PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan bersifat komprehensif yang meliputi seluruh aspek
secara fisik, mental, dan sosial yang optimal dan bukan hanya bebas dari
sesuai tugas dan fungsinya agar tercapai derajat kesehatan yang lebih baik.
Kesehatan jiwa sangat erat kaitannya dengan konsep tentang
kesehatan secara umum. Individu yang sehat jiwa dapat beradaptasi dari
dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional
(Videbeck, 2008).
Menurut National Alliance of Mental Illness (NAMI) (2015)
1
2
sama.
Fenomena gangguan jiwa saat ini mengalami peningkatan yang sangat
(WHO) (2001 dalam Yosep, 2013), ada sekitar 450 juta orang didunia
mengalami gangguan jiwa, setidaknya ada satu dari empat orang didunia
mengalami gangguan mental dan masalah kesehatan gangguan jiwa yang ada
emosional ringan, seperti: cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun
berjumlah sekitar 1 juta jiwa (0,46%). Penderita gangguan jiwa ringan pada
perempuan terjadi dua kali lebih banyak dibanding laki-laki dan sangat
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi. Penderita gangguan jiwa berat lebih
masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%. Data dari Rumah Sakit
penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang (Maslim, 2011).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil.
Jawa Tengah (Depkes, 2013). Jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa tahun
2011 di Provinsi Riau sebanyak 29.727 orang, pada tahun 2012 menurun
3
menjadi 18.343 orang, pada tahun 2013 meningkat menjadi 26.138 orang
Jiwa Tampan Pekanbaru pada tahun 2014 sebanyak 19.911 orang dan pada
Pekanbaru, 2015).
Menurut Wartonah (2007, dalam Sasmita, 2012) gangguan jiwa dapat
terjadi dalam bentuk halusinasi, perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga diri
adekuat sangat dibutuhkan bagi klien yang mengalami gangguan jiwa untuk
(Moore & Pichler, 1999 dalam Susanti, 2010). Ada beberapa terapi untuk
terapi kognitif, terapi keluarga, terapi lingkungan dan terapi perilaku. Salah
satu jenis terapi perilaku yang bisa digunakan adalah metode Token Economy
Token economy merupakan wujud modifikasi perilaku yang dirancang
pada tahun 2015 dari bulan Januari sampai dengan September sebanyak 2.224
orang dengan pasien halusinasi berjumlah 844 orang (38%), resiko perilaku
kekerasan 516 orang (23,3%), isolasi sosial 213 orang (9,6%), harga diri
rendah 142 orang (6,4%), waham 103 orang (4,6%), resiko bunuh diri 52
5
orang (2,3%), napza 16 orang (0,7%) dan desifit perawatan diri 338 orang
(15,2%).
Pasien defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
tahun tahun 2011 sebanyak 104 orang (9,7%), tahun 2012 sebanyak 335
orang (7,3%), tahun 2013 sebanyak 342 (9,8%) dan tahun 2014 sebanyak 357
masalah defisit perawatan diri, namun belum optimal. Belum ada terapi lain
terapi perilaku: token economy. Menurut Stuart (2012) Token Economy ini
diri.
Berdasarkan survey pada 5 orang pasien di ruang Indragiri ditemukan
pasien yang tampak kumal (40%), bau (80%), sering menggaruk-garuk kepala
BAB/BAK (40%).
6
pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa
B. RUMUSAN MASALAH
ruangan dan mahasiswa residensi yang praktek di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Provinsi Riau.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis membuat rumusan masalah
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi perilaku: Token Economy terhadap
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Bagi pelayanan kesehatan khususnya perawat ruangan dapat memberikan