Referat Imunisasi
Referat Imunisasi
Selama tahun 2015 sekitar 86% bayi diseluruh dunia telah medapatkan 3
dosis vaksin difteri-tetanus-pertusis (DTP3). Sebanyak 126 negara telah mencapai
angka 90% cakupan vaksin DTP3. Namun saat ini sekitar 19,4 juta bayi di seluruh
dunia masih belum mendapatkan vaksin rutin seperti vaksin DTP3. Sekitar 60%
bayi ini berasal dari 10 negara yaitu: Indonesia, Angola, Kongo, Etiopia, India,
Iraq, Nigeria, Pakistam Filipina, dan Ukraina.
Imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
a. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah proses transfer antobodi yang berasal dari satu orang
atau hewan ke individu lain. Imunitas pasif memberikan perlindungan
terhadap infeksi namun sifatnya sementara. Imunitas akan menurun dalam
hitungan minggu sampai beberapa bulan. Contoh imunisasi pasif adalah
adalah imunitas yang diterima bayi dari ibunya. Antibodi ditransfer melalui
plasenta pada usia kehamilan 8-9 bulan sehingga bayi akan memiliki
kekebalan yang sama seperti yang dimiliki ibunya. Perlindungan akan
bertahan selama sekitar satu tahun. Perlindungan terhadapa beberapa penyakit
seperti campak, rubella dan tetanus lebih baik daripada penyakit lain seperti
polio dan pertusis.
Ada 3 macam imunisasi pasif di dunia medis:
1. Homologous pooled human antibody (immunoglobulin)
Imunoglobulin diproduksi dengan mengumpulkan fraksi antibodi dari
ribuan pendonor. Karena berasal dari banyak donor imunoglobulin
mengandung antibodi terhadap banyak antigen. Jenis ini biasa digunakan
untuk profilaksis post-exposure Hepatitis A, measles, dan terapi untuk
penyakit defisiensi imunoglogulin kongenital.
2. Homologous human hyperimmue globuline
Homologous human hyperimmue globuline adalah produk antibodi yang
mengandung antibodi spesifik dengan titer tinggi. Produk ini berasal dari
plasma manusia yang mengandung antibodi tertentu. Karena berasal dari
manusia kemungkinan juga terdapat antibodi lain dalam jumlah sedikit.
Imunisasi pasif jenis ini biasa digunakan untuk profilaksis post exposure
penyakit hepatitis B, rabies, tetanus, dan varicella.
3. Heterologous hyperimmune serum(antitoksin)
Antitoksin adalah produk yang berasal dari hewan biasanya kuda
(equine) yang mengandung antibodi yang spesifik suatu penyakit. Contoh
antitoksin adalah botulism dan difteri.
b. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah stimulasi sistem imun untuk menghasilkan
antibodi (antigen-spesific humoral) dan imun seluler. Imunisasi aktif
bertahan selama beberapa tahun bahkan bisa seumur hidup.
Cara untuk mendapatkan imunitas aktif adalah terpajan infeksi
suatu organisme. Sekali seseorang sembuh dari suatu infeksi penyakit dia
akan memiliki imunitas terhadap penyakit tersebut. Ketika sistem imun
terpajan suatu antigen, Sel B memori akan tetap bertahan dalam sirkulasi
selama beberapa tahun. Cara lain untuk mendapatkan kekebalan adalah
melalui vaksinasi. Vaksin berinteraksi dengan sistem imun dan biasa
menghasilkan respon imun yang mirip dengan yang didapatkan dari
infeksi alami. Vaksin menghasilkan respon imun namun tidak
menyebabkan gejala klinis penyakit maupun komplikasinya.
Klasifikasi isi vaksin dibagi menjadi dua yaitu vaksin yang mengandung
bakteri/virus yang dilemahkan danvaksin inaktif
3.1 Hepatitis B
Virus hepatitis B tergolong dalam famili virus Hepadnaviridae. Semakin
muda usia anak semakin risiko menjadi infeksi kronis yaitu 80-90% bila terjadi
pada masa perinatal, 30-50% pada usia 1-4 tahun dan hanya sekitar 10% bila
infeksi pada masa dewasa.
