Oleh:
Masbahah, S.Ked
201020401011166
FAKULTAS KEDOKTERAN
2011
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
BAB III LAPORAN KASUS ........................................................................
1.1 Identitas ....................................................................................
1.2 Anamnesa .................................................................................
1.3 Pemeriksaan Fisik ....................................................................
1.4 Pemeriksaan Penunjang ...........................................................
1.5 Diagnosa ...
1.6 SOAP........................................................................................
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas
Nama Pasien : An. R
Umur : 2 bulan
(Ibu) : Ny. L
(ibu) : 24 Tahun
(ibu) : IRT
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
1.2 Anamnesa
Keluhan Utama :
Mencret
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Gambiran dengan keluhan mencret + 10 kali sejak
satu hari yang lalu, dengan konsistensi cair dengan sedikit ampas, warna kuning,
lendir dan darah (-). Pagi sampai sekarang mencret > 10 kali dengan konsistensi yang
sama. Mencret disertai muntah/gumoh + 2 kali (muntah susu). Batuk dan pilek (-).
Panas (-). Minum: menurun, BAK sedikit, hari ini 2 kali.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Mencret (-)
Riwayat Kelahiran:
BBLR (1700 g), KB (32 minggu), Spt di Bidan, Gemelli
Riwayat Makanan:
ASI (+) selama 3 minggu, PASI merk SGM (+) dari usia 3 minggu-sekarang
Riwayat Imunisasi:
BCG, Polio, Hepatitis
Riwayat Keluarga: (-)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Diare Akut adalah Buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi
cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI 2010). Menurut World Gastroenterology
Organization global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare
dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah
diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat
tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan, sedangkan di
negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap
tahun. Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri, dianalisa dari 1995 s/d
2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella
Diare merupakan penyebab kematian pada 42 % bayi dan 25,2 % pada anak usia 1-4
tahun (Riskesdas 2007). Hasil survei oleh Depkes diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000
sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996
sebesar 280 per 1000 penduduk. Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk
mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman
petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.
Dari data diatas menunjukan bahwa diare pada anak masih merupakan masalah yang
memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan
akan memberikan hasil yang maksimal, oleh karena efektif, efisien dan biaya yang memadai.
Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi yang: 1) tepat indikasi, 2) tepat obat, 3) tepat
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak
yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan
destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat
Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami
invasi sistemik. Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/
kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan
2.2 Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam. (Aru Sudoyo, 2007). Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI diare diartikan
sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah
lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi
cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. (IDAI, 2010). Diare akut menurut Cohen adalah
keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan
berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid diare akut ialah diare yang terjadi secara
mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of
perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah,
Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan8. Hasil survei oleh Depkes.
diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini
meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare
masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
Riskesdas 2007: diare merupakan penyebab kematian pada 42 % bayi dan 25,2% pada
anak usia 1-4 tahun. (IDAI, 2010). Di Amerika Serikat dengan perbaikan sanitasi dan tingkat
pendidikan, prevalensi diare karena infeksi berkurang. Dara dari Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella, Listeria,
Escherichia coli, dan Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat perhatian atas kebersihan
dan keamanan makanan. Sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan
diare akut karena infeksi masih menduduki peringkat pertama sampai dengan keempat.
2.4 Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karena
sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya.
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
b) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun
2. Faktor malabsorbsi
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein
2.5 Patogenesis
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah
faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri
atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman
lambung, motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi
serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi
oleh V. cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala
penyakit, serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan
eliminasi sumber infeksi. Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien
giardiasis pada mereka yang kekurangan IgA, demikian pula diare yang terjadi pada
penderita HIV/AIDS karena gangguan imunitas. Percobaan lain membuktikan bahwa bila
lumen usus dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali, akan terjadi sekresi antibodi.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena peningkatan
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
1. Infeksi Non-Invasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik atau
watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi enterotoksin
yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non invasi misalnya V. cholera non 01, V.
cereus, Aeromonas spp., V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus
halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang
berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan
kadar adenosin 3,5-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi
aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium
dan kalium.
terganggi, karena itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na+ dan K+) dapat
dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O, K+, HCO3-, dan Cl-).
Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif
oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na +,
K+, Cl- dan HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar secara deras
dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare sekretorik isotonik voluminial
(watery diarrhea).
