Anda di halaman 1dari 6

PERTANYAAN

Apa saja bagian rongga hidung yang bisa dilihat pada pemeriksaan rinoskopi
posterior, beserta gambar dan hasilnya?

JAWABAN
Pemeriksaan rinoskopi posterior untuk melihat bagian belakang hidung
dilakukan untuk melihat keadaan nasofaring. Untuk yang diperlukan untuk
melakukan pemeriksaan rinoskopi posterior yaitu spatula lidah dan kaca
nasofaring yang telah dihangatkan dengan api lampu spiritus untuk mencegah
udara pernapasan mengembun pada kaca. Sebelum kaca ini dimasukkan, suhu
kaca di tes terlebih dulu dengan menempelkannya ke kulit punggung tangan kiri
pemeriksa. Pasien diminta membuka mulut, lidah dua pertiga anterior ditekan
dengan spatula lidah. Pasien bernapas melalui mulut supaya uvula terangkat ke
atas dan kaca nasofaring yang menghadap ke atas dimasukkan melalui mulut, ke
bawah uvula dan samping nasofaring. Setelah kaca berada di nasofaring pasien
diminta bernapas biasa melalui hidung, uvula akan turun kembali dan rongga
nasofaring terbuka. Mula-mula dieprhatikan bagian belakang septum dan koana.
Kemudian kaca diputar ke lateral sedikit untuk melihat konka superior, konka
media, dan konka inferior serta meatus superior dan meatus media. Kaca diputar
lebih ke lateral lagi sehingga dapat diidentifikasi torus tubarius, muara tuba
Eustachius dan fosa Rossenmuler, kemudian kaca diputar ke sisi lainnya.
1. Koana: kanan/kiri Normal/tidak
2. Septum nasi posterior Lurus/deviasi
3. Mukosa Merah muda/hiperemis/pucat
4. Konka nasi superior: kanan/kiri Eutrofi/hipertrofi
5. Konka nasi media: kanan/kiri Eutrofi/hipertrofi
6. Konka nasi inferior: kanan/kiri Eutrofi/hipertrofi
7. Meatus nasi superior: kanan/kiri Lapang/sempit
8. Meatus nasi media: kanan/kiri Lapang/sempit
9. Post nasal drip: kanan/kiri Ada/tidak
10 Massa tumor Ada/tidak
.
11. Muara Tuba Eustachius: kanan/kiri Terbuka/tertutup massa

1
2
PERTANYAAN
Jelaskan reflek muntah.

JAWABAN
Muntah atau emetis/vomitus adalah ekspulsi paksa isi lambung keluar
melalui mulut, tidak terjadi karena peristalsis terbalik di lambung, seperti yang
mungkin diperkirakan. Sebenarnya lambung itu sendiri tidak secara aktif berperan
dalam muntah. Lambung, esophagus, dan sfingter-sfingter terkaitnya semua
melemas sewaktu muntah. Gaya utama penyebab ekspulsi, yang mengejutkan,
berasal dari kontraksi otot-otot pernapasan yaitu diafragma (otot inspirasi utama)
dan otot abdomen (otot ekspirasi aktif). Reflek muntah atau sering juga disebut
pharyngeal reflex merupakan suatu peristiwa kontak antara benda asing dengan
membran mukus fauces yang menyebabkan terjadinya muntah. Reflek muntah
sendiri mencegah benda asing melintasi tengorokan di luar cara menelan normal
dan membantu mencegah tersangkutnya benda asing tersebut di tenggorok.
Sumber reflek muntah secara fisiologis dapat diklasifikasikan dalam 2
kelompok yaitu: 1. Somatik (stimulasi saraf sensori berasal dari kontak langsung
pada area sensitif yang disebut trigger zone, misalnya sikat gigi, meletakkan
benda di dalam rongga mulut) dan 2. Psikogenik (stimulasi di pusat otak yang
lebih tinggi tanpa stimulasi secara langsung, misalnya penglihatan, suara, bau).
Letak trigger zone pada setiap individu tidak sama. Pada beberapa orang trigger
zone dapat ditemukan di bagian lateral lidah, posterior palatum, dinding posterior
faring, dan uvula. Impuls rangsangan saraf ini akan diteruskan ke otak melalui N.
Glossofaringeus (N. IX) dan motoriknya akan dibawa kembali oleh N. Vagus (N.
X).
Reflek muntah dikontrol secatra menyeluruh dari batang otak. Mekanisme
terjadinya reflek muntah dimulai pada saat timbulnya iritasi atau sentuhan pada
palatum molle atau bagian 1/3 posterior belakang lidah dan kemudian diteruskan
oleh serabut-serabut saraf aferen ke pusat pengaturan muntah di medula oblongata
(porsi bagian bawah otak). Dari medula oblongata, stimulus dilanjutkan keluar
oleh serabut saraf eferen keluar dari serabut-serabut saraf otak ke otot-otot yang
berperan dalam terjadinya muntah yaitu M. Stylofaringeus dan M. Konstriktor

