Anda di halaman 1dari 16

Pendahuluan

Vitiligo adalah penyakit kelainan depigmentasi yang didapat yang


mengenai 0,5% dari populasi dunia tanpa perbedaan jenis kelamin dan ras.
Penyakit ini dapat mengenai segala usia. Berdasarkan dari definisi konsensus,
vitiligo dibagi menjadi 2, yaitu : generalized/ vulgaris dan nonsegmental vitiligo
(NSV). Vitiligo vulgaris/ NSV adalah penyakit kelainan pigmentasi kronik yang
dikarakteristikan dengan adanya bercak putih, biasanya simetris, dan membesar
dalam ukuran dengan seiring berjalannya waktu, sesuai dengan kehilangan
fungsi dari epidermal dan terkadang melanosit folikel rambut.
Segmental vitiligo (SV) didefinisikan mirip dengan NSV kecuali distribusi
unilateral (asymmetric vitiligo). Gejala klinis SV memiliki onset yang cepat dan
keterlibatan dari sistem pigmentasi folikel rambut.
Mengenai terapi dan topografi subtipe NSV, lesi pada akral menunjukkan
respon yang paling buruk. Perbedaan antara SV dan NSV dapat mempengaruhi
dalam hal prognosis hingga repigmentasi.
Dalam hal terapi, fase immune-mediated inflammatory dari vitiligo perlu
definisi yang lebih baik untuk pendekatan fase yang baik dari patogenesis vitiligo
itu sendiri. Fase ini adalah fase yang paling tidak terlihat dan hanya diketahui
melalui biopsi kulit yang diambil dari tepi lesi yang terkena. Vitiligo yang stabil
memerlukan pengobatan untuk regenerasi melanosit dari folikel rambut atau
prekursor interfollicular.
Dalam langkah assesment, penting untuk mempertimbangkan usia,
penyakit yang sudah ada sebelumnya, penyakit autoimune lainnya, riwayat
pengobatan sebelumnya.

Tabel 1. Rekomendasi prosedur diagnosis vitiligo

1
Tabel 2. Kasifikasi vitiligo dan tampilan spesifik dari subtipe vitiligo

Tabel 3. Evaluasi checklist untuk manajemen pasien nonsegmental vitiligo

Jika anamnesa pasien atau parameter laboratorium pasien


memperlihatkan kemungkinan adanya kelainan autoimmune lainnya, investigasi
lebih lanjur secara kuat disarankan.
Guidelines untuk tatalaksana SV dan NSV vitiligo telah dikembangkan
oleh member dari VETF dan kolega lainnya. Guidelines ini merupakan ringkasan
dari evidence based dan rekomendasi dari ahli.

Topical corticosteroids
Topical corticosteroids (TCS) telah diberlakukan sejak tahun 1950
sebagai anti inflammatory dan efek immunomodulating. Sebagai lini pertama
untuk bentuk terbatas dari vitiligo TCS dan topical calcineurin inhibitora (TCI)
saat ini dipergunakan secara luas.

2
Efisiensi
Kortikosteroid topikal memiliki hasil yang terbaik (75% dari
repigmentasi) dengan area yang terekspos matahari (wajah dan leher) dalam
kulit hitam, dan lesi baru. Daerah akral memiliki respon yang buruk. Dalam
meta-analisis dari terapi non surgical, sederhana namun keefektifan ditunjukan
pada tingkat kesuksesan dari 33 % vs 0% dalam group placebo. Tidak ada
perbedaan efektifitas ditemukan antara clobetasol dan trakolimus, dan antara
klobetasol dengan mometasone dan pimecrolimus, meski TCI mungkin lebih
kurang efektivitasnya untuk lesi pada extrafacial. Bila digunakan dalam jangka
waktu pendek, TCS diketahui aman dan efektif untuk pengobatan baik pada anak
maupun dewasa.
Efek samping lokal ( atrofi kulit, telangiektasis, hipertrikosis, erupsi
akne dan striae). Kelas TCS dengan potensi lebih rendah dan kelas III terbaru
seperti mometasone furiate dan methylprednisone aceponate diketahui dapat
mengurangi efek samping lokal tersebut.
Saat ini, belum ada studi yang menjelaskan durasi optimal dari terapi
TCS dan diskontinuitas aplikasi yang dapat mempengaruhi index terapi.

