Anda di halaman 1dari 27

Paper Biologi Sel

Interaksi Sel dengan


Lingkungan

Ditulis Oleh:

Avhisia Prisma Y(150210103001)

Yessi Efriliana (150210103011)

Riza Fahlevia S. (150210103013)

Siska Tri Y. (150210103016)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN
MIPA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
PENDAHULUAN
Sel merupakan unit
terkecil dari organisme. Sel tidak
akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila
tidak ada koordinasi antara satu
dengan yang lain. Sel yang
menyusun setiap makhluk hidup
saling berkomunikasi untuk
mengkoordinasikan aktivitasnya
sedemikian rupa, sehingga
memungkinkan organisme itu
untuk berkembang. Mulai dari sel
yang berkomunikasi terbentuk
jaringan kemudian organ dan
sistem yang menjalankan
organisme untuk hidup.
Sel penyusun makhluk
hidup akan berinteraksi dengan
lingkungannya untuk
mempertahankan kehidupannya,
melalui sinyal-sinyal antar sel.
Sinyal yang diterima sel, yang
berasal dari sel lain atau dari
beberapa perubahan pada
lingkungan fisik organisme,
bermacam-macam bentuknya.
Misalnya, sel dapat mengindera
dan merespon sinyal
elektromagnetik, seperti cahaya
dan sinyal mekanis, seperti
sentuhan. Akan tetapi sel-sel
paling sering berkomunikasi satu
sama lain dengan menggunakan
sinyal kimiawi.
Sel-sel dalam hewan
multiseluler, termasuk manusia,
pada umumnya diorganisasi pada
tingkat mikroskopik dalam
kesatuan-kesatuan yang saling
bekerjasama membentuk jaringan.
Sel-sel terintegrasi dalam jaringan
yang saling bekerjasama dengan
berbagai cara. Pada gilirannya,
jaringan tersebut membentuk
kesatuan fungsional yang lebih
besar sebagai suatu organ. Salah
satu keuntungan besar dalam
organism multiseluler yaitu
terdapatnya kebebasan bagi sel-sel
untuk mengadakan pengkhususan
fungsinya demi kebaikan organism
sebagai salah satu kesatuan hidup.
Bahkann pengkhususan tersebut
dapat berbentuk kematian yang
bersangkutan, seperti misalnya
penimbunan keratin dalam sel-sel
permukaan epidermis sehingga sel
tersebut mati. Tetapi kematian sel-
sel tersebut membentuk lapisan
keras yang melindungi tubuh
terhadap lingkungan.
Oleh karena itu,
komunikasi antar sel berperan
penting untuk pengaturan dan
pengendalian kegiatan sel,
jaringan, organ tubuh, dan untuk
mempertahankan homeostatis.
Dalam tubuh manusia terdapat dua
jenis komunikasi antar sel, yaitu
wired system (komunikasi melalui
saraf atau listrik) dan non wired
system (komunikasi kimiawi).
Sedangkan, komunikasi intra sel
merupakan proses pengubahan
sinyal di dalam sel ittu sendiri.
Komunikasi sel juga
berperan penting dalam
menyelenggarakan homeostatis
karena tubuh harus senantiasa
memantau adanya perubahan-
perubahan nilai berbagai
parameter, lalu
mengkoordinasikan respons yang
sesuai sehingga perubahan yang
terjadi dapt diredam. Untuk itu,
sel-sel tubuh harus mampu
berkomunikasi satu dengan yang
lainnya. Komunikasi antar sel
merupakan media yang menopang
pengendalian fungsi sel atau organ
tubuh. Pengendalin yang semacam
ini terjadi secara lokal (intrinsik)
yaitu dengan komunikasi antar sel
yang berdekatan. Pengendalian
jarak jauh (ekstrinsik) lebih
kompleks dan dimungkinkan
melalui refeks yang dapat
melibatkan sistem saraf (lengkung
refleks) maupun sistem endokrin
(pengaturan umpan balik).
