Anda di halaman 1dari 2

LO 6.

SKENARIO 2 MODUL SEMN


TRANSPORTASI DAN RESEPTOR HORMON

TRANSPOR HORMON
Hormon yang larut dalam air (peptida dan katekolamin) terlarut dalam plasma dan
ditransport dari tempat sintesis ke jaringan target, dengan cara keluar melalui kapiler, menuju
cairan interstisiil, dan akhirnya ke target sel. Sementara itu hormon steroid dan thyroid,
bersirkulasi di dalam darah dengan cara terikat pada protein pembawa. Biasanya kurang dari
10% hormon steroid atau thyroida ada dalam bentuk bebas.
Sebagai contoh, lebih dari 99% hormon tiroksin di dalam darah terikat pada protein.
Namun, komplek protein-hormon tidak dapat dengan Mudah berdifusi melintasi kapiler dan
mengakses ke sel target, sehingga tetap inaktif sampai protein dan hormon tersebut
terdisosiasi. Sejumlah besar hormon terikat pada protein bertindak sebagai cadangan.
Terikatnya hormon pada protein ini sangat memperlambat clearance hromon dari plasma.
Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan konsentrasi hormon
dalam darah. Satu, adalah laju sekresi hormon dalam darah dan kedua laju pembuangan
hormon dari darah yang dinamakan metabolic clearance rate (MCR)
Hormon dibuang dari plasma dengan berbagai cara, yaitu:
1) destruksi metabolik oleh jaringan,
2) berikatan dengan jaringan,
3) ekskresi oleh hepar ke dalam bilus, dan
4) ekskresi oleh ginjal ke urin.
Hormon yang terikat dengan protein mempunyai waktu clearance yang lebih lambat
dan tinggal di peredaran darah untuk beberapa jam atau bahkan hari. Sebagai contoh, waktu
paruh steroid adrenal di sirkulasi berkisar antara 20-100 menit, Sementara waktu paruh
hormon tiroid terikat protein lebih lama, sekitar 1-16 hari.

RESEPTOR HORMON
Reseptor hormon adalah molekul pengenal spesifik dari sel tempat hormon berikatan
sebelum memulai efek biologiknya Umumnya pengikatan reseptor hormon ini bersifat
reversibel dan nonkovalen.Berdasarkan lokasi reseptor hormone, maka dibagi menjadi 2:
1. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)
Reseptor intraseluler ada yang lambat (mengubah ekspresi gen) dan cepat
(mengubah fungsi protein). Contoh reseptor intraseluler yang cepat adalah sinyal gas nitrat
oksida yang berikatan secara langsung dengan enzim dibagian dalam sel target.
Kerja system endokrin lebih lambat dibandingkan dengan system syaraf, sebab
untuk mencapai sel target hormon harus mengikuti aliran system transportasi. Sel target
memiliki receptor sebagai alat khusus untuk mengenali impuls / rangsang. Ikatan
antara receptor dengan hormon di dalam atau di luar sel target, menyebabkan
terjadinya respons pada sel target.
Struktur Reseptor Hormon
Setiap reseptor hormon mempunyai sedikitnya dua daerah domain fungsional yaitu
1. Domain pengenal akan mengikat hormon
2. Regio sekunder menghasilkan (tranduksi) signal yang merangkaikan
pengaturan beberapa fungsi intrasel

Reseptor protein merupakan protein besar dan tiap sel yang harus distimulasi biasanya
mempunyai 2000-100.000 reseptor. Tiap reseptor biasanya sangat spesifik untuk satu
hormon. Hal tersebut berarti hormon hanya bekerja spesifik terhadap sel target tertentu.
Jaringan target yang dipengaruhi oleh hormon pasti mengandung respetornya yang spesifik.
Berikut ini adalah lokasi –lokasi reseptor hormon:
1. Permukaan membran: reseptor untuk hormon protein, peptida, dan katekolamin
2. Sitoplasma sel: reseptor untuk hormon steroid
3. Dalam nukelus: reseptor untuk hormon thyroid dan mempunyai hubungan
langsung dengan satu atau lebih kromosom.
Jumlah reseptor bervariasi, tergantung target. Jumlah reseptor pada target sel pada
umumnya tidak konstan dari hari ke hari atau bahkan menit ke menit. Protein reseptor
terkadang inaktif atau rusak selama fungsinya berjalan dan pada waktu lain mengalami
reaktivasi atau pembentukan baru oleh mekanisme pembentukan protein di sel.

Sumber:
1. Nugroho, RA. 2016. DASAR-DASAR ENDOKRINOLOGI. Mulawarman University
Press. Samarinda
2.

Anda mungkin juga menyukai