Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi
proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram.
( Kamus istilah kebidanan). Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa
factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya
karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga
pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan
anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak
pada janin adalah irefersibel. Kerja organ organ maupu aliran darah janin tidak seimbang
dengan pertumbuh janin ( IUGR). Ketiadaan janin pada berbagai tahap merupakan kematian
janin.Berdasarkan revisi tahun 2003 dari Prosedur Pengkodean Penyebab dari Kematian
Janin Berdasarkan ICD-10, Pusat Statistik Kesehatan Nasional mendefinisikan kematian
janin sebagai kematian yang terutama berkaitan dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi
hasilkonsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa kehamilan,
dan merupakan terminasi kehamilan yang tidak diinduksi. Kematian janin diindikasikan oleh
adanya fakta setelah terjadi ekspulsi atau ekstraksi, janin tidak bernafas atau menunjukkan
tanda-tanda laindari kehidupan seperti detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau gerakan
yangberarti dari otot-otot volunter. Detak jantung tidak termasuk kontraksi transien dari
jantung, respirasi tidak termasuk pernafasan yang sangat cepat atau gasping.
Kematian janin yang terjadi tanpa alasan yang jelas pada kehamilan, normal tidak rumit. Ini
terjadi pada sekitar 1 persen dari kehamilan dan biasanya (tergantung pada sumber daya
tersebut) dianggap sebagai kematian janin ketika terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan
dan / atau berat sama dengan atau lebih dari 500 gram. American College of Obstetrics and
Gynecologists juga merekomendasikan kematian termasuk terjadi pada 22 minggu kehamilan
atau lebih (kelompok lain menggunakan 20 minggu kehamilan). Meskipun definisi kematian
janin paling sering digunakan dalam literatur medis, hal ini bukan berarti definisi saja.
Bahkan di Amerika Serikat, perbedaan dalam definisi yang digunakan adalah substansial.
Pusat Nasional Statistik Kesehatan AS, sebuah divisi dari Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit, update secara berkala Model Statistik Vital Negara Undang-Undang
dan peraturan untuk membantu negara dalam mengembangkan undang-undang vital statistik.
Mereka merekomendasikan pelaporan kematian janin yang terjadi pada janin dengan berat
350 gram atau lebih atau dari 20 minggu kehamilan atau lebih besar (lihat Pusat Nasional
Statistik Kesehatan). Kebijakan ini, tetapi, hanya panduan dan praktek pelaporan bervariasi
antara negara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
Bagaimanakah gambaran janin mati dalam rahim (IUFD).

1.3 Tujuan Tujuan


dari penulisan makalah ini :
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Definisi
IUFD - Komplikasi IUFD Etiologi IUFD - Penatalaksanaan IUFD Tanda dan Gejala IUFD
- Pengelolaan Diagnosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi
Intra Uterine Fetal Death/Kematian Janin dalam rahim yaitu kematian yang terjadi pada umur
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gr atau lebih
(Nasdaldy).
Menurut WHO dan The American College Of Obstetricians and Gynecologists yang disebut
kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih
atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin
merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. Prinsip
dasar Kematian janin merupakan haisil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegawatan
janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosa sebelumnya sehingga tidak di obati.

2.2 Etiologi
Penyebab dari IUFD seringkali dipicu oleh Ketidak cocokan rhesus darah ibu dan janin,
ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin, gerakan janin yang terlalu aktif, penyakit pada
ibu, kelainan kromosom, trauma saat hamil, infeksi pada ibu, kelainan bawaan janin,
perdarahan antepartum, penyakit saluran kencing, penyakit endokrin, malnutrisi, dll. Pada 25-
60 % kasus penyebab kematian janin tidak jelas.
Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik
plasenta.
Faktor maternal antara lain adalah Post term (> 42 minggu), diabetes mellitus tidak
terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklamsia, eklamsia,
hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom,
hipotensi akut ibu,kematian ibu.
Faktor fetal antara lain adalah Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan
kongenital, kelainan genetik, infeksi.
Faktor plasenta antara lain adalah Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah
dini, vasa previa.
Sedangkan faktor risiko terjadinya kematian janin intrauterin meningkat pada usia ibu > 40
tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrsi pada ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir
rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut. Untuk diagnosis
pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta
selaput.
Deperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk
analisis kromosom, kemungkinan terpapar unfeksi untuk mengantisipasi kehamilan
selanjutnya. Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin.
Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan keluarga,pada
kehamilan berikut diperlukan pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin.
Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan anamnesis, ditanyakan aktivitas
gerakan janin pada ibu hamil, bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan
kardiotokografi.

2.3 Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena beberapa faktor antara lain
gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai
makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena
anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ
organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin.

2.4 Tanda dan Gejala


Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri menurun.
Bunyi jantung janin tak terdengar dengan fetoskop dan dipastikan dengan doppler. Keluhan
ibu : menghilangnya gerakan janin. Berat badan ibu menurun. Tulang kepal kolaps.
USG : merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin
dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan. Catatan : pemeriksaan
radiologi dapat menimbulkan masalah dan tidak perlu.
Bila dilakukan 5 hari setelah kematian janin, akan tampak gambaran sebagai berikut :
- Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain
- Tulang belakang mengalami hiperfleksi
- Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
- Edema di sekitar tulang kepala. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif. Hasil ini terjadi
beberapa hari setelah kematian janin.