Calcineurin inhibitors
Sejak tahun 2002, keuntungan
dari Topical Calcineurin Inhibitor
(TCI) telah dilaporkan,
khususnya pada area dimana
penggunaan jangka panjang
untuk TCS dikontraindikasikan. Takrolimus dan pimecrolimus merupakan topical
ascomycin immunomodulating macrolactams (TIM) dan bertindak sebagai TCI,
mempengaruhi aktivasi/ pematangan dari T-cells dan kemudian menghambat

3
pembentukan sitokin, seperti tumor necrosis factor (TNF)-. Bahkan,
peningkatan dari migrasi melanosit dan diferensiasi telah dideskripsikan.

Efisiensi
Hanya beberapa trial randomized yang telah dipublikasikan,
menunjukan hasil yang menguntungkan terutama pada bagian kepala, leher baik
pada dewasa dan anak-anak. Pemaparan radiasi ultraviolet (UV) selama terapi
TIM juga memiliki peranan yang bermakna, namun studi mengenai lama
pemakaian belum ada.
Dua penelitian acak yang dilakukan secara double blind, perbandingan
percobaan kanan kiri menunjukkan bahwa takrolimus menawarkan hasil yang
serupa dengan klobetasol propionate 0.05% dalam terapi pada anak-anak.
Pimecrolimus juga dipertimbangkan sebagai pengobatan alternatif dari
klobetasol. Secara terbuka, penelitian acak membandingkan topikal
pimekrolimus dan takrolimus, tidak mendeteksi perbedaan yang signifikan
dalam hal efisiensi. Dalam penelitian terbuka lainnya, menunjukkan adanya
sedikit respon yang lebuh tinggi pada pasien yang diobati dengan takrolimus.
Dibandingkan pasien dengan pimecrolimus.
Pemakaian takrolimus 2 kali sehari memunjukkan hasil yang lebih baik
dengan pemakaian 1 kali. Durasi pemakaian sekitar 10 minggu hingga 18 bulan.

Toleransi
Efek samping dini yang paling sering dilaporkan untuk TIM adalah
reaksi lokal ( sensasi terbakar, pruritus dan eritem). Meskipun jarang,
hiperpigmentasi kulit sementara juga pernah dilaporkan.

4
Fototerapi
Fotokemoterapi
Fotokemoterapi dengan psoralen plus UVA radiation (PUVA) kombinasi
dengan penggunaan psoralens dgelombang panjang (320-340 nm) radiasi UVA.
Fotokemoterapi dengan khellin plus UVA radiation (KUVA) kombinasu dengan
penggunaan khellin gelombang panjang (320-340 nm) UVA radiation. Psoralens
dapat diberikan secara oral atau topikal (lotion, cream) diikuti dengan
pemaparan UVA. PUVA menimbulkan stimulasi dari melanogenesis melibatkan
fotokonjugasi dari psoralen ke DNA yang menimbulkan proliferasi dari
melanosit, meningkatkan sintesis dari tirosine, formasi dan melanisasi dari
melanosome, dan meningkatkan transfer dari melanosome ke keratonisit.

Ultraviolet B spektrum sempit dan target fototerapi


Radiasi narrowband (NB-UVB, 311 nm) saat ini merupakan piihan fototerapi
aktif untuk pengobatan vitiligo luas. Efek samping lebih minimal dalam terapi
PUVA dengan efisiensi yang hampir sama. Alat target fototerapi (laser excimer
dan lampu) memberikan sinar dalam range UB (puncak pada gelombang 308
nm) dan cocok digunakan untuk pengobatan penyakit yang lokalisata.

5
Efisiensi
Fotokemoterapi
Repigmentasi tercatat pada 70-80% pasien dengan PUVA namun repigmentasi
yang komplit hanya dicapai 20% pasien. Kekambuhan terjadi pada 75% pasien
setelah 1 -2 tahun. Fotokemoterapi tidak direkomendasikan pada anak usia
dibawah 10-12 tahun karena risiko toksisitas pada retina. PUVA oral, 8-
methoxypsoralen (8-MOP; 0,6-0,8 mg kg), 5-methoxypsoralen (5-MOP; 1,2-1,8
mg/kg) atau trimethylpsoralen (0,6 mg kg) diberikan secara oral 1-3 jam
sebelum terpapar UVA. Pasien harus dimotivasi terapi PUVA untuk kurang lebih 6
bulan sebelum diktakan terapi tidak responsive.