ISI
1. Hubungan antar sel
Interaksi Sel dan
Lingkungannya Interaksi antar sel
dimaksudkan untuk
perkembangbiakan sel dan juga
supaya sel dapat berkomunikasi
satu dengan yang lainnya. Interaksi
sel dan lingkungannya mencakup
hubungan antar sel, hubungan
antar sel dan matriks ekstraseluler,
dan komunikasi antar sel
(Campbell, 2010).
Hubungan antar sel yaitu
melalui sel junctions yang
merupakan situs hubungan yang
menghubungkan banyak sel dalam
jaringan dengan sel lainnya dan
dengan matriks ekstraseluler. Sel
junctions merupakan suatu struktur
dalam jaringan organisme
multiseluler (Mubarok, 2014).
Sel junctions dapat di
klasifikasikan ke dalam beberapa
grup fungsional yaitu :
1. Occluding Junctions
merupakan
penempelan sel
bersama-sama dalam
epitel dengan cara
mencegah molekul-
molekul kecil dari
kebocoran satu sisi
sel ke sel lainnya.
2. Anchoring Junctions
yaitu melekatnya sel-
sel dan sitoskeleton
ke sel tetangga atau
ke matriks
ekstraseluler.
3. Communicating
Junctions yaitu
sebagai perantara
jalan lintasan sinyal-
sinyal kimiawi atau
elektrik dari satu sel
yang sedang
berinteraksi dengan
sel lainnya.
4. Channel-forming
Junctions yaitu
mencipkankan
lorong-lorong yang
menghubungkan dari
sel-sel yang
berdekatan.
5. Signal-relaying
Junctions yaitu
memungkinkan
sinyal akan
diteruskan dari sel ke
sel melintasi
membran plasma
mereka di situs dari
sel untuk
menghubungkan sel.
Fungsi occluding
junctions adalah menghubungkan
sel epitel yang satu dengan sel
epitel yang lain, membagi sel atas
2 domain yaitu domain apikal dan
basolateral, mencegah protein
membran di domain apikal
bergerak ke domain basolateral,
dan menyegel ruang antar 2 sel
serta mencegah lalu lintas molekul
di ruang antar sel (Gartner, 2011).
Tight junctions
merupakan occluding junctions
yang penting dalam
mempertahankan perbedaan
konsentrasi molekul-molekul
hidrofilik kecil diseberang
lembaran-lemba ran sel epitel.
Protein transmembran utama pada
tight junctions adalah claudin yang
penting untuk pembentukan tight
junctions dan fungsinya berbeda
dalam tight junctions yang
berbeda. Protein transmembran
utama yang kedua pada tight
junctions adalah occludin,
fungsinya tidak jelas. Claudin dan
occludin berikatan dengan protein
membran periferal intraseluler
yang disebut protein ZO (Subowo,
2017).
Anchoring junctions
menghubungkan sitoskeleton
suatu sel ke sitoskeleton sel
tetangganya atau ke matriks
ekstraseluler. Anchoring junctions
tersebar luas dalam jaringan-
jaringan hewan dan paling
melimpah dalam sel-sel jantung,
otot, dan epidermis. Fungsi
anchoring junctions adalah
menghubungkan sel dengan sel,
menghubungkan sitoskeleton 2 sel
yang berdampingan, menyatukan
sel dalam satu kesatuan kokoh, dan
menghubungkan sel dengan
matriks ekstraseluler. Protein
penyusun anchoring junctions
adalah intracellular anchor
proteins dan transmembrane
adhesion proteins. Anchoring
junctions terdapat dalam 4 bentuk
yang berbeda secara fungsional
yaitu :
1. Adherens junctions
dan desmosom, yaitu
memegang sel
bersama-sama dan
dibentuk oleh
transmembrane
adhesion proteins.
