DEFINISI
Obat anti psikotik merupakan obat yang ditujukan untuk sindrom psikosis.
Dimana sindrom psikosis merupakan gejala berupa hendaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental dan hendaya berat dalam
Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang
terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik
sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok
bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis)
yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping:
gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan
dosis ekuivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis
dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti
dengan obat anti psikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan
1
anti psikotik adalah golongan tipikal dan atipikal. Haloperidol adalah salah satu obat
anti psikotik tipikal yang berada pada golongan obat butyrophenone sedangkan
Mekanisme kerja obat anti psikotik tipikal adalah memblokade dopamin pada
sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG 1 tidak hanya
gangguan dalam mobilitas seperti pada Parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat
2
reseptor D2 di tuberoinfundibular oleh APG 1 menyebabkan peningkatan kadar
prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkatan berat badan.
pandangan kabur, konstipasi dan kognitif tumpul. APG 1 juga memblok reseptor
histamine (H1) sehingga timbul efek samping mengantuk dan peningkatan berat
kerja melalui interaksi antara serotonin dan dopamine pada keempat jalur dopamine
di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping extrapyramidal system lebih rendah
reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT 2A)
3
menyebabkan APG II dapat memperbaiki simptom
simptom
Tuberoinfundibular : pemberian APG II dalam dosis terapi akan
APG II tidak hanya bekerja pada antagonis reseptor 5HT 2A dan D2, tetapi juga
beberapa subtipe antara lain reseptor 5HT1A, 5HT1D, 5HT2c, 5HT3, 5HT6, 5HT7 dan D1,
mengakibatkan APG II juga dapat memperbaiki mood dan menurunkan suicide, tidak
3. Pengaturan Dosis
4
Onset efek sekunder (efek samping): sekitar 2-6 jam.
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3
hari sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaran sindrom psikosis)
dievaluasi setiap 2 minggu dan timbul bila perlu dinaikkan dosis optimal
tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap
manjur untuk skizofrenia seperti autisme, gangguan proses pikir, gangguan afek dan
4. Antipsikotik tipikal
5
Antipsikotik tipikal memiliki keuntungan jarang menyebabkan terjadinya
A. Berdasarkan Potensi
a) Potensi Tinggi
Potensi tinggi bila dosisi APG 1 yang digunakan kurang atau
darah rendah.
b) Potensi Sedang
Potensi sedang bila dosis APG 1 yang digunakan antara 10
rendah.
c) Potensi Rendah
Potensi rendah bila dosis APG 1 yang digunakan lebih dari 50
6
Simptom antikolinergik berupa mulut kering, retensi urine, pandangan
Injeksi 25 mg/ml
Perphenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 24
mg/hari
1. Phenothiazine Trifluoperazin Tablet 1 dan 5 mg 10 15
mg/hari
Fluphenazine Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 15
mg/hari
Thioridazin Tablet 50 dan 100 150 600
mg mg/hari
Tablet 0,5 mg, 1,5 5 -15 mg/hari
Haloperidol mg, 5 mg
2. Butyrophenone
Injeksi 5 mg/ml
Droperidol Ampul 2,5 mg/ml 7,5 15
mg/hari
7
Diphenyl- Pimozide Tablet 1 dan 4 mg 1 4 mg/hari
3. butyl-
piperidine
5. Antipsikotik atipikal
Alzheimer.
Sindrom psikosis
8
Sindrom psikosis organik, misalnya : demensia, intoksikasi alkohol
dan terapi pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat antipsikotik
konvensional.