Ultraviolet B spektrum sempit total body dan terapi target


UVB spektrum sepit mudah untuk dilakukan dosis yang pasti merupakan
kewajiban untuk dapat mencapai hasil pengobatan yang optimal. Pasien dengan
vitiligo secara tradisional telah ditentukan sebagai kulit tipe I dan karena itu
diobati dengan intial dosis NB-UVB yang sangat rendah (150-250 mJ cm). namun,
dosis minimal eritermal(MED) dalam kulit vitiligo rata-rata hanya 35% (95%
menunjukan interval antara 31-39%) dibawah dibandingkan dnegan kulit
normal dari individual yang sama, merujuk adanya photoadaption. Pengobatan
biasanya diberikan 2 hingga 3 kali setiap minggu dan dilanjutkan selama
repigmentasi masih berlanjut.
UVB spektrum sempit dikatakan lebih efektif dibandingkan fotoreapi
lainnya. Pada randomnisasi group A, percobaan double blind konfirmasi efisiensi
lebih tinggi dari NB-UVB dibandingkan oral PUVA (8 MOP atau 5 MOP) dalam 50
pasien dengan NSV. Di akhir studi group PUVA menerima angka yang berarti dari
47 pengobatan melawan angka 97 pengobatan dalam group NB-UVB. Enam
puluh empat persen pasien dalam group NB-UVB memiliki lebih dari 50%
perbaikan dibandingkan dengan 36% pasien pada group PUVA. Bahkan, diantara
pasien dengan lebih dari 48 sesi pengobatan, pengurangan area permukaan
depigmentasi lebih banyak dengan NV-UVB daripada PUVA. Berdasarkan hal
tersebut, NB-UVB lebih dianjurkan dibandingkan oral PUVA, dan kebanyak
tempat pengobatan saat ini menggunakan NB-UVB sebagai lini pengobatan

6
pertama untuk NSV. Bahkan, saat ini 5-MOP tidak lagii tersedia diakibatkan limit
penggunaan terapi PUVA.
Alat terapi yang baru memberikan cahaya yang lancar, laser secara selektif ke
lesi. Cahaya energi monokromatik yang tinggi menyediakan induksi repigmentasi
yang cepat dan lebih sedikitnya sesi pengobatan yang dibutuhkan untuk
mencapai repigmentasi dibandingkan dengan NB-UVB yang konvensional. Studi
terbaru menunjukkan efisiensi yang lebih baik pada 308 nm laser NB-UVB
memberikan repigmentasi yang lebih cepat dan intens.

Toleransi Fototerapi
Reaksi merugikan akut yang paling umum adalah tipe kulit, dosis
dependen eritema, biasanya terjadi 12-24 jam setelah penyinaran dan
dilanjutkan dengan 24 jam setelah itu dan menghilang sebelum sesi pengobatan
selanjutnya. Oleh karena itu, penting untuk menanyakan pasien apakah dan
sampai sejauh apa mereka mengalami eritema sebagai efek dari penyinaran
sebelumnya. Sedikit reaksi eritema pada lesi kulit dikonsiderasi sebagai petunjuk
yang baik adanya dosis yang adekuat. Dosis yang lebih tinggi umumnya
diberlakukan luntuk target fototerapi. Lebih lanjut, reaksi eritema mungkin
muncul lebih sering dan dnegan intensitas yang lebih dibandingkan NB-UVB.
Namun, reaksi ini terabatas pada area kecil pada kulit yang diobati.

7
Terapi Kombinasi
Beberapa terapi kombinasi telah diajukan dengan tujuan berinteraksi
dengan patogen berbeda dan mempotensial kemungkinan repigmentasi,
beberapa percobaan didemonstrasikan bahwa terapi kombinasi meningkatkan
secara keseluruhan keefektifitasan dan waktu yang perlukan untuk mencapai
repigmentasi dan menurunkan potensial efek samping. Strategi ini juga diajukan
kepada pasien dengan lesi refrakter atau resisten terhadap monoterapi.
Kombinasi fototerapi dengan beberapa topikal dan obat sistemik telah dievaluasi
dan juga kombinasi dengan pembedahan dan pengobatan medik.
Penelitian prospektif, acak, kontrol dan perbandingan kiri kanan
menunjukkan bahwa kombinasi UVA dan topikal fluticasone propionate lebih
efektif dibandingkan dengan UVA atau topikal steroid sendiri. Kombinasi dengan
308 nm laser excimer dan topikal hydrocortisone 17- butyrate cream
menunjukkan repigmentasi lebih tinggi dibandingkan terapi laser sendiri dan
percobaan prospektif yang dilakukan untuk lesi kepala dan leher yang resisten.

8
Eifisensi 308 nm excimer dalan takrolimus lebih baik dibandingkan dengan
terapi laser sendiri. Efek samping juga lebih sedikit yaitu eritema yang konstan,
dan jarang lesi bula. Namun, kemungkinan peningkatan risiko kanker kulit yang
ditimbulkan oleh kombinasi kedua immunosupresan ini perlu diberikan
konsiderasi lebih lanjut. Calcipotriol merupakan sinar matahari nomral atau
PUVA mungkin berguna. Namun, efisiensinya belum jelas dan datanya masih
kontroversial. Terapi calcipotriol dingunakan bersaam dengan laser excimer 308
nm baru-baru ini dievaluasi dalam penelitian prospektif pendek; tidak
meningkatkan efisiensi laser excimer 308 nm.
Kombinasi topikal pseudocatalase dengan radiasi UV menunjukan hasil
yang menyakinkan dalam percobaan nonrandomized; repigmentasi komplit pada
wajah dan dorsum tangan terlihat pada 90% pasien.
Suplementasi antioksidan oral dilaporkan sidkit meningkatkan efektifitas
UVB dalam percobaan 2 prospektif double blind placebo-controlled. Namun,
studi yang lebih besar dibutuhkan untuk mengkonfirmasi data tersebut.
NB-UVB juga digunakan dengan laser dermoabrasion di area yang
resisten. Meskipun peningkatan efisiensi NB-UVB dilaporkan namun data
kondlik mengenai kemungkinan efek samping praktis klinik. Asosiasi NB-UVB
dengan laser fraksional CO2 mungkin efektif untuk area freakter sebagaimana
dilaporkan pada percobaan kecil acak, dan perbandingan kiri kanan.
Dalam penelitian propektif, Anbar et al menyimpulkan bahwa
penggunaan laser ablasi erbium-YAG, diikuti dengan pemakaian 5-fluorouracil
(5FU) memperbaiki hasil outcome dalam terapi singkat NB-UVB. Psoralen
dengan radiasi UVA setelah terapi pembedahan meningkatkan rasio
repigmentasi.
Dalam studi prospektid, kombinasi punch graftinf dengan topical steroid
(fluocinolone acetonide 0.1%) efektif seperti punch grafting diikuti dengan
PUVA. Studi terbuka dan laporan kasus menyarankan dosis steroid oral rendah
mungkin bermanfaat untuk prosedur pembedahan tambahan.
Azathioprine dosis rendah ( dosis maksimal 50 mg perhari) kombinasi
dengan PUVA dibandingkan PUVA sendiri dievaluasi dalam percobaan acak. Rata-
rata pada repigmentasi total setelah 4 bulan terapi lebih tinggi dalam pasien
yang menerima azathioprine ditambah PUVA (58.4%) dibandingkan dengan
PUVA sendiri (24.8%). Mual dilaporkan sebagai efek samping dalam 2 pasien
yang menerima azathioprine.

9
Steroid Oral dan Immunosupresan
Lainnya
Terapi minipulse steroid oral
Studi dalam steroid sistemik telah dilaporkan dalam literatur. Terapi pulse
mengacu pada adminirasi besar (suprapharmacological) dosis untuk
meningkatkan efek terapi dan menurunkan efek samping dalam obat-obat
tertentu. Steroid sistemik dapat menghentikan aktivitas penyakit namunt idak
efektif pada repigmentasi stabil vitiligo. Dalam stdui pertama yang dilaporkanm
betametasone atau dexametasone diberikan secara dosis oral singlw 5 mg dalam
2 hari berturut-turut setiap minggu. Dosis kortikosteroid dapat ditingkatkan
hingga 7.5 mg perhari dan kemudian dikurangi menjadi 5 mg perhari ketika
progresi penyakit terhenti. Dalam waktu 1-3 bulan pengobatan, 89% pasien
dengan penyakit yang progresif dapat stabil, dalam 2-4 bulan, repigmentasi
diobservasi dalam 80% pasien. Area repigmentasi terus berlanjut sebagaimana

10
pengobatan dilanjutkan, meski tidak ada pasien yang mencapai total
repigmentasi. Radakovic-Fijan menggunakan dexamethasone minipulses 10 mg
perhari secara 2 hari berturut per minggu selama 24 minggu. Aktivitas penyakit
berhenti pada 88% pasien dengan penyakit progresif setelah 18-22 minggu
pengobatan. Efek samping (berat badan meningkat, insomnia, agitasi, acne,
gangguan menstruasi dan hipertrikosis) dialami 69% pasien. Secara garis besar,
OMP dengan betamethasone atau dexametahosne dapat menahan perjalanan
penyakit tanpa meninduksi repigmentasi dan progresi dari vitiligo. Pada vitiligo
yang cepat menyebar, fototerapi biasanya dilakukan setelah pemberian OMP.