2.5 Diagnosis
Penetapan diagnosa di peroleh dengan cara : anamnesa, pemeriksaan yang meliputi palpasi,
auskultasi, reaksi kehamilan, rontgen foto abdomen. Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat
terbatas nilainya dalam membuat diagnosis kematian janin. Umumnya penderita hanya
mengeluh gerakan janin berkurang, pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung
janin.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasound , dimana tidak tampak adanya
gerakan jantung janin. Pada anamnesis gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan
janin tidak ada, yang terlihat terlihat pada tinggi fundus uteri menurun, berat badan ibu
menurun, dan lingkaran perut ibu mengecil. Dengan fetoskopi dan doppler tidak dapat
didengar adanya bunyi jantung janin. Dengan sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG,
tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan. Dengan foto radiologik setelah 5 hari tampak
tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang tindih (gejala spalding) tulang kepala
hiperrefleksi, edema sekitar tulang kepala; tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh
darah. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif setelah beberapa hari kematian janin.
Komplikasi yang dapat terjdi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga, apalagi bila waktu
antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat
terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2 minggu.

2.6 Komplikasi
Trauma emosional yang berat terjdi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup
lama
Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

2.7 Penatalaksanaan
Periksa tanda vital
Ambil darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, golongan darah ABO dan
Rhesus.
Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Bila belum ada kepastian sebab kematian, hindari
memberikan informasi yang tidak tepat.
Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir
pervaginam.
Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan
dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil.
Bila pilihan adalah pada ekspektatif: tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu, yakinkan
bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
Bila pilihan adalah manajemen aktif: induksi persalinan menggunakan oksitosin atau
misoprostol. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya pada letak lintang.
Berikan kesempatan kepda ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
Pemeriksaan patologi plasenta akan mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.

2.8 Pengelolaan
Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, penderita segera diberi informasi. Diskusikan
kemungkinan penyebab dan rencana penatalaksanaannya. Rekomendasikan untuk segera
diinterventasi.
Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu kadar fibrinogen menurun dengan kecenderungan
terjadinya koagulopati. Masalah menjadi rumit bila kematian janin terjadi pada salah satu dari
bayi kembar. Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, dilakukan pemeriksaan tanda
vital ibu; dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, dan gula darah. Diberikan
KIE pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian janin; rencana
tindakan; dukungan mental emosioanal pada penderita dan keluarga, yakinkan bahwa
kemungkinan lahir pervaginam. Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2
minggu, umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif dengan induksi
persalinan dengan oksitosin atau misoprostol. Tindakan perabdominam bila janin letak
lintang.
Induksi persalinan dapat di kombinasi oksitosin + misoprostol. Hati-hati pada induksi
dengan uterus pascaseksio sesaria ataupun miomektomi, bahaya terjadinya ruptura uteri. Pada
kehamilan janin 24-28 minggu dapat digunakan, misoprostol secara vaginal (50-100 g tiap
4-6 jam) dan induksi oksitosin. Pada kehamilan diatas 28 minggu dosis misoprostol 25 g
pervaginam/ 6 jam. Setelah bayi lahir dilakukan ritual keagamaan merawat mayat bayi
bersama keluarga. Idealnya pemeriksaan otopsi atau patologi plasenta akan membantu
mengungkapkan penyebab kematian janin.

2.9 Pencegahan
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu
mersa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gamelli
dengan T + T (twin to twin transfusio) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh
anastomosis.

BAB III PEMBAHASAN


A Pengertian IUFD
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim
ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya kematian janin ketika masih berada
dalam rahim yang beratnya 500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih. IUFD
atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur
kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr). IUFD adalah
keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam
kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD). Kematian janin dapat terjadi dan
biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan
tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion. Sesudah 20 minggu biasanya ibu telah
merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu. Apabila wanita tidak merasakan
gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

B Manifestasi Klinik
1. DJJ tidak terdengar
2. Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
3. Pergerakan anak tidak teraba lagi
4. Palpasi anak tidak jelas
5. Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari
6. Pada rongen dapat dilihat adanya o tulang-tulang tengkorak tutup menutupi o tulang
punggung janin sangat melengkung o hiperekstensi kepala tulang leher janin o ada
gelembung-gelembung gas pada badan janin o bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau
lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25% 4.3

Klasifikasi Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :


a. Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
b. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
c. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan > 28 minggu (late fetal death)
d. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.

