BAB 1
PENDAHULUAN
dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya.
25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%,
eklampsia 12%, penyulit persalinan 8%, dan penyebab lainnya 7%. Penyebab
kematian ibu di Indonesia melalui Studi Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995 masih didominasi oleh trias klasik yaitu perdarahan (46, 17%), keracunan
kehamilan (14,4%), dan infeksi (8%). Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Jawa
Timur, penyebab kematian ibu tahun 2005 berturut turut adalah perdarahan
lainnya 40,11%.2
menjadi perdarahan pascapersalinan primer yang terjadi dalam 24 jam pertama dan
biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir, dan sisa
berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh etiologi antara lain:
2
atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi
jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%). Dilihat dari angka tersebut sekitar
pascapersalinan terlambat sampai ke rumah sakit, dan apabila sudah tiba di rumah
Penanganan atonia uteri telah lama dikenal dengan kompresi bimanual dan
uterus), dapat diterapkan menggunakan kasa 8-10 m yang disterilkan atau dengan
pada infus set. Hal ini yang menyebabkan kondom kateter sebagai tampon uterus
Kondom atau balon kateter ini lebih baik daripada menggunakan kasa steril
sebagai tampon karena bekerja dengan cepat, tidak menyerap, dan kateter sendiri
fungsi balon yang cukup akan cairan. Balon ini memberikan tekanan yang sama
dengan sinus yang terbuka dalam uterus sehingga perdarahan berhenti lebih cepat
dan efisien.4
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke
arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 7,5 cm,
lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam
dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan
serviks uteri).1
Uterus terdiri atas: fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Fundus uteri
adalah bagian uterus proksimal, di situ kedua tuba falloppii masuk ke uterus. Di
dalam klinik penting untuk diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh
karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus uteri.
Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini
4
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat
dalam korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas:
pars vaginalis serviks uteri yang dinamakan porsio, pars supravaginalis servisis
uteri yaitu bagian serviks yang erada di atas vagina. Saluran yang terdapat dalam
serviks disebut kanalis servikalis, dilapisi oleh kelenjar serviks berbentuk sel torak
bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah
dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri
eksternum. Kedua pintu penting dalam klinik, misalnya dalam jalannya persalinan
dan abortus.1
korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri, otot otot polos, dan lapisan serosa,
yakni peritoneum viserale. Endometrium terdiri atas epitel kubik dengan banyak
sebelah luar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan
otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh
karena sesudah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit
berhenti.1
kiri dan kanan, ligamentum latum kiri dan kanan, ligamentum infundibulo
Uterus diberi darah oleh arteri Uterina kiri dan kanan yang terdiri atas
r.asendens dan desendens. Pembuluh darah ini berasal dari a.Iliaka Interna
daerah serviks kira kira 1,5 cm di atas forniks lateralis vagina. pembuluh darah
lain yang memberi darah ke uterus adalah arteri Ovarika kiri dan kanan.1
Inervasi uterus terutama terdiri atas sistem saraf simpatik dan untuk
Seperti penjelasan pada anatomi, otot polos uterus terdiri atas tiga lapisan
otot polos, yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan dalam sirkular, dan di antara dua
lapisan ini terdapat lapisan dengan otot yang beranyaman. Berbeda dengan otot
polos lain, pemendekan otot polos rahim lebih besar, tenaga dapat disebarkan ke
segala arah dan karena susunannya tidak terorganisasi secara memanjang, hal ini
Di tingkat sel, mekanisme kontraksi ada dua, yaitu akut dan kronik. Yang
akut diakibatkan masuknya ion Ca2+, ke dalam sel yang dimulai dengan
bridge) antara filamen aktin dan myosin sehingga sel berkontraksi. Sementara itu,
gen yang menekan atau meningkatkan kontraktilitas sel yaitu CAP (Contraction
Associated-proteins).1
His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan
puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his, otot
korpus uteri menjadi lebih pendek daripada sebelumnya yang disebut sebagai
retraksi. Oleh karena serviks kurang mengandung otot, serviks tertarik dan terbuka
(penipisan dan pembukaan), terlebih jika ada tekanan oleh bagian janin yang keras,
umpamanya kepala. His yang sempurna bila terdapat kontraksi yang simetris,
kontraksi paling kuat atau dominasi di fundus uteri, dan sesudah itu terjadi
