Anda di halaman 1dari 23

TUGAS REFERAT ANAK

DIARE CAIR AKUT PADA ANAK

Oleh:

Masbahah, S.Ked

201020401011166

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik


Di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU USD Gambiran Kediri

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SMF. OBSGYN RSUD GAMBIRAN KEDIRI

2011
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
BAB III LAPORAN KASUS ........................................................................
1.1 Identitas ....................................................................................
1.2 Anamnesa .................................................................................
1.3 Pemeriksaan Fisik ....................................................................
1.4 Pemeriksaan Penunjang ...........................................................
1.5 Diagnosa ...
1.6 SOAP........................................................................................
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas
Nama Pasien : An. R

Umur : 2 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Orang Tua (Ayah) : Tn. S

(Ibu) : Ny. L

Umur (ayah) : 28 Tahun

(ibu) : 24 Tahun

Alamat : Bujel, Kediri

Pekerjaan (ayah) : Swasta

(ibu) : IRT

Agama : Islam

Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia

Ruang Anak : Anggrek (Irna Anak)

MRS : tanggal 28 Mei 2011 jam 14.00 WIB

1.2 Anamnesa
Keluhan Utama :
Mencret
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Gambiran dengan keluhan mencret + 10 kali sejak

satu hari yang lalu, dengan konsistensi cair dengan sedikit ampas, warna kuning,

lendir dan darah (-). Pagi sampai sekarang mencret > 10 kali dengan konsistensi yang

sama. Mencret disertai muntah/gumoh + 2 kali (muntah susu). Batuk dan pilek (-).
Panas (-). Minum: menurun, BAK sedikit, hari ini 2 kali.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Mencret (-)
Riwayat Kelahiran:
BBLR (1700 g), KB (32 minggu), Spt di Bidan, Gemelli
Riwayat Makanan:
ASI (+) selama 3 minggu, PASI merk SGM (+) dari usia 3 minggu-sekarang
Riwayat Imunisasi:
BCG, Polio, Hepatitis
Riwayat Keluarga: (-)

1.3 Pemeriksaan fisik


-Status Present-
Keadaan umum : lemah, sakit berat
GCS : Somnolen (456)
HR : 146 x/mnt
RR : 36 x/mnt
Suhu : 36,5C
BBS : 2400 g
BBSMRS : 2800 g
LILA : 13 cm
LK : 35 cm
LD : 36 cm
PB : 46 cm
-Pemeriksaan Fisik-
Rambut : kecoklatan tipis
Kepala : Ubun-ubun cekung, A/I/C/D: -/-/-/-, nafas cuping hidung (-)
Mata : Cowong, air mata (-), anemis (-), ikterus (-)
Mulut : mukosa mulut dan bibir kering, stomatitis (-), lidah kotor (-)
Leher : pembesaran KGB(-), tonsilitis (-), faring hiperemi (-)
Paru:
Inspeksi : pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan normal, retraksi costae -/-
Palpasi : teraba massa abnormal -/-, pembesaran kel. Axilla -/-
Perkusi : sonor +/+, hipersonor -/-, pekak -/-
Auskultasi : vesikuler +/+, suara nafas menurun -/-, Wh -/-, Rh -/-
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tampak
Palpasi : thrill -/-, kuat angkat iktus cordis (-)
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : denyut jantung regular, S1/S2 tunggal
Abdomen:
Inspeksi : flat -, distensi -, gambaran pembuluh
Auskultasi : bising usus + meningkat
Palpasi : supel, turgor menurun
Perkusi : meteorismus (+)
Ekstremitas : edema -/- , akral hangat +/+
-/-
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap
Tanggal 28 mei 2011 pk 15.02
Lekosit 13,1
Eritrosit 3,6
Hb 10
Hct 28,4
Trombosit 367
Kesimpulan: lekosit osis,
Koreksi elektrolit
hiperglikemi, hipokalemi lain-lain
Tanggal 18 mei 2011 pk 08.42
dbn
o GDA 343
o Na 148
o K 3,3
o Ca 9,2
o Cl 96
Darah lengkap tanggal 29 Mei 2011
o Lekosit 12,7
o Hct 28
o Hb 9,7
o Trombosit 293.000
o GDA 191
1.5 Diagnosa
Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Berat et causa Virus

1.6 Observasi Harian (S.O.A.P)


Planning
Tanggal Subyektif Objektif Assessment
Diagnosis Terapi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Diare Akut adalah Buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi

cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI 2010). Menurut World Gastroenterology

Organization global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang

cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare
dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah

diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.

Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat

tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan, sedangkan di

negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap

tahun. Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri, dianalisa dari 1995 s/d

2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella

spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-

01, dan Salmonella paratyphi A.

Diare merupakan penyebab kematian pada 42 % bayi dan 25,2 % pada anak usia 1-4

tahun (Riskesdas 2007). Hasil survei oleh Depkes diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000

sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996

sebesar 280 per 1000 penduduk. Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk

mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman

terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan

petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.

Dari data diatas menunjukan bahwa diare pada anak masih merupakan masalah yang

memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan

akan memberikan hasil yang maksimal, oleh karena efektif, efisien dan biaya yang memadai.

Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi yang: 1) tepat indikasi, 2) tepat obat, 3) tepat

dosis, 4) tepat penderita, dan 5) waspada terhadap efek samping obat.

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak

yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat

menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,

gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan
destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat

menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi.

Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami

invasi sistemik. Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/

menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan

menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.

2.2 Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200

ml/24 jam. (Aru Sudoyo, 2007). Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI diare diartikan

sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi

lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah

lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila

frekuensinya lebih dari 3 kali. (Hasan, 2005)

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi

cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. (IDAI, 2010). Diare akut menurut Cohen adalah

keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan

berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid diare akut ialah diare yang terjadi secara

mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of

Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau

perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah,

demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7 hari.


2.3 Epidemiologi

Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta

kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang

berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5

episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan8. Hasil survei oleh Depkes.

diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini

meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare

masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat

proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan

peringkat 29. (Hasan, 2005)

Riskesdas 2007: diare merupakan penyebab kematian pada 42 % bayi dan 25,2% pada

anak usia 1-4 tahun. (IDAI, 2010). Di Amerika Serikat dengan perbaikan sanitasi dan tingkat

pendidikan, prevalensi diare karena infeksi berkurang. Dara dari Centers for Disease Control

and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella, Listeria,

Escherichia coli, dan Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat perhatian atas kebersihan

dan keamanan makanan. Sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan

diare akut karena infeksi masih menduduki peringkat pertama sampai dengan keempat.

2.4 Etiologi

Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karena

sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya.

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor infeksi

a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak. Infeksi enteral meliputi:


Bakteri: Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C,

Salmonella spp, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vibrio cholerae 01 dan

0139, Vibrio cholera non 01, Vibrio parachemolyticus, Clostridium perfringens,

Campylobacter (Helicobacter) jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp,

Yersinia intestinalis, Coccidosis.

Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.

Parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides).

Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis,

Isospora sp. Cacing: A. lumbricoides, A. duodenale, N. americanus, T.

trichiura, O. vermicularis, T. saginata, T. sollium.

b) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,

seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis.

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun

2. Faktor malabsorbsi

a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak

yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

b) Malabsorbsi lemak

c) Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan: makanan besi, beracun, alergi makanan

4. Faktor psikologi: rasa takut dan cemas.

2.5 Patogenesis

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah

faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri

atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman

lambung, motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi

mukosa, dan enzim pencernaan.

Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat menyebabkan

serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi

oleh V. cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala

penyakit, serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan

eliminasi sumber infeksi. Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien

giardiasis pada mereka yang kekurangan IgA, demikian pula diare yang terjadi pada

penderita HIV/AIDS karena gangguan imunitas. Percobaan lain membuktikan bahwa bila

lumen usus dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali, akan terjadi sekresi antibodi.

Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan

penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampan memproduksi toksin yang

mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni

yang juga dapat menginduksi diare.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang

usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi

air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena peningkatan

isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare.

Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan menjadi:

1. Infeksi Non-Invasi

Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik atau

watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi enterotoksin

yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non invasi misalnya V. cholera non 01, V.

cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B.

cereus, Aeromonas spp., V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus

halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan yang

berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan

kadar adenosin 3,5-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi

aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium

dan kalium.

Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na tidak

terganggi, karena itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na+ dan K+) dapat

dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O, K+, HCO3-, dan Cl-).

Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif
oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na +,

K+, Cl- dan HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.

Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar secara deras

dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare sekretorik isotonik voluminial

(watery diarrhea).

2. Infeksi Invasif

Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare Inflammatory. Bakteri

invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp., Shigella spp., C. jejuni, V.

parahaemolyticus, Yersinia, C. perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P. shigelloides, C.

difficile, Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa

nekrosis dan ulserasi. Sifat diarena sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur dengan

lendir dan darah. Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi

sebagai suatu diare sekretorik. Pada pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan

leukosit.

2.6 Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:

1. Kehilangan air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan

asam-basa

2. Gangguan gizi akibat kelaparan

3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkulasi darah

2.6 Gejala Klinis


Gejala utama diare adalah :

Diare: Diare dapat berlangsung 1-10 hari bahkan lebih. Frekuensi diare dan

banyaknya diare bervariasi.

Muntah. Muntah lebih sering terjadi pada 24-48 jam pertama. Frekuensi muntah dan

banyaknya muntah bervariasi.

Semakin banyak jumlah cairan yang dikeluarkan melalui diare dan muntah maka semakin

besar kemungkinannya terjadi dehidrasi.

Diare Akut dapat disertai dengan gejala lain seperti :

Demam

Anak rewel

Anak mengeluh sakit perut. Hal ini disebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan

gerakan usus (peristaltis) yang menjadi lebih cepat.

Anak kelihatan lemas.

Apabila terjadi dehidrasi, maka pada anak dapat ditemukan tanda-tanda dehidrasi.

2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

seperti laboratorium (DL, FL, AGD)

2.7.1 Klinis

2.7.1.1 Berdasarkan anamnesis

Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja, lendir

dan/atau darah dalam tinja

Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, BAK terakhir, demam,

sesak, kejang, kembung

Jumlah cairan yang masuk selama diare


Jumlah makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi makanan

yang tidak biasa

Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum

2.7.1.2 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital

Tanda utama: KU gelisah/cengeng, atau lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit

abdomen menurun

Tanda tambahan: UUB, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut dan lidah

Berat badan

Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan

dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut:

1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5 % BB)

- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

- KU baik, sadar

- UUB tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir

basah

- Turgor abdomen baik, BU normal

- Akral hangat

2. Dehidrasi ringan-sedang/tidak berat (kehilangan cairan 5-10% BB)

- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan

- KU gelisah dan cengeng

- UUB sedikit cekung, mata sedikit cowong, air mata kurang, mukosa

mulut dan bibir sedikit kering

- Turgor kurang, akral hangat


3. Dehidrasi Berat (kehilangan cairan >10% BB)

- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda

tambahan

- KU lemah, letargi atau koma

- UUB sangat cekung, mata sangat cowong, air mata tidak ada, mukosa

mulut dan bibir sangat kering

- Turgor sangat kering dan akral dingin

- Pasien harus rawat inap

2.7.2 Laboratorium

Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda

intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis

Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:

o Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau

o Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

o Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

o Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut

Analisa Gas Darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut prinsipnya adalah: Rehidrasi sebagai prioritas utama

pengobatan. Ada hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat

dan akurat, yaitu:


a) Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan RL merupakan cairan pilihan

karena tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila

dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh

diberkan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5%

50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4

jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit,

yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi rehidrasi dengan berbagai

akibatnya.

b) Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Pemberian cairan pada orang dewasa dapat

melalui oral dan intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang

komposisinya berkisar antara 20 gr glukosa, 3.5 gr NaCl, 2.5 gr Na bikarbonat dan 1.5

gr KCl per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang

mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial

tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan sendok

teh garam, sendok teh baking soda, dan 2 4 sendok makan gula per liter air. Dua

pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Cairan per oral juga

digunakan untuk mempertahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial.

c) Jadwal pemberian cairan. Tujuannya agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.

Jadwal pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3, didasarkan kepada

kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya, rehidrasi

diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

Lima Lintas tatalaksana diare: (1) cairan, (2) seng, (3) nutrisi, (4) antibiotik yang

tepat, (5) edukasi.

1. Rehidrasi sesuai derajat dehidrasi

a. Tanpa dehidrasi rencana terapi A


- Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10

mL.kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak

50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur > 5 tahun

semaunya. ASI harus tetap diberikan

- Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau

minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)

b. Dengan dehidrasi tak berat (ringan-sedang) rencana terapi B

- Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB dalam

3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10

mL/kgBB setiap diare cair

- Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum

walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa

nasogastrik. Caran intravena yang diberikan adalah RL atau KaEN 3B atau NaCl

dengan jumlah cairan hitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi

secara berkala.

