PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anak di negara berkembang dan merupakan penyebab utama malnutrisi. Pada tahun
2009, sekitar 1.870.000 anak berusia di bawah 5 tahun meninggal akibat diare. 8 dari 10
kematian terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Umumnya anak berusia di bawah 3
tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai
penggunaan atau pemberian zinc dan oralit sebagai paduan obat diare. Lintas Diare
meliputi pemberian oralit, zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai
umur, antibiotika selektif dan nasihat bagi penggunaan zinc untuk penderita diare dapat
mengurangi lama dan keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air
Secara umum, penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi
terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan
terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara
rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang tepat indikasi, tepat dosis, tepat
penderita, tepat obat, serta waspada terhadap efek samping. Jadi penatalaksanaan terapi
1
diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan pada terapi yang rasional yang
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar yang encer atau konsistensi dengan kandungan air
lebih banyak dari pada ampas, dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada bayi
yang minum air susu ibu (ASI) sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per
hari. Keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal.
Selama berat badan bayi meningkat normal hal tersebut tidak tergolong diare tetapi
merupakan intolerensi laktosa sementara akibat belum sempurna saluran cerna. Pada
bayi yang mendaptkan ASI ekslusif, definisi diare yang praktis adalah menigkatnya
frekuensi buang air besar atau konsistensinya yang cair yang menurutnya abnormal.
Neonatus dinyatakan diare apabila frekusnsi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, dan
pada anak yang berusia lebih dari 1 bulan apabila buang air besar lebih dari 3 kali.3
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare
dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak
2.2 Epidemiologi
Diare pada anak menyumbang angka 18% penyebab kematian pada anak dengan
estimasi global 1,5 juta per tahun secara global, merupakan penyebab kedua penyebab
kematian anak di seluruh dunia. The World Health Organization (WHO) dan UNICEF
mengestimasikan hampir 2,5 juta kejadian diare paling banyak terjadi pada anak usia <5
tahun pada negara berkembang, dengan lebih 80% terjadi di Afrika dan Asia Selatan
(46% dan 38%). Angka mortalitas diare telah menurun namun insiden keseluruhan dari
diare belum berubah yaitu 3,6 kali setiap tahunnya. Terdapat sekitar 13 % dari anak
3
secara keseluruhan yang mengalami disabilitas. Terdapat beberapa indikasi rawat inap
dan mortalitas karena infeksi shigella khusus kasus disentri tipe 1 yang merupakan tipe
terberat yang mencapai angka kematian 160.000 orang. Enterotoxigenic Escherichia coli
pertahunnya. Infeksi rotavirus menyebabkan 527.000 kematian setap tahunnya atau 29%
dari seluruh kematian akibat diare pada anak berumur <5 tahun. Sekitar 23% kematian
karena rotavirus terjadi di India; 6 negara (India, Nigeria, Congo, Ethiopia, China, dan
mortalitas diare, disamping berkurangnya insiden diare, adalah hasil dari pemberian
Tingginya rasio diare yang menetap diantara anak-anak disamping usaha untuk
mengontrol secara intensif juga diperlukan perhatian khusus. Terdapat sedikit informasi
mengenai kondisi konsekuensi jangka panjang dari diare. Khususnya diare persisten dan
malnutrisi. Diare memberi dampak pada perkembangan kognitif dan psikomotor anak.
Episode awal dan berulang pada diare selama perkembangan khususnya ketika
berhubungaan dengan malnutrisi, infeksi dan anemia dapat memberikan efek jangka
Sumatera Barat termasuk dalam salah satu provinsi dengan prevalensi diare klinis
di atas rata-rata yaitu 9,2%.Di Kota Padang, diare masih termasuk kedalam 10 penyakit
bawah lima tahun (45,8%).Berdasarkan data diare Kota Padang Tahun 2011, terdapat
11.653kasus diare dengan jumlah kasus paa balitas ebanyak 4755 kasus (40,8%).Data
dari Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2011 menunjukkan bahwa kasus diare
tertinggi di Kota Padang terdapat di Puskesmas Lubuk Buaya (12,3%). Jumlah kasus
4
diare pada balita Di Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak 493 kasus(34,3%) . Berdasarkan
data kasus diare perkelurahan tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Buaya,kasus diare terbanyak ditemukan di Kelurahan Lubuk Buaya dengan 470 kasus
(31,5%).4
2.3 Klasifikasi
1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak pada anak yang sebelumnya sehat,