C Faktor Resiko
1. Status sosial ekonomi rendah
2. Tingkat pendidikan Ibu yang rendah
3. Usia Ibu > 30 tahun atau < 20 tahun
4. Partus pertama dan partus kelima atau lebih
5. Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
6. Kehamilan tenpa riwayat pengawasan kesehatan Ibu yang inadekuat
7. Riwayat kehamilan dengan komplikasi medic atau Obstetrik.
8. Faktor ibu (High Risk Mothers)
a. tinggi dan BB ibu tidak proporsiona
b. kehamilan di luar perkawinan
c. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
d. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir
mati
e. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
9. Faktor Bayi (High Risk Infants)
a. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
10. Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
c. pre eklamsi / eklamsi
d. polihidramnion
e. inkompatibilitas golongan darah
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
h. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria
D. Diagnosa dan Diagnosa Banding
1. Anamnesis Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin
sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil
atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering
menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada
ibu yang kurus.
3. Palpasi Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan
janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan dopler tidak terdengar
terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati
dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar
janin Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin. Tanda Gerhard :
adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang
kepala (sutura) janin Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak Kepala janin kelihatan
seperti kantong berisi benda padat.
Gejala dan tanda yang selalu ada Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada Kemungkinan
diagnosa
1. Gerakan janin berkurang atau hilang, timbul atau menetap, perdarahan pervaginam sesudah
hamil 22 minggu
2. Gerakan janin dan DJJ tidak ada, perdarahan, nyeri perut hebat
3. Gerakan janin berkurang atau hilang DJJ abnormal (< 100 x/menit atau > 180 x/menit)
4. Gerakan janin atau DJJ hilang
a. . Syok, uterus tegang/kaku, gawat janin atau DJJ tidak terdengar
b. Syok, perut kembung/cairan bebas intra abdominal, kontraksi uterus abnormal,
abdomen nyeri, bagian-bagian janin teraba, denyut nadi Ibu cepat
c. Cairan ketuban bercampur mekonium
d. Tanda-tanda kehamilan berhenti, TFU berkurang, pembesaran uterus berkurang
Solusio plasenta Ruptur Uteri Gawat janin Kematian janin

E. Terapi
1. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan
bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk
meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan
melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
3. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996)
memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis
kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam
sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi
kehamilan.
a) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan: - Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
- Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu
pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.
- Tindakan: Kuretasi vakum Kuretase tajam Dilatasi dan kuretasi tajam.
b) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu.
Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian
pertama. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin
10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per
menit. Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
c) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 28 minggu. Misoprostol 100 mg intravaginal,
yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan batang laminaria
selama 12 jam. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit
sampai maksimal 60 tetes per menit. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup
maupun janin mati. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati. Catatan: dilakukakan
histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu,
dengan sepengetahuan konsulen.
d) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu kehamilan. Misoprostol 50 mg
intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan
metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif bila
dilakukan pada KPD). Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per
menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande
multigravida sebanyak 2 labu. Kombinasi ketiga cara diatas. Catatan: dilakukan SC bila
upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin
untuk menyelesaikan persalinan.
b. Periksa ulangan (follow up) Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40
hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa. Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis,
keadaan laktasi (penghentian ASI), dan penggunaan alat kontrasepsi.

F. Dampak Kematian janin


dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu
maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena
itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis
ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum.
Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen. Dampak lainnya yaitu,
Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan cukup lama,
dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila kematian janin
berlangsung lebih dari 2 minggu.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
IUFD adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin
sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya kematian janin terjadi menjelang
persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki 8 bulan.
Adapun beberapa penyebab IUFD adalah:
1. Ketidak cocokan golangan darah, rhesus ibu dan bayinya
2. Gerakan bayi yang berlebihan
3. Berbagai penyakit pada ibu hamil
4. Kelainan kromosom
5. Trauma saat hamil
6. Infeksi pada ibu hamil
7. Kelainan bawaan bayi.
B. Saran
Saran untuk tenaga kesehatan, pasien dan keluarga pasien :
a. Sabar adalah kunci penanganan proses persalinan IUFD. Adalah jangan terburu buru
meminta operasi karena akan menimbulkan efek kurang menguntungkan bagi ibunya kelak.
Padahal si bayi sudah tidak ada.
b. Berikan dukungan moril pada pasien yang mengalami IUFD tersebut, tapi sebaiknya
jangan terlalu banyak yang membesuk saat pasien belum bersalin.Karena dikhawatirkan
semakin banyak yang berkunjung, semakin banyak simpati, semakin banyak tangisan,
semakin banyak kekhawatiran akan membuat si pasien semakin down, akan membua
tsipasien dan keluarganya bertambah panik sehingga akhirnya minta segera operasi saja.
c. Percayakan penanganan pada dokter dan perawat atau bidan jangan sampai kekhawatiran
tersebut membuat persepsi yang tidak-tidak dan terburu-buru, jika memang belum terlalu
jelas tanyakan saja pada dokter,bidan atau pun perawatnya.
d. Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin mnimal 4 kali
selama kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya.
e. Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan Pengetahuan dan keterampilannya
untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak.
f. Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan
profesional

DAFTAR PUSTAKA
1. Maryunani,anikdanyulianingsih. 2012. AsuhanKegawat DaruratandalamKebidanan.
Jakarta :CV.Trans Info Media.
2. Prawirohardjo,sarwono.2009.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina
Pustaka.
3. Rukiyah,Ai Yeyeh,Lia Yulianti.2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan).Jakarta:TIM
4. Saifuddin,Abdul Bari,dkk.2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5. Saifuddin,Abdul Bari,dkk.2010.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai