DEFINISI
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan
dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage digunakan pada kegawatdaruratan sehari-hari serta korban masal untuk penilaian status
pasien terhadap:
Triage dilakukan oleh tenaga medis, baik dokter maupun perawat. Siapa yang dating
pertama di tempat kejadian, dialah yang wajib melakukan triage dan selanjutnya apanbila ada
personil yang data dan mempunyai tingkat kompetensi yang lebih tinggi wajib melakukan triage
lebih lanjut. Triage dapat dilakukan berulang kali, setiap akan melakukan tindakan dianjurkan
terlebih dahulu melakukan triage karena status pasien dapat berubah-ubah (dapat dari merah ke
kuning ataupun hijau atau sebaliknya dari hijua ke kuning ataupun merah).
BAB II
RUANG LINGKUP
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul. Beberapa hal yang
mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien yang meliputi:
1. Gawat: suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan
penanganan dengan cepat dan tepat
2. Darurat: suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan cepat
dan tepat seperti kegawatan
3. Gawat darurat: suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan ABC
(Airway/jalan nafas, Breathing/pernafasan, Circulation/sirkulasi), jika tidak ditolong
segera maka dapat meninggal/cacat (Wijaya, 2010).
KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I (merah) Mengacam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan
bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar.
Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada
jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan
nafas, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, luka
bakar tingkat II dan III > 25%.
Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera
ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: eklampsia, gawat
janin, luka bakar tingkat II dan III < 25%, trauma abdomen,
laserasi luas.
Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera.
Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka ringan.
Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya
perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala
kritis.
a. ATS 1
b. ATS 2
Ancaman terhadap kehidupan / organ tubuh akan ruak atau gagal jika tidak dilakukan
tindakan dalam 10 menit.
Gambaran klinis:
1) Risiko gangguan jalan nafas, ngorok berat
2) Sesak nafas
3) Sirkulasi terganggu:
a. Kulit dingin, perfusi buruk
b. HR < 50 atau > 150 x/menit
c. Hipotensi
d. Kehilangan banyak darah
e. Nyeri dada
4) Nyeri hebat dengan penyebab lain
5) Blood sugar level < 2 mmol/lt atau < 36 mg/dl
6) GCS < 13, penurunan respon
7) Hemiparese/ dysphasia mendadak
8) Demam dengan tanda-tanda kejang
9) Multipel trauma, trauma local berat
10) Riwayat risiko tinggi (pemakaian sedatif atau obat toksik lainnya)
11) Keracunan
12) Nyeri hebat pada kehamilan di luar kandungan (extra uterine gravidarum)
13) Kasus psikiatri:
a. Kekerasan/agresivitas
b. Ancaman terhadap diri sendiri
c. Kecanduan
c. ATS 3
Pemeriksaan dan pengobatan dimulai dalam waktu 30 menit dan berpotensi mengancam
kehidupan.
Gambaran klinis:
1) Hipertensi berat
2) Kehilangan banyak darah
3) Nafas pendek
4) Saturasi oksigen 90-95%
5) Blood sugar level > 16 mmol/lt atau > 288 mg/dl
6) Demam dengan sebab lain misalnya daya tahan tubuh menurun, reaksi steroid
7) Muntah persisten
8) Dehidrasi
9) Cedera kepala
10) Nyeri hebat karena sebab lain sehingga memerlukan obat analgesic
11) Nyeri dada bukan karena penyakit jantung