Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam-macam titrasi.
Didalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi yang lainya,
yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana cara untuk mengetahui titik ekivalen
dari larutan itu. Kalau kita menggunakan titrasi volumetri yang biasa kita praktikan
sebelumnya titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan warna, zat itu akan mengalami
peruban warna bila zat itu dalam keadaan setimbang. Untuk mempermudah kita untuk
melihat zat itu sudah mencapai ekivalen maka digunakan indikator. Tetapi banyak sekali para
praktikan yang merasa kesulitan untuk menentukan dengan tepat titik ekivalen dengan
menggunkan titrasi volumetri ini. Titrasi konduktometri ini lebih mudah jika dibandingkan
dengan titrasi lainya, walaupun ada kelemahan tetapi juga ada kelebihanya. Titik ekivalen
dapat kita ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya hantar sudah konstan
berarti titrasi sudah mencapai ekivalen. Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator,
untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada
ion2 yang ada, dan konsentrasi ion2 tersebut. Ini sebagian besar disebabkan oleh
berkurangnya efek2 antar ionik untuk elektrolit2 kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi
untuk elektrolit-elektrolit lemah (Bassett, J. dkk., 1994).
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang
tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya
diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu
lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur (Bassett, J. dkk., 1994).
Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000. nilai
d/a=S merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu
sehingga disebut tetapan sel (Khopkar, 2003). Metode konduktometri memiliki aplikasi yang
jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun amperometri
(Bassett, J. dkk., 1994).
Hipotesis
1. Karena titrasi konduktometri lebih efisien dan lebeh efeketif dalam pengguanaan
zat, selain itu juga, kita tidak perlu menggunakan indikator untuk mengethaui titik ekivalen
dari titrasi.
2. Karena titik ekivalen dapat diketahui dari daya hantar larutan yang terukur pada
konduktometer, yaitu dengan konstannya nilai daya hantar.
3. Karena didalam titrasi konduktometer ini yang berperan penting yaitu konsentrasi
dari suatu larutan.
Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif.
Sebagai pebawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda
tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa.
? Konsentrasi ion-ion.
? Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi dengan
molekul lain dan sebagainya.
? Suhu larutan.
Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan elektroda dan
jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap, karena parameter-parameter
tersebut bergantung pada rancangan elektroda. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai
factor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan konduktivitas ( cell constant K/cm ).
Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih ( over voltage ) yang tidak
sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk mencegah tegangan lebih tersebut
perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan aktif. Pelapisan
elektroda dengan platinum disebut platinizing.
Koefisien suhu bergantung pula pada konsentrasi zat. Koefisien suhu dapat ditentukan
sendiri dengan mengukur konduktivitas pada suhu 20 oC dan pada suhu yang lain ( misalnya
30 C ).
? Tombol FREQ tidak ditekan : Frekuensi 2000 Hertz ( 2 kHz ). Frekuensi tinggi
dipakai untuk cuplikan yang mempunyai konduktivitas yang tinggi ( lebih dari 100 S/cm ),
selain itu untuk titrasi konduktometri.
? Tombol FREQ ditekan : Frekuensi 300 Hertz ( 300 Hz ) untuk konduktivitas dibawah
1 mS/cm.
Suhu dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh operatornya
dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan, serta koefisien suhu cuplikan.
Daerah pengukuran (measuring range) diatur oleh alat secara otomatis, kecuali bila tombol
RANGE ditekan.
Apabila kita ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi harga
konduktivitas sering berubah, sehingga keluar dari daerah yang telah diatur, maka kita
menaikkan harga konduktivitas tersebut hingga berada dipertengahan daerah pengukuran.
Titrasi Konduktometri
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan syarat ion
tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang
lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH
berdasarkan persamaan sebagai berikut :
Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H+ dan Cl- yang masing-masing
mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 C ) sebesar 349,8 cm 2/mol dan 76,3 cm2/mol.
Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H + dengan OH- membentuk H2O, sehingga
jumlah H+ didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai
harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+ sehingga harga
konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H + dalam larutan telah bereaksi
seluruhnya dengan OH-, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga
konduktivitas total larutan, karena terdapat OH- dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-
1
/mol.
Pemeliharaan Elektroda
Elektroda yang kering sebelum dipakai direndam sebentar dalam etanol lalu dibilas
dengan air. Sehabis dipakai elektroda dibilas lagi dengan air lalu disimpan lagi dalam air.
Elektroda yang akan disimpan untuk jangka waktu yang panjang harus dikeringkan lalu
disimpan kering. Sekali-sekali elektroda perlu dilapis ulang dengan platinum (platinizing)
sesuai dingin procedure dalam manual.
Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing elektroda perlu dikalibrasi ulang
dengan larutan kalibrasi yang telah disediakan oleh metrohm, lasimnya dengan larutan
kalibrasi KCl. Tetapan elektroda distel pada 1,0 x 1 di konduktometer, lalu koefisien suhu 2,0
untuk KCl 1 mol/liter. Tetapan elektroda dihitung dengan rumus :
4. Pencapaian titik-akhir. Dalam banyak titrasi EDTA, perubahan warna disekitar titik
akhir, mungkin lambat. Dalam banyak hal-hal demikian, sebaiknya titran ditambahkan
dengan hati-hati sambil larutan terus menerus diaduk; dianjurkan untuk memakai pengaduk
magnetic. Sering, titik akhir yang lebih tajam dapat dicapai jika larutan diapnaskan samapi
sekitar kira-kira 40OC. Titrasi dengan CDTA selalu lebih lambat dalam daerah titik akhir
divbanding dengan titrasi EDTA padanan.
5. Deteksi perubahan warna. Dengan semua indicator ion logam yang digunakan pada
titrasi kompleksometri, deteksi titik akhir dan titrasi bergantung pada pengenalan suatu
perubahan warna yang tertentu; bagi banyak pengamat, ini dapat merupakan tugas yang sulit,
dsan bagi yang menderita buta warna, bolehlah dikata mustahil. Kesulitan-kesulitan ini dapat
diatasi dengan menggantikan mata dengan suatu fotosel yang jauh lebih peka, dan
meniadakan unsurt manusiawi. Untuk melakukan operasi yang dituntut, perlu tersedia sebuah
kolorimeter atau spektrofotometer dalam mana kompartemen kuvetnya adaalh cukup besar
untuk memuat bejana titrasi (labu Erlenmeyer atau piala berbentuk tinggi) Spektrofotometer
Unicam SP 500 merupakan contoh dari instrumen yang sesuai untuk tujuan ini, dan sejumlah
fototitrator tersedia secara komersial.
6. Metode lain untuk mendeeksi titik akhir. Disamping deteksi secara visualdan
secara spektrofotometri dari titik akhir dalam titrasi EDTA denagn bantuan indicator ion
logam, metode berikut ini juga tersedia untuk deteksi titik akhir.
Menurut hukum Ohm I = E/R; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan dalam
volt, R = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak
terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL.
Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus
pada luas permukaan elektroda a, konsentrasi ion persatuan volume larutan Ci, pada hantaran
ekivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda d, sehingga:
L = a/d x S Ci S1
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada
ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan,
konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa
arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain
dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan
diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk
elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi
yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi konduktans
(hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi
reaksi ionik, seperti pada penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain
(misal, kalium klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-mata. Jika
terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah pada penambahan suatu basa
kepada suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang
konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah
prinsip yang mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu
konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain.
Asam salisilat adalah golongan khusus dari asam hidroksi. Penggunaan utama dari
asam salisilat adalah dalam pembuatan aspirin. Reaksi dengan anhidrida asetat mengubah
gugus hidroksil fenolik dari asam salisilat menjadi ester asetil, yaitu aspirin :
d. Lebih praktis
f. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri
f. Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan
meleleh.