3.3 Polio
Isi Vaksin Oral Polio Vaccine (OPV): virus hidup yang dilemahkan yang
mengandung visrus polio strain 1,2,3 yang menimbulkan
imunitas humoral dan lokal di mukosa usus
Inactivated Polio Vaccine (IPV): virus polio inaktif 3 strain yang
mengahsilkan imunitas humoral saja
Jadwal Diberikan secara kombinasi (Pentabio) pada umur 2,3, 4 bulan
IDAI: 0,2,4, dan 6 bulan dan diberi ulangan pada umur 18 bulan
dan 5 tahun. Oaling sedikit harus mendapatkan 1x IPV
bersamaan dengan OPV3
Dosis OPV: 2 tetes (0,1 mL) per oral
IPV: 0,5 mL secara intramuskuler
Tempat
KI Reaksi alergi berat pada komponen vaksin atau setelah dosis
sebelumnya
KIPI OPV: Vaccine assosiated paralytic poliomyelitis (VAPP)
IPV: kadang timbul reaksi lokal ringan dan sementara
3.4 DTP
Isi Vaksin DTPw: purified diphteria toxoid 20 Lf, purified tetatus toxoid 7,5
Lf, bakteri B. Pertussis inaktif 12 OU
DTPa: toksoid difteri 25 Lf, toksoid tetanus Lf, inactivated
pertussis toxin (PT) 25 mcg, filamentous hemagglutinin (FHA)
25 mcg, pertactin 8 mcg
Jadwal 2,4,6 bulan
IDAI: Vaksin paling cepat dilakukan pada usia 6 minggu. Bisa
DTPa atau DTPw atau kombinasi. DTPa usia 2,4,6 bulan
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskular anterolateral paha atas.
KI Riwayat anafilaksis pada pemberian sebelumnya, ensefalopati
pada pemberian vaksin pertusis sebelumnya
KIPI DTPw: demam 42%, nyeri 19%
DTPa: demam 9,9%, nyeri 2,5%
Isi Vaksin Virus campak 103 CCID50 dan preservatif Kanamicin sulfat dan
eritromisin 18 bulan dan 6
Jadwal Umur 9 bulan dengan ulangan pada umur 18 bulan dan kelas 1
SD
Dosis 0,5 mL
Tempat Subkutan pada deltoid
KI Keadaan imunodefisiensi seperti kanker, tranplantasi organ,
konsumsi sterod
Pasien TB tidak diobati
KIPI Demam tinggi 39,5 C atau lebih tejadi pada 5-15% kasus
4. Imunisasi Pilihan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun
2013 tentang penyelengaraan imunisasi terdapat 9 imunisasi pilihan di Indonesia.
Vaksin pilihan tersebut adalah pneumokokus, rotavirus, hepatitis A, Human
Papiloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis.
4.1 Pneumokokus
4.2 Rotavirus
Vaksin ini merupakan perlindungan terhadap rotavirus penyebab 453.000
kematian yang berhubungan dengan diare cair akut.laporan surveilance 35 negara
didapatkan 34%-45% diare pada anak yang membutuhkan perawatan rumah sakit
disebabkan oleh rotavirus. Jenis vaksin yang tersedia adalah monovalen (RV1)
dan pentavalen (RV5).
4.4 Tifoid
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella thypi yang ditularkan melalui
mulut dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejala klinik meliputi
gambaran klasik demam terutama malam hari, stepwise pattern, dan remiten,
gangguan pencernaan berupa diare atau konstipasi, dan gejala ssp seperti sakit
kepala. Terdapat 2 jenis vaksin yaitu tifoid oral dan polisakarida parenteral.
Vaksin tifoid oral Dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non patogen yang
telahdilemahkan, menimbulkan respon imun sekretorik IgA, mempunyaireaksi
samping yang lebih rendah dibandingkan vaksin parenteral.Kemasan dalam
bentuk kapsul. Penyimpanan pada suhu 2 8 C. Vaksin oral tidak boleh diberikan
bersama antibiotik yang aktif terhadap Salmonella.
4.5 Hepatitis A
Vaksin ini merupakan vaksin perlindungan terhadap virus RNA Hepatitis
A golongan picorna virus.
Isi Vaksin Virus hepatitis A
Jadwal Diberikan mulai usia 2 tahun diberikan 2 kali dengan interval 6-
12 bulan
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler dalam
KI Anafilaksis setelah vaksin dosis pertama
KIPI Demam terjadi pada 5% kasus
4.6 Influenza
5. Jadwal Imunisasi
Imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang dianjurkan agar
mendapatkan respon imun yang maksimal. Dalam penyusunan jadwal imunisasi
perlu dipertimbangkan faktor epidemiologi penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, antibodi maternal, respon antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin, jenis
vaksin, dan keamanan vaksin.
Jad
wa
l
Im
uni
sas
i
Re
ko
me
nd
asi
ID
AI
6. Tata Cara Pemberian Imunisasi
Tata cara pemberian imunisasi merupakan rangkaian proses mulai dari
penyimpana vaksin, rantai vaksin, persiapan imunisasi, pemberian imunisasi,
pencatatan dan pelaporan, serta pengelolaan sisa vaksin.
Ada 8 hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian imunisasi yaitu
a. Benar anak
Sebelum dilakukan anamnesis perlu dipastikan identitas anak sesuai dengan
identitas dalam catatan medis. Identitas dipastikan dengan mencocokkan
nama lengkap, tanggal lahir, dan nomor rekam medis. Selain itu perlu
dipastikan anak dalam keadaan sehat serta tidak ada indikasi kontra yang
akan diberikan saat ini.
b. Benar jadwal
Saat akan dilakukan imunisasi perlu dipertimbangkan umur anak,
riwayat imunisasi, serta interval imunisasi sebelumnya. Pemberian dua jenis
vaksin hidup yang dilemahkan dapat diberikan bersamaan, namun apabila
terpisah maka interval minimal adalah 4 minggu. Pemberian vaksin inaktif
dapat digabung dengan vaksin inaktif lain maupun vaksin hidup yang
dilemahkan.
c. Benar Vaksin dan pelarut
Sebelum digunaka vaksin perlu diperiksa apakah botol mengalami
kerusakan atau retao, tanggal kadalwarsa, dan vaksin dalam keadaan baik.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah warna, kejernihan, apakah ada
endapan dan Vaccine Vial Monitor (VVM).
Warna vaksin: vaksin polio harus berwarna kuning oranye, bila warna
berubah pucat atau kemerahan berarti pH telah berubah. Vaksin toksoid,
rekombinan dan polisakarida umumnya berwarna putih jernih sedikit
berkabut
Vaccine Vial Monitor: VVM untuk menilai apakah vaksin sudah pernah
terpapar suhu diatas 8 C dalam waktu lama atau belum. VVM dicek
dengan membandingkan warna kotak segi empat dengan warna lingkaran
disekitarnya.
f. Benar lokasi
Penyuntikan intramuskuler dilakukan di otot paha anterolateral yaitu vastus
lateralis quadriceps femoris untuk bayi sampai anak berumur 2 tahun. Untuk
anak umur 3 tahun ke atas penyuntukan dapat dilakukan pada otot deltoid.
Definisi KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam kurun waktu 1 bulan setelah pemberian imunisasi dan diperkirakan
sebagai akibat dari imunisasi. Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi.
KIPI disebut juga sebagai reaksi simpang (adverse events following
imunization) yaitu kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik
berupa efek vaksin maupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek
farmakologis, atau kesalahan program, koinsiden reaksi suntikan, atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.
Pemeriksaan Fisik
Center for Disease Control and Prevention. 2011. Immunization the Basic. Dalam
Atkinson W, Hamborsky J, Wolfe Shttps://www.cdc.gov/vaccines/vac-
gen/imz-basics.htm [diakses tanggal 3 Mei 2017].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Artikel.
http://www.depkes.go.id/article/print/17020100001/ini-rencana-
pelaksanaan-3-vaksinasi-baru-untuk-lengkapi-imunisasi-dasar-
.html[diakses tanggal 5 Mei 2017]
Sujatmiko, Gunardi, Sekartini, dan Medise. 2015. Intisari Imunisasi. Edisi 2.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Satgas Imunisasi PP IDAI. 2014. Panduan Imunisasi Anak. Edisi 1. Jakarta:
Kompas.
WHO. 2017. Imunization Facts Sheethttp://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs286/en/[diakses tanggal 3 Mei 2017]