Anda di halaman 1dari 43

1.

Ada 4 macam jenis batuan, yaitu:


1) Batuan Beku
2) Batuan Sedimen,
3) Batuan Piroklastik
4) Batuan Metamorf

a) Penjelasan Masing-masing Batuan

1) Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras tanpa proses kristalisasi baik di bawah atau di atas permukaan bumi.
Magma yang berada di dalam bumi dapat mengalami pergerakan naik yang disebut
intrusi magma (magma intrusion). Batuan yang terbentuk sebelumnya baik batuan
beku, sedimen atau metamorf dapat diterobos oleh intrusi magma. Perubahan
lingkungan menyebabkan magma mulai mendingin di bawah permukaan. Batuan
yang terbentuk pada kondisi ini disebut sebagai batuan beku pluton (plutonic rocks)
atau sering disebut juga sebagai batuan beku intrusif.
Magma yang menerobos dapat mencapai permukaan. Manifestasi dari capaian
magma mencapai permukaan ditujukan sebagai aktivitas gunungapi (volcanic
activity). Magma lelehan yang mengalir keluar dari kepundan disebut sebagai lava.
Lava yang mendingin membentuk batuan beku ekstrusif.
Intrusi batuan beku merupakan massa batuan yang terbentuk ketika magma
mengalami pendinginan di bawah permukaan bumi. Intrusi biasanya diklasifikasikan
berdasarkan ukuran, bentuk dan hubungannya dengan batuan yang lebih tua yang
mengelilinginya. Tubuh intrusi batuan beku yang penting adalah batholiths, stocks,
dikes, sills,dan laccolith.
a) Batholits adalah massa batuan kristalin berukuran butir kasar, umumnya
berkomposisi granitic dan merupakan tubuh batuan terbesar di kerak bumi. Contoh:
Idaho batholit tersingkap seluas ~ 41.000 km2.
b) Stocks adalah tubuh intrusi dengan daerah singkapan yang kurang dari 10 km2.
Umumnya berkomposisi granitic dengan tekstur porphyritic dengan massa dasar
berbutir halus. Kebanyakan terdapat deposit perak, emas timah, zinc dan tembaga
diendapkan pada rekahan dan membentuk veins yang meluas dari stock hingga
batuan disekitarnya.
c) Dikes adalah bektuk aktivitas batuan beku yang sempit dan tabular. Dike terbentuk
ketika magma masuk kedalam rekahan disekitar batuan samping kemudian
mendingin. Lebar dikes dapat sekitar beberapa centimeter hingga ratusan meter.
Dike terbesar diketahui di Zimbabwe dengan panjang 600 km dan lebar rata-rata 10
km.
d) Sill adalah bentuk tabular yang parallel dan concordant terhadap perlapisan.
Magma yang naik selalu mengikuti daerah yang kurang resisten.jika jalur yang di
lewatinya seperti bidang perlapisan,maka magma akan menerobos diantara lapisan.
Sill dapat terlihat seperti aliran lava yang tertimbun yang berada dalam sekuen
batuan sedimen. Bagaimanapun sill merupakan intrusi sehingga berbeda dengan
lava yang tertimbun oleh sedimen diatasnya. Perhatian harus difokuskan pada
daerah kontak untuk mendapatkan bukti-bukti intrusi,seperti ditemukannya alterasi
dan rekristalisasi pada batuan disekitarnya dan bukti inclusion berupa block atau
potongan batuan samping.
e) Laccoliths adalah bentuk lensa dengan bagian dasar datar dan bagian atas yang
mengkurva. Biasanya bertekstur porfiritik (porphyritic texture). Batuan beku
terbentuk sesuai dengan komposisi magmanya. Komposisi magma menentukan
komposisi batuan. Selain itu kecepatan pendinginan magma sangat berpengaruh
terhadap tekstur batuan. Pendinginan magma menyebabkan kristalisasi dari
berbagai mineral yang sesuai dengan kondisinya. Urutan kristalisasi membentuk
mineral pada deret menerus dan tidak menerus pada deret reaksi Bowen.
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur dan komposisinya. Variasi
komposisi dapat dilihat perubahannya secara horizontal, sedangkan variasi tekstur
dapat dilihat perubahannya secara vertikal.
Penamaan batuan tertera pada table tersebut seperti rhyolite, andesite, dan basalt
untuk jenis batuan dan genesanya berkaitan dengan magma ekstrusif. Sedangkan
batuan granite, diorite, gabbro dan peridotite adalah berkaitan dengan magma
intrusif.
Temperatur pada saat kristalisasi menentukan terbentuknya jenis mineral dan
assosiasi mineralnya. Kristalisasi memunculkan mineral yang tertentu sesuai dengan
kondisi komposisi asal magma. Pada magma basa terbentuk mineral-mineral yang
cendrung berwarna gelap. Sedangkan pada magma asam cendrung membentuk
mineral-mineral berwarna terang.
Kecepatan pendinginan dapat mempengaruhi kristalisasi terutama pada
pertumbuhan kristal (crystal growth). Pendinginan yang perlahan di bawah
permukaan bumi cendrung memberikan kesempatan untuk terbentuknya kristal
dengan ukuran yang relatif kasar. Kondisi ini memberikan membentuk tekstur
faneritik (phaneritic texture).
Pada pendinginan yang berlangsung cepat tidak punya cukup waktu untuk kristal
tumbuh sehingga terbentuk kristal yang relatif halus. Ini terutama pada aktivitas
magma ekstrusif. Kondisi yang demikian membentuk tekstur afanitik (aphanitic
texture). Pada aktivitas magma yang ekplosif ke permukaan, sering kali tidak cukup
waktu untuk membentuk kristal sehingga yang terbentuk adalah gelas (glass).
Pendinginan magma dapat pula mengalami pendinginan perlahan yang kemudian
berubah mengalami pendinginan cepat. Magma yang semula perlahan-lahan
membentuk kristal yang relatif kasar, kemudian tiba-tiba dilingkungi oleh kristal halus
atau bahkan gelas kalau pendinginan sangat cepat. Kondisi ini akan memberikan
gambaran percampuran antara ukuran kristal kasan dan ukuran kristal halus dan atau
gelas. Kondisi yang demikian membentuk tekstur porfiritik (porphyritic texture).

2) Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dalam suatu siklus sedimentasi
(pelapukan-transportasi-sedimentasi-diagenesa). Hal tersebut berarti batuan sedimen
terbentuk dari material yang lepas dan bahan terlaruthasil proses mekanis dan kimia
dari batuan sebelumnya, dari cangkang binatang, dan sisa-sisa tumbuhan. Proses yang
terlihat mencakup penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan
transportasi kemudian memasuki proses kompaksi, sementasi dan litifikasi. Beberapa
faktor yang mengontrol tebentuknya batuan sedimen antara lain Litologi Batuan
(Batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), stabilitas mineral-mineral yang
ada, dan kecepatan erosi.
Batuan sedimen memiliki tekstur klastik dan kristalin (non-klastik). Tekstur klastik
merupakan tekstur utama di dalam batuan sedimen. Kenampakan tekstural batuan
sedimen meliputi ukuran butir (grain size), bentuk butir (grain shape), pemilahan
(sorting), kebundaran (roundness) dan hubungan antar butiran (intergrain
relationship).

a) Besar Butir
Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang
dipakai adalah Skala Wenthworth. Besar ukuran butir ditentukan oleh beberapa
faktor diantaranya Jenis Pelapukan, macam transportasi, waktu/jarak transportasi.
(Kimia dan Mekanis).
Tabel Skala Wenthworth
Ukuran Butir
Nama Butiran Nama Batuan
(mm)

> 256 Boulder / block (bongkah) Breksi (Angular Class)

64 256 Cobble (kerakal)


Konglomerat (Rounded
4 64 Pebble Class)

24 Granule (kerikil)

12 Very Coarse Sand

0,5 - 1 Coarse Sand

0,25 0,5 Medium Sand

0,125 0,25 Fine Sand


Batupasir (Sandstone)
0,0625 0,125 Very Fine Sand

0,0039 0,0625 Silt (lanau) Batulanau (Siltstone)

Shale, Mudstone,
< 0,0039 Clay (lempung)
Claystone

b) Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan
semakin baik. Berikut ini macam-macam pemilihan yaitu:
1) Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam.
Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2) Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang
seragam maupun yang tidak seragam.
3) Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam,
dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan
kemas terbuka.

c) Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i)
dan pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen,
yaitu:
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule (kerikil, f 2 mm).

d) Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk.,
(1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan
pembulatan rendah dan tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5. Membundar (membulat (rounded), dan
6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

e) Hubungan Antar Butir (Kemas)


1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling
bersentuhan atau bersinggungan satu sama lain (grain/clast supported). Apabila
ukuran butir fragmen ada dua macam (besaran kecil) maka disebut bimodal
clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih
maka disebut polymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan karena di
antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix
supported).

A. Macam-Macam Struktur Sedimen


Berikut ini adalah macam-macam struktur sedimen, yaitu:
1. Struktur di dalam batuan (features within strata)
Struktur ini terdiri dari:
a) Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi), jika tebal perlapisan < 1 cm
disebut struktur laminasi.
b) Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination).
c) Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)
2. Struktur permukaan (surface features)
a) Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)
b) Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals)
c) Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)
d) Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
e) Gumuk pasir (dunes, antidunes)
3. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)
a) Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)
b) Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)
c) Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)
d) Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)

B. Klasifikasi Batuan Sedimen


Pettijohn (1975), ODunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar
teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan
sedimen non-klastika sebagai berikut:
a) Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen
yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang
sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi
dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut
adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu
sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat
fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur
klastika.
Berdasar komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika (bertekstur
klastika) dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1) Batuan sedimen silisiklastika
adalah batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah
kuarsa dan felspar.
2) Batuan sedimen klastika gunung api
adalah batuan sedimen dengan material penyusun utamanya berasal dari hasil
kegiatan gunung api (kaca, kristal dan atau litik).
3) Batuan sedimen klastika karbonat atau batu gamping klastika adalah batuan
sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah material karbonat
(kalsit).

b) Batuan Sedimen Non-Klastik


Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai
hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga
(insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi,
biologi/organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia,
endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO 2 CaCO3.
Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-
tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),
terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai
akibat penurunan daratan menjadi laut.

C. Komposisi Mineral Batuan Sedimen


1. Fragmen
Bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa pecahan-pecahan
batuan, mineral, cangkang-cangkang fosil atau zat organik lainnya.
2. Matriks
Bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen yang terletak diantara
fragmen sebagai massa dasar. Matriks dapat berupa batuan, mineral, maupun
fosil.

3. Semen
Semen merupakan zat perekat pada batuan sedimen, semen mengisi rongga-
rongga antar butir antara fragmen dan matriks.
Ada beberapa jenis semen pada batuan sedimen, berdasarkan kandungannya
semen tersebut dibagi atas:
a) Semen karbonat
b) Semen Silikat
c) Semen Oksida

3. Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal
dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik. Menurut
william (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik yang
dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api, dengan
material asal yang berbeda, dimana material penyusun tersebut terendapkan dan
terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi (rewarking) oleh air atau es.
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam deskripsi batuan piroklastik
1. Warna batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral
penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya
sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk
batuan yang mempunyai tekstur gelasan.

2. Tekstur batuan
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental.
Pengamatan tekstur meliputi :
1) Glassy
Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut
ialah glass.
2) Fragmental
Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan
tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.

3. Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan
dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering
ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal tanpa retakan atau pun lubang-lubang
gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan endapan dari
fragmen-fragmen letusan gunung api.

4. Derajat Kristalisai
Derajat kristalisasi mineral terdiri atas :
a. Holokristalin
Tekstur batuan yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral
yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi
berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral -
mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna.
b. Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral
membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan
proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan
terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang.
c. Hipohyalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral
membentuk gelas dan sebagiannya membentuk Kristal. Namun massa dasarnya
cenderung lebih dominan massa gelas.
d. Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya
berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma
berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan terjadinya
pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang sempurna.

Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan genesanya:


1. Aliran Piroklastik (Pyroclastic Flow)
Endapan dapat meluncur melalui lereng bukit, dapat mencapai kecepatan 300
m/s
Abu (ash) terkonsolidasi menjadi ash-flow tuff
2. Jatuhan Piroklastik (Pyroclastic Fall)
Terjadi akibat letusan gunungapi yang eksplosif
Ketebalan endapan piroklastik jatuhan relatif seragam dengan pemilahan
yang baik, akibat proses fraksinasi oleh angin saat pengendapannya.
3. Piroklastik Surge
Terjadi akibat dari suatu letusan gunungapi, yang temudian
teralirkan (mekanisme gabungan antara jatuhan piroklastik dan
aliran piroklastik).
Berasosiasi dengan erupsi preatomagmatik dan preatik, aliran piroklastik dan
jatuhan piroklastik.
Endapan ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu base surge, graund surge dan ash
clound surge.

4. Batuan Metamorf
Metamorf (metamorphic rocks) berasal dari kata meta yang bermakna perubahan,
sedangkan kata morpho bermakna bentuk. Dengan demikian, metamorphosis adalah
proses yang mengubah bentuk mineral asal baik itu dari batuan beku, sedimen
ataupun piroklastik menjadi mineral yang stabil pada kondisi baru.
Jadi, defenisi dari batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari
batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu
(T) dan tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme
dan berlangsung di bawah permukaan.
Proses Metamorfisme
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan
atau temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga
hubungan antar butiran/kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi
kimia batuan. Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan
batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.
Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan mengalami
perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan terbentuk, sehingga
batuan menjadi tidak stabil. Untuk mendapatkan kestabilannya kembali pada kondisi
yang baru maka batuan mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada
kondisi tekanan dan temperatur tekanan dan temperatur yang beberapa kilometer di
bawah permukaan bumi.
Agen atau media menyebabkan terjadinya proses metamorfisme adalah panas,
tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan perubahan yang terjadi pada batuan
meliputi tekstur dan komposisi mineral.
Metamorfisme menyebabkan perubahan secara tekstural, mineralogy atau
keduanya yang terjadi diantara dua kondisi. Pertama adalah kondisi diagenesis-
weathering (pada batas bagian bawah), dan kedua pada kondisi melting (pada batas
bagian atas). Pada perubahan tekstur dapat terjadi tanpa disertai dengan perubahan
komposisi mineral, yaitu terjadi kataklastis dan rekristalisasi.
Proses Kataklastis
adalah proses penghancuran butiran batuan, biasanya pada zona sesar. Sedangkan
rekristalisasi adalah proses pengorganisasian kembali pola kristal (chrystal lattice) dan
hubungan antar butiran melalui perpindahan ion dan deformasi pola tanpa disertai
penghancuran.

A. Jenis Metamorfisme
a. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma, proses
yang berperan adalah panas larutan aktif.
b. Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang dangkal
(misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada panas yang
timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran, kadang-
kadang juga terjadi rekristalisasi.
c. Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan
temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan
tektonis, misalnya pada jalur pembentukan pegunungan dan zona tunjaman
dsb.

B. Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar butiran
mineral
a) Tekstur batuan metamorf foliated
a. Gneiss
Lapisan permukaannya kasar dan tidak mempunyai batas yang jelas. Terlihat
berlapis-lapis karena susunan mineralnya searah atau karena barisantar
mineral gelap dan mineral terang berurutan, terdapat pada batuan
orthometamorf.
b. Schist
Lapisan permukaannya halus, pararel dan mempunyai bidang batas yang
jelas. Biasanya ditandai dengan adanya mineral mika, kuarsa dan chlorite.
Terdapat pada batuan orthometamorf dan parametamorf.
c. Filitik
Lapisan permukaannya kasar, pararel dan jelas batasnya tetapi tidak begitu
kompak. Terdapat pada batuan metamorf.
d. Slaty
Lapisan permukaanya sangat halus, rapat dan pararel. Kristalnya sangat halu
tetapi batuannya sangat kompak.

b) Tekstur batuan metamorf Unfoliated


a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk. Homeoblastik dibagi atas tiga,
yakni:
1. Lepidoblastik, mineral-mineral pipih dan sejajar
2. Nematoblastik, bentuk menjarum dan sejajar
3. Granoblastik, berbentuk butir
b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik. Heteroblastik
terbagi atas tiga, yakni:
1. Porfiroblastik
2. Grano-lepidoblastik
3. Grano-nemtaoblastik.

C. Struktur Batuan Metamorf


Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah foliasi, yaitu hubungan
tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran. Kadang-kadang foliasi
menunjukkan orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal (bila
berasal dari batuan sedimen), akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada sama
sekali hubungan dengan sifat perlapisan batuan sedimen. Foliasi juga
mencerminkan derajat metamorfisme.

1) Batuan Berfoliasi (Foliated Rocks)


Merupakan struktur pada batuan metamorf yang ditunjukkan dengan adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan tersebut , struktur ini meliputi:
a. Gneissic : perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputus-
putus, dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan granoblastik.
b. Schistosity : perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari
selang seling tekstur lepodoblastik dan granoblastik.
c. Phyllitic : perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur
lepidoblastik.
d. Slaty : merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan
sangat luas.

2) Batuan Tidak Berfoliasi (Nonfoliated Rocks)


Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral
penyususn batuan metamorf.
a. Hornfelsik
Dicirikan dengan adanya butiran-butiran yang seragam, terbentuk pada
bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya
merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi tetapi batuan halus dan
padat.
b. Milonitik
Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran terhadap batuan asal
yang mengalami metamorfosa dynamo, batuan berbutir halus dan liniasinya
ditunjukkan dengan adanya orientasi mineral yang berbentuk rentikuler yang
terkadang masih meyimpan lensa batuan asalnya.

c. Kataklastik
Sruktu ini hampir sama dengan milonitik hanya saja butirannya lebih kasar.
d. Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya relative lebih kasar dan
strukturnya mendekati struktur tipe philit.
e. Flaser
Struktur ini mirip dengan kataklastik dimana struktur batuan asal berbentuk
lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Augen
Seperti struktur flaser, hanya saja lensa-lensanya terdiri dari butir-butir
feldspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran yang tidak sama besar.
h. Liniasi
Struktur ditandai dengan adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti
jarum.