2. Disentri yaitu diare yang disertai darah atau lender dalam tinja.
3. Diare persisten yaitu diare yang terjadi lebih dari 14 hari yang merupakan
2.4 Etiologi
1. Virus
a. Rotavirus
Pada negara industri dan berkembang hampir seluruh anak terinfeksi virus ini
Diare biasanya cair disertai muntah dan panas. Virus ini menyebabkan kerusakan
b. Adenovirus
Infeksi bakteri ini biasanya terdapat pada saluran nafas, namun virus ini juga
5
c. Human caliciviruses (HuCVs)
Sapoviruse adalah jenis virus kedua terbanyak penyebab diare pada anak.8
2. Bakteri
a. DiarrheagenicEscherichia coli.
Faktor kolonisasi: menyebabkan ETEC dapat melekat pada sel epitel usus
halus.
Enterotoksin: toksin yang tidak tahan panas yang menyebabkan diare dengan
jalan merangsang aktivitas enzim adenil siklase seperti halnya toksin kolera
ditemukan pada anak berumur <2 tahun.EPEC dapat menyebabkan diare berair
disertai muntah dan panas pada bayi dan anak. Diare biasanya terbatas tetapi
dapat berat dan menetap terutama pada anak yang tidak minum ASI. 7,8
serologis bakteri ini menyerupai Shigella spp. Dapat menembus mukosa usus
6
- Enteroadherent Eschericia coli (EAEC). Bakteri ini mampu melekat dengan kuat
pada mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologis. Diduga bakteri
ini mengeluarkan sitotoksin, dapat menyebabkan diare berair sampai lebih dari 7
hari.7
kurang matang. Diare ini disertai nyeri kolik/kram tanpa diseryai panas, diare cair
b. Campylobacter
berlendir dan berdarah,serta sering ditemukan pada bayi dan anak berumur <2
tahun. Infeksi berhubungan dengan tempat tinggal yang dekat dengan peternakan.
C.Jejuni meghasilkan 2 buah toksin yaitu sitotoksin dan toksin yang tidak tahan
panas.7,8
c. Shigella species
Bakteri ini sering terdapat pada anak yang baru bisa berjalan dan anak yang lebih
tua. Gejalanya panas dan diare cair berdarah/disentri. Tenesmus dank ram perut juga
sering terjadi.7,8
d. Vibrio cholerae
V. cholerae serogrup O1 and O139 adalah jenis bakteri yang menimbulkan diare.
Biasanya diare yang muncul berwarna seperti air cucian beras,berair, dan berlendir.
7
Gejala muntah juga sering ditemukan. Pada anak hipoglikemia akibat diare dapat
e. Salmonella
Infeksi bakteri ini disebabkan oleh makanan yang berasal dari binatang, seperti
daging, telur dan susu serta makanan daging dalam kaleng. Diare pada infeksi ini
biasanya disertai mual, kram perut dan panas. Anak yang berisiko tinggi terinfeksi
3. Parasit
agen parasit ini jarang terjadi pada anak di negara berkembang. Prevalensi diare
akibat G. intestinalis sekitar 25% dan infeksi oleh Cryptosporidium and Cyclospora
sekitar 2030%, bersifat asimtomatik. Penularan dapat melalui makanan, air atau
2.5 Patogenesis
Pada proses normal, sekitar sembilan Liter (L) cairan akan melewati saluran
pencernaan setiap hari. Jumlah ini melingkupi dua L asam pencernaan, satu liter saliva,
satu liter cairan empedu, dua L asam pankreas, satu liter sekresi usus, dan dua liter
sisanya akan diserap. Sembilan liter cairan ini, hanya sekitar 150-200 mL yang akan
sampai dan ada di dalam tinja setelah semua proses penyerapan selesai.7
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare
non inflamasi dan diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai
lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai
8
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi.
Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan
abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi
cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada
patofisiologinya yaitu osmotik, sekretori, inflamasi, diare dapat terjadi akibat lebih dari
satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja
peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan
inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri
Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja dapat berubah jadi kehijau-hijauan yang
disebabkan bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja
menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Tanda-tanda klinis yang
timbul apabila penderita jatuh ke dalam dehidrasi adalah : rasa haus, elastisitas ( turgor
dan tonus ) kulit menurun, bibir dan mukosa kering, mata cekung, air mata tidak keluar,
ubun-ubun besar cekung, oliguri, bahkan dapat anuria, tekanan darah rendah, takikardia,
kesadaran menurun.1
9
Menurut banyaknya cairan yang hilang, diare dibagi atas : 1,7
Penderita yang tanpa tanda dehidrasi juga mengalami defisit cairan, tetapi hanya
kehilangan cairan sekitar 5-6%, biasanya ditandai dengan meningkatnya rasa haus dan
gelisah. Turgor kulit mungkin sedikit berkurang. Gejala lain yang berhubungan dengan
dehidrasi mungkin tidak ada. Diare dengan dehidrasi sedang kehilangan cairan sekitar 7-
10 % BB, menyebabkan anak menjadi gelisah atau rewel. Matanya agak cekung serta
mulut dan lidah kering. Ada peningkatan rasa haus, anak akan minum dengan lahap bila
ditawarkan minuman. Cubitan kulit kembali agak lambat. Nadi radialis teraba tetapi
cepat, dan ubun-ubun kecil pada bayi lebih cekung pada biasanya.
Penderita dengan dehidrasi berat mempunyai defisit cairan sama dengan atau
lebih dari 10 % BB. Biasanya terdapat letargis, stupor atau bahkan koma. Mata sangat
cekung, tanpa air mata, mulut dan lidah sangat kering, pernafasan cepat dan dalam. Bila
kesadarannya menurun, penderita mungkin minum hanya sedikit sekali atau tidak sama
sekali. Cubitan kulit kembali sangat lambat (> 2 detik). Nadi femoral sangat cepat dan
nadi radialis mungkin sangat cepat dan tidak teraba. Pada bayi, ubun-ubun kecil sangat
cekung. Penderita mungkin tidak kencing selama 6 jam atau lebih. Bila ada syok
hipovolemik, tekanan darah sistolik rendah atau tidak teraba, lengan dan kaki dingin,
10
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila disertai muntah:
volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang, atau tidak kencing dalam 6-
8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau
penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak.7
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, membawa berobat
ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat
imunisasinya.7
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama
dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan
lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau
tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau basah.7
Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bisingusus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaanekstremitas perlu karena
perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.7
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara obyektif
yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare dan subyektif
dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR, dan lainnya.7
11
Tabel 2.3 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
Penilaian A B C
Lihat:
kulit lambat
pemeriksaan sedang
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita
dengan dehidrasi berat, contohnya pemeriksaan darah lengkap, kultur urin, dan tinha
12
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika Urin: urin lengkap, kultur, dan tes
Tinja
dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus,
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebakan infeksi bakteri yang
Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi E.
histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC
terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan
o Pemeriksaan mikroskopik
peradangan mukosa.
