Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pelaksanaan Kegiatan

Studi Banding Program Pengendalian AI di Vietnam


Hanoi, 9-13 Maret 2010

Peserta StudI Banding Pengendalian AI di Vietnam

Direktorat Jenderal Peternakan


Kementerian Pertanian R.I
2010

1
Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Studi Banding Program Pengendalian AI di Vietnam
Hanoi, 9-13 Maret 2010

Daftar Isi :

I. Pendahuluan

II. Maksud dan Tujuan

III. Peserta

IV. Pelaksanaan Kegiatan

V. Hasil Kegiatan
A. Sambutan Director General of Department Animal Health
Vietnam
B. Sambutan Ketua Tim Indonesia
C. Pengembangan Usaha Perunggasan
D. Pelaksanaan Program Pengendalian AI
E. Kunjungan ke Fasilitas Laboratorium National Center for
Veterinary Diagnostic Laboratory (NCVDL)
F. Kunjungan ke Pasar/Tempat Penampungan Unggas
G. Kunjungan ke Tempat Pemotongan Unggas

VI. Kesimpulan dan Rekomendasi

VII. Ucapan Terima Kasih

VIII. Penutup

2
I. Pendahuluan

1. Pada tahun 2003 penyakit Avian Influenza (AI) mulai


mewabah di berbagai Negara Asia hingga hampir ke seluruh
dunia. Di Indonesia wabah Highly Pathogenic Avian Influenza
(HPAI) pertama kali terjadi pada unggas pada tahun 2003
selanjutnya dalam waktu yang sangat cepat telah menyebar ke
31 dari 33 provinsi wilayah Indonesia, kecuali provinsi Maluku
Utara dan Gorontalo belum dilaporkan terjadinya kasus AI..

2. Kejadian penyakit HPAI di Indonesia baru pertama


dilaporkan dan , belum banyak diketahui. secara pasti sifat
virus dan cara pengendaliannya. Sehingga Indonesia dan
pada setiap negara yang terserang wabah HPAI melakukan
kajian sifat virus dan menerapkan strategi pencegahan,
pengendalian maupun pemberantasan penyakit yang berbeda
serta memberikan hasil yang bervariasi juga di setiap negara.

3. Di Indonesia, puncak kejadian kasus AI pada unggas yang


disertai kepanikan masyarakat dan industri perunggasan
dilaporkan pada tahun 2004, kemudian disusul dengan
terbuktinya kasus AI pertama pada manusia dan meninggal
pada tahun 2005. Kasus pada unggas dan manusia sudah
relatif terkendali sejak tahun 2008 hingga saat ini.

4. Penerapan prinsip 9 Strategi Pengendalian AI dinilai cukup


efektif dalam menekan kasus AI pada unggas dan manusia
serta kerugian peternak unggas, namun demikian dalam
perkembangannya dari tahun ke tahun masih memerlukan
penyesuaian strategi pengendalian berdasarkan
perkembangan situasi penyakit dan dinamika virus AI yang
telah terjadi.

5. Berdasarkan berbagai penelitian, kajian dan evaluasi yang


telah dilakukan menunjukkan bahwa kasus AI tertinggi pada
unggas dan manusia terjadi di wilayah Jawa Bagian Barat
(Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta) yang
merupakan bagian Wilayah Risiko Tinggi AI didasarkan pada
kriteria tingginya populasi dan lalulintas unggas serta tingginya
kasus AI pada unggas dan manusia.

6. Guna mencapai percepatan menekan kasus AI tersebut maka


dalam Rencana Kerja Strategis Nasional (National Strategic
Work Plan) Pengendalian AI tahap I (2006-2008) dan tahap II
(2009-2011), di wilayah Jawa Bagian Barat tersebut diterapkan
berbagai strategi pengendalian AI yang intensif dengan
mengerahkan berbagai sumber daya nasional yang ada
maupun bantuan luar negeri. Hal tersebut disadari mengingat
keterbatasan sumberdaya, kapasitas SDM dan sarana

3
prasarana yang masih belum memadai di daerah tersebut
apabila dibanding dengan tantangan beratnya permasalahan
yang harus dihadapi, maka pemerintah pusat telah
mengkoordinasikan beberapa bantuan luar negeri untuk
mendukung sepenuhnya intensifikasi program pengendalian AI
di Wilayah Jawa Bagian Barat tersebut.