Immunosupresant lainnya dan biologi


Immunosupresan lainnya selainnya steroid oral telah dievaluasi dalam
studi.
Cyclophosphamide
Cyclophosphamide (2X50 mg perhari) dinilai dalam studi kasus kecil
dalam 33 pasien, 29 pasienn, beberapa repigmentasi ditemukan termasuk pada
area acral. Efek samping termasuk kehilangan rambut, sitopenia dan mual.
Kualitas hidup tidak tercatat dan penjelasan lebih lanjut mengenai stdui ini tidak
tersedia.

Ciclosporin
Sistemik siclosporin (6mg/kg perhari) dicoba pada 6 pasien. Sedikit atau
tidak adanya repigmentasi terjadi pada 5 pasien setelah beberapa bulan terapi.
Informasi detail pada pasien yang diobati tidak tersedia. Efek samping yang
paling nyata adalah disfungsi renal dan hipertensi.

Antitumor necrosis factor


Studi kasus menunjukkan potensial terapeutik dari etanercept dalam
studi kecil terbuka di 4 pasien dengan progresive NSV. Etanercept 50 mg
diberikan perminggu selama 12 minggu, diikuti dengan 25 minggu. Meski

11
toleransinya baik, namun tidak ada pasien yang mengalami repigmentasi.

Intervensi sistemik lainnya : antioksidan


Kejadian sel oksidatif stres selama progresi vitiligo adalah alasan
tpemasukkan opikal atau sistemik antioksidan. Pesudokatalase, vitamin E,
vitamin C, ubiquinone, asam lipoic, Polypodium leucomatomos,
catalase/superoxide dismutase combination dan Ginkgo biloba adalah
antioksidan yang digunakan sendiri atau lebih seringnya digunakan sebagai
kombinasi dengan fototerapi. Pemasukan antioksidan selama atau sebelum
fototerapi untuk melawan stres oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi UV itu
sendiri dan meningkatkan efektifitasnya.

Efisiensi
Percobaan terbuka menyimpulkan bawa oral atau topikal dalam dosis
single atau multiple antioksidan menghentikan progresi daari penyakit dan

12
mempromote pigmentasi. RCT melaporkan bahwa vitamin E efektif untuk
memperbaiki lemak kulit peroxidation yang diinduksi oleh pengobatan PUVA.
Campuran dari -lipoic acid, vitamin E dan C, dalam percobaan double blind dan
placebo controleed, mempromosi pengurangan dosis UV secara bersama dan
meningkatkan repigmentasi. Polypodium leucotomosbadalah antioksidan
photosensitizing dan agent immunomodulator, efektif ketika digunakan
bersamaan dengan PUVA atau UVB. Ginkgo biloba, merupakan polyphenol
compound dengan anti-inflamatori, immunomodulator dan aktivitas antioksidan
juga memperlihatkan hasil yang menyakinkan. Namun, data pasien masih
terbatas dan parameter outcomes inkonsisten. Tidak ada efek samping yang
dilaporkan tetapi pemberian jangka panjang menimbulkan permasalahan.

Intervensi lainnya
Kamuflase
Mengingat dampak penyakit ini terhadap image tubuh pasien terhadap
dirinya, teknik kamuflase dinilai bagian yang penting dalam manajemen global.
Perkembangan produk untuk menyamarkan kulit memerlukan aplikasi teknik
khusus. Terdapat beberapa pilihan luas dimulai dari agen self-tanning, stains,
dyes, lotion pemutih, cream tinta, bedak, cairan dan stick fondations, fixing
powder, fixing spray, pembersih, semipermanen tato dan pewarna untuk
pigmentasi wajah dan kulit kepala putih. Kamuflase permanen, mikropigmentasi
dan tato harus dipertimbangkan dengan kewaspadaan, dikarenakan perjalanan
penyakit yang tidak dapat diprediksi.

