Breksi vulkanik dari formasi jelai ditemukan pada bagian barat sub cekungan
tidung, breksinya mengandung fragmen batuan beku basalt dengan batupasir
yang memiliki matriks tufa dan silstone yang bersumber dari dent volkanik arc,
Ditemukan juga lapisan tipis batu pasir, tufa, slate dan lapisan batubara.
Singkapan yang paling tebal diketahui memiliki ketebalan 1000 meteer.
Pada formasi tabalar ditemukan batugamping yang mengandung mikrit, formasi
tabalar menyebar sebagian besar di daerah pantai bagian selatan cekungan
tarakan,
Pada miosen awal formasi tabar tertutupi oleh serpih dari formasi birang dan
memiliki waktu yang sama dengan formasi nain tupo mengalami penaikan muka
air laut yang ditemukan pada muara sub basin dan bagian utara tarakan sub
basin, kontak antara formasi tabalar dan formasi birang menghasilkan slate dan
lapisan limestone, memiliki ketebalan 200-600 meter,
Resevoir klastik Miosen telah terbukti di daerah daratan di Sub-Berau dan Tidung
Resevoir Pliosen,
Formasi Tarakan berumur Pliosen dicirikan oleh makin banyaknya lapisan batupasir
dan batubara yang berselingan dengan batulempung dan serpih. Porositas rata - rata 25%
dan permeabilitas umumnya melebihi 1 Darcy. lapangan yang terbukti pada bagian atas
lapisan Pliosen.
Resevoir Pleistosen
Resevoir Pleistosen Formasi Bunyu terdiri dari batupasir berbutir menengah hingga
kasar, batupasir konglomeratan dengan sisipan lignit dan batulempung karbonan. .
Lingkungan pengendapan dari formasi ini menunjukkan dominasi lingkungan laut,
Pembentukan Cekungan Tarakan dimulai oleh pemekaran berarah utara
baratlaut - selatan tenggara (NNW-SSE) yang terus menerus di Laut Sulawesi dan
pemisahan Sulawesi bagian utara dan barat dari Kalimantan Timur. Proses peregangan dan
penurunan mulai berlangsung pada periode Eosen Tengah hingga Eosen Akhir dan terhenti
pada akhir Miosen Awal. Fase tektonik ekstensional ini membuka Cekungan Tarakan ke arah
timur yang ditunjukkan oleh keberadaan en-echelon block faulting dengan kemiringan dari
arah timur. Secara regional, pembukaan Laut Sulawesi ini diperkirakan mempunyai kaitan
dengan episode tektonik yang sama yang berperan pada pembukaan Laut Cina Selatan
Cekungan Tarakan menjadi lebih stabil secara tektonik pada periode Miosen Tengah hingga
Pliosen dengan pengendapan delta dari arah barat melalui beberapa sistem pengairan.
Selama fase ini, kombinasi penurunan cekungan dan sesar listrik yang dipengaruhi oleh
gravitasi menciptakan ruang akumulasi sedimen delta yang volumnya terus bertambah.
Fase tektonik terakhir merupakan suatu reaktivasi sesar-sesar mendatar yang melewati Selat
Makasar yang dimulai dari periode Pliosen Atas dan berlangsung hingga saat ini. Produk
tektonik transpression pada periode ini, yang disebabkan oleh pembentukan busur-busur
utama, telah mengalami pengangkatan mencapai 3.000 - 4.500 kaki.
Hadirnya kerak Samudera Pasifik sebagai dasar Laut Sulawesi disebabkan oleh
perkembangan sesar sesar naik di sepanjang sistem Sesar Sorong yang membengkokkan
Pulau Sulawesi ke arah barat serta memerangkap sebagian kerak Samudera Pasifik. Pada
bagian barat Laut Sulawesi, sesarsesar normal dan ngarai - ngarai membentuk lereng
kontinen Kalimantan.