Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas

pada anak di negara berkembang dan merupakan penyebab utama malnutrisi. Pada tahun

2009, sekitar 1.870.000 anak berusia di bawah 5 tahun meninggal akibat diare. 8 dari 10

kematian terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Umumnya anak berusia di bawah 3

tahun di negara berkembang mengalami 3 episode diare setiap tahun.1

Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam

KEPMENKES RI No: 1216/MENKES/SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007

memperbaharui tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement WHO/UNICEF

tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai

salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan

penggunaan atau pemberian zinc dan oralit sebagai paduan obat diare. Lintas Diare

meliputi pemberian oralit, zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai

umur, antibiotika selektif dan nasihat bagi penggunaan zinc untuk penderita diare dapat

mengurangi lama dan keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air

besar, serta mencegah kekambuhan kejadian diare sampai 3 bulan berikutnya.2

Secara umum, penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi

dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan

terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan

menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan

terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara

rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang tepat indikasi, tepat dosis, tepat

penderita, tepat obat, serta waspada terhadap efek samping. Jadi penatalaksanaan terapi

1
diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan pada terapi yang rasional yang

mencakup kelima hal tersebut.1

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diare adalah buang air besar yang encer atau konsistensi dengan kandungan air

lebih banyak dari pada ampas, dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada bayi

yang minum air susu ibu (ASI) sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per

hari. Keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal.

Selama berat badan bayi meningkat normal hal tersebut tidak tergolong diare tetapi

merupakan intolerensi laktosa sementara akibat belum sempurna saluran cerna. Pada

bayi yang mendaptkan ASI ekslusif, definisi diare yang praktis adalah menigkatnya

frekuensi buang air besar atau konsistensinya yang cair yang menurutnya abnormal.

Neonatus dinyatakan diare apabila frekusnsi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, dan

pada anak yang berusia lebih dari 1 bulan apabila buang air besar lebih dari 3 kali.3

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang

dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare

dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak

adalah diare infeksi.4

2.2 Epidemiologi

Diare pada anak menyumbang angka 18% penyebab kematian pada anak dengan

estimasi global 1,5 juta per tahun secara global, merupakan penyebab kedua penyebab

kematian anak di seluruh dunia. The World Health Organization (WHO) dan UNICEF

mengestimasikan hampir 2,5 juta kejadian diare paling banyak terjadi pada anak usia <5

tahun pada negara berkembang, dengan lebih 80% terjadi di Afrika dan Asia Selatan

(46% dan 38%). Angka mortalitas diare telah menurun namun insiden keseluruhan dari

diare belum berubah yaitu 3,6 kali setiap tahunnya. Terdapat sekitar 13 % dari anak

3
secara keseluruhan yang mengalami disabilitas. Terdapat beberapa indikasi rawat inap

dan mortalitas karena infeksi shigella khusus kasus disentri tipe 1 yang merupakan tipe

terberat yang mencapai angka kematian 160.000 orang. Enterotoxigenic Escherichia coli

(ETEC) menyebabkan 300.000 sampai 500.000 kematian anak dibawah 5 tahun

pertahunnya. Infeksi rotavirus menyebabkan 527.000 kematian setap tahunnya atau 29%

dari seluruh kematian akibat diare pada anak berumur <5 tahun. Sekitar 23% kematian

karena rotavirus terjadi di India; 6 negara (India, Nigeria, Congo, Ethiopia, China, dan

Pakistan) menyumbang >50% dari kematian diakibatkan rotavirus.Penurunan tingkat

mortalitas diare, disamping berkurangnya insiden diare, adalah hasil dari pemberian

vaksinasi rotavirus dan peningkatan manajemen pengobatan serta peningkatan pemberian

nutrisi pada anak yang diare.3

Tingginya rasio diare yang menetap diantara anak-anak disamping usaha untuk

mengontrol secara intensif juga diperlukan perhatian khusus. Terdapat sedikit informasi

mengenai kondisi konsekuensi jangka panjang dari diare. Khususnya diare persisten dan

malnutrisi. Diare memberi dampak pada perkembangan kognitif dan psikomotor anak.

Episode awal dan berulang pada diare selama perkembangan khususnya ketika

berhubungaan dengan malnutrisi, infeksi dan anemia dapat memberikan efek jangka

panjang terhadap pertumbuhan serta fungsi kognitif dan fisik anak.3

Sumatera Barat termasuk dalam salah satu provinsi dengan prevalensi diare klinis

di atas rata-rata yaitu 9,2%.Di Kota Padang, diare masih termasuk kedalam 10 penyakit

terbanyak yang diderita masyarakat. Kelompok umur terbanyak adalah anakberusia di

bawah lima tahun (45,8%).Berdasarkan data diare Kota Padang Tahun 2011, terdapat

11.653kasus diare dengan jumlah kasus paa balitas ebanyak 4755 kasus (40,8%).Data

dari Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2011 menunjukkan bahwa kasus diare

tertinggi di Kota Padang terdapat di Puskesmas Lubuk Buaya (12,3%). Jumlah kasus

4
diare pada balita Di Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak 493 kasus(34,3%) . Berdasarkan

data kasus diare perkelurahan tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Buaya,kasus diare terbanyak ditemukan di Kelurahan Lubuk Buaya dengan 470 kasus

(31,5%).4

2.3 Klasifikasi

Secara klinis diare dapat dibedakan menjadi 3 yaitu2 :

1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak pada anak yang sebelumnya sehat,

berlangsung kurang dari 2 minggu.

2. Disentri yaitu diare yang disertai darah atau lender dalam tinja.

3. Diare persisten yaitu diare yang terjadi lebih dari 14 hari yang merupakan

kelanjutan dari diare akut.

2.4 Etiologi

1. Virus

a. Rotavirus

Merupakan penyebab utama diare hebat dan dehidrasi pada anak.

Pada negara industri dan berkembang hampir seluruh anak terinfeksi virus ini

saat berumur 3-5 tahun.

Pada neonatus gejalanya sering bersifat asimtomatik.

Puncak kejadian diare terjadi pada anak berusia 4-23 bulan.

Diare biasanya cair disertai muntah dan panas. Virus ini menyebabkan kerusakan

jonjot-jonjot usus, sehingga seringkali disertai intoleransi laktosa.7,8

b. Adenovirus

Infeksi bakteri ini biasanya terdapat pada saluran nafas, namun virus ini juga

dapat menimbulkan diare pada anak-anak.7

5
c. Human caliciviruses (HuCVs)

Sapoviruse adalah jenis virus kedua terbanyak penyebab diare pada anak.8

2. Bakteri

Bakteri penyebab diare di negara berkembang umumnya adalah:

a. DiarrheagenicEscherichia coli.

- Enterotoxigenic E. coli (ETEC) menyebabkan diare pada bayi dan anak.

Transmisinya melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Pada

ETEC dikenal 2 faktor virulen yaitu

Faktor kolonisasi: menyebabkan ETEC dapat melekat pada sel epitel usus

halus.

Enterotoksin: toksin yang tidak tahan panas yang menyebabkan diare dengan

jalan merangsang aktivitas enzim adenil siklase seperti halnya toksin kolera

dan toksin yang tahan panas melalui enzim guanil siklase.

ETEC tidak menyebabkan kerusakan mikrovili atau invasif. Diare biasanya

berlangsung 3-5 hari, tapi bisa menetap/lama.7,8

- Enteropathogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab diare yang umumnya

ditemukan pada anak berumur <2 tahun.EPEC dapat menyebabkan diare berair

disertai muntah dan panas pada bayi dan anak. Diare biasanya terbatas tetapi

dapat berat dan menetap terutama pada anak yang tidak minum ASI. 7,8

- Enteroinvasive Eschericia coli (EIEC). Biasanya apatogen, tetapi sering pula

menyebabkan KLB diare karena keracunan makanan. Secara biokimiawi dan

serologis bakteri ini menyerupai Shigella spp. Dapat menembus mukosa usus

halus, berkembang biak di dalam kolonosit dan menyebabkan disentri basiler.8

6
- Enteroadherent Eschericia coli (EAEC). Bakteri ini mampu melekat dengan kuat

pada mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologis. Diduga bakteri

ini mengeluarkan sitotoksin, dapat menyebabkan diare berair sampai lebih dari 7

hari.7

- Enterohemorrhagic Eschericia coli (EHEC). Serotip 0157:117 mneyebabkan

colitis hemoragik. Transmisinya melalui makanan, berupa daging yang dimasak

kurang matang. Diare ini disertai nyeri kolik/kram tanpa diseryai panas, diare cair

disertai darah. EHEC menghasilkan sitotoksin yang dapat menyebabkan edem

dan perdarahan kolon maupun hemolitic uremic syndrome.8

b. Campylobacter

Campylobacter adalah salah satu bakteri yang menimbulkan diare berair,

berlendir dan berdarah,serta sering ditemukan pada bayi dan anak berumur <2

tahun. Infeksi berhubungan dengan tempat tinggal yang dekat dengan peternakan.

C.Jejuni meghasilkan 2 buah toksin yaitu sitotoksin dan toksin yang tidak tahan

panas.7,8

c. Shigella species

- S. sonnei: penyebab diare tersering di negara maju

- S. flexneri: penyebab diare tersering di negara berkembang

- S. dysenteriae tipe 1 (Sd1) memproduksi toksin Shiga

Bakteri ini sering terdapat pada anak yang baru bisa berjalan dan anak yang lebih

tua. Gejalanya panas dan diare cair berdarah/disentri. Tenesmus dank ram perut juga

sering terjadi.7,8

d. Vibrio cholerae

V. cholerae serogrup O1 and O139 adalah jenis bakteri yang menimbulkan diare.

Biasanya diare yang muncul berwarna seperti air cucian beras,berair, dan berlendir.

7
Gejala muntah juga sering ditemukan. Pada anak hipoglikemia akibat diare dapat

menimbulkan kejang dan kematian.7

e. Salmonella

Infeksi bakteri ini disebabkan oleh makanan yang berasal dari binatang, seperti

daging, telur dan susu serta makanan daging dalam kaleng. Diare pada infeksi ini

biasanya disertai mual, kram perut dan panas. Anak yang berisiko tinggi terinfeksi

adalah bayi dan anak dengan status imunokompromis.7,8

3. Parasit

Jenis parasitnya adalah: Cryptosporidium parvum, Giardia intestinalis,

Entamoeba histolytica, and Cyclospora cayetanensis.Kasus diare akibat infeksi oleh

agen parasit ini jarang terjadi pada anak di negara berkembang. Prevalensi diare

akibat G. intestinalis sekitar 25% dan infeksi oleh Cryptosporidium and Cyclospora

sekitar 2030%, bersifat asimtomatik. Penularan dapat melalui makanan, air atau

kontak langsung orang ke orang.8

2.5 Patogenesis

Pada proses normal, sekitar sembilan Liter (L) cairan akan melewati saluran

pencernaan setiap hari. Jumlah ini melingkupi dua L asam pencernaan, satu liter saliva,

satu liter cairan empedu, dua L asam pankreas, satu liter sekresi usus, dan dua liter

sisanya akan diserap. Sembilan liter cairan ini, hanya sekitar 150-200 mL yang akan

sampai dan ada di dalam tinja setelah semua proses penyerapan selesai.7

Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare

non inflamasi dan diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan

sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai

lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai

8
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi.

Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta

mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.6

Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang

mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan

abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi

cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada

pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.6

Diare berdasarkan mekanismenya dapat diklasifikasikan berdasarkan proses

patofisiologinya yaitu osmotik, sekretori, inflamasi, diare dapat terjadi akibat lebih dari

satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja

peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan

inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri

yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.7

2.6 Manifestasi Klinis

Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan

mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja dapat berubah jadi kehijau-hijauan yang

disebabkan bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja

menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila telah banyak

kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Tanda-tanda klinis yang

timbul apabila penderita jatuh ke dalam dehidrasi adalah : rasa haus, elastisitas ( turgor

dan tonus ) kulit menurun, bibir dan mukosa kering, mata cekung, air mata tidak keluar,

ubun-ubun besar cekung, oliguri, bahkan dapat anuria, tekanan darah rendah, takikardia,

kesadaran menurun.1

9
Menurut banyaknya cairan yang hilang, diare dibagi atas : 1,7

1. Diare tanpa dehidrasi

Penderita yang tanpa tanda dehidrasi juga mengalami defisit cairan, tetapi hanya

kurang dari 5 % BB.

2. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang

Dehidrasi ringan-sedang terjadi kehilangan cairan 5-10 % BB. Dehidrasi ringan

kehilangan cairan sekitar 5-6%, biasanya ditandai dengan meningkatnya rasa haus dan

gelisah. Turgor kulit mungkin sedikit berkurang. Gejala lain yang berhubungan dengan

dehidrasi mungkin tidak ada. Diare dengan dehidrasi sedang kehilangan cairan sekitar 7-

10 % BB, menyebabkan anak menjadi gelisah atau rewel. Matanya agak cekung serta

mulut dan lidah kering. Ada peningkatan rasa haus, anak akan minum dengan lahap bila

ditawarkan minuman. Cubitan kulit kembali agak lambat. Nadi radialis teraba tetapi

cepat, dan ubun-ubun kecil pada bayi lebih cekung pada biasanya.

3. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita dengan dehidrasi berat mempunyai defisit cairan sama dengan atau

lebih dari 10 % BB. Biasanya terdapat letargis, stupor atau bahkan koma. Mata sangat

cekung, tanpa air mata, mulut dan lidah sangat kering, pernafasan cepat dan dalam. Bila

kesadarannya menurun, penderita mungkin minum hanya sedikit sekali atau tidak sama

sekali. Cubitan kulit kembali sangat lambat (> 2 detik). Nadi femoral sangat cepat dan

nadi radialis mungkin sangat cepat dan tidak teraba. Pada bayi, ubun-ubun kecil sangat

cekung. Penderita mungkin tidak kencing selama 6 jam atau lebih. Bila ada syok

hipovolemik, tekanan darah sistolik rendah atau tidak teraba, lengan dan kaki dingin,

kuku mungkin biru.

10
2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,

volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila disertai muntah:

volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang, atau tidak kencing dalam 6-

8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau

penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak.7

Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, membawa berobat

ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat

imunisasinya.7

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut

jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama

dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan

lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau

tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau basah.7

Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bisingusus

yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaanekstremitas perlu karena

perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.7

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara obyektif

yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare dan subyektif

dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR, dan lainnya.7

11
Tabel 2.3 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Penilaian A B C

Lihat:

*Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau

umum Normal Cekung tidak sadar

*mata Ada Tidak ada Sangat cekung dan

*air mata Basah Kering kering

*mulut dan Minum biasa Haus, ingin Kering

lidah (tidak haus) minum banyak Sangat kering

*rasa haus Malas minum atau

tidak bisa minum

Periksa : turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat

kulit lambat

Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat

pemeriksaan sedang

Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

2.8 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab

dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita

dengan dehidrasi berat, contohnya pemeriksaan darah lengkap, kultur urin, dan tinha

pada sepsis atu infeksi saluran kemih.7

Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan diare akut:

12
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur

dan tes kepekaan terhadap antibiotika Urin: urin lengkap, kultur, dan tes

kepekaan terhadap antibiotika.7

Tinja

o Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan

diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery

dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus,

protozoa, atau disebabkan oleh infeksi di luar saluran gastrointestinal.7

Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebakan infeksi bakteri yang

menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan

mukosa atau parasit usus seperti: E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura.

Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi E.

histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC

terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan

padainfeksi dengan Salmonella, Giardia, Crytosporidium, dan Strongyloides.8

o Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit dapat memberikan

informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses

peradangan mukosa.

2.9 Penatalaksanaan

1. Rehidrasi

Manajemen dehidrasi tetap merupakan dasar terapi diare. Anak - anak, terutama

bayi, lebih rentan daripada orang dewasa terhadap dehidrasi karena kebutuhan cairan dan

elektrolit dasar per kilogram berat badannya lebih besar dan karena mereka tergantung

pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan ini. Dehidrasi harus dievaluasi dengan cepat

13
dan dikoreksi dalam waktu 4 - 6 jam tergantung dari derajat dehidrasi dan estimasi

kebutuhan cairan harian.7

Terapi Rehidrasi Oral (TRO) adalah pemberian cairan melalui mulut untuk

mencegah atau mengoreksi dehidrasi yang disebabkan diare. Terapi rehidrasi oral adalah

manajemen standard untuk gastroenteritis akut karena dinilai efektif dan hemat biaya.7

Cairan Rehidrasi Oral (CRO) adalah cairan yang khusus dikembangkan untuk terapi

rehidrasi oral. Cairan rehidrasi oral yang lebih efektif dan osmolaritas yang lebih rendah

