1) Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras tanpa proses kristalisasi baik di bawah atau di atas permukaan bumi.
Magma yang berada di dalam bumi dapat mengalami pergerakan naik yang disebut
intrusi magma (magma intrusion). Batuan yang terbentuk sebelumnya baik batuan
beku, sedimen atau metamorf dapat diterobos oleh intrusi magma. Perubahan
lingkungan menyebabkan magma mulai mendingin di bawah permukaan. Batuan
yang terbentuk pada kondisi ini disebut sebagai batuan beku pluton (plutonic rocks)
atau sering disebut juga sebagai batuan beku intrusif.
Magma yang menerobos dapat mencapai permukaan. Manifestasi dari capaian
magma mencapai permukaan ditujukan sebagai aktivitas gunungapi (volcanic
activity). Magma lelehan yang mengalir keluar dari kepundan disebut sebagai lava.
Lava yang mendingin membentuk batuan beku ekstrusif.
Intrusi batuan beku merupakan massa batuan yang terbentuk ketika magma
mengalami pendinginan di bawah permukaan bumi. Intrusi biasanya diklasifikasikan
berdasarkan ukuran, bentuk dan hubungannya dengan batuan yang lebih tua yang
mengelilinginya. Tubuh intrusi batuan beku yang penting adalah batholiths, stocks,
dikes, sills,dan laccolith.
a) Batholits adalah massa batuan kristalin berukuran butir kasar, umumnya
berkomposisi granitic dan merupakan tubuh batuan terbesar di kerak bumi. Contoh:
Idaho batholit tersingkap seluas ~ 41.000 km2.
b) Stocks adalah tubuh intrusi dengan daerah singkapan yang kurang dari 10 km2.
Umumnya berkomposisi granitic dengan tekstur porphyritic dengan massa dasar
berbutir halus. Kebanyakan terdapat deposit perak, emas timah, zinc dan tembaga
diendapkan pada rekahan dan membentuk veins yang meluas dari stock hingga
batuan disekitarnya.
c) Dikes adalah bektuk aktivitas batuan beku yang sempit dan tabular. Dike terbentuk
ketika magma masuk kedalam rekahan disekitar batuan samping kemudian
mendingin. Lebar dikes dapat sekitar beberapa centimeter hingga ratusan meter.
Dike terbesar diketahui di Zimbabwe dengan panjang 600 km dan lebar rata-rata 10
km.
d) Sill adalah bentuk tabular yang parallel dan concordant terhadap perlapisan.
Magma yang naik selalu mengikuti daerah yang kurang resisten.jika jalur yang di
lewatinya seperti bidang perlapisan,maka magma akan menerobos diantara lapisan.
Sill dapat terlihat seperti aliran lava yang tertimbun yang berada dalam sekuen
batuan sedimen. Bagaimanapun sill merupakan intrusi sehingga berbeda dengan
lava yang tertimbun oleh sedimen diatasnya. Perhatian harus difokuskan pada
daerah kontak untuk mendapatkan bukti-bukti intrusi,seperti ditemukannya alterasi
dan rekristalisasi pada batuan disekitarnya dan bukti inclusion berupa block atau
potongan batuan samping.
e) Laccoliths adalah bentuk lensa dengan bagian dasar datar dan bagian atas yang
mengkurva. Biasanya bertekstur porfiritik (porphyritic texture). Batuan beku
terbentuk sesuai dengan komposisi magmanya. Komposisi magma menentukan
komposisi batuan. Selain itu kecepatan pendinginan magma sangat berpengaruh
terhadap tekstur batuan. Pendinginan magma menyebabkan kristalisasi dari
berbagai mineral yang sesuai dengan kondisinya. Urutan kristalisasi membentuk
mineral pada deret menerus dan tidak menerus pada deret reaksi Bowen.
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur dan komposisinya. Variasi
komposisi dapat dilihat perubahannya secara horizontal, sedangkan variasi tekstur
dapat dilihat perubahannya secara vertikal.