2. Focal adhesi ons dan
hemidesmosom, yaitu
mengikat sel-sel pada
matriks ekstraseluler
dan dibentuk oleh
transmembrane
adhesion proteins
pada famili integrin
(Jarwono, 2012).
Communicating junctions
Gap junctions merupakan celah
sempit diantara membran 2 sel atau
dinding sel (sekitar 2-4 nm) yang
dihubungkan oleh channel protein.
Gap junctions disusun oleh
connexon (12 satuan protein),
connexon tersusun atas 6 subunit
connexin transmembran.
Komunikasi gap junctions juga
dapat diregulasi oleh sinyal-sinyal
ekstraseluler (Sumadi, 2012).
Hormon memberikan
efek-efeknya pada jaringan-
jaringan targetnya, langsung
ataupun tidak langsung, melalui
pergiliran aktivitas metabolik sel-
sel spesifik atau melalui interaksi
dengan genom untuk
mengaktifkan atau menonaktifkan
gen ataupun untuk memodulasi
aktivitasnya. Demi melakukan
tugas-tugas fisiologis tersebut,
hormone harus melakukan
penetrasi kedalam selalu
menggerakkan serangkaian
peristiwa kimiawi setelah melekat
ke membran. Sejumlah hormon
dapat langsung menyebrangi
membran luar dan internal sel,
sedangkan sejumlah hormon lain
melintasi saluran-saluran yang
sudah ada sebelumnya atau
menciptakan saluran-saluran baru
saat melekat ke sel.
Banyak hormon yang
melekat ke reseptor-reseptor
spesifik pada membrane sel dari
sel-sel target dan memanggil
bantuan pembawa pesan kedua
(second messenger), yakni
asisten di sitoplasma sel. Ion-ion
kalsium diketahui berperan
sebagai pembawa pesan kedua.
AMP siklik (cyclic AMP, cAMP)
adalah contoh lain molekul
semacam itu. Ketika sebuah
hormone (pembawa pesan
pertama) melekat ke sebuah
reseptor, hormon itu menyebabkan
enzim adenilat siklase
mengkonversi ATP menjadi
cAMP. Kemudian cAMP tersebut
mengaktivasi atau mendeaktivasi
system-sistem enzim tertentu yang
spesifik bagi sel yang dimaksud,
dan dengan demikian mewujudkan
fungsi hormon yang melekat ke
reseptor sel itu. Sebagai akibatnya,
fosfodiesterase memecah cAMP
menjadi AMP tunggal, dan
karenanya kerja hormonal pun
diakhiri. AMP lalu didaur ulang
menjadi ATP. Pembawa pesan
kedua seringkali mengaktivasi
enzim yang merupakan bagian dari
sebuah system yang langkah
terakhirnya menghasilkan kerja
akhir yang sebenarnya dari
hormone. Umumnya mekanisme
untuk kerja hormon yang satu itu
lebih cepat daripada mekanisme
yang melibatkan modulasi genom.
Modulasi kerja gen mungkin
melibatkan peningkatan transkipsi
ataupun translasi. Steroid,
misalnya glukokortikoid, biasanya
berikatan dengan sebuah reseptor
protein di sitoplasma, dan
kompleks tersebut pun bergerak
kedaam nucleus. Didalam nukleus,
terjadilah efek yang
mempengaruhi mekanisme
genetik.
2. Hubungan antara sel dan matriks
ekstraseluler
Matriks ekstraseluler
merupakan komponen paling besar
pada kulit normal dan memberikan
sifat yang unik pada kulit dari
elastisitas, daya rentang dan
pemadatannya. Matriks
ekstraseluler merupakan
komponen paling besar pada
lapisan kulit dermis. Matriks
ekstraseluler dapat mempengaruhi
bentuk sel, kelangsungan hidup
sel, perkembangbiakan sel,
polaritas dan kelakuan sel.
