapat menyebabkan kerusakan parah terhadap reaktor, dan kemungkinan
kehancuran total.

Beberapa kebocoran nuklir telah terjadi, dari kerusakan inti hingga kehancuran
total terhadap inti reaktor. Dalam beberapa kasus hal ini membutuhkan perbaikan besar
atau penutupan reaktor nuklir. Sebuah ledakan nuklir bukanlah hasil dari kebocoran
nuklir karena, menurut desain, geometri dan komposisi inti reaktor tidak membolehkan
kondisi khusus memungkinkan untuk ledakan nuklir. Tetapi, kondisi yang menyebabkan
kebocoran dapat menyebabkan ledakan non-nuklir. Contohnya, beberapa kecelakaan
tenaga listrik dapat menyebabkan pendinginan bertekanan tinggi, menyebabkan ledakan
uap.

Kebocoran nuklir adalah dampak yang paling ditakutkan di balik manfaaat energi
nuklir bagi manusia. Dalam catatan sejarah manusia terdapat kejadian kecelakan nuklir
terbesar di dunia di antaranya adalah kecelakaan Chernobyl, Three Mile Island Amerika
dan mungkin di Fukushima Jepang.

Diantaranya dampak dari kebocoran reaktor nuklir adalah :

a. Dampak sesaat atau jangka pendek akibat radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir
antara lain mual muntah, diare, sakit kepala dan demam.
13

b. Dampak jangka menengah atau beberapa hari setelah paparan adalah pusing, mata
berkunang-kunang. Disorientasi atau bingung menentukan arah, lemah, letih dan
tampak lesu, muntah darah atau berak darah, kerontokan rambut dan kebotakan,
tekanan darah rendah , gangguan pembuluh darah dan luka susah sembuh.

c. Dampak jangka panjang dari radiasi nuklir umumnya justru dipicu oleh tingkat
radiasi yang rendah sehingga tidak disadari dan tidak diantisipasi hingga
bertahun-tahu(seperti yang sudah terjadi di Ukraina).

d. Beberapa dampak kesehatan akibat paparan radiasi nuklir jangka panjang antara
lain Kanker terutama kanker kelenjar gondok, mutasi genetik, penuaan dini dan
gangguan sistem saraf dan reproduksi.

Dampak kebocoran reaktor nuklir secara spesifik terhadap manusia :

a. Rambut akan menghilang dengan cepat, bila terkena radiasi di 200 Rems atau
lebih. Rems merupakan satuan dari kekuatan radioaktif.

b. sel-sel otak tidak akan rusak secara langsung kecuali terkena radiasi berkekuatan
5000 Rems atau lebih. Seperti halnya jantung, radiasi membunuh sel-sel saraf dan
pembuluh darah dan dapat menyebabkan kejang dan kematian mendadak.

c. Kelenjar tiroid sangat rentan terhadap yodium radioaktif. Dalam jumlah tertentu,
yodium radioaktif dapat menghancurkan sebagian atau seluruh bagian tiroid.

d. Sistem Peredaran Darah. Ketika terkena radiasi sekitar 100 Rems, jumlah limfosit
darah akan berkurang, sehingga korban lebih rentan terhadap infeksi. Gejala awal
ialah seperti penyakit flu.

e. Jantung. Bila terkena radiasi berkekuatan 1000 sampai 5000 Rems mengakibatkan
kerusakan langsung pembuluh darah dan menyebabkan gagal jantung dan
kematian mendadak.
14

f. Saluran Pencernaan. Radiasi dengan kekuatan 200 rems akan menyebabkan


kerusakan pada lapisan saluran usus dan dapat menyebabkan mual, muntah dan
diare berdarah.

g. Saluran Reproduksi. Saluran reproduksi akan merusak saluran reproduksi cukup


dengan kekuatan di bawah 200 Rems. Dalam jangka panjang, korban radiasi akan
mengalami kemandulan.

2.7 Dampak Kebocoran Reaktor Nuklir Terhadap Lingkungan

Tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia, dampak lainnya terhadap


lingkungan diantaranya akan terjadi hujan asam dimana melalui ini akan menyebarkan
radiasinya, disamping itu tumbuhan dan hewan juga akan mati khususnya di daerah
yang radius terkena pencemarannya.

Mengingat bahaya yang ditimbulkan dari kebocoran tersebut kita harus


mengantisipasi beberapa pencegahan yang diusahakan agar tidak menyebarkan radiasi
reaktor nuklir.