D. Beberapa Batuan Metamorf Yang Penting


1. Batuan Metamorf Berfoliasi
Batuan ini terdiri dari:
1) Batu Sabak (Slate)
Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokan mineral.
Jenis mineral seringkali tidak dapat dikenal secara megakopis, terdiri dari
mineral lempung, serisit, kompak dan keras.
2) Sekis (Schist)
Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional.
Menunjukkan tekstur yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari
mineral-mineral yang menyeret, dan mengandung mineral feldspar, augit,
hornblende, garnet, epidot. Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang
lebih tinggi dari filit, dicirikan adanya mineral-mineral lain disamping mika.
3) Filit (Phyllite)
Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah
cukup besar untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan
phyllitic, berkilap sutera pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati mineral-
mineral lain, seperti turmalin dan garnet.
4) Gneis (Gneiss)
Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar,
mempunyai sifat bended (gneissic). Terdiri dari mineral-mineral yang
mengingatkan kepada batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-
mineral mafic, dengan jalur-jalur yang tersendiri dari mineral-mineral yang
pipih atau merabut (menyerat) seperti chlorit, mika, granit, hornblende,
kyanit, staurolit, sillimanit.
5) Amfibolit
Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil
metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau
hitam dan mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.

2. Batuan Metamorf Tak Berfoliasi


Batuan ini terdiri dari:
a) Kwarsit
Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batu pasir
kwarsa, umumnya terjadi pada metamorfisme regional.
b) Marmer / pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada
batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena
metamorfosa kontak atau regional.
c) Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (regional/thermal), berasal dari
batuan sedimen yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya
lebih dikenal dengan nama batu bara.
d) Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir
proses hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa.

b) Hubungan Dari Jenis-jenis Batuan

Hubungan dari jenis-jenis batuan dapat dilihat pada siklus batuan berikut:
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk secara
alami yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang terubah, dan
kombinasi semua komponen tersebut. Mineral adalah zat padat anorganik yang
mempunyai komposisi kimia tertentu dengan susunan atom yang teratur, yang terjadi
tidak dengan perantara manusia dan tidak berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan,
dan dibentuk oleh alam (Warsito Kusumoyudo, 1986). Kristal adalah zat padat yang
mempunyai bentuk bangun yang beraturan yang terdiri dari atam-atom dengan
susunan yang teratur. Berzelius mengklasifikasikan mineral menjadi 8 golongan,
yaitu: 1. Elemen native, contohnya emas, perak, tembaga dan intan 2. Sulfida,
contohnya Galena, pirit 3. Oksida dan Hidroksida, contohnya korondum 4. Halida,
contohnya Halite 5. Karbonat, Nitrat, Borat, Lodat, contohnya Kalsit 6. Sulfat,
Khromat, Molibdenat, dan Tungstat, contohnya Barit 7. Fosfat, Arenat dan Vanadat,
contohnya Apatit 8. Silikat, contohnya kuarsa, Feldspar, Piroksen. Mineral memiliki
sifat-sifat khusus yang dapat kita jadikan sebagai penciri mineral tertentu. Sifat-sifat
mineral diantaranya 1. Warna, 2. Goresan, 3. Kilap, 4. Belahan, 5. Pecahan 6.
Kekerasan. Kekerasan Mineral diantaranya 1.Talk, 2. Gipsum, 3. Kalsit, 4. Fluorit, 5.
Apatit, 6. Ortoklas, 7. Kuarsa, 8. Topas, 9. Korondum, 10. Intan.
Pembagian Batuan Berdasarkan pembentukannya batuan dibedakan menjadi tiga
yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk
dari kristalisasi (pembekuan) magma. Batuan sediment terbentuk dibawah kondisi
permukaan dan terdiri dari kumpulan (1) presipitasi kimia dan biokimia; (2) fragmen
atau butiran batuan, mineral dan fosil; (3) kombinasi material-material tersebut.
Batuan metamorf adalah batuan yang asalnya adalah batuan beku, sediment atau
metamorf yang berubah secara mineralogy, tekstur atau keduanya tanpa mengalami
peleburan yang diakibatkan oleh panas, tekanan, atau cairan kimia aktif. Panas dan
tekanan disini berbeda dengan kondisi dipermukaan. Penyebaran Batuan di Bumi
Bumi adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar, dan beberapa tempat yang relative
kecil didalam mantel atas dan kerak, yang cair. Kebanyakan dari material yang padat
merupakan batuan metamorf, ini dikarenakan batuan di inti dalam, mantel dan kerak
telah terubah dikarenakan tekanan dan temperature yang tinggi. Magma yang
terbentuk pada mantel atas naik ke level yang lebih tinggi didalam kerak dan
mengalami kristalisasi. Batuan sediment terbentuk di permukaan atau dekat
permukaan. Di daratan, batuan sediment menutupi sekitar 66 % dari total batuan yang
tersingkap (Blatt dan Jones, 1975). Sisanya sekitar 34 % adalah batuan kristalin yang
berupa batuan beku dan metamorf. Di bawah samudra kebanyakan ditutupi oleh
material sediment atau batuan sediment yang tipis. Dibawah tutupan sediment,
didominasi oleh batuan beku dan metamorf.
Sebelumya kita sudah tahu bahwa di bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah menjadi
batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan lainnya. Semua
batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau pecahan-
pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan sedimen. Batuan
juga bisa melebur atau meleleh menjadi magma dan kemudian kembali menjadi
batuan beku. Kesemuanya ini disebut siklus batuan atau Rock Cycle.
Gambar Siklus Batuan

c) Contoh Jenis-jenis Batuan


1) Batuan Beku: Granit, Dasit, Basalt
2) Batuan Sedimen: Konglomerat, Breksi, Batu Lempung
3) Batuan Piroklastik: Batu Apung, Batu Lafili, Obsidian