Sebagian besar sel perlu melekat
ke matriks ekstraseluler untuk
tumbuh dan berkembangbiak. 2
kelas utama makromolekul yang
menyusun matriks ekstraseluler:
Rantai-rantai polisakarida pada
kelas yang disebut
glikosaminoglikans (GAGs), yang
biasanya ditemukan terhubung
secara kovalen dengan protein
dalam bentuk proteoglikan dan
Fibrous proteins, yang meliputi
kolagen, elastin, fibronektin, dan
laminin, yang memiliki fungsi
struktural dan adhesif (Yunita,
2017).
a. Glikosaminoglikans (GAGs)
GAGs merupakan rantai-rantai
polisakarida tidak bercabang yang
tersusun atas unit-unit disakarida
berulang dan merupakan grup
heterogenus pada rantai-rantai
polisakarida yang bermuatan
negatif yang terhubung secara
kovalen dengan protein untuk
membentuk molekul proteoglikan.
Disebut GAGs karena satu dari 2
gula pada disakarida yang berulang
selalu merupakan gula amino (N-
acetylglucosamine/N-
acetylgalactosamine). Gula kedua
biasanya asam uronat (glukuronat
atau iduronat). GAGs sangat
bermuatan negatif karena ada grup
sulfat atau karboksil pada sebagian
besar gulanya (Gartner, 2011).
4 grup utama GAGs
dibedakan berdasarkan gulanya,
tipe hubungan diantara gula, dan
jumlah serta lokasi grup sulfat: (1)
hyaluronan, (2) chondroitin sulfat
dan dermatan sulfat, (3) heparan
sulfat, dan (4) keratan sulfat.
Contoh GAGs: hyaluronan dan
proteoglikan.
Hyaluronan merupakan
GAGs yang paling sederhana.
Hyaluronan tidak mengandung
gula yang bersulfat, semua unit
disakaridanya sama, panjang
rantainya sangat besar (ribuan
monomer gula), dan umumnya
tidak terhubung secara kovalen
dengan beberapa protein inti.
Proteoglikan tersusun atas rantai-
rantai GAG yang terhubung secara
kovalen dengan protein inti.
Proteoglikan dianggap memiliki
sebuah peranan utama dalam
pemberian isyarat kimiawi
diantara sel (Sumadi, 2012).
b. Kolagen
Kolagen merupakan protein utama
pada matriks ekstraseluler dan
merupakan sebuah famili fibrous
protein yang ditemukan dalam
semua hewan multiseluler.
Tipe utama kolagen yang
ditemukan pada jaringan
penghubung adalah tipe I, II, III, V,
dan XI. Rantai polipeptida kolagen
disintesis pada ribosom yang
terikat membran dan dimasukkan
ke dalam lumen retikulum
endoplasma sebagai prekursor
besar, yang disebut rantai pro-
(Jarwono, 202).
Setiap rantai pro- lalu
bergabung dengan dua yang
lainnya untuk membentuk molekul
heliks yang terikat hidrogen dan
triple-stranded yang dikenal
sebagai prokolagen. Setelah
sekresi, molekul prokolagen
fibrillar dipotong menjadi molekul
kolagen, yang berkumpul menjadi
fibril.Dalam pemanfaatannya,
kolagen digunakan untuk bahan
kosmetik agar kulit menjadi
kencang karena sifatnya yang
lentur.
c. Fibronektin
Fibronektin merupakan
protein ekstraseluler yang
membantu sel melekat dengan
matriks dan merupakan
glikoprotein besar yang ditemukan
dalam semua vertebrata (Mubarok,
2012).
Fibronektin adalah dimer
yang tersusun atas 2 subunit yang
sangat besar yang terhubung
dengan ikatan disulfida pada satu
ujungnya. Tipe utamanya disebut
ulangan fibronektin tipe III,
berikatan dengan integrin. Tipe ini
memiliki panjang sekitar 90 asam
amino.
Fibronektin muncul dalam
bentuk yang dapat larut dan
fibrillar. Ada banyak isoform
fibronektin yaitu fibronektin
plasma dan fibril fibronektin.