13
Depigmentasi
Pasien dengan ekstensive dan refrakter, depigmentasi melalui metode
kimia atau fisikal dalam memberikan kosmetika yang diterima. Monobenzone
ethylester (MBEH) merupaka derivat dari hidrokuinon (HQ). tidak seperti HQ,
MBEH hampir selalu menyebabkan depigemntasi yang ireversible.
Pasien dengan tipe kulit phototypes yang tinggi (V dan VI), dengan
perbedaan kulit hitam dan putih sangat kontras merupakan kandidat yang
terbaik. Pasien dengan phototypes I dan II dapat pula mendapatkan kosmetika
yang lebih baik dengan menggunakan agen depigmentasi dibandingkan dengan
regimen repigmentasi dalam area yang terbuka. Pasien harus dikonfirmasi dan
diberikan penjelasan bahwa pendekatan ini dapat berujung dengan
depigmentasi yang ireversibel.
MBEH diberikan topikal dalam bentik 20% krim. Krim dengan lapisan
tipis diolesi secara rata dan digosok pada area pigmentasi 2-3 kali perharinya.
Pemaparan yang panjang oleh sinar matahari harus dihindari selama
pengobatan, atau pemakaian sunscreen dianjurkan, karena pemaparan mataharu
akan mengurangi efek dari depigmentasi. Depigmentasi biasanya dicapai setelah
pengobatan 1-4 bulan. Setelah 4 bulan pengobatan tanpa sukses, obat harus

14
dihentikan. Ketika tingkatan depigmentasi yang diinginkan tercapai makan
monobenzone harus dipakai sesering mungkin agar tetap menjaga depigmentasi
(biasanya 1 hingga 2 kali perminggu).
Iritasi kulit ringan hingga sensisitas yang menimbulkan eksim dapat
terjadi. Pengobatan haru dihentikan bila terjadi iritasi, sensai terbakar atau
dermatitis terjadi. Monobenzone dapat dikombinasi dengan asam retinoid untuk
mencegah terjadinya resistensi.

Kesimpulan
Pendekatan pengobatan dibagi menjadi tipe vitiligo itu sendiri dan hingga
sejauh apa, atas kebutuhan modulasi dari penampakan, usia. Zero line selalu
mungkin, berarti tidak ada pengobatana apabila penyakit ini tidak menganggu
pasien. Faktor lingkungan (pekerjaan, fenomena Koebner, stres berkepanjangan
atau cemas) harus selalu dibahas. Untuk SV, faktor triger neurogenik harus selalu
dipertimbangkan namun studi yang baik masih memiliki kekurangan dalam poin
ini.
Faktor poligenik dan latar belakang multifaktorial dalam vitiligo harus
dilihat dalam pendekatan perindividu untuk kedepannya. Terapi intervensi awal
sebelum munculnya leukotrikia sangat dianjurkan.inflamasi kutaneus harus
dibagi menjadi beberapa kelas. Berdasarkan hal tersebut, terapi anti inflamatori
yang lebih agresif, termasuk metrotexate diharapkan dapat membantu. Apabila
langkah inisial mendahului inflamasi datang dari predisposisi lokal melanosit
menempel lemah pada membran dasar, dan terdapat kemungkinan target untuk
meningkatkan kemampuan mekanisme adhesi. Isu mengenai selfrenewal
(stemness) atas melanosit telah meningkat terutama untuk SV, yang secara jelas
diuntungkan dari autologus grafting. Apabila ketidakmampuan pertahanan
mekanisme SV adalah penyebabnya, maka suplementasi growth factor seperti
analog melanocyte stimulating hormone (MSH) dapat digunakan. Upaya

15
meningkatan kadar antioksidan di epidermis telah dicoba namun alat yang lebih
kuat dengan menggunakan transfer gen dapat digunakan di kedepannya.
Ketika kehilangan melanosit telah dihentikan, maka terapi selanjutnya
adalah kebutuhan repigmentasi. Terapi repigmentasi yang baru adalah emerging
seperti laser helium-neon (He-Ne) dan prostaglandin E2. Apabila kita dapat
menstimulasi lebih baik atas migrasi sel tersebut ke epidermis dan mengetahui
lebih baik alasan mereka untuk berhenti migrasi pada saat pigmentasi, langkah
maor maka akan dicapai. Teknologi yang lebih baru mungkin akan dicapai dari
progenitors atau sel kulit reprogram mungkin akan dicapai dengan peningkatan
kemungkinan dalam intervensi pembedahan.

Tabel 4. Outline secara umum dalam manajemen untuk vitiligo : pilihan terapi
berdasarkan gambaran klinis.

16

Anda mungkin juga menyukai