- BB 3-10 kg: 200 mL/kgBB/hari

- BB 10-15 kg: 175 mL/kgBB/hari

- BB > 15 kg: 135 mL/kgBB/hari

- Pasien dipantau di Puskesmas/RS selama proses rehidrasi sambil memberi

edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua

c. Dengan dehidrasi berat rencana terapi C

- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan RL atau RA 100 mL/kgBB dengan

cara pemberian:
- Umur < 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB

dalam 5 jam berikutnya

- Umur diatas 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam jam pertama, dilanjutkan 70

mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya

- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum,

dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi

d. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

- Hipernatremia (Na > 155 mEq/L)

Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan

dekstrose 5% salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari

karena bisa menyebabkan edema otak

- Hiponatremia (Na < 130 mEq/L)

Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih dijumpai

dilakukan koreksi: kadar Na koreksi (mEq/L) = 125-kadar Na serum x 0,6 x BB,

diberikan dalam 24 jam

- Hiperkalemia (K > 5 mEq/L)

Koreksi diberikan dengan pemberian kalsium glukonas 10 % sebanyak 0,5-1

mL/kgBB iv secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit, sambil dimonitor irama

jantung dengan EKG

- Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L)

Koreksi dilakukan menurut kadar kalium

o Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, diberikan KCl 75 mEq/kgBB peroral perhari

dibagi 3 dosis

o Kadar K < 2,5 mEq/L diberikan KCl melalui drip intravena dengan dosis
3,5-kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4

jam pertama

3,5-kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 mEq x BB dalam 20 jam

berikutnya

2. Pemberian zinc

a. Mengurangi lama dan beratnya diare

b. Mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan

c. Mengembalikan nafsu makan anak

Dosis zinc untuk anak

a. Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) per hari

b. Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak sudah sembuh dari diare

3. Dukungan Nutrisi

a. Tetap diteruskan sesuai umur anak menu sama pada anak sehat

b. ASI tetap diteruskan frekuensi lebih sering dari biasanya

c. Tujuan mencegah gizi buruk

d. Adanya perbaikan nafsu makan fase kesembuhan

4. Antibiotik yang tepat

a. Tidak boleh diberikan obat anti diare

b. Antibiotik diberikan bila indikasi disentri atau kolera. Kotrimoksazol sebagai lini

pertama dan kedua, jika keduanya resisten sefiksim sebagai lini ketiga

c. Antiparasit, metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis sebagai pilihan untuk

amoeba vegetatif

5. Edukasi
a. Kembali segera jika: Demam, Tinja berdarah, Muntah berulang, Makan atau minum

sedikit, anak sangat haus, Diare makin sering, Belum membaik dalam 3 hari

b. Langkah promotif/preventif: ASI tetap diberikan, kebersihan perorangan, cuci tangan

sebelum makan, kebersihan lingkungan, imunisasi campak, memberikan makanan

penyapihan yang benar, penyediaan air minum yang bersih, selalu memasak makanan.
BAB IV
KESIMPULAN

Diare pada anak masih merupakan problem kesehatan dengan angka kematian yang

masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang

tepat dan memadai. Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan

mengobati, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan

mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta

untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rasional.

Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang

maupun negara maju. Sebagian besar bersifat self limitingsehingga hanya perlu diperhatikan

keseimbangan cairan dan elektrolit. Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi

bakteri dapat diberikan terapi antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan

dengan terapi spesifik sesuai dengan hasil kultur. Pengobatan simtomatik dapat diberikan

karena efektif dan cukup aman bila diberikan sesuai dengan aturan. Prognosis diare akut

infeksi bakteri baik, dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Dengan higiene dan

sanitasi yang baik merupakan pencegahan untuk penularan diare infeksi bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

IDAI. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

IDAI.

SMF IKA, 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/ SMF ilmu Kesehatan Anak.

RSU dr. Sutomo. Surabaya.

Staf pengajar IKA FKUI. 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.

Behrman,et al. Gastroenteritis Akut,dalam:Nelson Ilmu Kesehatan Anak,edisi 15

,Jakarta:EGC,2000.

Anda mungkin juga menyukai