2.9 Penatalaksanaan
1. Rehidrasi
Manajemen dehidrasi tetap merupakan dasar terapi diare. Anak - anak, terutama
bayi, lebih rentan daripada orang dewasa terhadap dehidrasi karena kebutuhan cairan dan
elektrolit dasar per kilogram berat badannya lebih besar dan karena mereka tergantung
pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan ini. Dehidrasi harus dievaluasi dengan cepat
13
dan dikoreksi dalam waktu 4 - 6 jam tergantung dari derajat dehidrasi dan estimasi
Terapi Rehidrasi Oral (TRO) adalah pemberian cairan melalui mulut untuk
mencegah atau mengoreksi dehidrasi yang disebabkan diare. Terapi rehidrasi oral adalah
manajemen standard untuk gastroenteritis akut karena dinilai efektif dan hemat biaya.7
Cairan Rehidrasi Oral (CRO) adalah cairan yang khusus dikembangkan untuk terapi
rehidrasi oral. Cairan rehidrasi oral yang lebih efektif dan osmolaritas yang lebih rendah
muntah, berkurangnya jumlah feses, dan penurunan kebutuhan untuk infus intravena
dibandingkan dengan CRO yang standard) telah dikembangkan untuk penggunaan secara
global.Untuk anak- anak yang tidak bisa menoleransi pemberian CRO melalui mulut
Pemberian Cairan
Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum lebih banyak dari
yang keluar. Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan dengan sendok dalam posisi
anak dudu atau setengah duduk. Cairan yang dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah
tangga lain seperti larutan gula, garam, air tajin. Penanganan diare akut tanpa dehidrasi
sebagai berikut ;
14
Anak tetap diberikan makan dengan prinsip mudah dicerna dan mudah diserap,
tidak berserat dan tidak merangsang, diberikan dengan porsi kecil dengan frekuensi
sesering mungkin.
- Upaya rehidrasi :
Cairan oralit 75 mg/kg BB dalam 3 jam pertama, setelah 3 4 jam nilai kembali
berat badan tidak diketahui, yang sesuai dengan tabel di bawah ini :
Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit sewaktu
cairan IV dimulai. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat dibagi sbb :
a. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat
tetesan intravena.
b. Juga berikan oralit ( 5 ml/kgBB/jam ) bila penderita bisa minum, biasanya setelah
15
Setelah 6 jam ( bayi ) atau 3 jam ( anak ), nilai bagi penderita menggunakan
Defisiensi zink sering terjadi pada anak - anak di negara berkembang. Terapi
suplemen mikronutrisi dengan zink (20 mg/hari sampai diare berenti) dapat mengurangi
durasi dan keparahan dari episode diare pada anak. Suplementasi dengan zink sulfat (2
mg/hari selama 10 - 14 hari) dapat mengurangi insiden diare untuk 2 - 3 bulan. Hal ini
mengurangi angka kematian di antara anak - anak dengan diare persisten. Pemberian
suplemen zink sulfat pada anak - anak yang menderita diare persisten direkomendasikan
oleh WHO.3 Pemberian tablet zink untuk anak < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg/hari ), untuk
3. Pemberian Makan
penting dalam penatalaksanaan diare. ASI tetap diberikan, meskipun nafsu makan anak
belum membaik, pemberian makan tetap diupayakan pada anak berumur 6 bulan atau
lebih. Jika anak biasanya tidak diberi ASI, pikirkan untuk relaktasi atau beri susu
formula yang biasa diberikan. Jika anak berumur 6 bulan atau lebih atau sudah makan
makanan padat, beri makanan yang disajikan secara segar atau dimasak. Berikut adalah
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7
kg. Jenis makanan yang diberikan, yaitu susu (ASI atau susu formula yang
mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh), makanan setengah
padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum
susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat, susu khusus yaitu susu
yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai
16
sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.8
Untuk anak di atas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 kg. Jenis makanan yang
diberikan, yaitu makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan
makan di rumah.
4. Pemberian Antibiotik
diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian
antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora normal usus
sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh yang
akan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu juga dapat mempercepat resistensi
2.10 Komplikasi
Hipernatremia
Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat
menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastric oralit adalah cara
Hiponatremia
Anak dengan dare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
Hiperkalemia
17
Disebut hiperkalemia jika K, 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% sebanyak 0,5-1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10
Hipokalemia
ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya
2.11 Prognosis
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare hasilnya sangat baik dengan morbiditas
dan mortalitas yang minimal. Penderita dipulangkan apabila ibu sudah dapat/sanggup
berlangsung dan diare bermasalah atau dengan penyakit penyerta sudah diketahui dan
diobati.8
2.12 Pencegahan
1. Pencegahan Primer 9
Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan akses air bersih, peningkatan kualitas
Caranya adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan sanitasi yang
adekuat.