Pentingnya fibronektin pada
perkembangan hewan ditunjukkan
dengan eksperimen inaktivasi gen.
Fibronektin tidak hanya
penting untuk pelekatan sel ke
matriks tapi juga untuk menuntun
migrasi sel dalam embrio
vertebrata. Fibronektin memiliki
banyak fungsi, yang
membolehkannya berinteraksi
dengan banyak zat ekstraseluler,
seperti kolagen, fibrin dan heparin,
dan dengan reseptor membran
yang spesifik pada sel-sel yang
responsif.
3. Komunikasi antar sel
a. Prinsip umum komunikasi sel
Molekul sinyal ekstraseluler
berikatan dengan reseptor yang
spesifik. Sebagai contoh, budding
pada khamir Saccharomyces
cerevisiae. Sel-sel khamir
berkomunikasi dengan sel lainnya
untuk perkawinan dengan
mensekresikan beberapa macam
peptida kecil. Molekul sinyal
ekstraseluler dapat bertindak pada
jarak yang dekat ataupun jauh.
Ada 4 tipe sinyal yaitu
paracrine signaling, synaptic
signaling, endocrine signaling, dan
autocrine signaling.
Paracrine signaling;
bergantung pada sinyal-
sinyal yang dikeluarkan ke
dalam ruang ekstraseluler
dan menyebabkan
terjadinya suatu proses
secara lokal atas sel-sel
tetangga. Pada tipe sinyal
ini, molekul-molekul
sinyal disekresikan,
molekul sinyal yang
disekresikan mungkin
dibawa jauh untuk
bertindak berdasarkan
target yang jauh, atau
mungkin bertindak
sebagai perantara lokal
yang hanya
mempengaruhi sel-sel
dalam lingkungan yang
dekat dari pemberian
isyarat sel.
Synaptic signaling;
dilakukan dengan neuron
yang meneruskan sinyal-
sinyal secara elektrik
sepanjang akson dan
melepaskan
neurotransmiter di
sinapsis, yang seringkali
berlokasi jauh sekali dari
sel. Sel saraf (neuron)
dimana khususnya
menyampaikan proses-
proses panjang (akson)
memungkinkan sel saraf
untuk kontak dengan sel
target yang letaknya jauh
sekali. Ketika diaktivasi
oleh sinyal-sinyal dari
lingkungan atau dari sel-
sel saraf lainnya, neuron
mengirimkan impuls
elektrik secara cepat di
sepanjang akson; ketika
impuls mencapai ujung
akson, hal ini
menyebabkan ujung saraf
mensekresikan sinyal
kimiawi yang disebut
neurotransmiter. Sinyal ini
disekresikan ke cell
junctions khusus yang
disebut chemical
synapses. Synaptic
signaling lebih tepat
daripada endocrine
signaling dalam hal waktu
dan tempat.
Endocrine signaling;
bergantung pada sel-sel
endokrin, yang
memsekresikan hormon
ke aliran darah yang lalu
didistribusikan secara luas
di sepanjang tubuh. Sel-sel
endokrin mensekresikan
molekul-molekul sinyal
yang disebut hormon ke
aliran darah yang
membawa sinyal ke sel
target yang didistribusikan
secara luas ke seluruh
tubuh.
Autocrine signaling; tipe
ini dapat mengkoordinasi
keputusan dengan grup-
grup sel serupa. Pada
autocrine signaling, sel
mensekresikan molekul
sinyal yang dapat
berikatan kembali dengan
reseptornya sendiri.
Autocrine signaling
merupakan tipe paling
efektif ketika dilakukan
secara serempak dengan
sel-sel tetangga yang
tipenya sama. Autocrine
signaling dianggap
menjadi suatu mekanisme
yang mungkin mendasari
"efek komunitas" yang
diamati pada
perkembangan awal,
selama grup sel-sel serupa
dapat menanggapi sinyal
yang menginduksi
diferensiasi tapi tidak
dapat pada sel tunggal
bertipe sama yang
terisolir. Sel kanker
seringkali menggunakan
autocrine signaling untuk
mengatasi kontrol normal
pada perkembangbiakan
dan kelangsungan hidup
sel.