Penamaan batuan tertera pada table tersebut seperti rhyolite, andesite, dan basalt
untuk jenis batuan dan genesanya berkaitan dengan magma ekstrusif. Sedangkan
batuan granite, diorite, gabbro dan peridotite adalah berkaitan dengan magma
intrusif.
Temperatur pada saat kristalisasi menentukan terbentuknya jenis mineral dan
assosiasi mineralnya. Kristalisasi memunculkan mineral yang tertentu sesuai dengan
kondisi komposisi asal magma. Pada magma basa terbentuk mineral-mineral yang
cendrung berwarna gelap. Sedangkan pada magma asam cendrung membentuk
mineral-mineral berwarna terang.
Kecepatan pendinginan dapat mempengaruhi kristalisasi terutama pada
pertumbuhan kristal (crystal growth). Pendinginan yang perlahan di bawah
permukaan bumi cendrung memberikan kesempatan untuk terbentuknya kristal
dengan ukuran yang relatif kasar. Kondisi ini memberikan membentuk tekstur
faneritik (phaneritic texture).
Pada pendinginan yang berlangsung cepat tidak punya cukup waktu untuk kristal
tumbuh sehingga terbentuk kristal yang relatif halus. Ini terutama pada aktivitas
magma ekstrusif. Kondisi yang demikian membentuk tekstur afanitik (aphanitic
texture). Pada aktivitas magma yang ekplosif ke permukaan, sering kali tidak cukup
waktu untuk membentuk kristal sehingga yang terbentuk adalah gelas (glass).
Pendinginan magma dapat pula mengalami pendinginan perlahan yang kemudian
berubah mengalami pendinginan cepat. Magma yang semula perlahan-lahan
membentuk kristal yang relatif kasar, kemudian tiba-tiba dilingkungi oleh kristal halus
atau bahkan gelas kalau pendinginan sangat cepat. Kondisi ini akan memberikan
gambaran percampuran antara ukuran kristal kasan dan ukuran kristal halus dan atau
gelas. Kondisi yang demikian membentuk tekstur porfiritik (porphyritic texture).
2) Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dalam suatu siklus sedimentasi
(pelapukan-transportasi-sedimentasi-diagenesa). Hal tersebut berarti batuan sedimen
terbentuk dari material yang lepas dan bahan terlaruthasil proses mekanis dan kimia
dari batuan sebelumnya, dari cangkang binatang, dan sisa-sisa tumbuhan. Proses yang
terlihat mencakup penghancuran batuan oleh pelapukan dan erosi, hasil keduanya dan
transportasi kemudian memasuki proses kompaksi, sementasi dan litifikasi. Beberapa
faktor yang mengontrol tebentuknya batuan sedimen antara lain Litologi Batuan
(Batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), stabilitas mineral-mineral yang
ada, dan kecepatan erosi.
Batuan sedimen memiliki tekstur klastik dan kristalin (non-klastik). Tekstur klastik
merupakan tekstur utama di dalam batuan sedimen. Kenampakan tekstural batuan
sedimen meliputi ukuran butir (grain size), bentuk butir (grain shape), pemilahan
(sorting), kebundaran (roundness) dan hubungan antar butiran (intergrain
relationship).
a) Besar Butir
Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang
dipakai adalah Skala Wenthworth. Besar ukuran butir ditentukan oleh beberapa
faktor diantaranya Jenis Pelapukan, macam transportasi, waktu/jarak transportasi.
(Kimia dan Mekanis).
Tabel Skala Wenthworth
Ukuran Butir
Nama Butiran Nama Batuan
(mm)
24 Granule (kerikil)
Shale, Mudstone,
< 0,0039 Clay (lempung)
Claystone
b) Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan
semakin baik. Berikut ini macam-macam pemilihan yaitu:
1) Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam.
Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2) Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang
seragam maupun yang tidak seragam.
3) Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam,
dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan
kemas terbuka.
c) Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i)
dan pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen,
yaitu:
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule (kerikil, f 2 mm).
d) Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk.,
(1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan
pembulatan rendah dan tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5. Membundar (membulat (rounded), dan
6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).
3. Semen
Semen merupakan zat perekat pada batuan sedimen, semen mengisi rongga-
rongga antar butir antara fragmen dan matriks.