7. Salah satu Negara Donor yang memberikan bantuan di wilayah


tersebut adalah Pemerintah Negara Belanda melalui Proyek
IndonesiaDutch Partnership (IDP) selama 5 tahun. Bentuk
bantuan yang diberikan dalam program pengendalian AI pada
umumnya diarahkan sebagai kajian, peningkatan ketrampilan
SDM kesehatan hewan dan bantuan teknis laboratorium.

8. Dalam rangka peningkatan pengetahuan SDM Kesehatan


Hewan dan penguatan komitmen para Pejabat Penentu
Kebijakan dalam Dinas Provinsi yang membidangi sub sektor
peternakan dan kesehatan hewan di wilayah tersebut, maka
berdasarkan masukan dan identifikasi kebutuhan pemerintah
daerah serta mendapat persetujuan dari IDP dan Direktorat
Kesehatan Hewan selanjutnya ditetapkan kegiatan Studi
Banding ke Hanoi, Vietnam , pada tanggal 9-13 Maret 2010.

II. Maksud dan Tujuan

1. Meningkatkan pengetahuan dan komitmen para pejabat


penentu kebijakan bidang kesehatan hewan khususnya dalam
program pengendalian AI, baik di 3 provinsi Jawa Bagian Barat
dan di tingkat Nasional
2. Mengetahui perbandingan situasi, permasalahan, tantangan,
keberhasilan dalam program pengendalian AI di Negara
Vietnam, sehingga dapat digunakan sebagai referensi dalam
mengatasi permasalahan di wilayahnya masing-masing.
3. Saling berbagi pengalaman pengendalian AI antar kedua
Negara Indonesia dan Vietnam dalam semangat kerjasama
Negara ASEAN

III. Peserta

Provinsi Banten
1. Ir. Agus M Tauchid
2. Ir. Irwan Efendi

Provinsi Jawa Barat


3. Drh. Sri Mudjiartiningsih
4. Drh. Arif Hidayat

Provinsi DKI Jakarta


5. Drh. Sri Mulyono
6. Drh. Chaidir Taufik

4
Direktorat Kesehatan Hewan dan UPPAI Pusat
7. Drh. Nilma Lubis
8. Drh. Winny Windarto
9. Drh. Muhammad Azhar
10. Drh. Tatty Syafriati

Indonesian Dutch Partnership (IDP)


11. Dr. Ivo Classen

IV. Pelaksanaan Kegiatan

Agenda dan lokasi kegiatan sebagai berikut :

Hari I : Selasa, 9 Maret 2010.


Keberangkatan Tim dari Jakarta ke Hanoi Vietnam, menginap di
Flower Garden Hotel, 46 Nguyen Truong To Street, Ba Dinh District
Hanoi.

Hari II : Rabu, 10 Maret 2010.


Kunjungan ke Departemen Kesehatan Hewan
1. Sambutan selamat datang dari Direktur Jenderal Kesehatan
Hewan : Dr. Hoang Van Nam
2. Presentasi dari Dr. Van Dang Ky, Senior Epidemiologist dan Dr
Nguyen Ngoc Tien tentang Situasi dan Strategi Pengendalian AI
di Vietnam
3. Presentasi dari Dr. Tan Long To, Director of National Center for
Veterinary Diagnostic Laboratory (NCVDL)
4. Diskusi umum
5. Kunjungan ke fasilitas laboratorium NCVDL (Gambar 1)

Hari III : Kamis, 11 Maret 2010.


6. Kunjungan ke Collector yard (Gambar 2a, 2b, 2c)
7. Kunjungan ke Tempat Pemotongan Unggas (Gambar 3a, 3b)
8. Presentasi oleh Direktur Department of Livestock Production:
Nguyen Thanh Son PhD

Hari IV : Jumat, 12 Maret 2010


9. Diskusi analisa hasil kegiatan pada dua hari sebelumnya.
10. Field Trip ke beberapa obyek wisata di Hanoi antara lain: Tran
Quoc Pagoda, dekat West Lake, Danau terbesar di Hanoi; Ho
Chi Minh Mausoleum; Quoc Tu Gnam, The first University in
Vietnam dan Hang Gai Street / Dong Xuan Market.

Hari V : Sabtu, 13 Maret 2010


11. Tim kembali dari No Bai Airport Hanoi ke Jakarta

5
V. Hasil Kegiatan

A. Sambutan Director General of Department of Animal Health


Vietnam, Dr. Hoang Van Nam
1. Dr. Hoang Van Nam memperkenalkan jajaran staf
Department of Animal Health
2. Menyampaikan ucapan selamat datang kepada Tim Indonesia
dan menerima dengan sangat ramah dan terbuka untuk
senantiasa terus meningkatkan hubungan kerjasama antara
pemerintah Negara Indonesia dan Viet Nam di masa yang
akan datang
3. Secara ringkas disampaikan bahwa pengendalian penyakit AI
pada unggas di Viet Nam telah memberikan hasil yang lebih
baik dengan semakin menurunnya jumlah outbreak pada
unggas dan kasusnya pada manusia, namun diakui tantangan
yang harus dihadapi masih sangat berat untuk dapat
memberantas AI di Negara tersebut
4. Diinformasikan pula bahwa Jajaran Kementerian Pertanian
Viet Nam saat ini tengah sangat sibuk sehubungan dengan
telah ditunjuknya sebagai Tuan Rumah dalam
penyelenggaraan International Ministerial Conference of
Avian and Pandemic Influenza yang akan diadakan di Hanoi,
tanggal 20-21 April 2010.

B. Sambutan Ketua Tim Indonesia oleh Drh. M. Azhar


1. Memperkenalkan seluruh anggota tim peserta dan instansi
provinsi tempat bertugas masing-masing
2. Menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan tim ke Hanoi
Vietnam yang pada dasarnya untuk memperoleh berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam kebijakan dan
operasional pengendalian AI di Vietnam guna dapat
memperkaya wawasan dalam meningkatkan pencapaian
tujuan pengendalian AI di Indonesia
3. Menginformasikan gambaran singkat secara umum usaha
industri perunggasan dan secara khusus perkembangan
situasi AI terkini serta strategi pengendalian penyakitnya.
4. Ucapan terima kasih atas nama pemerintah Indonesia dan
secara khusus Tim Studi Banding yang telah dapat diterima
dengan baik dan akrab oleh jajaran Ministry of Agriculture and
Rural Development Viet Nam, khususnya Department of
Animal Health selama 3 hari tanggal 10-12 Maret 2010 di
Hanoi, Viet Nam.

6
C. Pengembangan usaha peternakan unggas
(disampaikan oleh: Deputy Director General Department of
Livestock Production, Nguyen Thanh Son, PhD)

1. Gambaran umum
a. Negara Viet Nam yang beribukota di Hanoi, memiliki luas
area 332,000 km2 menyusuri pantai berbatasan dengan
beberapa negara yakni China Laos dan Kambodja,
-Sebelah utara berbatasan dengan Republik Rakyat
China (RRC)
-Sebelah barat laut berbatasan dengan Laos
-Sebelah barat daya berbatasan dengan Kamboja
-Sebelah timur berbatasan dengan Laut China Selatan.
b. Dalam struktur tingkatan pemerintahan, negara Vietnam
di bagi dalam 64 provinces, 750 Districts dan 11.000
villages
Pemerintah Vietnam mengelompokkan 64 provinsi
menjadi delapan wilayah regional yaitu (a) Regional:
Barat Laut, (b) Regional Timur Laut, (c) Regional Delta
Sungai Merah, (d) Regional Pantai Tengah Utara, (e)
Regional Pantai Tengah Selatan, (f) Regional Dataran
Tinggi Tengah, Tenggara, dan (g) Regional Delta Sungai
Mekong.
c. Berpenduduk sekitar 86 juta jiwa, 70 % warganya
mayoritas sebagai petani. Produksi pertanian memberi
kontribusi sebesar 30 % terhadap GDP nasional.
Perkebunan dan peternakan merupakan sektor yang
paling dominan. Peternakan sendiri memberi kontribusi
sebesar 19,7 % terhadap sektor pertanian.

2. Populasi, produksi industri perunggasan


a. Usaha peternakan unggas dan babi memberikan
kontribusi yang dominan dari industri sektor peternakan
di Vietnam.
b. Populasi unggas di Vietnam sekitar 250 juta ekor rata-
rata meningkat sekitar 7-8 % per tahun. Sempat
mengalami penurunan yang drastis sejak tahun 2003
saat awal terjadinya wabah AI di Vietnam. Namun
setelah dilakukan program pengendalian AI secara
intensif, maka sejak tahun 2007 hingga 2009 telah
menunjukkan peningkatan populasi kembali hingga
mencapai 12 % per tahun.