Gap junctions membolehkan
informasi sinyal untuk dibagi
dengan sel-sel tetangga. Saluran-
saluran gap junctions
membolehkan pertukaran
molekul-molekul sinyal
intraseluler kecil (perantara
intraseluler), seperti Ca2+ dan
cyclic AMP, tetapi bukan
makromolekul, seperti protein atau
asam nukleat. Sel-sel yang
terhubung dengan gap junctions
dapat berkomunikasi dengan sel
lainnya secara langsung (Gartner,
2011).
Ada 2 tipe reseptor yaitu
reseptor intraseluler dan reseptor
permukaan sel. Reseptor
intraseluler ada yang lambat
(mengubah ekspresi gen) dan cepat
(mengubah fungsi protein).
Contoh reseptor intraseluler yang
cepat adalah sinyal gas nitrat
oksida yang berikatan secara
langsung dengan enzim dibagian
dalam sel target.
3 kelas terbesar pada protein
reseptor permukaan sel adalah ion-
channel-linked, G-protein-linked,
dan enzyme-linked receptors.
Ion-channel-linked
receptors juga dikenal
sebagai transmitter-gated
ion channels atau
ionotropic receptors.
Membuka atau menutup
secara singkat sebagai
jawaban atas pengikatan
suatu neurotransmiter.
G-protein-linked
receptors: memerantarai
respon terhadap berbagai
macam molekul
sinyal,meliputi hormon,
neurotransmiter, dan
perantara lokal. Semua G-
protein-linked receptors
termasuk famili besar
homolog, 7-pass
transmembrane proteins.
Protein reseptor ini dapat
mengaktivasi atau
inaktivasi enzim yang
terikat pada membran
plasma atau ion channel
melewati protein G secara
tidak langsung.

Enzyme-linked receptors
memiliki 6 subfamili yaitu
receptor tyrosine kinase,
tyrosine-kinase
associated-receptors,
receptorlike tyrosine
phosphatases, receptor
serine/threonine
kinases,receptor guanylyl
cyclases, dan histidine-
kinase-associated
receptors. Protein reseptor
ini merupakan protein
transmembran dengan
domain pengikatan ligan
pada permukaan luar
membran plasma. Contoh:
kemotaksis bakteri yang
diperantarai oleh
histidine-kinase-
associated chemotaxis
receptors.
3 tahap proses cell signaling yaitu:
Reception; agak mirip
dengan pengenalan enzim
dengan substratnya
(kompleks enzim-
substrat), sama dengan
hipotesis kunci dan
gembok dari pengenalan
enzim dan substrat.
Molekul ligan (biasanya
larut dalam air) dikenal
oleh hanya 1 protein
reseptor yang berikatan
dengan membran sel.
Transduksi; menimbulkan
perubahan konformasi
pada reseptor. Perubahan
konformasi ini
menyebabkan reseptor
berinteraksi dengan
molekul intraseluler
lainnya. Transduksi
mungkin menyebabkan
banyak perubahan
konformasi/struktural
pada protein seluler
lainnya. Enzim yang tidak
aktif menjadi aktif;

Respon; biasanya aktivitas


seluler, sebagai katalisis
enzim atau penyusunan
kembali sitoskeleton atau
aktivitas gen yang
spesifik.
b. Signaling pada tumbuhan
Reseptor serine/threonin kinase
berfungsi sebagai reseptor
permukaan sel tumbuhan.
Perbedaan dengan sel hewan
adalah kebanyakan reseptor
permukaan sel hewan adalah G-
protein-linked receptors,
sedangkan kebanyakan di
tumbuhan adalah enzyme-linked
receptors. Kelas terbesar enzyme-
linked receptors di hewan adalah
reseptor tirosin kinase. Tipe yang
paling melimpah pada reseptor
tumbuhan ini adalah Leucine-rich
repeats (LRR) proteins. LRR
reseptor kinase berbeda disebut
BRI1 bertindak sebagai reseptor
hormon steroid permukaan sel
pada Arabidopsis.