Ada beberapa jenis semen pada batuan sedimen, berdasarkan kandungannya
semen tersebut dibagi atas:
a) Semen karbonat
b) Semen Silikat
c) Semen Oksida
3. Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal
dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik. Menurut
william (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik yang
dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api, dengan
material asal yang berbeda, dimana material penyusun tersebut terendapkan dan
terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi (rewarking) oleh air atau es.
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam deskripsi batuan piroklastik
1. Warna batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral
penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya
sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk
batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
2. Tekstur batuan
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental.
Pengamatan tekstur meliputi :
1) Glassy
Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut
ialah glass.
2) Fragmental
Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan
tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.
3. Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan
dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering
ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal tanpa retakan atau pun lubang-lubang
gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan endapan dari
fragmen-fragmen letusan gunung api.
4. Derajat Kristalisai
Derajat kristalisasi mineral terdiri atas :
a. Holokristalin
Tekstur batuan yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral
yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi
berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral -
mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna.
b. Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral
membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan
proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan
terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang.
c. Hipohyalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral
membentuk gelas dan sebagiannya membentuk Kristal. Namun massa dasarnya
cenderung lebih dominan massa gelas.
d. Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya
berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma
berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan terjadinya
pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang sempurna.
4. Batuan Metamorf
Metamorf (metamorphic rocks) berasal dari kata meta yang bermakna perubahan,
sedangkan kata morpho bermakna bentuk. Dengan demikian, metamorphosis adalah
proses yang mengubah bentuk mineral asal baik itu dari batuan beku, sedimen
ataupun piroklastik menjadi mineral yang stabil pada kondisi baru.
Jadi, defenisi dari batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari
batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu
(T) dan tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme
dan berlangsung di bawah permukaan.
Proses Metamorfisme
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan
atau temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga
hubungan antar butiran/kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi
kimia batuan. Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan
batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.
Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan mengalami
perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan terbentuk, sehingga
batuan menjadi tidak stabil. Untuk mendapatkan kestabilannya kembali pada kondisi
yang baru maka batuan mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada
kondisi tekanan dan temperatur tekanan dan temperatur yang beberapa kilometer di
bawah permukaan bumi.
Agen atau media menyebabkan terjadinya proses metamorfisme adalah panas,
tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan perubahan yang terjadi pada batuan
meliputi tekstur dan komposisi mineral.
Metamorfisme menyebabkan perubahan secara tekstural, mineralogy atau
keduanya yang terjadi diantara dua kondisi. Pertama adalah kondisi diagenesis-
weathering (pada batas bagian bawah), dan kedua pada kondisi melting (pada batas
bagian atas). Pada perubahan tekstur dapat terjadi tanpa disertai dengan perubahan
komposisi mineral, yaitu terjadi kataklastis dan rekristalisasi.
Proses Kataklastis
adalah proses penghancuran butiran batuan, biasanya pada zona sesar. Sedangkan
rekristalisasi adalah proses pengorganisasian kembali pola kristal (chrystal lattice) dan
hubungan antar butiran melalui perpindahan ion dan deformasi pola tanpa disertai
penghancuran.
A. Jenis Metamorfisme
a. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktiftas intrusi magma, proses
yang berperan adalah panas larutan aktif.
b. Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang dangkal
(misalnya zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada panas yang
timbul. Seringkali hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran, kadang-
kadang juga terjadi rekristalisasi.
c. Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan
temperatur. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan
tektonis, misalnya pada jalur pembentukan pegunungan dan zona tunjaman
dsb.
c. Kataklastik
Sruktu ini hampir sama dengan milonitik hanya saja butirannya lebih kasar.
d. Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya relative lebih kasar dan
strukturnya mendekati struktur tipe philit.
e. Flaser
Struktur ini mirip dengan kataklastik dimana struktur batuan asal berbentuk
lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Augen
Seperti struktur flaser, hanya saja lensa-lensanya terdiri dari butir-butir
feldspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran yang tidak sama besar.
h. Liniasi
Struktur ditandai dengan adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti
jarum.