Kurang lebih 61.332.200 orang atau 70% penduduk


Vietnam tinggal di pedesaan. Sebanyak 8 juta rumah
tangga atau 90% dari rumah tangga di Vietnam
memelihara unggas. Pada tahun 2006 populasi unggas
diperkirakan berjumlah 214.565.000 ekor dengan
perincian populasi ayam sebanyak 73% atau 156,6

7
juta ekor dan populasi unggas air (terutama itik dan
entok) sebanyak 27% atau 57,93 juta ekor.
Hampir sama dengan kondisi di Indonesia, pemeliharaan
ternak ayam, secara backyard, dikombinasikan dengan
pemeliharaan itik, berada di daerah produksi padi.
Ternak unggas mempunyai fungsi sosial dan merupakan
salah satu sumber protein hewani dan pendapatan rumah
tangga di pedesaan. Pemeliharaan secara backyard
mencirikan adanya investasi atau biaya input yang
rendah namun mampu menyerap tenaga kerja, siklus
produksi pendek, mudah dipasarkan namun mempunyai
risiko yang tinggi. Hasil sensus tahun 2006
memperlihatkan bahwa sektor perunggasan di Vietnam
didominasi oleh peternakan rakyat sebagaimana terlihat
pada Tabel 1
FAO menetapkan 4 kategori (4 sektor) pemeliharaan
unggas di Vietnam yaitu
Sektor I : pola industri, terintegrasi, intensif, skala besar,
tingkat biosekuriti yang tinggi, produk komersial
Sektor II : pola semi intensif, berorientasi pasar, tingkat
biosekuriti sedang sampai tinggi
Sektor III : tingkat biosekuriti rendah
Sektor IV : skala rumah tangga (backyard)

D. Pelaksanaan Program Pengendalian AI


(disampaikan oleh Dr. Van Nam Ky, Senior Epidemiologist Department of
Animal Health)

1. Organisasi Pelayanan Kesehatan Hewan

Pelayanan kesehatan hewan dapat dilaksanakan dengan 1 jalur


komando dari tingkat kementerian, provinsi, kabupaten dan desa secara
tegas dengan memiliki otoritas veteriner yang jelas di setiap masing-
masing tingkatan, yakni :
a. Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan
(Ministry of Agriculture and Rural Development) Vietnam
membawahi langsung beberapa Departemen, antara lain yang
terkait bidang peternakan adalah Department of Livestock
Production / DLP (dikepalai oleh seorang Director General atau
setingkat Direktur Jenderal) dan Department of Animal Health /
DAH (dikepalai oleh seorang Director General atau setingkat
Direktur Jenderal sekaligus bertindak sebagai pemegang otoritas
tertinggi di Vietnam)
b. Dalam struktur DAH membawahi beberapa (8) Divisi berdasarkan
fungsinya : (1) Administrasi dan kepegawaian (2) Epidemiologi (3)
Kesehatan Ikan (4) Inspeksi dan Karantina Hewan (5) Manajemen
Obat dan Vaksin Hewan (6) Perundangan dan Pengawasan (7)
Perencanaan (termasuk Kerjasama Internasional dan Ilmiah) (8)
Keuangan

8
c. Di tingkat Provinsi terdapat instansi vertikal yang menangani
bidang kesehatan hewan yakni Sub-Department of Animal Health
(Sub Departemen Kesehatan Hewan)
d. Di tingkat District atau Kabupaten, bidang kesehatan hewan
ditangani oleh District Veterinary Station (Stasion Kesehatan
Hewan), sedangkan di tingkat Desa ada Communal Veterinary
Team (Tim Masyarakat Veteriner)
e. Di tingkat pusat, DAH membawahi beberapa Pusat (Center) yang
memiliki tugas fungsi secara spesifik, yakni
(1) Veterinary Drug and Vaccine Company.
(2) Professional Centers
(3) The National Center for Vet. Diagnostic
(4) The National Center for Vet. Bio-products Inspection 1, 2
(5) The National Center for Hygiene Inspection 1, 2

Gambar Struktur Pelayanan Veteriner di Vietnam.