(yang konsentrasi natrium dan glukosanya dikurangi, yang berefek berkurangnya

muntah, berkurangnya jumlah feses, dan penurunan kebutuhan untuk infus intravena

dibandingkan dengan CRO yang standard) telah dikembangkan untuk penggunaan secara

global.Untuk anak- anak yang tidak bisa menoleransi pemberian CRO melalui mulut

(akibat muntah persisten ) pemberian CRO dapat dilakukan melalui nasogastrik.7

Pemberian Cairan

1. Diare akut tanpa dehidrasi (rencana terapi A)

Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum lebih banyak dari

yang keluar. Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan dengan sendok dalam posisi

anak dudu atau setengah duduk. Cairan yang dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah

tangga lain seperti larutan gula, garam, air tajin. Penanganan diare akut tanpa dehidrasi

sebagai berikut ;

a. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi

Pemberian cairan : 10 cc/kg BB / BAB encer atau muntah, atau :

Umur < 12 bulan : 50 100 ml setiap mencret

Umur 1 5 tahun : 100 200 ml tiap mencret

Umur > 5 tahun : 200 300 ml tiap mencret

b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi

14
Anak tetap diberikan makan dengan prinsip mudah dicerna dan mudah diserap,

tidak berserat dan tidak merangsang, diberikan dengan porsi kecil dengan frekuensi

sesering mungkin.

2. Diare akut dengan dehidrasi ringan- sedang ( rencana terapi B )

- Upaya rehidrasi :

Cairan oralit 75 mg/kg BB dalam 3 jam pertama, setelah 3 4 jam nilai kembali

dengan menggunakan bagian penilaian, kemudian pilih rencana terapi A,B,C

untuk melanjutkan pengobatan. Dapat juga diberikan berdasarkan umur, jika

berat badan tidak diketahui, yang sesuai dengan tabel di bawah ini :

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml

3. Diare akut dengan dehidrasi berat (rencana terapi C)

Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit sewaktu

cairan IV dimulai. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat dibagi sbb :

Umur 30 ml/kgBB 70 ml/kgBB

< 1 tahun 1 jam pertama 5 jam berikutnya

> 1 tahun jam pertama 2 jam berikutnya

a. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat

tetesan intravena.

b. Juga berikan oralit ( 5 ml/kgBB/jam ) bila penderita bisa minum, biasanya setelah

3 4 jam ( bayi ) atau 1 2 jam ( anak )

15
Setelah 6 jam ( bayi ) atau 3 jam ( anak ), nilai bagi penderita menggunakan

bagan penilaian kemudian pilih rencana pengobatan selanjutnya.

2. Pemberian Tablet Zink

Defisiensi zink sering terjadi pada anak - anak di negara berkembang. Terapi

suplemen mikronutrisi dengan zink (20 mg/hari sampai diare berenti) dapat mengurangi

durasi dan keparahan dari episode diare pada anak. Suplementasi dengan zink sulfat (2

mg/hari selama 10 - 14 hari) dapat mengurangi insiden diare untuk 2 - 3 bulan. Hal ini

mengurangi angka kematian di antara anak - anak dengan diare persisten. Pemberian

suplemen zink sulfat pada anak - anak yang menderita diare persisten direkomendasikan

oleh WHO.3 Pemberian tablet zink untuk anak < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg/hari ), untuk

anak > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg/hari ) Pemberian dilanjutkan selama 10 - 14 hari8

3. Pemberian Makan

Melanjutkan pemberian makan yang bergizi merupakan suatu elemen yang

penting dalam penatalaksanaan diare. ASI tetap diberikan, meskipun nafsu makan anak

belum membaik, pemberian makan tetap diupayakan pada anak berumur 6 bulan atau

lebih. Jika anak biasanya tidak diberi ASI, pikirkan untuk relaktasi atau beri susu

formula yang biasa diberikan. Jika anak berumur 6 bulan atau lebih atau sudah makan

makanan padat, beri makanan yang disajikan secara segar atau dimasak. Berikut adalah

makanan yang direkomendasikan8 :

Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7

kg. Jenis makanan yang diberikan, yaitu susu (ASI atau susu formula yang

mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh), makanan setengah

padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum

susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat, susu khusus yaitu susu

yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai

16
sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.8

Untuk anak di atas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 kg. Jenis makanan yang

diberikan, yaitu makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan

makan di rumah.