2.8 Keunggulan dan Kelemahan Reaktor Nuklir


Energi Nuklir, sebagi salah satu sumber Energi, Energi Nuklir adalah Energi yang
paling ditakutkan. Yang di takutkan dari Energi Nuklir adalah bahayanya bagi
keselamatan dan kesehatan hidup manusia.
Berikut ini adalah beberapa kelemahan dan kelebihan Energi Nuklir sebagai
sumber Energi.
Kelebihan :
1. Bahan bakarnya tidak mahal
2. Mudah untuk dipindahkan (dengan sistem keamanan yang ketat),
3. Energinya sangat tinggi, dan Tidak mempunyai efek rumah kaca dan hujan asam
Kelemahan:
15

1. Butuh biaya yang besar untuk sistem penyimpanannya disebabkan dari bahaya
radiasi energi nuklir itu sendiri
2. Masalah kepemilikan energi nuklir disebabkan karena bahayanya massal dan
Produk buangannya yang sangat radioaktif
3. Nuklir sebagai senjata pemusnah

2.9 Aplikasi Reaktor Nuklir


Sebagai penghasil radioisotop, reaktor atom dapat menghasilkan berbagai macam
radioisotop yang dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan. Selain itu reaktor atom
juga dapat menghasilkan neutron yang dapat digunakan untuk penelitian. Unsur
radioaktif yang tersedia di alam tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tertentu
yang menghendaki sifat-sifat tertentu dari unsur radioaktif tersebut.
Penggunaan radioisotop, di samping mendatangkan banyak manfaat, juga dapat
mendatangkan masalah. Masalah yang dihadapi sekarang ini di antaranya, masalah
pengontrolan dan pembuangan limbah nuklir. Pembuatan persenjataan nuklir dari
negara-negara maju maupun negara yang berkembang yang tidak dikontrol akan
membahayakan bagi kehidupan.
Di bidang kedokteran, radioisotop digunakan untuk keperluan diagnosis dan
perawatan medis. Mesin sinar X merupakan peralatan diagnosis penting yang selama
bertahun- tahun telah digunakan. Alat ini membutuhkan arus listrik untuk
pengoperasiannya. Kini dengan menggunakan sinar gamma dari sinar radioisotop, dapat
diperoleh hasil yang sama. Karena peralatan yang menggunakan sinar gamma sangat
ringan dan tidak memerlukan arus listrik yang besar, maka alat ini dapat digunakan di
lapangan atau di tempat-tempat yang sekiranya pasien sulit dipindahkan ke ruang sinar
X.
Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif. Radionuklida
mampu memancarkan radiasi. Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja
dibuat oleh manusia dalam reaktor penelitian. Tergolong ke dalam zat radioaktif, unsur
tersebut biasanya bersifat labil, berarti tergolong zat radioaktif adalah isotopnya, karena
untuk mencapai kestabilan salah satunya harus melakukan peluruhan. Peluruhan zat
radioaktif untuk menghasilkan unsur yang lebih stabil sambil memancarkan partikel
seperti, partikel alpha (sama dengan inti He), partikel beta (), dan partikel gamma
(). Bagi sebagian orang, radioisotop masih memberikan kesan menyeramkan dan
16

bahkan menakutkan. Namun, sesungguhnya radioisotop telah memberikan kontribusi


yang berarti dalam kehidupan manusia. Mereka memberikan manfaat baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
umat manusia. Sebenarnya radioisotop bukanlah sesuatu yang menyeramkan bagi
kehidupan manusia melainkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan berguna bagi
kehidupan manusia. Selain di bidang kesehatan, radioisotop juga dapat dimanfaatkan
dalam bidang industri, pertanian, arkeologi, pertambangan, kimia dan kesenian.
Penggunaan radioisotop dapat dibedakan menjadi dua: sebagai penurut dan sumber
radiasi. Radioisotop dipergunakan sebagai sebagai penurut karena perpindahannya
dapat ditelusuri berdasarkan radiasi yang dipancarkan. Dan sebagai sumber radiasi
karena daya tembus radiasinya serta akibat radiasi terhadap bahan yang dilaluinya.
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan
zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang
berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang bermuatan negatif diberi nama sinar
beta. Selanjutnya Paul U.Viillard menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak
bermuatan dan diberi nama sinar gamma.
Peran radioisotop sebagai pencari jejak tidak terlepas dari sifat-sifat khas yang
dimilikinya.
Pertama, radioisotop memancarkan radiasi dimanapun dia berada dan mudah
dideteksi. Radioisotop ibarat lampu yang tidak pernah padam senantiasa memancarkan
cahayanya. Radioisotop dalam jumlah sedikit sekalipun dapat dengan mudah diketahui
keberadaannya. Dengan teknologi pendeteksian radiasi saat ini, radioisotop dalam
kisaran pikogram (satu per satu trilyun gram) pun dapat dikenali dengan mudah.
Sebagai ilustrasi, jika radioisotop dalam bentuk carrier free (murni tidak mengandung
isotop lain) sebanyak 0,1 gram saja dibagi rata ke seluruh penduduk bumi yang
jumlahnya lebih dari 5 milyar, jumlah yang diterima oleh masing-masing orang dapat
diukur secara tepat.
Kedua, laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi
jumlah atom radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik
temperatur, tekanan, pH dan sebagainya. Penurunan radioaktivitas ditentukan oleh
waktu paruh, waktu yang diperlukan agar intensitas radiasi menjadi setengahnya. Waktu
paruh ini merupakan bilangan khas untuk tiap-tiap radioisotop. Misalnya karbon-14
17

memiliki waktu paruh 5.730 tahun, sehingga radioaktivitasnya berkurang menjadi


separonya setelah 5.730 tahun berlalu. Seluruh radioisotop yang telah berhasil
ditemukan telah diketahui pula waktu paruhnya. Waktu paruh radioisotop bervariasi dari
kisaran milidetik sampai ribuan tahun. Waktu paruh ini merupakan faktor penting dalam
pemilihan jenis radioisotop yang tepat untuk keperluan tertentu.
Ketiga, intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang
disusunnya. Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau ikatan kimia yang berperan
adalah elektron, utamanya elektron pada kulit atom terluar, sedangkan peluruhan
radioisotop merupakan hasil dari perubahan pada inti atom.
Keempat, radioisotop memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan isotop lain
sehingga sifat kimia yang dimiliki radioisotop sama dengan isotop-isotop lain dari unsur
yang sama. Radioisotop karbon-14, misalnya, memiliki karakteristik kimia yang sama
dengan karbon-12.
Kelima, radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma, memiliki daya tembus
yang besar. Lempengan logam setebal beberapa sentimeter pun dapat ditembus oleh
radiasi gamma, utamanya gamma dengan energi tinggi. Sifat ini mempermudah dalam
pendeteksian.

2.10 Pengelolaan Limbah Radioaktif

a. Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif merupakan hasil samping dari kegiatan pemanfaatan


teknologi nuklir. Dalam limbah radioaktif ini terdapat unsur-unsur radioaktif yang
masih memancarkan radiasi. Limbah radioaktif tidak boleh dibuang ke lingkungan
karena radiasi yang dipancarkan berpotensi memberikan efek merugikan terhadap
kesehatan manusia.
Program pengelolaan limbah radioaktif ditujukan untuk menjamin agar tidak
seorang pun akan menerima paparan radiasi melebihi nilai batas yang diizinkan.
Terdapat hal-hal unik yang menguntungkan dalam rangka pengelolaan limbah
radioaktif:
1) Sifat fisika dari zat radioaktif yang selalu meluruh menjadi zat stabil (tidak
radioaktif lagi). Karena terjadi peluruhan, maka jumlah zat radioaktif akan
selalu berkurang oleh waktu. Sifat ini sangat menguntungkan karena cukup
18

hanya dengan meyimpan secara aman, zat radioaktif sudah berkurang dengan
sendirinya.

2) Sebagian besar zat radioaktif yang terbentuk dalam teras reaktor nuklir
umumnya memiliki waktu paro yang sangat pendek, mulai orde beberapa detik
hingga beberapa hari. Hal ini menyebabkan peluruhan zat radioaktif yang
sangat cepat yang berarti terjadi pengurangan volume limbah yang sangat besar
dalam waktu relatif singkat.

3) Saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai jenis alat ukur yang sangat peka
terhadap radiasi. Dengan alat ukur ini keberadaan zat radioaktif skecil apa pun
selalu dapat dipantau.

b. Pengolahan Limbah Radioaktif

Secara keseluruhan, pengelolaan limbah radioaktif yang lazim dilakukan


meliputi tiga pendekatan pokok bergantung besar kecilnya volume limbah, tinggi
rendahnya aktivitas zat radioaktif serta sifat-sifat fisika dan kimia limbah tersebut.
Tiga pendekatan pokok itu meliputi:
1) Limbah radioaktif dipekatkan dan dipadatkan yang pelaksanaannya dilakukan
di dalam wadah khusus untuk selanjutnya disimpan dalam waktu yang cukup
lama. Cara ini efektif untuk pengelolaan limbah radioaktif cair yang
mengandung zat radioaktif beraktivitas sedang dan atau tinggi.