2. Epidemiologi Avian Influenza di Vietnam.


Kasus AI di Vietnam terjadi pada unggas terlebih dahulu, baru
kemudian terjadi pada manusia. Wabah AI dimulai dari wilayah selatan,
kemudian menyebar cepat ke wilayah utara. Wabah AI pada unggas
terjadi di dalam 5 gelombang sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Sejak
pertengahan 2007 sifat kasus bersifat sporadic. Kasus AI pada manusia
adalah sebagai berikut :
a. Tahun 2004 : 29 orang (20 orang meninggal)
b. Tahun 2005 : 61 orang (19 orang meninggal)
c. Tahun 2006 : tidak ada kasus

9
d. Tahun 2007 : 8 orang (5 orang meninggal)
e. Tahun 2008 : 5 orang (5 orang meninggal)
f. Tahun 2009 : 4 orang (4 orang meninggal)
Sebanyak 97% penderita mempunyai sejarah kontak dengan unggas.

Tabel 1 Kasus Avian Influenza pada Unggas di Vietnam


(Desember 2003 s.d. Pebruari 2010).
GELOMBANG / PERIODE
No PARAMETER
I II III IV V
1 2 3 4 5 6 7
Des 2003 Des 2004 Des 2006 s.d. Jan 2007
Apr Okt
s.d. s.d. dan Maret 2007 s.d. saat ini
1. Waktu Maret
s.d.
Maret
s.d.
Nop 2004 Des 2005 2008 2009 2010
2004 2005
2. Jumlah kasus 97 130 35
Jumlah Provinsi 57 17 36 24 27 17 11
3. daerah Kab/kota 51 35 19
tertular Komunal 76 71 35
Jumlah TOTAL 45 juta 84.000 1.850.000 4.000.000 75.970 127.725 19.817
culling Ayam 29.048 23.265 4.709
4. unggas Itik 43.957 103.500 14.873
(ekor) Entok 2.965 960 253

Kurva Kasus Avian Influenza pada Unggas di Vietnam


300

250

200

150

100

50

0
May

May

May

May
Jan
Feb

Jun

Aug
Sep

Jan
Feb

Jun

Aug
Sep

Jan
Feb

Jun

Aug
Sep

Jan
Feb

Jun

Aug
Sep

Jan
Mar

Mar

Mar

Mar
Dec

Dec

Dec

Dec
Oct

Oct

Oct

Oct
Jul

Jul

Jul

Jul
Apr

Apr

Apr

Apr
Nov

Nov

Nov

Nov

3. Operasionalisasi program pengendalian AI

Pengendalian AI pada unggas di Vietnam dilaksanakan dengan kebijakan


dan langkah sebagai berikut :
1. Komitmen yang kuat dari Pemerintah Vietnam :
2. Membentuk komite nasional yaitu National Steering Committee for Avian
Influenza Prevention and Control (NSCAIPC)
3. Memanfaatkan sistem politik atau rantai komando yang mengakar dari
Pusat sampai daerah
4. Respon cepat menyediakan anggaran dan SDM
5. Memanfaatkan pengalaman dalam mengendalikan SARS tahun 2003

10
Deteksi Dini dan Respon
1. Memanfaatkan sumberdaya yang ada (telepon, faksimil, dll)
2. Vaksinasi AI pada unggas, (Tabel2)
3. Pemberian kompensasi yang selalu diperbaharui
4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) , sistem pelaporan secara
on line
5. Kesiapan Menghadapi Pandemi.
6. Memanfaatkan bantuan luar negeri secara maksimal

Negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea Selatan dan Malaysia


melaksanakan pengendalian AI tanpa vaksinasi AI pada unggas. Vietnam,
Mesir, Bangladesh, Thailand dan Indonesia melaksanakan pengendalian
AI dengan (salah satu diantaranya) vaksinasi AI pada unggas.

Pada bulan September 2005 dimulai program vaksinasi AI pada unggas.


Pada awalnya jenis vaksin AI yang digunakan adalah :
- Strain H5N2 inaktif (Harbin) eks China, untuk vaksinasi pada ayam
- Strain H5N1 inaktif eks China, untuk vaksinasi pada unggas air
- Strain H5N2 inaktif (Intervet), untuk vaksinasi pada ayam
- Strain H5N1 inaktif (Trovac Merial) untuk day old chick

Vaksinasi pada unggas dilaksanakan sejak tahun 2005 dan difokuskan di


33 provinsi berisiko tinggi terutama di wilayah S. Merah dan delta S.
Mekong. Sasaran vaksinasi adalah semua unggas di sektor IV (backyard)
dan peternakan unggas (long lived poultry).
Vaksinator AI adalah dokter hewan dan petugas kesehatan hewan di
tingkat komunal dan tingkat DVS. Tidak ada kader vaksinator.