4. Pemberian Antibiotik

Pemberian antibiotik tidak selalu diindikasikan untuk anak - anak. Antibiotik

diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian

antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora normal usus

sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh yang

akan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu juga dapat mempercepat resistensi

kuman terhadap antibiotik.8

2.10 Komplikasi

Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa diantaranya

membutuhkan pengobatan khusus 9:

Hipernatremia

Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat

menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastric oralit adalah cara

terbaik dan paling aman.

Hiponatremia

Anak dengan dare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya

mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia (Na,130mol/L).

Hiperkalemia

17
Disebut hiperkalemia jika K, 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian

kalsium glukonas 10% sebanyak 0,5-1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10

menit dengan monitor detak jantung.

Hipokalemia

Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi

ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium

dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya

kalium selama diare dan sesudah diare tertentu.

2.11 Prognosis

Penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi

antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare hasilnya sangat baik dengan morbiditas

dan mortalitas yang minimal. Penderita dipulangkan apabila ibu sudah dapat/sanggup

membuat/memberikan oralit kepada anak dengan cukup walaupun diare masih

berlangsung dan diare bermasalah atau dengan penyakit penyerta sudah diketahui dan

diobati.8

2.12 Pencegahan

1. Pencegahan Primer 9

a. Meminum air yang aman bagi kesehatan

Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan akses air bersih, peningkatan kualitas

sumber air, dan penyimpanan air yang aman.

b. Peningkatan higien dan sanitasi lingkungan

Caranya adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan sanitasi yang

adekuat.

18
c. Vaksin

Rotavirus adalah virus pathogen yang menyebabkan dehidrasi hebat saat diare.

Pemberian vaksin virus ini umumnya dilakukan sebagai vaksin rutin di beberapa

negara di dunia.

Vaksin campak pada anak juga dapat diberikan karena pada penyakit campak anak

bisa menjadi diare sehingga dapat menimbulkan kematian.

d. Probiotik dan Prebiotik

Ada beberapa studi yang menggunakan probiotik untuk pencegahan diare yang

berhubungan dengan antibiotic (AAD). Studi pada anak menunjukkan strain tertentu

seperti Bifidobacterium lactis, Streptococcus thermophilus, Saccharomyces

boulardii, Lactobacillus rhamnosus dapat mengurangi risiko AAD. Prebiotic

didefinisikan sebagai senyawa makanan yang tidak dapat dicerna yang

mempengaaruhi host dengan menstimulasi secara selektif aktivitas dan pertumbuhan

beberapa bakteri di usus besar, sehingga dapat meningkatkan kesehatan penderita.

2. Pencegahan Sekunder

a. Promosi menyusui dengan ASI dan nutrisi yang adekuat

ASI mengandung nutrisi, antioksidan, hormone dan antibody yang dibutuhkan anaka

untuk tumbuh dan berkembang. Anak yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan dan

berlanjut sampai umur 2 tahun akan jarang terkena infeks dan penyakit yang parah

dibandingkan dengan yang tidak diberi ASI.

b. Suplemen Vitamin A dan Zinc

Suplemen vitamin A dapat mengurangi sekitar 19-54% tingkat mortalitas pada anak

yang menderita diare dan campak. Vitamin A juga mengurangi keparahan dan

komplikasi yang berhubungan dengan diare. Pemberian zinc yang pada anak berguna

19
untuk menganti kehilangan zinc saat diare karena zinc berperan penting dalam proses

pepertumbuhan dan perkebangan anak.

20
UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur/MR: An. C/ Perempuan / 6 tahun/ 1653

b. Pekerjaan/pendidikan : Pelajar/ SD

c. Alamat : Alang lawas, Padang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan :-

b. Anak ke-1 dari 2 bersaudara

c. Ayah : Pendidikan SMA, Dagang.

d. Ibu : Pendidikan SD, Ibu rumah tangga.

e. Status ekonomi keluarga dalam keluarga : Rp. 1.500.000/ bulan

f. KB :-

g. Kondisi Rumah :

- Rumah semi permanen, perkarangan cukup luas, luas bangunan 80m2

- Listrik ada

- Sumber air : Sumur

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah

- Sampah di buang ke tempat pembuangan sampah dan dibakar.