2) Limbah radioaktif disimpan dan dibiarkan meluruh dalam tempat penyimpanan


khusus sampai aktivitasnya sama dengan aktivitas zat ardioaktif lingkungan.
Cara ini efektif jika dipakai untuk pengelolan limbah radioaktif cair atau padat
yang beraktivitas rendah dan berwaktu paroh pendek.

3) Limbah radioaktif diencerkan dan didispersikan ke lingkungan. Cara ini efektif


untuk pengelolaan limbah radioaktif cair atau gas beraktivitas rendah.

Dengan ketiga pendekatan itu diharapkan bahwa aktivitas limbah radioaktif


yang lepas ke lingkungan sama dengan aktivitas zat radioaktif yang secara
alamiah sudah ada pada lingkungan. Dengan cara itu factor keselamatan manusia
19

dan lingkungan tetap merupakan prioritas utama dalam pemanfaatn teknologi


nuklir.
c. Penyimpanan Lestari

Baik bahan bakar bekas yang tidak mengalami proses ulang maupun bahan-
bahan radioaktif sisa hasil proses olah ulang akan tetap diperlakukan sebagai
limbah radioaktif. Oleh karena itu, semua bentuk limbah radioaktif harus
disimpan secara lestari. Penyimpanan lestari limbah radioaktif secara aman
merupakan tujuan akhir dari pengelolaan limbah radioaktif.
Untuk mempermudah dalam proses penyimpanan lestari limbah radioaktif,
maka semua bentuk limbah diubah ke dalam bentuk padat. Limbah radioaktif cair
yang terbentuk diolah dengan proses evaporasi. Sistem ini mampu mengolah
limbah radioaktif cair menjadi konsentrat radioaktif dan destilat yang tidak
radioaktif. Alat ini mampu mereduksi volume limbah cair dengan faktor reduksi
50. Artinya, jika ada 50 m3 limbah cair yang diolah, maka akan dihasilkan 1 m3
konsentrat radioaktif, sisanya menjadi air destilat yang sudah tidak radioaktif.
Gas-gas yang terbentuk juga terkungkung dalam pengungkung reaktor. Gas ini
kemudian disaring melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis.
Setelah dipakai untuk pengikatan radioaktif, filter tersebut selanjutnya
diperlakukan sebagai limbah padat.

Gambar 2.3 Skema Pengelolaan Limbah Radioaktif

Pemadatan limbah radioaktif dimaksudkan agar limbah tersebut terikat dengan


kuat alam suatu matriks padat sangat kuat. Matriks dirancang mampu bertahan
hingga zat radioaktif yang diikatnya meluruh mencapai kondisi radioaktifnya
setara dengan radioaktif lingkungan. Dengan pemadatan seperti ini maka zat
20

radioaktif tidak akan terlepas ke lingkungan dalam kondisi apa pun selama
disimpan.
Proses pemadatannya bisa dilakukan dengan semen (sementasi), aspal
(bitumenisasi), polimer (polimerisasi), maupun bahan gelas (vitrikasi). Padatan
limbah radioaktif kemudian dimasukkan ke dalam kontainer yang dibuat dari baja
tahan karat. Reaktor nulir untuk pembangkit yang menghasilkan tenaga berdaya
1.200 MWe setiap tahunnya menghasilkan limbah radioaktif padat berupa bahan
bakar bekas sebanyak 30 tahun. Namun setelah diolah ulang dan dipadatkan,
volume limbah hanya sebanyak 4 m3. Selanjutnya disimpan dalam penyimpanan
sementara yang berukuran 50m x 50 m x 4 m. Tempat penampungan ini mampu
menampung limbat padat yang berasal dari 10 reaktor yang beroperasi selama 50
tahun.
Setelah mengalami penyimpanan selama 50 tahun di penyimpanan sementara,
kemampuan memancarkan radiasi dari limbah tersebut sudah sangat kecil.
Selanjutnya dipindahkan ke tempat penyimpanan akhir (ultimate storage) yang
berada di bawah permukaan tanah. Tahapan penyimpanan akhir ini atau
penyimpanan lestari merupakan merupakan tahap akhir proses pengolahan
limbah. Falsafahnya: zat radioaktif yang semula diambil dari tanah (proses
penambangan uranium), dikembalikan lagi ke dalam tanah.

Gambar 2.4 Penyimpanan Lestari Limbah Radioaktif

Anda mungkin juga menyukai