Hubungan dari jenis-jenis batuan dapat dilihat pada siklus batuan berikut:
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk secara
alami yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang terubah, dan
kombinasi semua komponen tersebut. Mineral adalah zat padat anorganik yang
mempunyai komposisi kimia tertentu dengan susunan atom yang teratur, yang terjadi
tidak dengan perantara manusia dan tidak berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan,
dan dibentuk oleh alam (Warsito Kusumoyudo, 1986). Kristal adalah zat padat yang
mempunyai bentuk bangun yang beraturan yang terdiri dari atam-atom dengan
susunan yang teratur. Berzelius mengklasifikasikan mineral menjadi 8 golongan,
yaitu: 1. Elemen native, contohnya emas, perak, tembaga dan intan 2. Sulfida,
contohnya Galena, pirit 3. Oksida dan Hidroksida, contohnya korondum 4. Halida,
contohnya Halite 5. Karbonat, Nitrat, Borat, Lodat, contohnya Kalsit 6. Sulfat,
Khromat, Molibdenat, dan Tungstat, contohnya Barit 7. Fosfat, Arenat dan Vanadat,
contohnya Apatit 8. Silikat, contohnya kuarsa, Feldspar, Piroksen. Mineral memiliki
sifat-sifat khusus yang dapat kita jadikan sebagai penciri mineral tertentu. Sifat-sifat
mineral diantaranya 1. Warna, 2. Goresan, 3. Kilap, 4. Belahan, 5. Pecahan 6.
Kekerasan. Kekerasan Mineral diantaranya 1.Talk, 2. Gipsum, 3. Kalsit, 4. Fluorit, 5.
Apatit, 6. Ortoklas, 7. Kuarsa, 8. Topas, 9. Korondum, 10. Intan.
Pembagian Batuan Berdasarkan pembentukannya batuan dibedakan menjadi tiga
yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk
dari kristalisasi (pembekuan) magma. Batuan sediment terbentuk dibawah kondisi
permukaan dan terdiri dari kumpulan (1) presipitasi kimia dan biokimia; (2) fragmen
atau butiran batuan, mineral dan fosil; (3) kombinasi material-material tersebut.
Batuan metamorf adalah batuan yang asalnya adalah batuan beku, sediment atau
metamorf yang berubah secara mineralogy, tekstur atau keduanya tanpa mengalami
peleburan yang diakibatkan oleh panas, tekanan, atau cairan kimia aktif. Panas dan
tekanan disini berbeda dengan kondisi dipermukaan. Penyebaran Batuan di Bumi
Bumi adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar, dan beberapa tempat yang relative
kecil didalam mantel atas dan kerak, yang cair. Kebanyakan dari material yang padat
merupakan batuan metamorf, ini dikarenakan batuan di inti dalam, mantel dan kerak
telah terubah dikarenakan tekanan dan temperature yang tinggi. Magma yang
terbentuk pada mantel atas naik ke level yang lebih tinggi didalam kerak dan
mengalami kristalisasi. Batuan sediment terbentuk di permukaan atau dekat
permukaan. Di daratan, batuan sediment menutupi sekitar 66 % dari total batuan yang
tersingkap (Blatt dan Jones, 1975). Sisanya sekitar 34 % adalah batuan kristalin yang
berupa batuan beku dan metamorf. Di bawah samudra kebanyakan ditutupi oleh
material sediment atau batuan sediment yang tipis. Dibawah tutupan sediment,
didominasi oleh batuan beku dan metamorf.
Sebelumya kita sudah tahu bahwa di bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah menjadi
batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan lainnya. Semua
batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau pecahan-
pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan sedimen. Batuan
juga bisa melebur atau meleleh menjadi magma dan kemudian kembali menjadi
batuan beku. Kesemuanya ini disebut siklus batuan atau Rock Cycle.