2. Mineral Pembentuk Batuan

Mineral pembentuk batuan adalah mineral-mineral yang menyusun suatu batuan


dengan kata lain batuan yang terdiri dari berbagai macam mineral. Ada juga terdapat
batuan yang hanya terdiri dari satu mineral saja, seperti Dunit yang hanya terdiri dari
satu mineral yaitu Olivine.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin
cepat. Penurunan temperature ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya. Pembentukan mineral dalam
magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen (seri reaksi Bowen).
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam
temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2
maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksen merupakan pasangan
Ingcongruent melting dimana setelah pembentukan Olivin akan bereaksi dengan
larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral
berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah Biotit.
Mineral sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas (mineral felsik).
Anorthit adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak
terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk pada suhu
menengah dan terdapat pada batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang
terbentuk pada suhu rendah adalah Albit, mineral ini tersebar pada batuan asam seperti
Granit dan Riolit. Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret Solid
Solution yang merupakan reaksi kontinyu, artinya kristalisasi Plagioklas Ca (Anortit)
sampai Plagioklas Na (Albit) akan berjalan terus jika reaksi setimbang.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar
(Orthoklas), ke Muscovit dan terakhir Kwarsa, maka mineral kwarsa merupakan mineral
yang paling stabil diantara seluruh mineral mafik atau mineral felsik.
Sehingga dengan memperhatikan reaksi Bowen, kita memperoleh berbagai
kemungkinan himpunan mineral utama didalam batuan beku diantaranya:

1. Kelompok Batuan Ultrabasa dan Basa, mineralnya antara lain:


a) Olivin
b) Olivin Plagioklas
c) Piroksen
d) Olivine Piroksen
e) Olivin Plagioklas Piroksen
f) Piroksen - Plagioklas

2. Kelompok Batuan Intermediet, mineralnya antara lain:


a) Piroksen Horblende Plagioklas
b) Hornblende Plagioklas
c) Hornblende Plagioklas Biotit Kwarsa

3. Kelompok Batuan Asam, mineralnya antara lain:


a) Hornblende Plagioklas Biotit Orthoklas
b) Hornblende Plagioklas Biotit Muscovit
c) Muscovit Biotit Orthoklas

3. Istilah dari:

a) Cross Bedding
Struktur silang siur sangat disayang-sayang ahli geologi karena berguna untuk
menentukan paleocurrent alias arus purba. Tidak Cuma itu saja, silang siur juga bisa
memberitahu kita mana bagian atas perlapisan dan mana bagian bawahnya. Dengan
kata lain, dia penanda top and bottom.
b) Wakstone
Wackstone adalah sebuah batuan karbonat di mana biji-bijian yang lebih besar
dari 0,25 mm terdiri lebih dari 10% volume batu dan didukung dalam kapur lumpur
(micrite). Wackstone jangka merupakan bagian dari Dunham Klasifikasi batuan
karbonat. Istilah ini sering diawali oleh allochem paling banyak (biji-bijian) jenis,
misalnya wackstone Oolitic.

c) Metamorfisme
Metamorfisme adalah proses reaksi rekristalisasi di dalam kerak bumi pada
kedalaman antara (3-20 km) yang pada keseluruhannya atau sebagian besar terjadi
dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fase cair sehingga terbentuk struktur dan
mineral yang baru, akibat dari pengaruh temperatur (T) dan dari tekanan (P) yang
tinggi. Sedangkan menurut H.G.F. Winkler (1976) proses metamorfosa adalah suatu
proses yang mengubah mineral pada suatu batuan dalam fase padat karena suatu
pengaruh atau response terhadap kondisi fisika dan juga kimia di dalam kerak bumi,
dimana pada kondisi fisika, dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi yang
sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan.

d) Skala Mohs
Skala Mohs adalah skala yang digunakan untuk mengukur kekerasan suatu
mineral dengan jalan membandingkannya dengan mineral lain. Skala Mohs
ditemukan pertama kali oleh ilmuwan Jerman, Friedrich Mohs pada tahun 1812.
Pada waktu itu, sang geologis membagi kekerasan suatu mineral menjadi 10
tingkatan, dengan jalan mencari bahan terkeras yang dapat digores oleh bahan yang
diukur, dan/atau bahan terlunak yang dapat menggores bahan yang diukur.

e) Sedimentari
Sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan batuan
asal atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme. Demikian juga ukuran
butirnya, dari sangat halus hingga sangat kasar.

f) Perawakan Mineral
Perawakan suatu mineral bukan merupakan cirri yang tetap, karena bentuk ini
dipengaruhi oleh keadaan atau lingkungan pembentukannya, tapi umumnya
perawakan Kristal tertentu sering terlihat pada mineral tertentu pula.

4. Istilah dari:
a) Metamorfisme lokal.
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara
beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi:
1) Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan
beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan
material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan
massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan
fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus.

2) Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.


Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil
temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik
atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
3) Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan.
Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan
penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi
dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.
4) Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar
butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan
komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining
pressure.
5) Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya
dengan pab\nas bumi (geothermal).
6) Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral
metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah.

b) Macam-macam batuan metamorf yang menunjukkan tingkatan dari proses


metamorfisme yaitu: Slaty, Filit, Schis, Gneis

c) Derajat Metamorfosa
1) Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme
batuan sedimen Shale atau Mudstone (batu lempung) pada temperatur dan suhu
yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-
butir yang sangat halus (very fine grained).
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir : Very fine grained
Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : Rendah
Ciri khas : Mudah membelah menjadi lembaran tipis

2) Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite
mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal : Metamorfisme Sha
Warna : Merah, kehijauan
Ukuran butir : Halus
Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah Intermediate
Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang

3) Gneiss
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku
dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh
rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna : Abu-abu
Ukuran butir : Medium Coarse grained
Struktur : Foliated (Gneissic)
Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan tipis
kaya amphibole dan mika.
4) Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit,
horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas
bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.

Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basalt


Warna : Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir : Fine Medium Coarse
Struktur : Foliated (Schistose)
Komposisi : Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi
Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat kristal
garnet
5) Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga
mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium
karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna : Bervariasi
Ukuran butir : Medium Coarse Grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah Tinggi
Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil,
bereaksi dengan HCl.
6) Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika
batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh
proses metamorfosis .
Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir : Medium coarse
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi
Ciri khas : Lebih keras dibanding glass
7) Milonit
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi
dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-
butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti
schistose.
Asal : Metamorfisme dinamik
Warna : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Dapat dibelah-belah
8) Serpetinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana
mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi
adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan
dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize
dengan air menjadi serpentinit.
Asal : Batuan beku basa
Warna : Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari

9) Hornfels
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh
temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti
dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna : Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas : Lebih keras dari pada glass, tekstur merat

5. Skala Wentworth

a) Klasifikasi Batuan Sedimen Menurut Skala Wentworth.


Skala Wentworth ditemukan oleh Uden Wentworth pada tahun 1922. Skala
Wentworth digunakan dalam pengklasifikasian batuan sedimen khususnya batuan
sedimen klastik berdasarkan ukuran butir-butir penyusun batuan.

Nama Butir Ukuran Butir Sediment Rock Tipe


Bongkah Boulder > 256
Berangkal Couble 64 - 256 Rudites
Gravel
Kerakal Pebble 4 - 64 (Konglomerat, Breccia)
Kerikil Granule 2-4
Pasir sangat Very Coarse Sand Sandstones
1-2
kasar Sand
Pasir kasar Coarse Sand 1/2 - 1
Pasir sedang Medium 1/4 - 1/2
Sand
Pasir halus Fine Sand 1/8 - 1/4
Pasir sangat Very Fine
1/16 - 1/8
halus Sand
Lanau Silt 1/256 - 1/16
Mud Lutites (Mudrocks)
Lempung Clay < 1/256

b) 3 Macam Struktur Sedimen


1) Struktur Laminasi

2) Struktur Riple marks

3) Struktur Flute Cast

6. Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yg bersifat klastik (lepas-lepas) hasil dari erupsi
suatu gunungapi yang langsung terendapkan. Penamaan batuan piroklastik berdasarkan
besar butir (Schmid, 1981), yaitu:

(http://en.wikipedia.org/wiki/Pyroclastic_rock)

Erupsi gunung api yang eksplosif menghasilkan tiga macam endapan piroklastik,
yaitu:
1. piroklastik jatuhan ( fall ),
2. piroklastik aliran ( flow ), dan
3. piroklastik surge .
Mekanisme erupsi eksplosif yang terjadi disebabkan oleh erupsi magmatis, preato
magmatis, dan preatik. Piroklastik jatuhan mempunyai ketebalan endapan yang sama,
sementara piroklastik aliran akan menebal pada cekungan dan piroklasktik surge adalah
gabungan keduanya.

(Gambar hubungan geometri endapan piroklastik (Wright, Smith dan Self, 1980))

1. Piroklastik Jatuhan ( Fall )


Endapan jatuhan piroklastik terjadi akibat letusan gunungapi yang eksplosif. Pada
erupsi preatik, abu gunungapi tidak sebanyak pada erupsi magmatis. Ketebalan
endapan piroklastik jatuhan relatif seragam dengan pemilahan yang baik, akibat
proses fraksinasi oleh angin saat pengendapannya.

2. Piroklastik aliran ( flow )


Endapan piroklastik ini terjadi ketika abu panas, fragmen batuan dan gas yang
bergerak ke bawah dari pusat erupsi eksplosif sebagai longsoran berkecepatan tinggi
ketika ada bagian kubah lereng gunungapi yang roboh, sehingga menghasilkan suatu
aliran piroklastik dengan suhu tinggi (sekitar 800) dan kecepatan 65-100
km/jam. Aliran piroklastik umumnya terdiri dari 3 jenis utama, yaitu: endapan aliran
bongkah dan abu, endapan aliran scoria dan endapan aliran batuapung atau ignimbrite
(welded tuff ).
Berikut ini mekanisme terjadinya aliran piroklastik

Gambar mekanisme terjadinya aliran piroklastik modifikasi dari Cas dan Wright, 1988

3. Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge umumnya terjadi akibat dari suatu letusan gunungapi,
yang temudian teralirkan (mekanisme gabungan antara jatuhan piroklastik dan aliran
piroklastik). Endapan ini berasosiasi dengan erupsi preatomagmatik dan preatik,
aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik. Endapan ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
base surge, graund surge dan ash clound surge.
7. Intrusi batuan

Adapun macam-macam intrusi batuan, yaitu:


1) Batholit
2) Dyke
3) Sill
4) Lakolit
5) Stock
Gambar Bagian-bagian Intrusi Batuan

1) Batholit
Batholit berasal dari bahasa Yunani (greek); dari kata Bathos (ukuran) dan lithos
(batuan) yang artinya merupakan suatu tempat, rongga atau ruang dengan ukuran
besar sebagai tempat sekaligus hasil dari intrusi batuan beku (plutonic) yang terbentuk
akibat dari pembekuan magma didalam kulit bumi. Batholit sering juga diartikan
sebagai batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan
suhu yang sangat lambat.
Batholit umumnya berbentuk ruang besar yang tidak beraturan dan biasanya
memiliki bentuk yang jelas dipermukaan bumi dengan penampang melintang dari
tubuh pluton (intrusi dengan tubuh tidak beraturan) memperlihatkan yang sangat besar
dan kedalaman yang tidak diketahui batasnya. Luas area batholit baik yang ada
didalam kulit bumi maupun suatu Singkapan batholit yang muncul kepermukaan
memiliki luas sampai 100 km2. Batholit biasanya selalu tersusun atas senyawa-
senyawa felsik (asam) sampai intermediet (menengah), itu artinya batholit sebagian
besar terdiri dari batuan beku asam sampai batuan beku intermediet, misalnya granite,
diorite, dan quartz monzonite.Meskipun terlihat tak beraturan, batholit merupakan
suatu ruang yang memiliki komposisi mineral yang komplek.
Singkapan batholit akan muncul kepermukaan setelah banyak mengalami proses
pengangkatan (up lift) dan proses erosi selama jutaan tahun. Contoh singkapan baholit
yang ada di Indonesia misalnya singkpan felsik batholit di kepulauan sumatra, Riau,
dan Kalimantan, sedangkan yang terkenal adalah intrusi granit yang terdapat dipulau
karimun (Riau).
Gambar Batholit

2) Dike atau Dyke


Dalam ilmu geologi Dyke adalah suatu jenis intrusi batuan beku berbentuk lembar
yang mengenai lapisan tanah dan memotong secara bersebrangan Dyke, disebut juga
gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit,
berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar,
memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya. Kadang-kadang kontak
hampir sejajar tapi perbandingan antara panjang dan lebar tidak sebanding.
Kenampakan di lapangan dyke dapat berukuran sangat kecil dan dapat pula berukuran
sangat besar.

