Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HIPERTENSI

PADA Ny. S DENGAN REMATIK DAN HIPERTENSI

Oleh:
Raras Anggun Atika Candra, S.Kep

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK
KEGIATAN : PENYULUHAN HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sub Pokok Bahasan : Pengertian, tanda gejala, penyebab, komplikasi, cara
mencegah dan terapi untuk penderita hipertensi
Sasaran : Ny. S
Hari,tanggal : Selasa, 8 November 2016
Waktu : Pukul 10.00 s.d selesai
Tempat : Rumah Ny. S

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Ny. S dapat memahami tentang
penyakit, pencegahan dan pengelolaan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Ny. S mengetahui pengertian hipertensi.
b. Ny. S mengetahui tanda gejala hipertensi.
c. Ny. S mengetahui penyebab hipertensi.
d. Ny. S mengetahui komplikasi yang muncul akibat hipertensi.
e. Ny. S mengetahui mengetahui pencegahan hipertensi
f. Ny. S mengetahui komplikasi yang muncul akibat hipertensi.
g. Ny. S mengetahui terapi untuk hipertensi.

B. Metode
Ceramah dan diskusi

C. Media
Lembar balik, leaflet, alat peraga (ember, air hangat)
D. SETTING TEMPAT
Pemateri : Pembimbing :

Klien :

Anggota keluarga :

E. PENGORGANISASIAN
Pemateri dan pendemonstrasi : Raras Anggun Atika Candra, S.Kep

1. Rencana Kegiatan
Kegiatan Waktu
No Penyuluh Sasaran
1. Pembukaan
a. Salam Pembukaan a. Menjawab salam 5
b. Perkenalan b. Memperhatikan menit
c. Apersepsi c. Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan tujuan d. Memperhatikan
2 Inti
Kegiatan inti penyuluhan
a. Menjelaskan materi tentang a. Memperhatikan penjelasan 35
hipertensi penyuluh dengan cermat menit
b. Mengukur tekanan darah b. Memeriksakan tekanan
klien darahnya sebelum diberikan
c. Medemontrasikan terapi terapi.
untuk hipertensi. c. Memperhatikan dan
d. Mempersilahkan klien mengikuti gerakan yang
untuk mempraktekan. dicontohkan.
e. Memberikan kesempatan d. Mempraktekan gerakan
kepada peserta yang e. Mengajukan pertanyaan
3. disuluh untuk bertanya kepada penyuluh 10
f. Menjawab pertanyaan f. Memperhatikan jawaban menit
peserta yang berkaitan dari penyuluh
dengan materi yang belum
jelas

Penutup
a. Menyimpulkan materi yang a. Memperhatikan keterangan
telah disampaikan kesimpulan dari materi
b. Melakukan evaluasi penyuluhan yang telah
penyuluhan disampaikan
c. Mengakhiri kegiatan b. Menjawab pertanyaan
penyuluhan. penyuluh
d. Melakukan kegiatan c. Menjawab salam
pengukuran tekanan darah. d. Memeriksa tekanan darah
kepada fasilitator.

2. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media pelatihan
sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Evaluasi proses
a. Tim penyaji mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
b. Peserta mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
c. Tidak terdapatnya distraksi yang mengganggu proses penerimaan
materi. Peserta dapat mengikuti dan memperhatikan materi.
3. Evaluasi hasil
a. Peserta menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang
hipertensi.
b. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.
- Apa tanda gejala tekanan darah tinggi?
- Apa saja akibat hipertensi?
- Bagaimana pencegahannya?
- Bagaimana cara melakukan terapi untuk menurunkan tekanan
darah?
Lampiran Materi
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah gangguan pada sistem pembuluh darah yang ditandai
dengan meningkatnya tekanan darah 140/90 mmHg
B. Tanda dan Gejala Hipertensi
1. Sakit kepala hebat, kadang-kadang disertai mual dan muntah.
2. Penglihatan kabur
3. Pusing
4. Keletihan
5. Gelisah
6. Telinga Berdengung.
7. Nyeri pada Leher (cengeng)
C. Faktor risiko
Berikut adalah beberapa faktor yang bisa meningkatkan resiko seseorang
mengalami tekanan darah tinggi.
1. Keturunan
Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan
darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih
besar.
2. Usia
Seiring bertambahnya usia, kita semua semakin beresiko menderita tekanan
darah tinggi. Semakin kita bertambah tua, kelenturan pembuluh darah kita
juga berkurang sehingga cenderung mengalami penyempitan pembuluh
darah. Akibatnya, tekanan darah pun meningkat.
3. Jenis Kelamin
Hingga usia 45, pria lebih beresiko mengalami tekanan darah tinggi. Pada
usia 45 hingga 64, baik pria maupun wanita memiliki tingkat resiko yang
sama. Tetapi, justru pada usia di atas itu, wanita lebih beresiko.
4. Kurang gerak (Sedentary lifestyle)
Biasanya, orang yang tinggal di kota besar cenderung memiliki gaya hidup
kurang gerak. Bekerja di kantor, dan terus menerus duduk, ditambah lagi
kurangnya olahraga, akan cenderung meningkatkan resiko penyempitan atau
penyumbatan di pembuluh darah. Akibatnya adalah meningkatnya resiko
darah tinggi.
5. Berat badan berlebih (Obesitas)
6. Pola makan
Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalori, lemak, dan garam
menyebabkan resiko terkena penyakit darah tinggi.
a. Garam
Makanan bergaram karena dapat menahan banyak cairan dalam tubuh
sehingga meningkatkan tekanannya. Garam dapat meningkatkan
tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi
penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua.
b. Kolesterol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah Anda, dapat
menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal
ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan
darah akan meningkat.
c. Minum kopi
7. Kebiasaan minum minuman beralkohol
Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah
tinggi.
8. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu.
D. Komplikasi Hipertensi
1. Penyakit Jantung
2. Serangan Otak/ Stroke
3. Kerusakan ginjal
4. Kematian
E. Cara mencegah hipertensi
1. Merubah gaya hidup: mengurangi minum beralkohol,makanan berlemak
seperti goreng gorengan.
2. Membiasakan aktifitas fisik/ jalan kaki, olahraga.
3. Menjaga berat badan ideal dengan menimbang secara teratur.
4. Menghindari stress.
5. Istirahat cukup
6. Minum obat secara teratur.
7. Melakukan pemeriksaan yang teratur pada pelayanan kesehatan
F. Diet rendah garam
Konsumsi Garam yang dianjurkan bagi Penderita Hipertensi
a. Hipertensi ringan : sendok teh per hari.
b. Hipertensi sedang : sendok the per hari.
c. Hipertensi berat : Tanpa garam
G. Pengobatan Tradisional bagi Penderita Hipertensi
Mentimun
Cara pembuatan: 2 buah mentimun dicuci bersih, dikupas kulitnya kemudian
diparut, saring hasil parutan sehingga menjadi 1 gelas, minum air hasil
saringan timun (diminum setiap pagi dan sore).
H. Terapi untuk menurunkan tekanan darah
1. Terapi rendam air hangat
Hidrotherapy disinyalir dapat menurunkan tekanan darah jika digunakan
secara rutin. Jenis hidrotherapy antara lain adalah mandi air hangat,
mengompres, menggunakan uap air dan merendam kaki dengan air
hangat. Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi
tubuh pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air
membuat sirkulasi darah menjadi lancar yang ke dua adalah faktor
pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament
yang mempengaruhi sendi tubuh. Rendam air hangat bermanfaat untuk
vasodilatasi aliran darah sehingga diharapkan dapat mengurangi tekanan
darah. Rendam air hangat sudah banyak dibuktikan dapt menurunkan
tekanan darah sehingga banyak penderita tidak meminum obat lagi, tetapi
belum banyak penelitian tentang efektivitas terapi tersebut dibandingkan
dengan menggunakan obat anti hipertensi (Ikafah, 2016). Salah satu
terapi Hidrotherapy yaitu rendam air hangat, berikut langkah-
langkahnya:
a. Persiapan alat dan lingkungan: Ember dan air hangat, kursi, handuk
kecil, termometer, timer, lingkungan yang nyaman dan juga privasi
pasien
b. Langkah-langkah: Posisikan klien dalam kondisi duduk diatas kursi
dengan kaki dimasukkan ke dalam ember/baskom yang sudah diisi 2
liter air hangat dengan suhu air 39 derajat C selama 15 menit
(Hangat-Hangat Kuku).
2. Terapi relaksasi otot progesif
Relaksasi otot progresif adalah suatu keadaan relaksasi yang ditimbulkan
melalui latihan secara bertahap dan kesinambungan pada otot skeletal
dengan cara menegakkan dan dapat melemaskannya, yang dapat
mengembangkan perasaan otot sehingga otot menjadi rileks dan dapat
digunakan sebagai pengobatan untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi esensial. Adapun relaksasi progresif bertujuan untuk
mengenali apa yang terjadi pada tubuh, sehingga dapat mengurangi
ketegangan dan dapat melanjutkan kegiatan (Friedman, 2004).
Sedangkan manfaat dari relaksasi otot progresif ini adalah mengatasi
beberapa masalah seperti stress, kecemasan, insomnia, hipertensi, dan
membangun emosi positif dari emosi negatif (Long, 2005). Berikut ini
merupakan angkah-langkah relaksasi progresif, antara lain:
a. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang
dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat
suatu kepalan. Klien diminta membuat kepalan ini semakin kuat
sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan
dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik.
Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
b. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan
ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap
ke langit-langit.

c. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps


adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat
gambar 3). Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan
sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke
pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.
d. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi
untuk mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan
cara mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu
akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian
gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu,
punggung atas, dan leher.

e. Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang


ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah
yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan
untuk dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis
sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.
f. Gerakan keenam adalah gerakan yang ditujukan untuk
mengendurkan otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras
mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-
otot yang mengendalikan gerakan mata.
g. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang,
diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang.
h. Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot
sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
i. Gerakan kesembilan (gambar 8) ditujukan untuk merilekskan otot-
otot leher bagian depan maupun belakang. Gerakan diawali dengan
otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan.
Klien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat,
kemudian diminta untuk menekankan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat merasakan
ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.

j. Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan


(lihat gambar 7). Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa
kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu
ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka.
k. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.
Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari
sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan
dada sehingga tampak seperti pada gambar 6. Kondisi tegang
dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks,
letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot
menjadi lemas.
l. Gerakan kedua belas, dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada.
Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk
mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posisi ini
ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas,
klien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan
gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat
dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan rileks.

m. Gerakan ketiga belas bertujuan untuk melatih otot-otot perut.


Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke
dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi kencang dan
keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali
seperti gerakan awal untuk perut ini. Gerakan 14 dan 15 adalah
gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan secara
berurutan.
n. Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha,
dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki (lihat
gambar delapan) sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini
dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat gambar delapan),
sedemikian sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis.
Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi
tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap
gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
DAFTAR PUSTAKA

Ari, W. (2009). http//www.lib.skripsi.ac.id/data/pubdata.pdf. Relaksasi otot


progresif. Diakses 25 November 2012.

Darmojo, Boedhi dan Martono, Hadi. (2000). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Friedman, M. M. (2004). Keperawatan keluarga: teori dan praktik, edisi 3. Alih


Bahasa: Debora R. L & Asy, Y. Jakarta: EGC.

Ikafah. (2016). Perbedaan penurunan tekanan darah lansia dengan obat anti
hipertensi dan terapi rendam air hangat di wilayah kerja puskesmas antara
tamalanrea makassar. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, makasar.

Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien


Indonesia. (2004). Penuntun diet. Jakarta: Gramedia.

Long, B. C. (2005). Essential of medical surgical nursing. Bandung: Yayasan


Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: FK UI.

Muhammad Baitul Alim. (2010). http//www.langkah-langkahrelaksasaiotot


progresif.ac.id//relaksasi. Diakses pada 09 April 2010.

Smletzer, Suzanne, C & Brenda, G. Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medical
bedah. Jakarta: EGC.

Soeparman, et.al. (2007). Ilmu penyakit dalam. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai