Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang berkembang pesat di

daerah Jawa Timur pada tahun 1293 M. Majapahit didirikan oleh Raden

Wijaya yang merupakan anak keturunan Raja Rajasa (Ken Arok), juga

menantu dari Sri Kertanegara, raja terakhir Singosari yang digulingkan oleh

Jayakatwang. Kerajaan Majapahit mengalami puncak kejayaan pada masa

pemerintahan Hayam Wuruk (bergelar Sri Rajasanegara), pada tahun 1350-

1386 M. Pada masa itu Majapahit mulai mengarah pada perluasan wilayah

hingga keluar Jawa adalah atas rencana politik Mahapatih Gajah Mada pada

tahun 1334 M saat Tribuana Tunggadewi memegang tampuk kepemimpinan

Majapahit. Rencana ini terkemas dalam sebuah rumusan politiknya yang

terkenal dengan Sumpah Palapa. Dengan dibantu oleh Mahapatih-nya yaitu

Patih Gajah Mada, seluruh Nusantara di bawah payung kekuasaan Majapahit.

Majapahit merupakan kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara selain

Tingkok di utara. Daerahdaerah bawahan (vassal) Majapahit merupakan

faktor utama pesatnya kemajuan Kerajaan Majapahit. Salah satu daerah

bawahan Majapahit yang juga mempunyai peranan penting adalah Lasem.

Bukti autentik bahwa Lasem merupakan dearah vassal Majapahit

yang berperan penting yaitu adanya catatan yang menceritakan peristiwa

Angga Naga Aryyama. Angga Naga Aryyama merupakan candra sengkala

(susunan kata-kata yang mempunyai arti hitungan tahun atau bilangan tahun),

yang mempunyai hitungan bilangan 1276 tahun saka atau 1354 masehi. Pada

tahun itu, Hayam Wuruk melakukan perjalanan ke daerahdaerah bawahannya

berdasarkan arah mata angin pokok. Secara kosmologis magis, daerah yang

dikunjungi dapat memberikan kekuatan spiritual atas kedudukan dan posisi

Majapahit sebagai pusat pemerintahan (Pusat Studi Sejarah dan Budaya

Maritim UNDIP, 2003). Dari keempat daerah yang dikunjungi Hayam Wuruk,

1
Lasem termasuk di dalamnya. Hal ini mengindikasikan Lasem sebagai daerah

yang memberi peranan yang berarti bagi Kerajaan Majapahit. Bukti ini

diperkuat dengan adanya bukti fisik dengan ditemukannya tapak kaki yang

berada di Desa Kajar. Tapak kaki kanan yang ditatah di atas batu tersebut

kemungkinan tapak kaki Hayam Wuruk menurut beberapa catatan. Hal ini

menunjukkan Lasem memang daerah bawahan Majapahit yang berperan

penting.

Akan tetapi, tidak banyak yang mengisahkan tentang batu tapak kaki

yang ada di Desa Kajar. Keadaan ini semakin diperparah dengan banyaknya

masyarakat yang belum memahami arti historis dari benda cagar budaya untuk

generasi penerusnya. Umumnya mereka tidak peduli dan mengabaikan

pentingnya nilai-nilai kesejarahan lokal. Masih terlalu sedikit kepedulian dan

partisipasi masyarakat akan benda cagar budaya, padahal benda cagar budaya

merupakan bukti fisik akan adanya sejarah masa silam yang diperlukan

generasi muda untuk menghargai perjuangan generasai tua, serta

menumbuhkan rasa cinta akan kekayaan sejarah yang dimiliki negara. Sebagai

bukti ketidak pedulian tersebut adalah fakta bahwa kondisi situs tapak kaki

Hayam Wuruk sama sekali tidak terawat, bahkan dilupakan oleh masyarakat

sekitar.

Berangkat dari titik tersebut, maka kiranya diperlukan suatu

penelitian guna meggali lebih dalam tentang benda cagar budaya Situs Batu

Tapak Kaki Hayam Wuruk yang ada di Desa Kajar, karena Situs Batu Tapak

Kaki tersebut merupakan bukti konkret akan adanya kekuasaan Kerajaan

Majapahit yang pernah menancapkan kekusaannya di Daerah Lasem.

Selanjutnya penulis mengambil judul Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk

sebagai Bukti Kekuasaan Majapahit di Lasem.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana sejarah keberadaan kekuasaan Kerajaan Majapahit berdasarkan

bukti adanya Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk di Desa Kajar Lasem ?

2. Bagaimana upaya pemanfaatan Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk di

Desa Kajar sebagai benda cagar budaya ?

C. Tujuan

Adapaun tujuan dari penelitian ini ialah :

1. Untuk memgetahui sejarah keberadaan Kerajaan Majapahit yang pernah

berkuasa atas daerah Lasem berdasarkan bukti fisik batu tapak kaki Hayam

Wuruk di Desa Kajar, Lasem.

2. Memaksimalkan potensi Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk sebagai

benda cagar budaya di Desa Kajar, Lasem.

D. Manfaat

Diharapkan, penelitian ini memberi manfaat yang berarti bagi

masyarakat dan generasi muda. Manfaatnya antara lain :

1. Memberi gambaran tentang adanya kekuasaan Kerajaan Majapahit

terhadap Lasem.

2. Menumbuhkan rasa cinta generasi penerus terhadap berbagai macam ragam

kesejarahan lokal, serta lebih menghargai perjuangan generasi sebelumnya.

3. Masyarakat, khususnya generasi muda dapat menyadari akan pentingnya

benda cagar budaya sebagai bukti konkret adanya sejarah masa lampau.

4. Dapat menyelamatkan benda cagar budaya dari kurangnya perhatian

masyarakat terhadap benda cagar budaya tersebut.

3
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Benda Cagar Budaya

1. Definisi Benda Cagar Budaya

Pengertian Benda Cagar Budaya menurut Undang Undang Nomor

5 Tahun 1992, benda cagar budaya ialah

a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang berupa

kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa sisanya, yang

berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya

yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun ,

serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan;

b. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah,

ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

Sedangkan menurut Undang Undang Nomor 11 Tahun 2011,

Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan atau benda buatan manusia,

baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok,

atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat

dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

2. Manfaat Benda Cagar Budaya

Manfaat dari pengembangan Benda Cagar Budaya di kemudian hari

haruslah memiliki nilai pemanfaatan mulai dari manfaat Ideologik,

manfaat Akademik, dan juga memberikan manfaat Ekonomi namun

sejalan dengan itu semua diperlukan pengelolaan kawasan dan pelestarian

kawasan yang harus ditingkatkan.

3. Kriteria Benda Cagar Budaya

Menurut Hari Untoro Drajat, Benda Cagar Budaya memiliki nilai

penting sebagai berikut:

4
Mempunyai nilai penting bagi sejarah,

Mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan,

Mempunyai nilai penting bagi kelangkaan atau bahkan sebagai satu-

satunya yang masih ada dalam hal gaya atau langgam atau estetika.

B. Kerajaan Majapahit

1. Berdinya Majapahit

Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha kuno yang pernah

berdiri di Indonesia sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Didirikan oleh

Raden Wijaya, keturunan Raja Rajasa (Ken Arok), serta menantu dari Sri

Kertanegara yang merupakan raja terakhir Singosari yang digulingkan

oleh Jayakatwang. Kerajaan Majapahit terletak di lembah Sungai Brantas

di sebelah tenggara kota Mojokerto tepatnya di daerah Trowulan, sebuah

kota kecil berada di tempuran antara Sungai Mas dan Sungai Porong.

Majapahit mengalami puncak kejayaan ketika Diah Hayam Wuruk Sri

Rajasanegara, raja keempat yang memerintah pada tahun 1350-1386 M

memegang roda pemerintahan, bersama Patih-nya yang terkenal yaitu

Gajah Mada. Kakuasaan majapahit membentang dari barat hingga timur

Nusantara dan menjadi kerajaan maritim terbesar di Asia selain Tiongkok

di utara. Majapahit mulai mengarah pada perluasan wilayah hingga keluar

Jawa adalah atas rencana politik Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1334

M saat Tribuana Tunggadewi memegang tampuk kepemimpinan

Majapahit. Rencana ini terkemas dalam sebuah rumusan politiknya yang

terkenal dengan Sumpah Palapa.

2. Sistem Pemerintahan Majapahit.

Dalam piagam Singasari pada tahun 1351 pada masa

pemerintahan Tribhuana Tunggadewi dibentuklah Dewan Pertimbangan

Agung untuk menjalankan roda pemerintahan. Anggota Dewan

Pertimbangan Agung merupakan kerabat dari sang raja.

5
Adapun tujuh kerabat raja yang menjadi anggota Dewan

Pertimbangan Agung menurut Negarakeratagama tercantum sebagai

berikut :

1. Tribhuana Tunggadewi.

2. Sri Kerta Wardhana.

3. Dyah Wiyah Raja Dewi.

4. Sri Wijaya Rajasa.

5. Sri Rajasa Negara.

6. Bhre Lasem.

7. Bhre Pajang.

C. Kerajaan Lasem

1. Berdirinya Kerajaan Lasem.

Menurut piagam Singosari, tahun 1351 M Lasem menjadi

sebuah kerajaan yang pertama kali dipimpin oleh seorang wanita yaitu

ratu Dehitendu Dewi atau yang biasa disebut dengan Dewi Indu.

Dikisahkan pula pada Kitab Badrasanti, pada tahun saka 1273 atau 1351

M Kerajaan Lasem dipimpin oleh Bhre Dewi Indu yang merupakan raja

pertama Kerajaan Lasem, adalah adik sepupu Raja Hayam Wuruk. Suami

Dewi Indu bernama Pangeran Rajasawardhana yang menjabat sebagai

DhangPuhawang di pelabuhan Regol, Lasem dan merangkap menjadi

adaipati Matahun. Daerah kekuasaan yang dipimpin Dewi Indu meliputi

Pacitan sampai daerah muara bengawan Solo yaitu daerah Sedayu.

2. Roda Pemerintahan Kerajaan Lasem.

Dalam kurun waktu kurang lebih 120 tahun, Kerajaan Lasem

telah dipimpin oleh lima orang raja yang kesemuanya perempuan. Berikut

adalah raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Lasem :

6
a. Dehitendu Dewi.

Dehitendu Dewi atau yang lebih dikenal dengan Dewi Indu

merupakan wanita pertama yang memegang pemerintahan Kerajaan

Lasem.

b. Kusuma Wardhani.

Di dalam Pararaton Kusuma Wardhani disebu pula Bhre Lasem Jang

Ahayu (Bhre Lasem yang cantik) . Ia adalah putri Hayam Wuruk dan

permaisurinya yang bernama Paduka Sori.

c. Negarawardhani.

Di dalam Pararaton beliau disebut Bhre Lasem sang alemu (Bhre

Lasem yang gemuk). Merupakan putri Bhre Pajang dan diperistri

oleh Bhre Wirabumi, putra Hayam Wuruk dan putri selir.

d. Putra Wirabhumi

Yaitu putra Wirabhumi yang diperistri oleh Bhre Tumapel.

e. Putra Bhre Pandan Salas.

Yaitu Putra Pandan Salas yang diperistri Bhre Tumapel.

Setelah itu, tidak terdengar lagi berita mengenai Kerajaan Lasem

seiring dengan kemunduran Kerajaan Majapahit.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk sebagai bukti kekuasaan

Majapahit di Lasem ini merupakan penelitian analisa deskripsi keberadaan

kekuasaan Majapahit yang berkuasa atas Lasem yaitu kajian yang lebih bersifat

kualitatif historis dengan maksud mencari makna dari beragam data yang

diperoleh. Lebih tepatnya analisa kualitatif historis di sini merupakan sebuah

kajian pemaparan atau deskriptif yang ingin mencari gambaran utuh mengenai

keberadaan kekuasaan Majapahit di Lasem.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk sebagai bukti kekuasaan

Majapahit di Lasem ini mencakup pada tiga aspek utama, yakni mengetahui

kondisi riil batu tapak yang ada di Kajar, mengetahui kepedulian masyarakat

setempat terhadap Situs Batu Tapak kaki tersebut, serta pencarian solusi atas

masalah pengoptimalan Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk sebagai benda

cagar budaya tersebut.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini adalah Situs Tapak Kaki Hayam Wuruk di Desa Kajar,

Rt : 01/I, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang.

D. Jenis Data dan Sumber Data

Data Primer

Merupakan data utama yang secara langsung diambil dari objek-objek

penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer yang kami

peroleh adalah melalui wawancara dengan warga dan beberapa narasumber

dan pengamatan atau observasi langsung ke obyek penelitian.

8
Data Sekunder

Merupakan data pendukung yang diperoleh tidak secara langsung dari objek

penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh

pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun

non komersial. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

penelusuran pustaka berupa buku, artikel dan literatur di internet yang

memiliki keterkaitan erat dengan topik penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian lapangan, pengumpulan data merupakan satu hal yang

kompleks. Karena di sini Peneliti sekaligus berperan sebagai perencana,

pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir dan terakhir pelapor hasil

penelitian. Diantara beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer atau data

utama terdiri dari sumber yang langsung terkait dengan fokus penelitian,

semisal informan atau narasumber kompeten, atau situs-situs peninggalan

pada masa Majapahit di Lasem dan juga bukti literatur yang valid.

2. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi atau pengamatan

langsung terhadap Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk, juga dengan teknik

wawancara mendalam terhadap beberapa narasumber yang kompeten serta

dengan studi Dokumentasi dari beragam literatur terkait.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan perbandingan atas hasil penelitian dari beragam sumber. Hasil

kroscek akan dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan gambaran yang

cukup valid untuk ditulis dalam laporan penelitian.

9
F. Sistematika Penulisan Laporan

Guna memberikan gamabaran komprehensif terhadap kekuasaan Majapahit yang

ada di lasem, maka sudah seharusnya laporan ini disusun dalam satu sistematika

yang runtut dan utuh. Mulai dari penelusuran latar belakang permasalahan sampai

pada kesimpulan, harus ditata dengan memperhatikan urutan kronologi serta alur

logika pemikiran yang saling berhubungan dengan baik. Berikut adalah

sistematika logis penulisan laporan penelitian ini:

Bab I. Berisi latar belakang, dalam bagian ini penulis mencoba

mengidentifikasi persoalan-persoalan terkait mengenai keberadaan

kekuasaan Majapahit di Lasem. Kemudian identifikasi masalah yang

berisi bukti fisik adanya kekuasaan Majapahit terhadap Lasem.

Bab II Berisi tentang landasan teori terkait Benda Cagar Budaya, Kerajaan

Majapahit, serta seluk-beluk Kerajaan Lasem.

Bab III. Berisi tentang metode penelitian yang mencakup topik jenis penelitian,

ruang lingkup penelitian, lokasi penelitian, jenis data dan sumber data,

metode analisis data dan terakhir alur logika sistematika penulisan

laporan.

Bab IV. Berisi sajian data yang berhasil dikumpulkan seperti keadaan Situs

Batu Tapak Kaki yang ada di Desa Kajar. Setelah itu, data yang tersaji

direduksi untuk menemukan pola terkait kondisi Situs Batu Tapak

Kaki, penyebab tidak terawatnya Situs Batu Tapak Kaki dan juga

pencarian solusi alternative atas penyebab-penyebab persoalan

tersebut.

Bab V. Berisi kesimpulan dari reduksi data dalam Bab IV terdahulu. Di sini

akan diurai dengan jelas jawaban atas rumusan masalah di Bab I.

Disamping itu, dari kesimpulan-kesimpulan tersebut, maka disusunlah

saran yang merupakan solusi atas berbagai persoalan yang ditemukan.

10
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Sejarah Keberadaan Kekuasaan Majapahit di Lasem.

Kerajaan Majapahit menancapkan kekuasaannya di daerah Lasem pada

tahun 1351 M. Hal ini termaktub dalam piagam Singosari. Berikut ini adalah

uraian mengenai bukti kekuasaan Majapahit di Lasem :

1. Adanya Angga Naga Aryyama Merupakan Peristiwa Penting.

Angga Naga Aryyama merupakan candra sengkala. Candra Sengkala

ialah Susunan kata-kata yang mempunyai arti hitungan tahun atau bilangan

tahun (Buku Karangan : R. Bratakesawa). Angga Naga Aryyama berasal dari

kata-kata Anggana Gora Aryyama (Lasem Tempo Dulu, Karangan : Slamet

Widjaja) yang memiliki perhitungan sebagai berikut :

Anggana artinya lebah mempunyai hitungan bilangan enam, Gora

artinya besar, mempunyai hitungan bilangan tujuh, Ary artinya hari (dina)

mempunyai hitungan bilangan dua, Yama artinya mati mempunyai hitungan

bilangan satu. Dengan demikian, Angga Naga Aryyama mempunyai susunan

bilangan 6721.

Untuk membaca tahun candra sengkala, cara membacanya yaitu dari

belakang. 6721 berarti menjadi 1276 tahun saka. Untuk memperoleh tahun

masehi, maka ditambah 78, jadi 1276 tahun saka sama dengan 1354 masehi.

Peristiwa penting yang terjadi pada tahun 1345 M di Lasem, yaitu

kunjungan Hayam Wuruk sebagai penguasa tertinggi Majapahit ke beberapa

daerah bawahan. Berdasarkan pupuh XVII/6-7 disebutkan bahwa perjalanan

ke berbagai daerah bawahan ini disesuaikan dengan arah mata angin pokok.

Secara kosmologis magis, daerah yang dikunjungi dapat memberikan

kekuatan spiritual atas kedudukan dan posisi Majapahit sebagai pusat

pemerintahan (Pusat Studi Sejarah dan Budaya Maritim UNDIP, 2003).

Berikut urutan daerah bawahan Majapahit yang dikunjungi Hayam Wuruk :

11
a. Pada tahun saka 1275 (1353 M) mengunjungi kerajaan Pajang. Terletak di

sebelah barat delta sungai Brantas.

b. Pada tahun saka 1276 (1354 M) mengunjungi kerajaan Lasem melintasi

samudra. Terletak di sebelah utara delta sungai Brantas yaitu berada di

pantai utara dan sebelah barat Surabaya.

c. Pada tahun saka 1279 (1369 M) mengunjungi daerah Lodaya yang

terletak di pantai selatan. Lodaya adalah kawasan sebelah selatan delta

sungai Brantas, yaitu di daerah pantai selatan antara gunung Wilis di barat

dan gunung Semeru di timur.

d. Pada tahun saka 1281 (1369 M) mengunjungi daerah Lumajang yang

terletak di timur delta sungai Brantas, yaitu sebelah timur gunung

Semeru.

2. Ditemukannya Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk di Desa Kajar.

Tapak kaki tersebut ditemukan di Desa Kajar Rt : 01/I, kecamatan

Lasem, kabupaten Rembang tepatnya di kawasan Argopuro. Tidak banyak

catatan yang menceritakan tentang batu tapak kaki yang ada di Desa Kajar

tersebut. Akan tetapi menurut catatan yang menceritakn tentang kunjungan

Hayam Wuruk di Lasem pada tahun 1354 M, kemungkinan besar tapak kaki

tersebut adalah tapak kaki Hayam Wuruk. Kebiasaan waktu itu, apabila raja

berkunjung ke daerah bawahan, raja menabalkan tapak kakinya, seperti yang

terjadi pada raja Purnawarman, yang memerintah Kerajaan Tarumanegara

(Wawancara dengan bapak Edi Winarno, 17 April 2011). Tapak kaki yang

ditatah di atas batu hitam tesebut merupakan tapak kaki kanan Hayam

12
Wuruk. Sedangkan tapak kaki kiri Hayam Wuruk berada di Desa Gowak,

Lasem. Namun, sekali lagi disebabkan oleh kecilnya kepedulian masyarakat

setempat, batu tersebut sudah hancur. Tapak kaki tersebut memang terpisah,

karena fungsinya berbeda. Tapak kaki kiri yang ada di bukit dekat Desa

Gowak, ada yang berpendapat bahwa tapak kaki kiri tersebut merupakan

simbol batas wilayah terlarang, artinya hanya kaum brahmana saja yang

diijinkan masuk. Sedangkan tapak kaki kanan yang ditatah di sebuah batu

yang masih sekarang ada di Desa Kajar menunjukkan bahwa daerah tersebut

merupakan daerah kekuasaan Majapahit.

3. Peninggalan-Peninggalan Majapahit di Lasem

Banyaknya benda peninggalan Majapahit yang ada di Lasem sebagai

saksi bisu tentang adanya kekuasaan Majapahit yang pernah menduduki

daerah Lasem. Berikut uraiannya :

a. Peninggalan yang berupa benda fisik meliputi :

Situs Batu Tapak Kaki.

Berada di Desa Kajar. Tapak kaki tersebut kemungkinan

besar merupakan tapak kaki Hayam Wuruk. Tapak kaki

tersebut adalah tapak kaki sebelah kanan yang menghadap

kearah timur tergores pada sebuah batu hitam.

13
Kajar Kursi
Kajar kursi ini juga terdapat di

Desa kajar. Kajar kursi

sebenarnya adalah sebuah tempat

air pada masa Majapahit yang

digunakan untuk penobatan

seseorang yang telah

menyelesaikan tugasnya. Karena

pecah, kemudian berbentuk

seperti kursi yang akhirnya diberi

nama kajar kursi.

Bumi Kriyan

Masih ada sisa batu bata yang berasal dari bangunan istana Kerajaan

Lasem yang runtuh.

Bumi Kriyan merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Lasem yang terletak

di Desa Sumbergirang. Namun, sangat disayangkan bekas kerajaan dimana

pemerintahan Lasem dijalankan tidak mendapat perhatian yang begitu baik

terhadap masyarakat. Bahkan, tempat tersebut justru menjadi kompleks

pemakaman.

Candara Sengkala

Merupakan relief di sebuah pin tu masuk bangunan kuno yang

mengandung makna Candra Sengkala di Bonang, Lasem.

14
Makam Dewi Indu dan Rajasa Wardhana.

Berada di lokasi bekas Candi Malat. Terdapat makam Candi Rajasa

Wardhana dan Bhre Lasem Dehitendu Dewi, di lereng bukit

Argasoka Desa Gowak, Lasem.

b. Peninggalan yang berupa hasil seni budaya.

Seni musik : Seni musik daerah atau karawitan

sampai sekarang masih terdapat

beberapa garapan gending yang

diciptakan oleh para pakar budaya

masa itu antara lain yang disebut

Pathet Lasem, dan gending sampak

Lasem

Seni rupa : Seni ini terlihat dengan jelas pada

pembuatan kain batik dengan batik

Laseman. Yang memiliki pola khas.

Antara lain kain batik yang berpola

batik sore, tiga negri, godhong pring

dan sebagainya.

Seni bela diri : Merupakan suatu seni bela diri Gulat

Pathol, olahraga ini masih populer di

masyarakat pesisir Sarang dan

Kragan. Dulu olah raga ini

merupakan olahraga ketangkasan bagi

prajurit-prajurit laut pada masa

Kerajaan Lasem.

Seni budaya : Contohnya budaya wayang yang

diambil dari cerita mahabarata.

15
B. Pemanfaatan Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk sebagai Benda Cagar

Budaya di Desa Kajar, Lasem.

Situs tapak kaki yang ada di desa kajar tersebut memang harus

dioptimalkan pemanfaatannya, supaya tidak punah oleh ketidak pedulian

masyarakat setempat. Karena memang pada dasarnya Situs Batu Tapak Kaki

yang ada di Desa Kajar tersebut merupakan bukti konkret adanya sejarah

kekuasaan Majapahit yang pernah menduduki Lasem. Berikut adalah

pemanfaatan Situs Tapak Kaki yang ada di Desa Kajar dalam berbagai bidang :

1. Bidang Sejarah.

Sudah barang tentu Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk memberi manfaat

di bidang kesejarahan. Diantaranya masyarakat, terutama masyarakat Lasem

akan mengetahui sejarah kota Lasem yang pernah berjaya pada masa

Majapahit. Selian itu masyarakat akan menyadari pentingnya kelestarian

benda cagar budaya demi kepentingan generasi muda.

2. Bidang Pendidikan.

Di dalam bidang pendidikan, Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk dapat

dijadikan tambahan wawasan dan pengetahuan serta ilmu kesejarahan,

khususnya bagi masyarakat kabupaten Rembang. Demikian pula dibutuhkan

bagi generasi muda, supaya mereka mengetahui sejarah Lasem yang menjadi

daerah bawahan Majapahit sebagai kekuatan dan juga penopang kestabilan

sosial, ekonomi dan politik bagi kekaisaran Majapahit (Lasem Negeri

Dampoawang, Unjiya Akrom).

3. Bidang Ekonomi.

Pemanfaatan Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk yang ada di Desa Kajar,

salah satunya adalah di bidang ekonomi. Masyarakat setempat dapat

menjadikan batu tapak kaki tersebut sebagai tempat yang dapat dikunjungi

para pendatang dari luar yang ingin megetahui tapak kaki tersebut, dengan

menarik biaya. Tentunya biaya yang dikenakan terjangkau bagi masyarakat.

Dengan begitu, akan menambah pendapatan di Desa Kajar, Lasem.

16
Pemanfaatan situs batu tapak kaki yang ada di Desa kajar juga harus

diiringi upaya untuk mengoptimalkan benda cagar budaya tersebut. Dalam

pengoptimalan situs batu tapak kaki di Desa Kajar, harus memperhatikan

beberapa point :

1. Kebersihan.

Kebersihan di lokasi situs batu tapak


kaki tidak terawat dengan baik.

Untuk menjaga agar benda cagar budaya terawat dengan baik, maka harus

diperhatikan kebersihan dan keindahannya tetap terjaga. Sehingga

pendatang yang berkunjung ke lokasi benda cagar budaya tidak merasa

jenuh dan justru merasa nyaman dengan kondisi yang bersih dan terawat.

Namun fakta yang terjadi di situs batu tapak kaki sama sekali tidak

terurus, bahkan rerumputan liar dan pepohonan dibiarkan begitu saja.

2. Keamanan.

Faktor keamanan merupakan faktor yang harus diutamakan. Hasil

wawancara penulis dengan beberapa penduduk di Desa Kajar, mereka

mengutarakan tidak ada juru kunci sama sekali terhadap benda

peninggalan tersebut. Tidak hanya situs batu tapak kaki saja, melainkan

benda cagar budaya yang lain seperti lingga dan kajar kursi tidak

mempunyai juru kunci untuk menjaga dan merawat benda cagar budaya

tersebut.

17
3. Fasilitas.

Untuk menuju ke lokasi situs batu Tidak ada jejak jalan yang sering

tapak kaki, harus melewati sawah. dilalui manusia, sehingga harus

Karena tidak ada akses menuju ke menerobos rerumputan liar.

lokasi.

Selanjutnya agar lokasi benda cagar budaya menarik minat pengunjung,

maka dibutuhkan beberapa fasilitas yang disediakan. Fasilitas yang harus

disediakan antara lain :

a. Transportasi ; diperlukan transportasi atau pembuatan jalan yang

memudahkan akses menuju ke kawasan situs batu tapak kaki Hayam

Wuruk tersebut.

b. Fasilitas Untuk Penelitian ; memberikan fasilitas kepada pengunjung

untuk melakukan penelitian sehingga bisa memberikan kesan atau

pengalaman khusus.

c. Informasi Umum ; digunakan para pengunjung untuk mengetahui

secara komleks mengenai Situs Batu Tapak Kaki Hayam Wuruk.

d. Fasilitas pendukung ; dibutuhkan fasilitas pendukung misalnya

disediakan kedai, restoran, toko, kios, MCK, serta tempat peribadatan

untuk para pengunjung yang berkunjung ke kawasan situs batu tapak

kaki tersebut.

18
4. Pemandu atau Guide

Pengunjung yang belum pernah ke lokasi situs tapak kaki tentu saja tidak

mengetahui jalan dan seluk-beluk mengenai situs tapak kaki tersebut.

Untuk itu diperlukan pemandu untuk menunjukkan jalan serta memberi

informasi seputar situs tapak kaki.

5. Pembuatan Perda (Peraturan Daerah)

Sering terjadi kerusakan dan hilangnya benda cagar budaya. Apalagi di

Desa Kajar yang wilayahnya masih berupa hutan, sehingga banyak

tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu dibutuhkan suatu

peraturan di daerah setempat mengenai sanksi bagi siapa saja yang

merusak ataupun menjual benda cagar budaya. Sanksi tersebut dapat

berupa denda, kurungan penjara, ataupun jika benda cagar budaya

tersebut dijual maka wajib mengembalikannya.

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang situs batu tapak kaki Hayam

Wuruk sebagai bukti kekuasaan Majapahit dan upaya memaksimalkan potensi

benda cagar budaya tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Keberadaan kekuasaan Majpahit di Lasem memang ada, dibukiktikan

dengan adanya catatan (Kitab Badrasantanti karangan : R. Panji Kamzah).

yang menceritakan kunjungan Hayam Wuruk pada tahun 1354 M. Hal ini

didukung dengan dietemukannya Situs Batu Tapak Kaki di Desa Kajar, serta

peninggalan-peninggalan pada masa Majapahit yang ada di daerah Laaem.

2. Kecilnya kepedulian masyarakat setempat akan benda cagar budaya,

sehingga diperlukan upaya pelestarian benda cagar budaya, diantaranya

dengan memeperhatikan kebersihan, keamanan, fasilitas, pemandu, serta

memberikan peraturan daerah di lokasi benda cagr budaya.

B. Saran.

Sebaiknya dibutuhkan penyuluhan terhadap masyarakat di sekitar Desa

Kajar, untuk meberikan pengertian kepada masyarakat setempat tentang

pentingnya benda cagar budaya bagi generasi selanjutnya. Penulis juga

menyarankan terlaksananya pengoptimalan benda cagar budaya, agar nantinya

benda cagar budaya tersebut dapat dijadikan saksi atas sejarah masa lampau.

20

Anda mungkin juga menyukai