Gambar Siklus Batuan
3. Istilah dari:
a) Cross Bedding
Struktur silang siur sangat disayang-sayang ahli geologi karena berguna untuk
menentukan paleocurrent alias arus purba. Tidak Cuma itu saja, silang siur juga bisa
memberitahu kita mana bagian atas perlapisan dan mana bagian bawahnya. Dengan
kata lain, dia penanda top and bottom.
b) Wakstone
Wackstone adalah sebuah batuan karbonat di mana biji-bijian yang lebih besar
dari 0,25 mm terdiri lebih dari 10% volume batu dan didukung dalam kapur lumpur
(micrite). Wackstone jangka merupakan bagian dari Dunham Klasifikasi batuan
karbonat. Istilah ini sering diawali oleh allochem paling banyak (biji-bijian) jenis,
misalnya wackstone Oolitic.
c) Metamorfisme
Metamorfisme adalah proses reaksi rekristalisasi di dalam kerak bumi pada
kedalaman antara (3-20 km) yang pada keseluruhannya atau sebagian besar terjadi
dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fase cair sehingga terbentuk struktur dan
mineral yang baru, akibat dari pengaruh temperatur (T) dan dari tekanan (P) yang
tinggi. Sedangkan menurut H.G.F. Winkler (1976) proses metamorfosa adalah suatu
proses yang mengubah mineral pada suatu batuan dalam fase padat karena suatu
pengaruh atau response terhadap kondisi fisika dan juga kimia di dalam kerak bumi,
dimana pada kondisi fisika, dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi yang
sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan.
d) Skala Mohs
Skala Mohs adalah skala yang digunakan untuk mengukur kekerasan suatu
mineral dengan jalan membandingkannya dengan mineral lain. Skala Mohs
ditemukan pertama kali oleh ilmuwan Jerman, Friedrich Mohs pada tahun 1812.
Pada waktu itu, sang geologis membagi kekerasan suatu mineral menjadi 10
tingkatan, dengan jalan mencari bahan terkeras yang dapat digores oleh bahan yang
diukur, dan/atau bahan terlunak yang dapat menggores bahan yang diukur.
e) Sedimentari
Sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan batuan
asal atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme. Demikian juga ukuran
butirnya, dari sangat halus hingga sangat kasar.
f) Perawakan Mineral
Perawakan suatu mineral bukan merupakan cirri yang tetap, karena bentuk ini
dipengaruhi oleh keadaan atau lingkungan pembentukannya, tapi umumnya
perawakan Kristal tertentu sering terlihat pada mineral tertentu pula.
4. Istilah dari:
a) Metamorfisme lokal.
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara
beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi:
1) Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan
beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan
material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan
massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan
fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus.
c) Derajat Metamorfosa
1) Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme
batuan sedimen Shale atau Mudstone (batu lempung) pada temperatur dan suhu
yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-
butir yang sangat halus (very fine grained).
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir : Very fine grained
Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : Rendah
Ciri khas : Mudah membelah menjadi lembaran tipis
2) Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite
mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal : Metamorfisme Sha
Warna : Merah, kehijauan
Ukuran butir : Halus
Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah Intermediate
Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang
3) Gneiss
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku
dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh
rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna : Abu-abu
Ukuran butir : Medium Coarse grained
Struktur : Foliated (Gneissic)
Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan tipis
kaya amphibole dan mika.
4) Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit,
horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas
bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
9) Hornfels
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh
temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti
dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna : Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas : Lebih keras dari pada glass, tekstur merat
5. Skala Wentworth
6. Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yg bersifat klastik (lepas-lepas) hasil dari erupsi
suatu gunungapi yang langsung terendapkan. Penamaan batuan piroklastik berdasarkan
besar butir (Schmid, 1981), yaitu:
(http://en.wikipedia.org/wiki/Pyroclastic_rock)
Erupsi gunung api yang eksplosif menghasilkan tiga macam endapan piroklastik,
yaitu:
1. piroklastik jatuhan ( fall ),
2. piroklastik aliran ( flow ), dan
3. piroklastik surge .
Mekanisme erupsi eksplosif yang terjadi disebabkan oleh erupsi magmatis, preato
magmatis, dan preatik. Piroklastik jatuhan mempunyai ketebalan endapan yang sama,
sementara piroklastik aliran akan menebal pada cekungan dan piroklasktik surge adalah
gabungan keduanya.