- Kesan : higine dan sanitasi cukup baik

21
h. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Jumlah penghuni 4 orang, pasien, ayah, ibu dan, 1 saudara pasien.

- Tinggal di daerah pinggiran kota.

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan 1 orang saudaranya

- Hubungan dengan keluarga baik

4. Keluhan Utama

Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu

5. Riwayat Penyakit Sekarang

Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 3-4 kali, banyak

5sndok makan-1/4gelas/kali, bab cair dengan sedikit ampas, warna

coklat kekuningan, tidak ada lendir dan tidak ada darah, bau biasa.

Deman sejak 1 hari yang lalu, demam tidak tinggi, malam hari lebih

panas, tidak menggigil, kejang tidak ada. Batuk pilek tidak ada, sesak

nafas tidak ada

Muntah tidak ada.

Nafsu makan seperti biasa (makan 3 kali/hari), anak tidak tidak terlihat

lemas,tidak lesu dan tidak rewel. Minum seperti biasa

Riwayat ganti susu formula tidak ada.

Buang air kecil tidak ada kelainan.

Ibu pasien mengatakan sebelum sakit, pasien makan dirumah dan tidak

ada jajan di luar. Minum biasa dari air galon. Namun pasien memiliki

kebiasaan jajan di luar dan sering tidak langsung cuci tangan setelah

bermain di luar rumah.

22
6. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyekit seperti ini.

7. Riwayat Makanan dan Minuman :

- Asi diberikan sejak lahir sampai 1 tahun

- Susu formula diberikan mulai usia 6 bulan sampai usia 2 tahun

- Bubur susu diberikan sejak usia 6 bulan hingga 8 bulan

- Nasi tim diberikan sejak usia 9 bulan sampai 1 tahun

- Nasi dengan lauk dan sayur bervariasi diberikan mulai usia 1 tahun

sampai sekarang, porsi satu piring 3 kali sehari.

Kesan : Kualitas dan Kuantitas Makanan Baik

8. Riwayat Imunisasi :

BCG : 1 bulan (scar +) DPT : 2, 3,4 bulan

Polio : 2,3, 4 bulan Hepatitis : 2, 3,4 bulan

Campak :-

KESAN : Imunisasi Dasar belum lengkap.

9. Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital :

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : CMC

Frekuensi denyut nadi : 98x / menit

23
Frekuensi Nafas : 21 x/menit

Suhu : 37,7 C

Berat Badan : 19 kg

Tinggi Badan : 111 cm

BMI : 15 (z-score) = normal

Pemeriksaan Sistemik

- Kulit : teraba hangat, turgor kulit kembali cepat

- Kepala : bentuk bulat, simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut

- Mata : tidak cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik, pupil isokor,diameter 2mm, reflek

cahaya +/+ (normal).

- Mulut dan lidah : basah dan pecah-pecah tidak ada

- Telinga : tidak ditemukan kelainan

- Hidung : tidak ditemukan kelainan

- Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

- Leher : tidak teraba pembesaran KGB

- Dada

Paru : Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan, retraksi tidak ada

Palpasi : fremitus kiri=kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

24
- Abdomen: Inspeksi : distensi tidak ada

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali cepat

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) meningkat

- Punggung : tidak ditemukan kelainan

- Alat Kelamin : tidak ditemukan kelainan

- Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, reflek fisiologis

++/++, reflek patologis -/-

10. Laboratorium Anjuran :

laboratorium darah,

feses rutin.

11. Diagnosis Kerja

Diare akut tanpa dehidrasi

12. Diangnosis Banding

Disentri

13. Manajemen

a. Preventif :

Menjelaskan kepada keluarga pasien agar pasien tidak membeli

makanan disembarang tempat yang tidak terjamin kebersihannya.

Menjelaskan kepada keluarga pasien agar menggunakan air bersih untuk

mandi, mencuci dan untuk keperluan rumah tangga lainnya . Tanda-

tanda air bersih adalah 3 tidak, yaitu tidak berwarna, tidak berbau,

tidak berasa.

25
Menjelaskan kepada keluarga pasien agar memasak air sampai mendidih

sebelum diminum dan memasak makanan hingga matang untuk

mematikan sebagian besar kuman penyakit.