I. HALOPERIDOL
dalam agen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini digunakan sebagai
terapi rumatan untuk psikotik akut dan kronik, seperti skizofrenia, gangguan manik,
dan psikosis yang diinduksi obat misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga
berguna pada penanganan pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, obat ini dapat
digunakan pada pasien sindrom mental organik dan retardasi mental. Pada anak
Farmakokinetik
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma
tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih
dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam
9
hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresi
haloperidol lambat melaui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari
memperlihatkan bahan sifat fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol mirip
untuk fase mania penyakit manik depresif dan skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin
neurologik yang aneh yang ditandai dengan kejang otot hebat, menyeringai
kata-kata jorok). Pemberian haloperidol harus tidak dianjurkan pada pasien dengan
deprsi system saraf pusat, koma, penyakit parkinson, penderita gangguan hepar, serta
sirup 5 mg/100 ml dan ampul 5 mg/ml. Pada remaja dan dewasa haloperidol
digunakan secara oral dengan dosis awal 0,5 mg sampai 5 mg sebanyak 2-3 x per
hari. Pada anak-anak usia 3-12 tahun dengan berat badan dalam kisaran 15-40 kg,
haloperidol diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mg per KgBB/hari (dibagi dalam
2-3 dosis) dan pada pasien lanjut usia dosis yang digunakan 2 mg sebanyak 2-3x
10
Efek samping dan Intoksikasi
Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden yang tinggi,
terutama pada pasien usia muda. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai
dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan mania atau sebagai efek
samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan dan selintas dapat terjadi,
pada wanita hamil sampai terdapat bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek
teratogenik.
- Tremor
- Hipersalivasi
selain antipsikotik dapat digunakan sebagai antianxietas dengan dosis rendah dimana
Interaksi obat
11
diklofenak, doksisiklin, aritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniasid, mikonazol,
antikholinergik.
haloperidol.
12
Trisiklik dengan haloperidol, mengurangi kecepatan ekskresi dari trisiklik
(kadar dalam plasma meningkat) terjadi potensial efek antikolinergik (ileus paralitik,
neurotoksis bertambah (ataxia dan diskenesia, tetapi efek neurotoksis tidak tampak
yang tinggi.
- Anti Psikotik + Anti Konvulsan
Ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat, oleh
karena itu dosis anti konvulsan harus lebih besar (dose related) yang paling
13
II. RISPERIDONE
Serikat untuk terapi Skizofrenia. Afinitasnya bermakna untuk reseptor D 2, selain itu,
risperidone merupakan antagonis yang lipoten untuk reseptor serotonin tipe 2 (5-
HT2).
Farmakokinetik
tidak dipengaruhi oleh makanan dan mencapai kadar puncak kira-kira satu jam
setelah pemberian dan memiliki waktu paruh plasma kira-kira 24 jam. Hidroksilasi
plasma yang lebih tinggi dan eliminasi yang lebih lambat pada lanjut usia dan pada
pasien dengan gangguan ginjal. Konsentrasi plasma tetap normal pada pasien dengan
Farmakodinamik
14
Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas
reseptor kolinergik.
Risperidone tidak mempunyai efek merugikan dari segi neurologis dan efek
merugikan lainnya lebih sedikit dibandingkan obat lain dalam kelas ini.
Indikasi terapeutik
Efek samping
Risperidone tersedia dalam tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg. diberikan secara oral.
Dosis :
15
Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari
Dosis umum 4-8 mg per hari. Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif dari dosis
yang lebih rendah dan bahkan mungkin dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal.
Dosis di atas 10 mg/hari dapat digunakan hanya pada pasien tertentu dimana manfaat
yang diperoleh lebih besar dibanding dengan risikonya. Dosis di atas 16 mg/hari
Interaksi Obat
lainnya.
risperidone.
16
KESIMPULAN
tipe 2 (D2) dan reseptor serotonin (5HT2A). antipsikotik terbagi dua tipikal dan
penggunaan obat antipsikotik, golongan atipikal lebih baik daripada tipikal karena:
gejala positif.
2. Efek samping ekstrapiramidal pada atipikal lebih ringan daripada
tipikal.
17
DAFTAR PUSTAKA
N, Amir. 2013. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universias Indonesia. Edisi
Sadock BJ and Sadock VA. 2007. Kaplan & Sadocks synopsis of psychiatry :
18
19