18
c. Vaksin
Rotavirus adalah virus pathogen yang menyebabkan dehidrasi hebat saat diare.
Pemberian vaksin virus ini umumnya dilakukan sebagai vaksin rutin di beberapa
negara di dunia.
Vaksin campak pada anak juga dapat diberikan karena pada penyakit campak anak
Ada beberapa studi yang menggunakan probiotik untuk pencegahan diare yang
berhubungan dengan antibiotic (AAD). Studi pada anak menunjukkan strain tertentu
2. Pencegahan Sekunder
ASI mengandung nutrisi, antioksidan, hormone dan antibody yang dibutuhkan anaka
untuk tumbuh dan berkembang. Anak yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan dan
berlanjut sampai umur 2 tahun akan jarang terkena infeks dan penyakit yang parah
Suplemen vitamin A dapat mengurangi sekitar 19-54% tingkat mortalitas pada anak
yang menderita diare dan campak. Vitamin A juga mengurangi keparahan dan
komplikasi yang berhubungan dengan diare. Pemberian zinc yang pada anak berguna
19
untuk menganti kehilangan zinc saat diare karena zinc berperan penting dalam proses
20
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
b. Pekerjaan/pendidikan : Pelajar/ SD
a. Status Perkawinan :-
f. KB :-
g. Kondisi Rumah :
- Listrik ada
21
h. Kondisi Lingkungan Keluarga
4. Keluhan Utama
Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 3-4 kali, banyak
coklat kekuningan, tidak ada lendir dan tidak ada darah, bau biasa.
Deman sejak 1 hari yang lalu, demam tidak tinggi, malam hari lebih
panas, tidak menggigil, kejang tidak ada. Batuk pilek tidak ada, sesak
Nafsu makan seperti biasa (makan 3 kali/hari), anak tidak tidak terlihat
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit, pasien makan dirumah dan tidak
ada jajan di luar. Minum biasa dari air galon. Namun pasien memiliki
kebiasaan jajan di luar dan sering tidak langsung cuci tangan setelah
22
6. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Nasi dengan lauk dan sayur bervariasi diberikan mulai usia 1 tahun
8. Riwayat Imunisasi :
Campak :-
9. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Kesadaran : CMC
23
Frekuensi Nafas : 21 x/menit
Suhu : 37,7 C
Berat Badan : 19 kg
Pemeriksaan Sistemik
- Dada
Paru : Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan, retraksi tidak ada
Perkusi : Sonor
24
- Abdomen: Inspeksi : distensi tidak ada
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi : timpani
laboratorium darah,
feses rutin.
Disentri
13. Manajemen
a. Preventif :
tanda air bersih adalah 3 tidak, yaitu tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa.
25
Menjelaskan kepada keluarga pasien agar memasak air sampai mendidih
dengan sabun pada waktu sebelum makan, setelah makan, dan setelah
buang air besar dan mengajarkan kepada pasien tentang cuci tangan dan
makanan yang bergizi. Makanan yang bergizi yaitu makanan dengan gizi
b. Promotif :
Menjelaskan kepada keluarga pasien agar membuang tinja bayi dan anak
dengan benar.
c. Kuratif :
26
- Paracetamol tablet 3x250 mg, diminum 3 kali sehari, apabila tidak
d. Rehabilitatif :
diganti dengan air tajin, sari buah, kuah sayur, ataupun oralit yang
lambat, mata cekung, air mata tidak ada) segera bawa ke Puskesmas /
IGD RS.
- Makan makanan yang lunak dan tidak terlalu keras untuk mencegah
Prognosis
27
Dinas Kesehatan Kota Padang
S p r n (tiap BAB)
S1dd tab1
Umur : 6 tahun
28
DAFTAR PUSTAKA
29