Menjelaskan kepada keluarga pasien agar membiasakan mencuci tangan

dengan sabun pada waktu sebelum makan, setelah makan, dan setelah

buang air besar dan mengajarkan kepada pasien tentang cuci tangan dan

menjaga kebersihan kuku.

Meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan memberikan makan

makanan yang bergizi. Makanan yang bergizi yaitu makanan dengan gizi

yang seimbang, terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral. Jenis makanan harus divariasikan. Dan jenis makanan yang

dikosumsi tidak harus mahal.

b. Promotif :

Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyebab diare,

diantaranya karena infeksi virus,bakteri, parasit, keracunan makanan.

Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai cara penularan penyakit

diare melalui air, makanan, dan tinja yang terinfeksi.

Menjelaskan kepada keluarga pasien apabila diare tidak diatasi dengan

tepat, maka dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti kematian.

Perhatikan kebersihan makanan dan minuman yang akan dimakan.

Menjelaskan kepada keluarga pasien agar membuang tinja bayi dan anak

dengan benar.

c. Kuratif :

- Oralit setiap BAB encer untuk mencegah terjadinya dehidrasi

26
- Paracetamol tablet 3x250 mg, diminum 3 kali sehari, apabila tidak

demam maka obat tidak perlu diminum lagi.

- Zinc 1x20mg selama 10hari

d. Rehabilitatif :

- Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang keluar.

Disarankan untuk banyak minum untuk mencegah terjadinya

dehidrasi. Minuman yang dikosumsi tidak harus oralit. Oralit dapat

diganti dengan air tajin, sari buah, kuah sayur, ataupun oralit yang

dibuat sendiri dirumah dengan campuran gula dan garam.

- Apabila diare semakin sering atau disertai tanda dehidarasi berat

(penurunan kesadaran/letargi, tidak mau minum, turgor kembali

lambat, mata cekung, air mata tidak ada) segera bawa ke Puskesmas /

IGD RS.

- Makan makanan yang lunak dan tidak terlalu keras untuk mencegah

bertambah beratnya kerja saluran cerna.

Prognosis

- Quo ad vitam : bonam

- Quo ad functionam : bonam

- Quo ad sanationam : bonam

27
Dinas Kesehatan Kota Padang

Puskesmas Seberang Padang

Dokter : Yestria Elfatma

Tanggal : 29 Februari 2016

R/ Oralit sach. No. X

S p r n (tiap BAB)

R/ Paracetamol tab 500 mg No. X

Sprn (max S3dd tab )

R/ Zinc tab 20mg No. X

S1dd tab1

Pro : An. C BAB IV

Umur : 6 tahun

Alamat : Alang Lawas, Padang

28
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. The treatment of diarrhea A manual for physicians


and other senior health workers.2011; 4th revision. Geneva : WHO Press.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Sosialisasi Tatalaksana
Diare Balita. 2011:Jakarta.
3. Zulfiqar AB. Acute Gastroenteritis in Children dalam Kliegman MR, Stanton BF,
Schor NF, Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatric. 19th ed. Sauders Elsevier.
Philadelphia. 2011;hal:1323.
4. Rosari A, Rini EA, Masrul. Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di
Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. 2013 ; 2(3):111-115.
5. Zulfiqar AB. Acute Gastroenteritis in Children dalam Kliegman MR, Stanton BF,
Schor NF, Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatric. 19th ed. Sauders Elsevier.
Philadelphia. 20011;hal:1323-31.
6. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines, 2012. Acute Diarrhea
in Adults and Children: a Global Perspective. http://www.
Worldgastroenterology.org/assets/export/userfiles/Acute%20Diarrhea_long_
pp:4-15.
7. Zulfiqar AB. Acute Gastroenteritis in Children dalam Kliegman MR, Stanton BF,
Schor NF, Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatric. 19th ed. Sauders Elsevier.
Philadelphia. 20011;hal:1334-36.
8. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines, 2012. Acute Diarrhea
in Adults and Children: a Global Perspective. http://www.
Worldgastroenterology.org/assets/export/userfiles/Acute%20Diarrhea_long_
pp:4-15.
9. Pudjiadi AH, Hegar Badriul, H setyo, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : IDAI. 2010;
pp:58-59.
10. WHO, 2013. Diarrhoea. http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/. Diakses pada
15 Januari 2016, 09.19 WIB

29

Anda mungkin juga menyukai