2. Infeksi Invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare Inflammatory. Bakteri
invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp., Shigella spp., C. jejuni, V.
difficile, Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulserasi. Sifat diarena sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur dengan
lendir dan darah. Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi
sebagai suatu diare sekretorik. Pada pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan
leukosit.
2.6 Patofisiologi
asam-basa
3. Hipoglikemia
Diare: Diare dapat berlangsung 1-10 hari bahkan lebih. Frekuensi diare dan
Muntah. Muntah lebih sering terjadi pada 24-48 jam pertama. Frekuensi muntah dan
Semakin banyak jumlah cairan yang dikeluarkan melalui diare dan muntah maka semakin
Demam
Anak rewel
Anak mengeluh sakit perut. Hal ini disebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan
Apabila terjadi dehidrasi, maka pada anak dapat ditemukan tanda-tanda dehidrasi.
2.7 Diagnosis
2.7.1 Klinis
Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja, lendir
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, BAK terakhir, demam,
abdomen menurun
Tanda tambahan: UUB, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
- KU baik, sadar
- UUB tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir
basah
- Akral hangat
- UUB sedikit cekung, mata sedikit cowong, air mata kurang, mukosa
tambahan
- UUB sangat cekung, mata sangat cowong, air mata tidak ada, mukosa
2.7.2 Laboratorium
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
Analisa Gas Darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
2.8 Penatalaksanaan
pengobatan. Ada hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat
karena tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh
diberkan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5%
50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4
jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit,
yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi rehidrasi dengan berbagai
akibatnya.
b) Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Pemberian cairan pada orang dewasa dapat
melalui oral dan intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 20 gr glukosa, 3.5 gr NaCl, 2.5 gr Na bikarbonat dan 1.5
gr KCl per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang
mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial
tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan sendok
teh garam, sendok teh baking soda, dan 2 4 sendok makan gula per liter air. Dua
pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Cairan per oral juga
c) Jadwal pemberian cairan. Tujuannya agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
Jadwal pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3, didasarkan kepada
kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya, rehidrasi
Lima Lintas tatalaksana diare: (1) cairan, (2) seng, (3) nutrisi, (4) antibiotik yang
mL.kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak
50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur > 5 tahun
- Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau
3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10
- Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum
walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Caran intravena yang diberikan adalah RL atau KaEN 3B atau NaCl
dengan jumlah cairan hitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi
secara berkala.
cara pemberian:
- Umur < 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB
- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum,
dekstrose 5% salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih dijumpai
dibagi 3 dosis
o Kadar K < 2,5 mEq/L diberikan KCl melalui drip intravena dengan dosis
3,5-kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4
jam pertama
berikutnya
2. Pemberian zinc
Diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak sudah sembuh dari diare
3. Dukungan Nutrisi
a. Tetap diteruskan sesuai umur anak menu sama pada anak sehat
b. Antibiotik diberikan bila indikasi disentri atau kolera. Kotrimoksazol sebagai lini
pertama dan kedua, jika keduanya resisten sefiksim sebagai lini ketiga
amoeba vegetatif
5. Edukasi
a. Kembali segera jika: Demam, Tinja berdarah, Muntah berulang, Makan atau minum
sedikit, anak sangat haus, Diare makin sering, Belum membaik dalam 3 hari
penyapihan yang benar, penyediaan air minum yang bersih, selalu memasak makanan.
BAB IV
KESIMPULAN
Diare pada anak masih merupakan problem kesehatan dengan angka kematian yang
masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang
tepat dan memadai. Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan
mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta
Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang
maupun negara maju. Sebagian besar bersifat self limitingsehingga hanya perlu diperhatikan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi
bakteri dapat diberikan terapi antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan
dengan terapi spesifik sesuai dengan hasil kultur. Pengobatan simtomatik dapat diberikan
karena efektif dan cukup aman bila diberikan sesuai dengan aturan. Prognosis diare akut
infeksi bakteri baik, dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Dengan higiene dan
sanitasi yang baik merupakan pencegahan untuk penularan diare infeksi bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
IDAI. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
IDAI.
SMF IKA, 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/ SMF ilmu Kesehatan Anak.
Staf pengajar IKA FKUI. 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
,Jakarta:EGC,2000.