(Gambar hubungan geometri endapan piroklastik (Wright, Smith dan Self, 1980))
Gambar mekanisme terjadinya aliran piroklastik modifikasi dari Cas dan Wright, 1988
3. Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge umumnya terjadi akibat dari suatu letusan gunungapi,
yang temudian teralirkan (mekanisme gabungan antara jatuhan piroklastik dan aliran
piroklastik). Endapan ini berasosiasi dengan erupsi preatomagmatik dan preatik,
aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik. Endapan ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
base surge, graund surge dan ash clound surge.
7. Intrusi batuan
1) Batholit
Batholit berasal dari bahasa Yunani (greek); dari kata Bathos (ukuran) dan lithos
(batuan) yang artinya merupakan suatu tempat, rongga atau ruang dengan ukuran
besar sebagai tempat sekaligus hasil dari intrusi batuan beku (plutonic) yang terbentuk
akibat dari pembekuan magma didalam kulit bumi. Batholit sering juga diartikan
sebagai batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan
suhu yang sangat lambat.
Batholit umumnya berbentuk ruang besar yang tidak beraturan dan biasanya
memiliki bentuk yang jelas dipermukaan bumi dengan penampang melintang dari
tubuh pluton (intrusi dengan tubuh tidak beraturan) memperlihatkan yang sangat besar
dan kedalaman yang tidak diketahui batasnya. Luas area batholit baik yang ada
didalam kulit bumi maupun suatu Singkapan batholit yang muncul kepermukaan
memiliki luas sampai 100 km2. Batholit biasanya selalu tersusun atas senyawa-
senyawa felsik (asam) sampai intermediet (menengah), itu artinya batholit sebagian
besar terdiri dari batuan beku asam sampai batuan beku intermediet, misalnya granite,
diorite, dan quartz monzonite.Meskipun terlihat tak beraturan, batholit merupakan
suatu ruang yang memiliki komposisi mineral yang komplek.
Singkapan batholit akan muncul kepermukaan setelah banyak mengalami proses
pengangkatan (up lift) dan proses erosi selama jutaan tahun. Contoh singkapan baholit
yang ada di Indonesia misalnya singkpan felsik batholit di kepulauan sumatra, Riau,
dan Kalimantan, sedangkan yang terkenal adalah intrusi granit yang terdapat dipulau
karimun (Riau).
Gambar Batholit
Gambar Dike
3) Sill
Sill atau Intrusi datar (lempeng intrusi), yaitu magma menyusup diantara dua
lapisan batuan, mendatar dan pararel dengan lapisan batuan tersebut. Sill adalah
intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya dengan ketebalan dari beberapa mm sampai bebebrapa kilometer.
Penyebaran ke arah lateral sangat luas sedangkan penyebaran ke arah vertical sangat
kecil. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
Gambar Sill
Dalam ilmu geologi, sill merupakan suatu batuan beku plutonik yang berbentuk
tabel serta mengintrusi suatu lapisan batuan sediment yang lebih tua atau mengintrusi
lapisan batuan sediment yang sudah terlebih dahulu terbentuk, alas lahar volkanik
atau tuff, atau bahkan sepanjang arah foliasi di dalam batuan metamorf. Istilah sill
berarti lembar intrusi. Maksudnya adalah sill tidak memotong ke seberang batuan atau
lapisan sedimen yang telah ada sebelumnya, akan tetapi berlawanan dengan dike,
dimana intrusi magma memotong ke seberang batuan yang lebih tua.