3
faring. Nervus kranial yang terlibat dalam reflek ini adalah N. Glossofaringeus
dan N. Vagus. Serabut saraf muncul dari medula dan meninggalkan otak melalui
foramen jugular ke tonggorok.
Tindakan kompleks muntah dikoordinasikan oleh pusat muntah di medula
batang otak. Muntah dimulai dengan inspirasi dalam dan penutupan glottis.
Kontraksi diafragma menekan ke bawah ke lambung sementara secara bersamaan
dengan kontraksi otaot-otaot perut menekan rongga abdomen, meningkatkan
tekanan intraabdomen dan memaksa visera abdomen bergerak ke atas. Sewaktu
lambung yang melemas terperas antara diafragma di atas dan rongga abdomen
yang mengecil d bawah, isi lambung terdoron ke atas melalui sfingter-sfingter
yang melemas dan esofagus serta keluar melalui mulut. Glotis tertutup, sehingga
bahan muntah tidak masuk ke saluran napas. Uvula juga terangkat untuk menutup
saluran hidung. Siklus untah dapat berulang beberapa kali sampai lambung
kosong. Mntah biasanya didahului oleh pengeluaran liur berlebihan, berkeringat,
peningkatan denyut jantung, dan sensasi mual, yang semuanya khas untuk lepas
muatan generalisata sistem saraf otonom.
Muntah dapat dipicu oleh sinyal aferen ke pusat muntah dari sejumlah
reseptor di seluruh tubuh. Penyebab muntah mencakup yang berikut: 1. Stimulasi
taktil (sentuh) di bagian belakang tenggorok yaitu salah satu rangsangan paling
kuat, sebagai contoh memasukkan jari tangan ke belakang tenggorok atau bahkan
keberadaan penekan lidah atau instrument gigi di bagian belakang mulut sudah
cukup untuk merangsang sebagian orang tersedak atau bahkan muntah; 2. Iritasi
atau peregangan lambung dan duodenum; 3. Peningkatan tekanan intrakranium,
misalnya yang disebabkan oleh perdarahan otak, oleh karena itu muntah cedera
kepala dianggap sebagai tanda bahaya karena mengisyaratkan pembengkakan atau
perdarahan di dalam rongga cranium; 4. Rotasi atau akselerasi kepala yang
menyebabkan pusing bergoyang, misalnya mabuk perjalanan; 5. Bahan kimia,
termasuk otak atau bahan berbahaya yang memicu muntah (emetik) dengan
bekerja pada bagian atas saluran cerna atau dengan merangsang kemoreseptor di
chemoreceptor trigger zone khusus di samping pusat muntah di otak sehingga
pengaktifan zona ini memicu reflek muntah, contoh obat kemoterapi yang
digunakan untuk mengobati kanker sering menyebabkan muntah dengan bekerja

4
pada chemoreceptor trigger zone; 6. Muntah psikogenik akibat faktor emosi,
termasuk yang menyertai pemandangan atau bau yang memualkan atau pada
situasi stres lainnya.
Reseptor orofasial. Somesthetic affrence yang berasal dari labirin (cabang
koklear dari N. Vestibulokoklear, rongga mulut, sistem optik, bertemu langsung
atau tidak langsung, melalui pusat bertanggungjawab terhadap terjadinya reflek
muntah.
Reseptor pencernaan. Reseptor-reseptor ini Bersama dengan reseptor
olfaktor termasuk dalam kelompok kemoreseptor. Aferen berasal dari saluran
pencernaan, melalui nervus Vagus, mencapai solitary nucleus, menuju ke aferen
dari nervus Wrisbergs intermediate.
Reseptor aliran darah. Aliran darah membawa mediator kimia yang
bertanggungjawab terhadap perubahan humoral di area kemoreseptor. Perubahan
cairan patologis, seperti uremia atau keracunan obat dapat merangsang pusat
muntah.

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA. Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher.


Dalam Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi 7. Balai Penerbit Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2014: 4.
2. Sze H, Blanchard P, Ng WT, Pignon JP, Lee AW. Chemotherapy for
Nasopharyngeal Carcinoma - Current Recommendation and controversies.
Hematol Oncol Clin North Am. 2015; 6: 1107-1122.
3. Ma BB, Hui EP, Chan AT. Systemic approach to improving treatment outcome
in nasopharyngeal carcinoma: current and future directions. Cancer Sci 2008;
99: 1311.
4. Sherwood L. Human physiology. 7th ed. Nelson Education. Canada, 2010.
5. Sari PN. Reflek Muntah. 2010 (cited May 29, 2017). Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18844/Chapter;jsessio
nid=5B82E7D909EBF2A0BE7475E8EBEA7B6A?sequence=4

Anda mungkin juga menyukai