relaksasi. Lapisan lapisan otot polos uterus ini paling penting dalam persalinan
oleh karena sesudah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit
berhenti. 1
7
2.3.1 Pengertian
perdarahan > 500 cc), dapat dibagi menjadi perdarahan pascapersalinan primer,
yang terjadi dalam 24 jam pertama dan perdarahan pascapersalinan sekunder yang
berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh etiologi antara lain:
atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi
jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%). Dilihat dari angka tersebut sekitar
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
2.3.2 Patofisiologi
Uterus mendapat pasokan darah dari arteri uterina arteri illiaka interna
dan arteri uterina arteri ovarika arteri aorta abdominalis. Semua arteri besar
yang memasok darah ke uterus pada ibu hamil akan memasok darah 500 800
ml/menit.3
Pada saat memasuki kala III dalam persalinan atau periode waktu yang
dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan
Setelah plasenta lepas, uterus akan tetap berkontraksi dimana miometrium akan
menjepit (retraksi) anyaman pembuluh darah yang bejalan diantara serabut otot
(atonia) pasca plasenta lahir akan mengakibatkan darah yang keluar dari bekas
implantasi tidak dapat terkendali, maka 350 560 ml darah per menit akan keluar
dan dalam 10 30 menit maka pasien akan mengalami kehilangan banyak darah.5
10
antara lain pelahiran janin besar, pelahiran dengan forsep, setiap manipulasi
intrauterus, dan mungkin persalinan pervaginam setelah seksio sesaria atau insisi
uterus lainnya. 6
dengan janin besar, janin multipel, atau hidramnion rentan terhadap perdarahan
akibat atonia uteri. Kehilangan darah darah pada persalinan kembar, sebagai
contoh, rata rata hampir 1000 ml dan mungkin jauh lebih banyak. Wanita yang
persalinannya ditandai dengan his yang terlalu kuat atau tidak efektif juga besar
melahirkan.6
11
Demikian juga, persalinan yang dipicu atau dipacu dengan oksitosin lebih
paritas tinggi mungkin berisiko besar mengalamai atonia uteri. Fuchs dkk (1985)
melaporkan hasil akhir pada hampir 5800 wanita para 7 atau lebih. Mereka
para wanita ini meningkat 4 kali lipat dibandingkan dengan populasi obstetri
sebesar 0,3 persen pada paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para
4 atau lebih.6
darah meningkat.6
perdarahan kala tiga. Berbeda dengan pendapat umum, apabila perdarahan dimulai
sebelum atau setelah pelahiran plsenta, atau pada keduanya mungkin tidak akan
terjadi perdarahan masif, tetapi terjadi perdarahan terus menerus yang tampaknya
sedang tetapi menetap sampai timbul hipovolemi serius. Perembesan yang terus
menerus ini terutama pada perdarahan setelah plasenta lahir dapat menyebabkan
nadi dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi
awalnya. Selain itu, wanita yang sudah mengalami hipertensi mungkin dianggap
terinduksi kehamilannya. Karena itu, ia sering sangat peka atau bahkan tidak
toleran terhadap apa yang sebenarnya merupakan perdarahan normal. Karena itu,
keluar dari vagina, tetapi tertimbun di dalam uterus. Dalam hal ini rongga uterus
dapat teregang oleh 1000 ml tau lebih darah sementara petugas kesehatan yang
berpengalaman.6
13
2.3.5 Diagnosis
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus
uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu
diperhatikan bahwa saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada
darah sebanyak 500 1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
darah pengganti.1
tidak teridentifikasi, atau pada beberapa kasus ruptur uteri dengan perdarahan
Pembedaan sementara antara perdarahan akibat atonia uteri dan akibat laserasi
Darah merah segar juga mengisyarakan adanya laserasi. Untuk memastikan peran
terutama setelah pelahiran operatif besar. Secara umum, harus dilakukan inspeksi
akibat laserasi dan anestesi harus adekuat untuk mencegah rasa tidak nyaman saat
harus dilakukan setelah ekstraksi bokong, versi podalik internal, dan pelahiran
14
pervaginam pada wanita yang pernah menjalani seksio sesarea. Hal yang sama
2.3.6 Penatalaksanaan
Pasien bisa masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat
kliniknya. 1
15
1. Penaganan syok
dalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme. Gejala klinik syok
pada umumnya yaitu tekanan drah menurun, nadi cepat dan lemah, pucat,
keringat dingin, sianosis jari, sesak napas, penglihatan kabur, gelisah, dan
16
oligouria/anuria. Gejala syok yang ringan dapat diketahui dengan tilt test
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan anatara lain sebagai
berikut:
d. Pasang 2 set infus atau lebih untuk transfusi, cairan infus dan obat obat iv
o Whole blood dengan cross matched dari grup yang sama, kalau tidak
Larutan larutan ini mempunyai waktu paruh (half life) yang pendek
o Larutan koloid: dekstran 40 atau 70, fraksi protein plasma atau plasma
segar.
f. Terapi obat
pelan.