Gambar Dike

3) Sill
Sill atau Intrusi datar (lempeng intrusi), yaitu magma menyusup diantara dua
lapisan batuan, mendatar dan pararel dengan lapisan batuan tersebut. Sill adalah
intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya dengan ketebalan dari beberapa mm sampai bebebrapa kilometer.
Penyebaran ke arah lateral sangat luas sedangkan penyebaran ke arah vertical sangat
kecil. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
Gambar Sill
Dalam ilmu geologi, sill merupakan suatu batuan beku plutonik yang berbentuk
tabel serta mengintrusi suatu lapisan batuan sediment yang lebih tua atau mengintrusi
lapisan batuan sediment yang sudah terlebih dahulu terbentuk, alas lahar volkanik
atau tuff, atau bahkan sepanjang arah foliasi di dalam batuan metamorf. Istilah sill
berarti lembar intrusi. Maksudnya adalah sill tidak memotong ke seberang batuan atau
lapisan sedimen yang telah ada sebelumnya, akan tetapi berlawanan dengan dike,
dimana intrusi magma memotong ke seberang batuan yang lebih tua.
Sills selalu paralel ke daerah tuff. Pada umumnya intrusi yang dibentuk oleh sill
adalah didalam suatu orientasi horisontal, walaupun proses tektonis dapat
menyebabkan perputaran sill ke dalam dekat orientasi vertikal. sill dapat dikacaukan
dengan arus lahar. Ambang yang dipengaruhi oleh arus lahar akan menunjukkan
peleburan yang parsial dan menyatu. Salisbury Sebuah batuan curam di Edinburgh,
Scotlandia, merupakan suatu sill yang secara parsial yang ultramafic mengarahkan
intrusi batuan beku sepanjang es agesCertain. layered mafic adalah berbagai sill yang
sering berisi deposit bijih penting. Contoh Precambrian meliputi Bushveld, Insizwa,
dan Dyke Yang mengintrusi kompleks selatan Afrika, Duluth yang mengintrusi
kompleks dari Atasan Daerah, dan Stillwater kompleks gunung berapi di Amerika
Serikat. Contoh Phanerozoic pada umumnya lebih kecil dan meliputi Rm peridotite
yang kompleks Scotland dan Skaergaard yang berapi-api untuk kompleks timur
Greenland. Intrusi batuan beku ini sering berisi konsentrasi emas, platina, unsur
logam pelapis kran, dan unsur-unsur jarang lain.

4) Lacolith
Lacolith, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya,
batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah
landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi,
baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di
permukaan.
Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan
lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara
permukaan atasnya tetap rata. Lakolit pada umumnya merupakan suatu variasi khusus
dari sill, yang artinya bentuk batuan beku yang menyerupai sill akan tetapi
perbandingan ketebalan jauh lebih besar dibandingkan dengan lebarnya dan bagian
atasnya melengkung, membentuk seperti kubah atau magma yang menerobos di
antara lapisan bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
Selain lakolit ada juga lapolit yang bentuknya merupakan kebalikan dari lakolit,
yang artinya bentuk batuan beku yang luas, dengan bentuk seperti lensa dimana
bagian tengahnya melengkung karena batuan dibawahnya bersifat lentur. Pada
dasarnya, sebagian besar batuan beku ini memiliki kandungan silica lebih besar dari
66%, yang artinya batuan beku ini adalah batuan asam (felsik), misalnya granit,
diorite, synit, tonalit, dan lain-lain

Gambar Lacolit

5) Stock
Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta
suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung
api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan
yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih
silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya. Bentuk-bentuk yang sejajar dengan
struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan
lopolit. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya
cekung ke atas. Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi,
juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral
pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam
kelompok batuan beku fanerik.

8. Perawakan Kristal

Kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola
difraksi tertentu. Jadi, kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang
secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X dan mempunyai molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang
datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Ada 7 macam sistem kristal. Dasar
penggolongan sistem kristal tersebut ada tiga hal, yaitu jumlah sumbu kristal, letak
sumbu kristal yang satu degan yang lain dan parameter yang digunakan untuk masing-
masing sumbu kristal.
Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah:
1) Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut reguler, bahkan sering dikenal sebagai sistem kubus / kubik.
Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-
masing sumbu sama panjangnya. Contoh mineral untuk sistem ini adalah fluorit dan
magnetit.
Gambar Fluorit dan Magnetit

2) Sistem Tetragonal
Sama dengan sistem Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus (Gambar 1.3.2). Sumbu a dan b
mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih
panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Contoh mineralnya adalah
scheelite.

Gambar Scheelite

3) Sistem Orthorombis
Sistem ini disebut juga orthorombis (Gambar 1.3.3) dan mempunyai 3 sumbu
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga sumbu kristal tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.. Contoh mineralnya aeschynite.

Gambar Aeschynite

4) Sistem Heksagonal
Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b, dan d masing-masing saling membentuk sudut
120 satu terhadap yang lain (Gambar 1.3.4). Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang
yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang). Contoh mineralnya adalah apatit dan vanadinit.

Gambar Apatit dan Vanadinit

5) Sistem Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal demikian pula
cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk
bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga degnan
menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Contoh mineralnya
adalah kalsit.

Gambar Kalsit

6) Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang
paling pendek. Contoh mineralnya adalah aegirine.

Gambar Aegirine
7) Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak
lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

A. Unsur-unsur simetri kristal


Dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi klas-klas
kristal yang jumlahnya 32 klas. Penentuan klasi[1]kasi kristal tergantung dari
banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri
tersebut meliputi.
1) bidang simetri
2) sumbu simetri
3) pusat simetri

B. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua
bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain.
Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan
bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal
melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan
menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang
simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c. Bidang simetri
menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang
simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.

C. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila
kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
tiga, yaitu gire, giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan
cara mendapatkan nilai simetrinya. Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan
nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran
penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga
trigire (4), empat tetragire (3), heksagire (9) dan seterusnya. Giroide adalah sumbu
simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada
porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal. Dalam gambar, nilai
simetri giroide disingkat tetragiroide dan heksagiroide. Sumbu inversi putar adalah
sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada
porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya
dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu
D. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama
terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal
mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan
dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat
kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang
pasangannya.

9. Perbedaan Batuan Beku, Metamorf dan Sedimen

1) Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat magma atau lava yang membeku.
Pengelompokan batuan beku berdasarkan tempat terbentuk :
a) Batuan beku dalam / tubir / plutonik
Yaitu batuan beku yang terbentuk didalam dapur magma, terdiri atas kristal besar.
Contoh : granit
b) Batuan beku gang / korok / hypabisal
Yaitu batuan beku yang terbentuk didalam saluran magma (diatrema), terdiri dari
kristal dan amorf.
Contoh : granit fosfir
c) Batuan beku luar / leleran / vulkanik
Yaitu batuan beku yang terbentuk diluar gunung berapi, terdiri atas kristal dan
amorf.
Contoh : batu apung, liparit
Faktor penyebab keanekaragaman batuan beku :
1. Komposisi dasar batuan (asam-basa)
2. Tempat terbentuk
3. Pengotor
4. Proses-proses setelah batuan terbentuk

2) Batuan Sedimen
Proses terbentuknya batuan sedimen :
1. Pelapukan (wheathering), batuan besar lapuk menjadi batuan-batuan dengan
ukuran lebih kecil.
2. Erosi
3. Transportasi, batuan terbawa arus sungai menuju ke hilir.
4. Deposisi, batuan mengendap pada suatu tempat.
5. Proses lithifikasi
a) Burial, materi batuan ditumpangi material lain
b) Kompaksi, pemadatan material-material batuan
c) Sementasi, perekatan material-material batuan
d) Lithifikasi, material-material batuan menjadi kesatuan batuan sedimen

Faktor yang mempengaruhi tekstur dan struktur batuan sedimen:


1. Kedalaman air, semakin dalam air maka struktur sedimen semakin berfariasi.
2. Kekuatan aliran, semakin besar aliran arus sungai maka butir-butir besar batuan
semakin mendominasi.
3. Tingkat abrasi, semakin besar tingkat abrasi (benturan antar mineral terlarut) maka
bentuk-bentuk butir cenderung bulat.
4. Jenis aliran sungai, semakin pekat aliran maka keseragaman batuan (sortasi) akan
semakin baik (sorted). Sebaliknya semakin encer aliran maka tingkat keseragaman
batuan akan buruk (poor sorted).
5. Tingkat resistensi butir batuan (daya tahan batuan menghadapi suatu
penghancuran).

Pengelompokan batuan sedimen :


1. Sedimen klastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari endapan batuan-batuan asal.
Contoh : breksi, batu pasir, konglomerat
2. Sedimen piroklastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk akibat proses pelamparan saat gunung erupsi
secara eksplosif.
Contoh : aglomerat, bomb, tuff
3. Sedimen organik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari sisa-sisa organisme.
Contoh : gamping, gambut, batubara
4. Sedimen kimiawi
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk akibat suatu proses kimia.
Contoh : evaporit, halit, gips

3) Batuan Metamorf
Metamorfisme batuan berarti mengubah sususan molekul batuan tanpa mengubah
komposisi kimianya, sehingga menyebabkan perubahan sifat fisis batuan.
Struktur utama batuan metamorf :
1. Foliasi (tekanan dan suhu bekerja bersama-sama)
Foliasi yaitu kenampakan pada batuan metamorf seperti berlembar-lembar.
2. Nonfoliasi (yang bekerja tekanan saja atau suhu saja)
Tidak ada kenampakan berlembar-lembar.

Urut-urutan foliasi batuan metamorf :


Slate Phylite Schist Gneiss

Metamorfisme batuan :
1) Metamorfosis kontak / sentuh / termal
2) Metamorfosa batuan akibat intrusi magma, yang menyebabkan struktur
nonfoliasi.
Contoh : pualam
3) Metamorfosis dynamo / regional
4) Metamorfosa batuan akibat suhu dan tekanan yang bekerja bersamaan pada
daerah yang luas akibat pembentukan pegunungan, sehingga menghasilkan
batuan metamorf berfoliasi baik.
5) Metamorfosis kataklastik
6) Metamorfosa batuan yang terjadi di daerah patahan karena tekanan yang
sangat tinggi.

10. Sifat Fisik Mineral

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom yang
beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan
mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita
mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu (Graha,1987)
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:
1. Kilap (luster)
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat
terkena cahaya (Sapiie, 2006). Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi
jenis: kilap logam dan kilap non logam
2. Warna (colour)
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak
dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih
dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran
padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman
atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna
khas
3. Kekerasan (hardness)
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral
dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang
standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai
bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala
kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala
Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak
sampai skala 10 untuk mineral terkeras
4. Cerat (streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat
sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral
tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah
5. Belahan (cleavage)
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu
membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi
terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai
sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau
tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak
seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu
bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral
akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat
dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur
6. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat
dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah
akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang
pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur
7. Bentuk (form)
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan
oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal
disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas
disebut amorf
8. Berat Jenis (specific gravity)
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum
untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih
dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan
di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air
adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume
butir mineral tersebut.

9. Sifat Dalam
Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,
menghancurkan, membengkokkan atau mengiris.
10. Kemagnetan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila
mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-
mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah
yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau
tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi
sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati
berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya
sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertikal.
11.Kelistrikan
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau
londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi
istilahsemikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-
batas tertentu.
12. Daya Lebur Mineral
Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan
membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat
keleburan.

Anda mungkin juga menyukai