Sills selalu paralel ke daerah tuff. Pada umumnya intrusi yang dibentuk oleh sill
adalah didalam suatu orientasi horisontal, walaupun proses tektonis dapat
menyebabkan perputaran sill ke dalam dekat orientasi vertikal. sill dapat dikacaukan
dengan arus lahar. Ambang yang dipengaruhi oleh arus lahar akan menunjukkan
peleburan yang parsial dan menyatu. Salisbury Sebuah batuan curam di Edinburgh,
Scotlandia, merupakan suatu sill yang secara parsial yang ultramafic mengarahkan
intrusi batuan beku sepanjang es agesCertain. layered mafic adalah berbagai sill yang
sering berisi deposit bijih penting. Contoh Precambrian meliputi Bushveld, Insizwa,
dan Dyke Yang mengintrusi kompleks selatan Afrika, Duluth yang mengintrusi
kompleks dari Atasan Daerah, dan Stillwater kompleks gunung berapi di Amerika
Serikat. Contoh Phanerozoic pada umumnya lebih kecil dan meliputi Rm peridotite
yang kompleks Scotland dan Skaergaard yang berapi-api untuk kompleks timur
Greenland. Intrusi batuan beku ini sering berisi konsentrasi emas, platina, unsur
logam pelapis kran, dan unsur-unsur jarang lain.
4) Lacolith
Lacolith, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya,
batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah
landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi,
baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di
permukaan.
Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan
lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara
permukaan atasnya tetap rata. Lakolit pada umumnya merupakan suatu variasi khusus
dari sill, yang artinya bentuk batuan beku yang menyerupai sill akan tetapi
perbandingan ketebalan jauh lebih besar dibandingkan dengan lebarnya dan bagian
atasnya melengkung, membentuk seperti kubah atau magma yang menerobos di
antara lapisan bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
Selain lakolit ada juga lapolit yang bentuknya merupakan kebalikan dari lakolit,
yang artinya bentuk batuan beku yang luas, dengan bentuk seperti lensa dimana
bagian tengahnya melengkung karena batuan dibawahnya bersifat lentur. Pada
dasarnya, sebagian besar batuan beku ini memiliki kandungan silica lebih besar dari
66%, yang artinya batuan beku ini adalah batuan asam (felsik), misalnya granit,
diorite, synit, tonalit, dan lain-lain
Gambar Lacolit
5) Stock
Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta
suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung
api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan
yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih
silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya. Bentuk-bentuk yang sejajar dengan
struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan
lopolit. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya
cekung ke atas. Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi,
juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral
pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam
kelompok batuan beku fanerik.
8. Perawakan Kristal
Kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola
difraksi tertentu. Jadi, kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang
secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X dan mempunyai molekul yang
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang
datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Ada 7 macam sistem kristal. Dasar
penggolongan sistem kristal tersebut ada tiga hal, yaitu jumlah sumbu kristal, letak
sumbu kristal yang satu degan yang lain dan parameter yang digunakan untuk masing-
masing sumbu kristal.
Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah:
1) Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut reguler, bahkan sering dikenal sebagai sistem kubus / kubik.
Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-
masing sumbu sama panjangnya. Contoh mineral untuk sistem ini adalah fluorit dan
magnetit.
Gambar Fluorit dan Magnetit
2) Sistem Tetragonal
Sama dengan sistem Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3
sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus (Gambar 1.3.2). Sumbu a dan b
mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih
panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Contoh mineralnya adalah
scheelite.
Gambar Scheelite
3) Sistem Orthorombis
Sistem ini disebut juga orthorombis (Gambar 1.3.3) dan mempunyai 3 sumbu
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga sumbu kristal tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.. Contoh mineralnya aeschynite.
Gambar Aeschynite
4) Sistem Heksagonal
Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b, dan d masing-masing saling membentuk sudut
120 satu terhadap yang lain (Gambar 1.3.4). Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang
yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang). Contoh mineralnya adalah apatit dan vanadinit.
5) Sistem Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal demikian pula
cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk
bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga degnan
menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Contoh mineralnya
adalah kalsit.
Gambar Kalsit
6) Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang
paling pendek. Contoh mineralnya adalah aegirine.
Gambar Aegirine
7) Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak
lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
B. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua
bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain.
Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan
bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal
melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan
menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang
simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c. Bidang simetri
menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang
simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.
C. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila
kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
tiga, yaitu gire, giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan
cara mendapatkan nilai simetrinya. Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan
nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran
penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga
trigire (4), empat tetragire (3), heksagire (9) dan seterusnya. Giroide adalah sumbu
simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada
porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal. Dalam gambar, nilai
simetri giroide disingkat tetragiroide dan heksagiroide. Sumbu inversi putar adalah
sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada
porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya
dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu
D. Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama
terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal
mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan
dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat
kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang
pasangannya.
1) Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat magma atau lava yang membeku.
Pengelompokan batuan beku berdasarkan tempat terbentuk :
a) Batuan beku dalam / tubir / plutonik
Yaitu batuan beku yang terbentuk didalam dapur magma, terdiri atas kristal besar.
Contoh : granit
b) Batuan beku gang / korok / hypabisal
Yaitu batuan beku yang terbentuk didalam saluran magma (diatrema), terdiri dari
kristal dan amorf.
Contoh : granit fosfir
c) Batuan beku luar / leleran / vulkanik
Yaitu batuan beku yang terbentuk diluar gunung berapi, terdiri atas kristal dan
amorf.
Contoh : batu apung, liparit
Faktor penyebab keanekaragaman batuan beku :
1. Komposisi dasar batuan (asam-basa)
2. Tempat terbentuk
3. Pengotor
4. Proses-proses setelah batuan terbentuk
2) Batuan Sedimen
Proses terbentuknya batuan sedimen :
1. Pelapukan (wheathering), batuan besar lapuk menjadi batuan-batuan dengan
ukuran lebih kecil.
2. Erosi
3. Transportasi, batuan terbawa arus sungai menuju ke hilir.
4. Deposisi, batuan mengendap pada suatu tempat.
5. Proses lithifikasi
a) Burial, materi batuan ditumpangi material lain
b) Kompaksi, pemadatan material-material batuan
c) Sementasi, perekatan material-material batuan
d) Lithifikasi, material-material batuan menjadi kesatuan batuan sedimen
3) Batuan Metamorf
Metamorfisme batuan berarti mengubah sususan molekul batuan tanpa mengubah
komposisi kimianya, sehingga menyebabkan perubahan sifat fisis batuan.
Struktur utama batuan metamorf :
1. Foliasi (tekanan dan suhu bekerja bersama-sama)
Foliasi yaitu kenampakan pada batuan metamorf seperti berlembar-lembar.
2. Nonfoliasi (yang bekerja tekanan saja atau suhu saja)
Tidak ada kenampakan berlembar-lembar.
Metamorfisme batuan :
1) Metamorfosis kontak / sentuh / termal
2) Metamorfosa batuan akibat intrusi magma, yang menyebabkan struktur
nonfoliasi.
Contoh : pualam
3) Metamorfosis dynamo / regional
4) Metamorfosa batuan akibat suhu dan tekanan yang bekerja bersamaan pada
daerah yang luas akibat pembentukan pegunungan, sehingga menghasilkan
batuan metamorf berfoliasi baik.
5) Metamorfosis kataklastik
6) Metamorfosa batuan yang terjadi di daerah patahan karena tekanan yang
sangat tinggi.
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom yang
beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan
mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita
mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu (Graha,1987)
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:
1. Kilap (luster)
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat
terkena cahaya (Sapiie, 2006). Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi
jenis: kilap logam dan kilap non logam
2. Warna (colour)
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak
dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih
dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran
padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman
atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna
khas
3. Kekerasan (hardness)
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral
dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang
standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai
bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala
kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala
Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak
sampai skala 10 untuk mineral terkeras
4. Cerat (streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat
sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral
tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah
5. Belahan (cleavage)
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu
membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi
terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai
sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau
tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak
seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu
bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral
akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat
dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur
6. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat
dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah
akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang
pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur
7. Bentuk (form)
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan
oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal
disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas
disebut amorf
8. Berat Jenis (specific gravity)
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum
untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih
dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan
di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air
adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume
butir mineral tersebut.
9. Sifat Dalam
Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,
menghancurkan, membengkokkan atau mengiris.
10. Kemagnetan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila
mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-
mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah
yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau
tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi
sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati
berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya
sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertikal.
11.Kelistrikan
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau
londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi
istilahsemikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-
batas tertentu.
12. Daya Lebur Mineral
Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan
membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat
keleburan.