Wabah AI selalu terjadi pada kelompok unggas yang tidak divaksinasi.


Tidak ada laporan kasus AI yang terjadi pada unggas yang telah divaksinasi
secara penuh. Ada pun faktor faktor yang memicu munculnya wabah :

a. Faktor internal :
- Tidak semua populasi dapat divaksinasi akibat lemahnya manajemen
penetasan, itik remaja, pemeliharaan ayam secara backyard,
pemeliharaan itik yang berpindah tempat
- Lemahnya manajemen pemotongan unggas
- Lemahnya pengawasan lalulintas unggas

b. Faktor eksternal :
Populasi unggas di Vietnam termasuk nomor dua terbesar di dunia tetapi
terbangun dari pemeliharaan unggas secara backyard dan pemeliharaan
itik yang berpindah tempat.
- Virus bersirkulasi pada unggas domestik dan burung liar.
- Hambatan biaya operasional untuk melaksanakan surveilans dan
vaksinasi pada dokter hewan di tingkat komunal

11
.Tabel 2 Hasil Vaksinasi Avian Influenza pada Unggas di Vietnam.

TAHAP JENIS VAKSINASI


No Cakupan
VAKSINASI VAKSIN Target (dosis) Realisasi (ekor) Vaksinasi
1 2 3 4 5 6
326.000.000
- ayam
I (2005 ~ H5N1 365.000.000
(191.000.000)
81,37%
1.
2006) - itik (155.000.000)
H5N2 275.000.000 117.000.000 89,24%
H5N1
500.000.000 347.000.000 78,23%
(2007)
II (2007 ~ H5N1
2. 250.000.000 139.000.000 73,07%
2008) (2008)
H5N2 15.000.000
21 provinsi dan
(2008/OIE) 10 unit farm sector I
I. 152.200.000 152.200.000 79,23%
III (2009 ~ H5N1
3. II. 170.870.000 170.870.000
2010)
H5N2 10.000.000 Sedang berjalan

Sistem surveilans dan pelaporan penyakit tidak dapat mendeteksi


adanya infeksi dan penyakit. Hal ini disebabkan beberapa hal yaitu :
a. Tidak semua peternak melaporkan kejadian penyakit. Beberapa
peternak bahkan menjual ternak dari flock yangterinfeksi
b. Pemilik unggas tidak berkomunikasi dengan dokter hewan dan petugas
kesehatan
c. Beberapa unggas yang terinfeksi, khususnya itik, tidak menunjukkan
gejala klinis yang nyata.
d. Belum optimalnya manajemen kesehatan hewan di pasar unggas dan
tempat pemotongan unggas sehingga masih ada unggas terinfeksi yang
dijual atau dipotong.
e. Belum optimalnya kondisi lapangan dan laboratorium untuk
melaksanakan surveilans dan penelusuran kasus termasuk gejala sub
klinis

Restrukturisasi Perunggasan di Vietnam.

Mengacu pada definisi FAO, maka usaha peternakan unggas dikelompokkan


pada 4 sektor berdasarkan tingkat penerapan biosekuritinya. Sektor-4 atau
backyard masih mendominasi populasi unggas sekitar 45 %. Populasi Itik/
unggas air mendominasi sekitar 70 juta yang digembalakan secara bebas di
sungai di beberapa provinsi yang tersambung sungai. namun sejak tahun 2005-
2006 telah dilaksanakan kebijakan program restrukturisasi perunggasan dengan
merubah peternakan sektor 4 secara bertahap kearah sektor 3 dan skala industri.