Tumbuhan dan hewan
menggunakan protein yang
merangsang cahaya untuk merasa
cahaya pada panjang gelombang
yang berbeda. Di tumbuhan,
biasanya dikenal sebagai
fotoreseptor. Hewan menggunakan
beberapa famili fetoprotein sama
yang digunakan oleh tumbuhan.
Fotoprotein hewan yang paling
luas dipelajari adalah rhodopsin
yang terikat membran, G-protein-
linked receptors yang meregulasi
ion channel pada sel-sel retina
yang sensitif terhadap cahaya.
Fotoprotein tumbuhan yang paling
dikenal adalah fitokrom yang ada
di semua tumbuhan dan beberapa
algae. Walaupun fitokrom
memiliki aktivitas serine/threonin
kinase, sebagian strukturnya
menyerupai hisridin kinase yang
terlibat dalam kemotaksis bakteri.
Fitokrom dapat mendeteksi cahaya
merah. Tumbuhan merasa cahaya
biru dengan menggunakan 2 tipe
fetoprotein yaitu fototropin dan
kriptokrom. Fototropin
berhubungan dengan membran
plasma dan sebagian bertanggung
jawab untuk fototropisme.
Kriptokrom merupakan
flavoprotein yang sensitif terhadap
cahaya biru. Secara struktur,
kriptokrom berkaitan dengan
enzim yang sensitif terhadap
cahaya biru yang disebut fotoliase,
yang terlibat dalam perbaikan
kerusakan DNA yang diinduksi
ultraviolet pada semua organisme,
kecuali sebagian besar mamalia.
Tidak seperti fitokrom, kriptokrom
juga ditemukan di hewan dan tidak
memiliki aktivitas perbaikan
DNA, tetapi kriptokrom dianggap
berkembang dari fotoliase.
PENUTUP
Sel merupakan unit
terkecil penyusun makhluk hidup.
Sel penyusun makhluk hidup akan
berinteraksi dengan
lingkungannya untuk
mempertahankan kehidupannya,
melalui sinyal-sinyal antar sel.
Sinyal yang diterima sel, yang
berasal dari sel lain atau dari
beberapa perubahan pada
lingkungan fisik organisme,
bermacam-macam bentuknya.
Komunikasi antar sel berperan
penting untuk pengaturan dan
pengendalian kegiatan sel,
jaringan, organ tubuh, dan untuk
mempertahankan homeostatis.
Hubungan antar sel yaitu melalui
sel junctions yang merupakan situs
hubungan yang menghubungkan
banyak sel dalam jaringan dengan
sel lainnya dan dengan matriks
ekstraseluler. Matriks ekstraseluler
merupakan komponen paling besar
pada lapisan kulit dermis. Matriks
ekstraseluler dapat mempengaruhi
bentuk sel, kelangsungan hidup
sel, perkembangbiakan sel,
polaritas dan kelakuan sel.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2010. Biologi
Edisi Kedelapan Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Subowo, 2017. Biologi Sel.
Jakarta: Sagung Seto
Sumadi, dkk. 2012. Biologi Sel.
Jakarta: Graha Ilmu
Gartner, Lesile P. dkk. 2011.
Biologi Sel dan
Histologi. Jakarta:
Binarupa Aksara
Jarwono, dkk. 2012. Biologi Sel.
Jakarta: Erlangga
Yunita, Oeke. 2017. Biologi Sel
Pendekatan Aplikatif
untuk Profesi Kesehatan.
Jakarta: Erlangga
Mubarok, Syahrul. 2014.