17
g. Monitoring
o CVP
o Nadi
o Tekanan darah
o Produksi urin
2. Uterotonika
kasus atonia uteri, penatalaksanaan setelah plasenta lahir harus tepat. Fundus
harus selalu dipalpasi setelah plasenta lahir untuk memastikan bahwa uterus
oksitosin per menit) ditambah masase uterus akan menimbulkan kontraksi yang
efektif. Oksitosin jangan pernah diberikan sebagai dosis bolus tanpa diencerkan
Apabila oksitosin yang diberikan melalui infus cepat tidak efektif, beberapa
Semua klaim efek terapi turunan ergot yang lebih superior daripada oksitosin
18
masih bersifat spekulatif dan apabila diberikan secara intravena, obat ini dapat
preeklamsia.6
oleh Food and Drug Administration pada pertengahan tahun 1980-an sebagai
obat untuk atonia uteri. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 250 g (0,25
mg) yang diberikan secara intramuskular, dan dosis ini bila perlu diulang
dengan interval 15 sampai 90 menit sampai maksimal delapan dosis. Oleen dan
pada 208 diantara 237 (88 persen) wanita yang diterapi. Sebanyak 17 wanita
(Oleen dan Mariano, 1990). Efek efek samping tersebut, berdasarkan urutan
frekuensinya dari yang tertinggi, antara lain diare, hipertensi, muntah, demam,
beberapa wanita yang mendapat obat ini. Selain itu, Harkins dkk (1988)
desaturasi oksigen arteri yang rata rata besarnya 10 persen dan timbul dalam
15 menit. Mereka menyimpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh kontriksi jalan
digunakan untuk atonia uteri, tetapi belum diteliti melalui uji coba klinis.
19
dosis 1000 g per rektal, efektif pada 14 wanita yang tidak berespons terhadap
oksitosik biasa.6
3. Kompresi bimanual
Teknik ini berupa pemijatan aspek posterior uterus dengan tangan yang
terletak di abdomen dan pemijatan dengan kepalan tangan yang lain melalui
vagina aspek anterior uterus. Prosedur ini akan mengendalikan sebagian besar
perdarahan.7,8
Atonia uteri adalah penyebab utama yang bertanggung jawab atas 70-90%
dikelola dengan cara kompresi bimanual, dan masase uterus bersamaan dngan
mengenai upaya sederhana dan murah yang telah 100% efektif dalam
tergolong murah dan banyak tersedia di seluruh dunia, tetapi efektif untuk
memberikan tekanan yang sama dengan sinus uterus yang terbuka, sehingga dapat
menekan sinus tersebut dan akhirnya perdarahan dapat berhenti9,10. Dalam sejarah
terdahulu, sebagai tamponade digunakan kasa pita yang dimasukkan dalam kavum
uteri. Pita panjang 20 m yang erat dimasukkan dalam uterus mulai dari fundus,
perdarahan akan bisa tetap terjadi karena kemungkinan ada perdarahan lanjutan
kateter Foley telah berhasil dan efektif digunakan tetapi mahal, rumit dan tidak
sederhana. Sebaliknya, kateter kondom dari segi ekonomis lebih murah, sederhana
dan pasti efektif. Selain itu, konturnya sesuai dengan kavum uteri, tidak
22
memerlukan kemasan yang rumit, dan mudah untuk melepas, tidak memerlukan
Penggunaan kondom pertama kali dijelaskan oleh penulis India dan Bangladesh
250 500 mL salin normal atau sesuai kebutuhan.4 Perdarahan vagina diamati dan
inflasi atau penggembungan lebih lanjut dihentikan bila perdarahan berhenti. Untuk
menjaga balon tetap di dalam kavum, rongga vagina dipenuhi dengan kasa yang
dibentuk roll kemudian pembalut. Jika perdarahan berlanjut, paket vagina ini
biasanya akan basah dengan darah, dan jika perdarahan melimpah, akan menetes
digunakan dalam kasus dimana oksitosin dan obat lainnya tidak efektif untuk
72 jam tergantung pada keparahan kehilangan darah awal dan akan mengempis
sebagai berikut:
e. Ujung luar kateter dihubungkan dengan 25-500 mL salin normal dan kondom
f. Perdarahan diamati, dan ketika itu berkurang jauh, inflasi lebih lanjut
dihentikan dan ujung luar kateter dilipat dan diikat dengan benang.
setelah prosedur.
h. Kondom uterus tersebut disimpan selama 24-48 jam dan kemudian mengempis
Figure 1.
Inflated condom in a kidney tray
Figure 2.
Tying the condom to the catheter
Figure 3.
Introducing the catheter in the uterus.
25
Figure 4.
After introduction of the catheter, a tight vaginal pack is applied and then saline is
administered into the catheter.
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan
menjadi perdarahan pascapersalinan primer yang terjadi dalam 24 jam pertama dan
biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir, dan sisa
berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh etiologi antara lain:
atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi
jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%). Dilihat dari angka tersebut sekitar
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
Penanganan atonia uteri telah lama dikenal dengan kompresi bimanual dan
kateter pada infus set. Hal ini yang menyebabkan kondom kateter sebagai tampon
dengan cepat dan efektif dengan membuat fungsi balon yang cukup akan cairan.
Balon ini mempunyai kontur yang mirip dengan uterus dan memberikan tekanan
yang sama dengan sinus yang terbuka dalam uterus sehingga perdarahan berhenti.3
Penerapan kondom kateter ini mudah, murah, dan aman. Di negara negara
kematian ibu, setiap penyedia layanan kesehatan dapat menggunakan prosedur ini