Kebijakan baru tahun 2010-2020 yang diterapkan oleh Department of Livestock


Production dalam Restrukturisasi Perunggasan guna mendukung Program
Pengendalian AI di Vietnam:
1) Memberikan dukungan penuh pemanfaatan lahan untuk
meningkatkan produksi peternakan, khususnya peternakan unggas
komersial

12
2) Memberikan bantuan modal dan sarana khususnya untuk industri
pembibitan perunggasan yang ramah lingkungan.
3) Memberikan keringanan/pengurangan pajak bagi usaha peternakan
komersial
4) Pemerintah daerah provinsi melarang dan memberikan penalti
terhadap pemeliharaan unggas backyard di sekitar pemukiman,
khususnya di perkotaan. Disamping itu, mendukung pengembangan
usaha peternakan dari yang skala kecil atau backyard ditingkatkan
skala usahanya menjadi usaha peternakan secara komersial
dengan populasi 10.000 ekor per peternak. Untuk itu pemerintah
provinsi memberikan subsidi sebesar 500-700 juta Vietnam dong
atau sekitar Rp. 250-350 juta,- per peternak. Tempat Pemotongan
Unggas skala kecil ditingkatkan kapasitas dan penerapan higiene
sanitasinya
5) Pengembangan pasar sehat sebanyak 6 buah pasar dengan
dukungan dana pemerintah dan bantuan World Bank.

Disamping 5 kebijakan utama pemerintah tersebut, beberapa upaya telah


dilakukan dalam pengembangan usaha peternakan unggas antara lain :
1) Bagi Industri Perusahaan skala besar perunggasan seperti
Charoen Pokphand dan Japfa Comfeed telah melakukan sistem
kontrak kerjasama Kemitraan Inti Plasma denga para peternak
2) Koperasi peternak yang merupakan kumpulan usaha dari 20-25
peternak juga dikembangkan dengan baik
3) Pakan ternak unggas selama ini sebagian besar vietnam masih
mengimpor dari Thailand
4) Unggas umbaran di pemukiman di perkotaan berdasarkan peraturan
tidak diperbolehkan dan telah dilakukan pengurangan populasi oleh
masyarakat sendiri.
5) Itik yang digembalakan antar daerah kabupaten/ provinsi telah
dilakukan registrasi terhadap jumlah populasi per peternak, itik yang
dilakukan vaksinasi dan yang dilalulintaskan antar daerah harus
melapor kepada daerah tujuan.

E. Kunjungan ke Fasilitas Laboratorium NCVDL

Peran Laboratorium dalam Surveilans AI


(disampaikan oleh Dr. Tan Long To, Deputy Director of National Center for
Veterinary Diagnostic Laboratory (NCVDL)

- Kemampuan pengujian :
Sapi dan kerbau : FMD/PMK dan Anthrax
Babi : CSF, FMD, PRRS, Salmonella suis
Unggas : HPAI, ND, DVE, FC

- Teknik yang digunakan:


Isolasi virus, kultur sel
PCR konvensional dan real time
ELISA untuk deteksi Antigen dan antibodi

13
Serologi HI test dan AGID
Pathology : gross pathology dan histopathology

- Internal Quality Control:


Uji profiensi secara rutin
Guide line biosafety level 3
Laboratory net working
Menerapkan sistem informasi laboratorium

Laboratorium NCVDL adalah laboratorium yang telah mendapat ISO 17025-2005 .

Gambar 1: Di depan gedung Laboratorium Nasional Vietnam; 10 peserta tim


study tour Indonesia dengan Dr. Tan Long To, Deputy Director of
National Center for Veterinary Diagnostic Laboratory (NCVDL)

Laboratorium yang dikunjungi adalah sebagai berikut :


1. Laboratorium Virologi
2. Laboratorium Bakteriologi
3. Laboratorium Pathologi
4. Laboratorium Parasit
5. Laboratorium PCR
6. Laboratorium PMK
7. Laboratorium Penyakit Ikan

F. Kunjungan ke Pasar dan Tempat Penampungan Unggas

Suatu areal khusus untuk percontohan pasar unggas, diawasi oleh petugas
dari direktorat jenderal kesehatan hewan yaitu karantina hewan, petugas dari
ditjen peternakan dan petugas keamanan.