Pembelahan Sel. Jakarta:
Islamic Negeri Syarif
University Press

INDEKS
A
Adhesif
B
Budding
D
Domain
E
Elastin
Endokrin
F
Fibrous
Fitokrom
Fotoliase
Fotoreseptor
G
Genom
H
Heliks
Heparin
Hidrofilik
Homeostatis
Hormon
I
Inaktivasi
Ion
Isoform
K
Karboksil
Kemotaksis
Kovalen
L
Laminin
M
Matriks ekstraseluler
Mikroskopik
Modulasi
P
Penetrasi
Polaritas
Prekursor
Proteoglikan
R
Rhodopsin
S
Steroid
T
Transkripsi
Translasi

GLOSARIUM
Adhesif Tarik-menarik di antara
jenis molekul yang
berbeda.
Budding Cara reproduksi aseksual
melalui pembentukan
tunas.
Domain Bagian protein yang
melipat secara mandiri.
Elastin Protein pada kulit dan
jaringan tubuh yang
membantu supaya kulit
flexible dan kencang.
Endokrin Sistem endokrin,
berkaitan dengan sistem
syaraf , mengontrol dan
memadukan fungsi
tubuh.
Fibrous Protein dengan berbagai
rantai peptida berbentuk
spiral yang terjalin.
Fitokrom Sejenis reseptor cahaya
pada tumbuhan yang
terutama menyerap
cahaya merah dan
meregulasi banyak
tanggapan tumbuhan,
misalnya germinasi biji
dan penghindaran
terhadap tempat yang
ternaungi.
Fotoliase Enzim yang sensitif
terhadap cahaya biru.
Fotoreseptor Reseptor
elektromagnetik yang
mendeteksi radiasi yang
dikenal sebagai cahaya
tampak.
Genom Mteri genetik dari suatu
organisme atau virus;
komplemen lengkap dari
gen-gen suatu organisme
atau virus beserta sekuens
asam nukleat bukan-
pengodenya.
Heliks Struktur yang terdiri dari
suatu rangkaian
lingkaran terus menerus.
Heparin
Hidrofilik Memiliki afinitas
dengan air.
Homeostatis Kondisi fisiologis
tubuh yang berada dalam
keadaan stabil.
Hormon Pada organisme
multiseluler, berbagai
tipe zat kimia yang
disekresikan oleh dan
terbentuk dalam sel-sel
terspesialisasi, mengalir
bersama cairan tubuh,
dan bekerja pada sel
target yang spesifik di
bagian lain tubuh untuk
mengubah fungsi sel
tersebut.
Inaktivasi
Ion Atom yang memperoleh atau
kehilangan satu electron
atau lebih, sehingga
menjadi bermuatan.
Isoform
Karboksil
Kemotaksis
Kovalen
Laminin
Matriks ekstraseluler Zat tempat
sel-sel jaringan hewan
tertanam, terdiri atas
protein dan polisakarida
yang disintesis dan
disekresikan oleh sel.
Mikroskopik
Modulasi
Penetrasi
Polaritas Ketiadaan simetri;
perbedaan struktur pada
ujung yang bersebrangan
dari suatu organisme atau
struktur, misalnya ujung
akar, dan ujung tunas
tumbuhan.
Prekursor
Proteoglikan Glikoprootein yang
terdiri atas satu protein
inti kecil dengan banyak
rantai karbohidrat yang
melekat, ditemukan
dalam matriks
ekstraseluler sel hewan.
Proteoglikan dapat
tersusun atas hingga 95%
karbohidrat.
Rhodopsin
Steroid Sejenis lipid yang
dicirikan oleh karbon
rangka yang tersusun atas
empat cincin yang
dilekati oleh berbagai
macam gugus kimiawi.
Transkripsi Sintesis RNA yang
menggunakan cetakan
DNA.
Translasi Sintesis polipeptida
yang menggunakan
informasi genetic yang
dikodekan dalam
molekul mRNA. Ada
perubahan bahasa dari
nukleotida menjadi asam
amino.

Anda mungkin juga menyukai