Anda di halaman 1dari 3

1.

BIOKIMIA SISTEM ENDOKRIN


1.1. HORMON
Kata hormone berasal dari bahasa yunani yang berarti membangkintkan untuk
beraktifitas. Sesuai define klasiknya, hormone adalah suatu zat yang disintesis di satu
organ dan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja di jaringan lain. Telah
berkembang beragam hormone, masing-masing dengan mekanisme kerja dan
biosintesis, penyimpaan sekresi, pengangkutan serta metabolisme tersendiri untuk
menghasilkna respon homeostatis (keseimbangan).
Suatu hormone dapat memengaruhi beberapa jenis sel. Lebih dari satu hormone dapat
memengaruhi satu jenis sel. Hormone dapat menimbulkan berbagai efek pada satu sel
atau sel lainnya. Semua sel tempat hormone (ligan) berikatan dengan reseptornya
meskipun respon biokimia atau fisiologisnya belum diketahui.
1.1.1. SIFAT HORMON

Semua hormon umunya memperlihatkan adanya kesamaan sifat. Beberapa sifat yang umum
diperlihatkan oleh hormon ialah sebagai berikut.
Hormon Polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk precursor yang belum aktif
(disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon memiliki rantai yang
panjang daripada bentuk aktifnya.
Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan sebagian
hormon berumur pendek.
Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera beraksi dengan sel sasaran
dalam waktu beberapa detik, sedangkan hormon yang lain (contohnya esterogen dan
tiroksin) bereaksi secara lambat dalam waktu beberapa jam samapai beberapa hari.
Pada sel sasaran, hormon akan berkaitan dengan reseptornya.
Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua dalam mekanismenya.

1.2. RESEPTOR
Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak pada membrane atau
sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida. Apabila
sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera berikatan dengan reseptornya
dan memebentuk komplekss hormon-reseptor. Pembentukan hormon-reseptor terjadi
melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan
gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan memicu serangkaian reaksi biokimia
yang menimbulkan tanggapan hayati.
Reseptor memiliki afinitas tinggi dalam hormone. Hormone terdapat dalam
konsentrasi sangat rendah di cairan ekstrasel, umumnya dalam kisaran 10-15 sampai
10-9mol/L. Konsentrasi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengna konsentrasi
banyak molekul yang mirip secara structural (sterol, asam amino, peptide, protein)
dan molekul lain yang beredar pada kisaran konsentrasi 10-5 sampai 10-3mol/L. Oleh
sebab itu sel target harus membedakan tidak saja antara berbagai hormone yang
terdapat dalam jumlah kecil, tetapi juga antara satu hormone dan molekul-molekul
serupa yang konstntrasinya 106 sampai 109 kali lebih banyak. Derajat diskriminasi
yang tinggi ini dihasilkan oleh molekul-molekul pengenal yang berkaitan dengan sel
yang disebut reseptor. Hormon memulai efek biologisnya dengan mengikat reseptor
spesifik, dan karena setiap sistem kontrol yang efektif juga harus memiliki cara untuk
menghentikan suatu respons, efek yang dipicu oleh hormone umumnya berhenti jika
efektor terlepas dari reseptornya. Agar interaksi hormone-reseptor relevan secara
fisiologis, beberapa cirri biokimiawi pada interaksi in berperan penting : (1)
pengikatan harus spesifik, dapat digeser oleh agonis atau antagonis, (2) pengikatan
harus dapat menjadi jenuh, (3) pengikatan harus terjadi dalam rentang konsentrasi
dari respons biologis yang diharapkan.
Reseptor hormone polipeptida dan katekolamin memiliki paling sedikit dua
domain fungsional. Domain pengenal (recognition domain) mengikat ligan hormone
dan region kedua menghasilkan sinyal yang menggabungkan/menghubungkan
pengenalan hormone tersebut dengan beberapa fungsi intrasel. Hormon protein dan
polipetptida serta katekolamin berikatan dengan reseptor yang ada di membrane
plasma lalu menghasilkan sinyal yang mengatur berbagai fungsi intrasel, sering
dengan mengubah aktivitas suaut enzim. Hormone steroid, retionoid dan tiroid
berinterasksi dengna reseptor intrasel dan kompleks reseptor-ligan inilah yang secara
langsung menghasilkan sinyal yang umumnya memengaruhi laju transkripsi gen-gen
tertentu. Reseptor hormone steroid, tiroid dan retinoid memilik beberapa donmain
fungsional: satu domain mengikat hormone, yang lain mengikat region DNA tertentu,
domain ketiga berperan dalam interaksi dengan protein koregulator lain yang
menyebabkan pengaktifan transkripsi gen, dan domain keempat mungkin
menentukan pengikatan ke satu atau lebih protein lain yang memengaruhi lalu-lintas
reseptor di dalam sel. Fungsi ganda pengikat dan penggabungan ini mendefinisikan
suatu reseptor dan penggabungan pengikatan hormone dengan transduksi sinyal
sehingga disebut sebagai reseptor-effector coupling inilah yang merupakan langkah
pertama dalam amplifikasi respons hormone. Interaksi antara hormone dan reseptor
adalah reversible.
Hormone dapat diklasifikasi sesuai komposisi kimia, sifat kelarutan, letak resptor
dan jenis sinyal yang digunakan untuk menyampaikan efek hormone di dalam
sel. Hormone di kelompok pertama bersifat lipofilik, terdiri dari steroids, hormone
tiroid, retinoids. Setelah disekresikan homon ini berikatan dengna protein pembawa
atau pengangkut di plasma, suatu proses yang mengatasi masalah kelarutan sambil
memperlama waktu paruh hormone dalam plasma. Hormone bebas yaitu bentuk yang
secara biologis aktif, mudah menembus membrane plasma lipofilik semua sel dan
bertemu dengan reseptor di sitosol atau nucleus sel target.Kelompok utama kedua
terdiri dari hormone larut-air yang berikatan dengan membrane plasma sel
sasaran. Berkomunikasi dengan proses metabolic intrasel melalui molekul peratara
yang disebut second messenger (hormone itu sendiri adalah perantara pertama) yang
dihasilkan sebagai konsekuensi dari interaksi ligan-reseptor.
Hormone disintesis dari beraneka ragam bahan dasar kimiawi. Banyak yang
berasal dari kolesterol. Hormone ini mencakup glukokortikoid, mineralokortikoid,
estrogen, progesterone, dan 1,25 (OH)2-D3. Asam amino tirosin adalah titik awal
dalam pembentukan katekolamin dan hormone tiroid, yakni tetraiodotironin (T4) dan
triidotironin (T3). T4 dan T3 bersifak unik karena kedua hormone ini memerlukan
penambahan iondium untuk bioaktivitasnya. Banyak hormone yang berupa
polipeptida atau glikoprotein. Hormone-hormon ini memiliki ukuran bervariasi dari
TRH suatu tripeptida hingga polipeptida rantai-tunggal, seperti hormone
adrenokortikotropik (ACTH), hormone paratiroid (PTH), hormone pertumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai