PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Memberikan wawasan mengenai gangguan yang dialami mata khususnya
arteri pada retina yang mengalami oklusi sehingga dapat memudahkan untuk
mengenali serta memilih pilihan terapi yang tepat bagi pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Oklusi Arteri Retina
Oklusi Arteri Retina adalah infark pada retina karena oklusi pada
sebuah arteri pada bagian lamina cribrosa atau oklusi cabang arteri retina.
Oklusi arteri retina, merupakan kasus kegawatdaruratan dan
keterlambatan penanganan akan mengakibatkan kebutaan yang permanen.
Arteri pada retina membawa darah yang kaya oksigen untuk retina. Jika
terjadi penyumbatan pada arteri utama atau pada cabang kecil, sel pada
retina akan berangsur-angsur dimulai dengan kekurangan oksigen.1
Oklusi arteri retina berdasarkan anatomi dibagi menjadi : Oklusi arteri
retina sentral dan oklusi arteri retina cabang.1,3,8
1.1.1 Definisi
Suatu keadaan karena penurunan aliran darah ke arteri retina
sentral yang menyebabkan iskemia pada retina.8
1.1.2 Etiologi
Penyumbatan arteri retina sentral dapat disebabkan oleh :
1. Emboli merupakan penyebab penyumbatan arteri retina sentral yang
paling sering. Emboli dapat berasal dari perkapuran yang berasal dari
penyaklit emboli jantung, nodus-nodus reuma, carotid plaque atau
emboli endokarditis.2 Akan tetapi, pada 10-25% kasus emboli tidak
berperan dalam penyebab terjadinya penyakit ini.3
1.1.3 Epidemiologi
Data pada studi di Amerika menunjukkan bahwa oklusi arteri
retina sentral ditemukan tiap 1:10.000. Biasanya hanya mengenai satu
mata, namun pada 1-2 % kasus ditemukan gangguan mata bilateral.
Oklusi arteri retina sentral terjadi pada 58% pasien, sedangkan oklusi
cabang arteri retina terjadi pada 38% pasien. Umumnya penderita laki-
laki lebih tinggi dari pada wanita. Kebanyakan penderita berusia
sekitar 60 tahun, namun pada beberapa kasus dijumpai mengenai
penderita yang lebih muda hingga usia 30 tahun. Umumnya insiden
pada kelompok usia yang berbeda disebabkan penyebab yang berbeda
pula. Oklusi arteri retina kejadiannya kurang bila dibandingkan dengan
oklusi vena.
Sedangkan oklusi vena retina paling banyak ditemukan
pada laki-laki dan usia lebih dari 65 tahun.
Kebanyakan kasus unilateral, hanya sekitar 6-
1 4 % k a s u s y a n g ditemukan bilateral. Oklusi cabang
v e n a r e t i n a ( B r a n c h R e t i n a l Ve i n O c c l u s i o n / BRVO) 3
kali lebih sering ditemukan daripada oklusi vena retina
sentral (Central Retinal Vein Occlusion / CRVO). Di
Australia, prevalensi oklusi vena berkisar dari 0,7% pada pasien
berusia 49-60 tahun menjadi 4,6% pada pasien yang lebih tua dari 80
tahun.1
1.1.4 Patofisiologi
Pada umumnya, oklusi arteri retina terjadi karena emboli. Emboli
biasanya berasal dari trombus pembuluh darah dari aliran pusat yang
terlepas kemudian masuk ke dalam sistem sirkulasi dan berhenti pada
pembuluh darah dengan lumen yang lebih kecil. Etiologi trombosis
adalah kompleks dan bersifat multifaktorial.
Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada
tahun 1856 dengan diajukamya uraian patofisiologi yang terkenal
sebagai Triad of Virchow, yaitu terdiri:
1. Kondisi dinding pembuluh darah (endotel).
2. Aliran darah yang melambat/ statis.
3.Komponen yang terdapat dalam darah sendiri berupa
peningkatan Koagulabilitas.
Arteri dan vena retina sentral berjalan bersama-sama pada jalur
keluar dari nervus optikus dan melewati pembukaan lamina kribrosa
yang sempit. Karena tempat yang sempit tersebut mengakibatkan
hanya ada keterbatasan tempat bila terjadi displacement. Jadi, anatomi
yang seperti ini merupakan predisposisi terbentuknya trombus pada
arteri retina sentral dengan berbagai faktor, di antaranya perlambatan
aliran darah, perubahan pada dinding pembuluh darah, dan perubahan
dari darah itu sendiri.
Selain itu, perubahan arterioskelerotik pada arteri retina sentral
mengubah struktur arteri menjadi kaku dan mengenai atau bergeser
dengan vena sentral yang lunak, hal ini menyebabkan terjadinya
disturbansi hemodinamik, kerusakan endotelial, dan pembentukan
trombus. Mekanisme ini menjelaskan adanya hubungan antara
penyakit arteri dengan CRVO, tapi hubungan tersebut masih belum
bisa dibuktikan secara konsisten.
Oklusi pada arteri menyebabkan iskemia dari bagian yang
diperdarahinya. Iskemia dari lapisan dalam retina menyebabkan
terjadinya edema intraselular sebagai akibat dari kerusakan selular dan
nekrosis. Edema intraselular ini terlihat dalam pemeriksaan funduskopi
sebagai gambaran putih keabu-abuan pada permukaan retina. Cherry
red spot pada macula yang diakibatkan oleh obstruksi dari aliran darah
ke retina dari arteri retina, menyebabkab pucat dan tetap menyuplai
darah ke coroid dari arteri ciliari, yang berakibat sinar berwarna merah
pada bagian retina yaitu macula.
Suplai darah ke retina berasal dari arteri oftalmika, cabang
pertama dari arteri carotis internal, arteri tersebut menyuplai mata
melalui arteri retina central dan arteri siliar. Arteri retina sentral dan
cabang menjadi segmen-segmen yang lebih kecil keluar dari disk
optic. Arteri silia memasok choroid dan bagian anterior melalui otot-
otot rektus (rektus otot masing-masing memiliki dua arteri silia kecuali
rektus lateral, yang memiliki salah satu). Variasi anatomis antara
cabang-cabang arteri posterior pendek cilioretinal silia, menyediakan
pasokan tambahan untuk bagian dari makula retina. arteri Cilioretinal
terjadi pada sekitar 14% dari populasi.4
1.1.6 Diagnosis
Pada awalnya fundus dapat tampak normal. Jika obstruksi terjadi setinggi
retina sentral dan bukan pada cabang arteri retina, defek pupil aferen hampir
semuanya terjadi dalam hitungan detik setelah oklusi. Jika obstruksi awal tidak
diatasi, retina mengalami pembengkakan berkabut diikuti dengan memutihnya
retina. Bila terjadi pemutihan cherry-red spot dapat ditemukan pada fovea.1
1.1.8 Penatalaksanaan
Adapun tujuan pengobatan :8
1. Peningkatan Oksigenasi retina.
2. Peningkatan aliran darah arteri retina.
3. Memperbaiki oklusi arteri.
4. Mencegah hipoxia retiana.
Saat ini tidak terdapat pengobatan yang memuaskan untuk memperbaiki
penglihatan pada pasien dengan sumbatan arteri retina sentralis. Karena kerusakan
retina ireversibel ternyata terjadi setelah 90 menit sumbatan total arteri retina
sentralis pada model primata subhuman, hanya tersedia sedikit waktu untuk
memulai terapi. Dapat dilakukan parasentesis kamera anterior untuk menurunkan
tekanan intraokular, dan dilaporkan penggunaan inhalasi campuran oksigen-
karbon dioksida1 (95% O2 dan 5% CO2)8 untuk menginduksi vasodilatasi retina
dan meningkatkan PO2 di permukaan retina.1 Vasodilator pemberian bersama
antikoagulan dan diberikan steroid bila diduga terdapatnya peradangan maka akan
diberikan steroid.3 Antikoagulan sistemik biasanya tidak diberikan. Dapat juga
dengan memberikan isosorbid dinitrat sublingual.
Pengobatan dini dapat dengan menurunkan tekanan bola mata dengan
mengurut bola mata dan asetazolamid. Mengontrol faktor risiko yang ada pada
pasien. Konsul ke dokter spesialis mata untuk terapi selanjutnya secepat mungkin.
1.1.9 Komplikasi
Penyulit yang dapat timbul adalah glaukoma neovaskular, tergantung pada
letak dan lamanya terjadi oklusi maka kadang-kadang visus dapat kembali normal
tetapi lapang pandangan menjadi kecil.3
1.1.10 Prognosis
Pemulihan penglihatan sempurna terjadi pada amaurosis fugax, namun
oklusi arteri yang lebih lama menyebabkan kehilangan penglihatan berat yang
tidak dapat pulih.11
Prognosis untuk oklusi vaskular retina bervariasi tergantung pada lokasi dan
keparahan penyumbatan, dan kondisi yang mendasarinya. Individu dapat sembuh
sepenuhnya tanpa intervensi apapun, atau mungkin mengalami kehilangan
penglihatan permanen parsial atau kebutaan juga dapat terjadi. Jika intervensi
tertunda, oklusi arteri retina hampir selalu menyebabkan hilangnya seluruh
penglihatan di bidang visual sentral (oklusi arteri sentral), atau sebagian dari
bidang visual perifer (oklusi cabang arteri).
Biasanya hanya sekitar 10% dari individu yang memiliki oklusi pembuluh
darah retina mendapat manfaat yang signifikan dari pengobatan, bahkan ketika
diberikan segera. Pengobatan yang tertunda dianggap tidak efektif, meskipun ada
kasus yang terjadi pemulihan spontan bahkan setelah beberapa hari kehilangan
penglihatan.
Individu juga berada pada risiko terjadinya glaukoma di mata yang terkena
karena pertumbuhan berlebih dari pembuluh darah baru di retina atau iris. Jika
tekanan darah tinggi (hipertensi) atau peningkatan tekanan mata (glaukoma) tidak
terkontrol, individu terus berada pada risiko komplikasi oklusi vena retina seperti
ablasio retina atau gangguan terkait lainnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oklusi Arteri Retina adalah infark pada retina karena oklusi pada
sebuah arteri pada bagian lamina cribrosa atau oklusi cabang arteri retina.
Oklusi arteri retina, merupakan kasus kegawatdaruratan dan
keterlambatan penanganan akan mengakibatkan kebutaan yang
permanen. Arteri pada retina membawa darah yang kaya oksigen untuk
retina. Jika terjadi penyumbatan pada arteri utama atau pada cabang kecil,
sel pada retina akan berangsur-angsur dimulai dengan kekurangan
oksigen. Oklusi arteri retina berdasarkan anatomi dibagi menjadi : Oklusi
arteri retina sentral dan oklusi arteri retina cabang. Penyebab oklusi arteri
retina sentral yang paling sering adalah emboli.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil
pemeriksaan mata, serta pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan oklusi
arteri retina sentral adalah peningkatan oksigenasi retina, peningkatan
aliran darah arteri retina, memperbaiki oklusi arteri dan mencegah
hipoksia pada retina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lang.Ophthalmology 2nd ed Retina arterial occlusion and retinal vein
occlusion. 2006. Hal 331-333
2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 2011. hal 190-192.
3. Yanoff & Dukker. Ophthalmology 3rd ed. Retina areterial and vein occlusion.
Mosby: An Imprint Of Elsevier.2008.hal 1-22 chapter 6.16
4. Neil Jain, MD, Staff Physician, Yale University School of Medicine,
Department of Surgery, Section of Emergency Medicine. Retinal Artery Occlusion
(online).emedicine;2011 (diakses 9 Mei 2017). Diunduh dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/799119-overview
5. Vaugan daniel, Taylor asbury, Paul riordan-eva; Alih bahasa Jan Tamboyang,
Braham U Pendit; Editor, Y. Joko suyono. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta:
Widya Medika.2010.hal 12-14, 185-186, 193-194, 313-314.
6. Guyton. Buku Ajar Fisiologi Edisi 11. Jakarta: EGC. 2008
7. Lang.Ophthalmology 2nd ed Retina arterial occlusion and retinal vein
occlusion. 2006. Hal 331-333
8. Yanoff & Dukker. Ophthalmology 3rd ed. Retina areterial and vein occlusion.
Mosby: An Imprint Of Elsevier.2008.hal 1-22 chapter 6.16