14
Pasar unggas ini menampung dan menjual unggas hidup saja dan bercampur
antara ayam, itik dan angsa yang berasal dari peternakan di distrik tersebut.
Jenis ayam tertentu asal usul DOC impor Thailand (Charoen Pokphand)

Gambar 2a: Penjelasan dari Dokter Hewan Pemeriksa pada Pasar


dan Penampungan Unggas di Hanoi

Gambar 2b: Petugas kepolisian di Pasar unggas

15
Gambar 2c : Pasar dan penampungan unggas

16
Suasana di Pasar Unggas Thung Thoi.

Kendaraan truk yang


dirancang khusus
untuk mengangkut
ternak unggas

Prosedur :
a. Kendaraan masuk ke dalam
area pasar unggas
b. Pemeriksaan dokumen unggas
dari daerah asal
c. Pemeriksaan klinis
d. Unggas yang sehat diturunkan
dari kendaraan pengangkut
e. Unggas ditimbang oleh
pemiliknya
f. Unggas ditempatkan di dalam
flock
g. Cleaning & desinfection pada
akhir kegiatan pasar
Motor pengangkut ternak
unggas

17
a. Kunjungan Poultry Slaughter Points (Tempat Pemotongan Unggas)
- Pemerintah mendukung pengembangan RPU dengan sistem kredit
- Penerapan higiene sanitasi

Tempat pemotongan unggas yang dikunjungi letaknya cukup jauh dari


pasar unggas, bangunan sederhana namun permanen dan merupakan
milik swadaya masyarakat. Pemotongan dilaksanakan pagi hari dan saat
dilakukan kunjungan kegiatan sedang istirahat.

Gambar 3 a: Tempat pemotongan unggas

Gambar 3b: Tempat pencabutan bulu dan pembersihan

18
VI. Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Pelaksanaan Program pengendalian AI pada unggas di negara Vietnam


sejak tahun 2003 hingga saat ini telah berjalan cukup efektif mampu
menekan tingkat kejadian wabah dan meluasnya penyebaran AI.
Namun demikian dengan struktur usaha perunggasan yang ada,
Vietnam masih menghadapi tantangan yang cukup berat untuk dapat
mencapai pemberantasan hingga pembebasan AI.

2. Beberapa upaya strategis utama yang diterapkan dalam program


pengendalian AI di Vietnam adalah memahami dinamika virus AI di
lapangan dan upaya memutus mata rantai penyebaran virus AI melalui
berbagai strategi pengendalian dari farm hingga di tempat
penampungan unggas/pasar unggas secara intensif. Hal tersebut
didukung oleh kebijakan restrukturisasi perunggasan yang didukung
semua pihak serta dikuatkan dengan legislasi dan penegakan
hukumnya. Disamping itu faktor iklim politis yang dominan sangat
mendukung penerapan program pengendalian dari tingkat pusat,
provinsi, distrik hingga di lapangan.

3. Beberapa informasi pengetahuan dan peninjauan langsung ke lapangan


tersebut yang diperoleh selama di Vietnam telah sangat bermanfaat
bagi Tim Studi Banding Indonesia, guna lebih menginspirasi melakukan
upaya terobosan baru dalam percepatan program pengendalian AI, dan
sebagai bahan referensi dalam penyusunan program baik di tingkat
pemerintah pusat maupun daerah.

4. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan studi banding tersebut akan


ditindaklanjuti dengan langkah-langkah kongkrit kegiatan khususnya di
daerah dengan melibatkan berbagai pihak terkait baik instansi
pemerintah maupun para pelaku usaha di berbagai rantai perunggasan.

VII. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada :

1. Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan,


Departemen Pertanian Republik Indonesia.
2. Dr. Arend J. Neil dan Dr. Ivo Classen, Indonesia Dutch Partnership
(IDP)
3. Director General of Department of Animal Health, Ministry of Agriculture
and Rural Development, Vietnam
4. Director General of Livestock Production, Ministry of Agriculture and
Rural Development, Vietnam
5. Semua pihak di Indonesia maupun Vietnam yang telah turut membantu
sehingga telah berhasilnya pelaksanaan kegiatan studi banding Tim
Indonesia ke Vietnam.

19
VIII. Penutup

Demikian laporan ini dibuat secara kolektif oleh Tim Studi Banding
Indonesia ke Vietnam, untuk selanjutnya dipergunakan seperlunya dan
sebagai laporan kepada Instansi peserta dan laporan kepada pihak IDP
selaku Pemberi Dana.

Jakarta, Maret 2010.

Atas nama seluruh anggota Tim Studi Banding


Program Pengendalian AI ke Vietnam
Ketua Tim,

Drh. Muhammad Azhar


Koordinator UPPAI Pusat,
Direktorat Kesehatan Hewan,
Direktorat Jenderal Peternakan
Kementerian Pertanian R.I.

20

Anda mungkin juga menyukai