Hasan
Fakultas Ekonomi Universitas Wahid Hasyim Semarang
ABSTRACT
This paper offers an action research approach as the method of research that
should be done in universities while enhancing the integration of educational
activities, research, and community service. This paper discusses some important
aspects of action research such as understanding, processes, principles,
applications and types of action research. After that, also put forward the
implementation agenda and examples of action research that needs to be done
and can be emulated by the academic community colleges in order to solve real
problems in society.
Keywords: action research, research methodology, community service
PENDAHULUAN
178 AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 8, Oktober 2009
Desain penelitian tindakan adalah berotasi antara kegiatan rutin
manajerial (M), mengadakan penelitian (R), dan mengembangkan teori (D).
Secara berkelanjutan ketiganya dievaluasi (E). Action Research menjadi
model alternatif untuk penelitian dalam kerangka berfikir praxis. (Noeng
Muhadjir, 2000).
Noeng Muhadjir (2000) membedakan dengan Research and Development
(R&D), yang diadakan penelitian terlebih dahulu baru kemudian
dirancangkan pengembangannya. Penelitian ini sebagian mulai dengan
kerangka teori, dilanjutkan dengan pengumpulan data, analisis, dan diakhiri
dengan kesimpulan. Pengembangan dilakukan dengan implementasinya,
mungkin juga dengan penelitian lanjutannya. Sedang action research
melakukan secara sekaligus antara berteori dan berpraktik yang rotasi
kegiatannya sebagaimana terjelaskan diatas (M-R-D-E).
Action research bertujuan untuk memberikan kontribusi baik pada
tataran praktis kepedulian terhadap masalah yang dihadapi manusia saat
ini maupun agenda sasaran (pengembangan) ilmu sosial secara bersama.
Untuk itu terdapat dua komitmen dalam action research: untuk mempelajari
sebuah sistem dan sekaligus berkolaborasi dengan anggota sistem tersebut
dalam rangka menuju pada arah yang diinginkan. Untuk melaksanakan
dua tujuan ini sekaligus, dibutuhkan kolaborasi aktif antara peneliti dan
klien (anggota sistem/ objek penelitian), maka perlu menekankan
pentingnya pembelajaran bersama ( co-learning) sebagai aspek pokok proses
riset (OBrien, 1998).
OBrien kemudian menjelaskan perbedaan jenis penelitian ini dengan
praktik para profesional, konsultan, atau pemecahan masalah keseharian.
Perbedaan utamanya ada pada penekanan penelitian/kajian ilmiah, dimana
peneliti dalam action research melakukan pengkajian terhadap masalah
secara sistematis dan memastikan intervensi yang dilakukan didasarkan
pada pertimbangan teoritis. Kebanyakan waktu peneliti digunakan untuk
mengeksplorasi alat-alat metodologis yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi, dan juga pada mengumpulkan, menganalisa, dan menyajikan
data selama pelaksanaan, dengan berbasis siklus. Sedangkan praktik para
profesional, konsultan, dan pemecahan masalah keseharian tidak mengikuti
kaidah penelitian/ kajian ilmiah.
Beberapa karakteristik membedakan action research dengan tipe-tipe
penelitian lain. Yang utama, action research fokus pada peran orang yang
terlibat sekaligus menjadi peneliti orang tersebut belajar metode terbaik,
dan meningkatkan penerapan apa yang telah dipelajari dengan
melakukannya sendiri. Action research juga memiliki dimensi sosial peneliti
menempatkan diri dalam situasi nyata, dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah. Peneliti utama tidak perlu terlalu objektif, namun justru membagi
pendapat-pendapatnya personalnya kepada partisipan yang lain untuk
mencapai langkah yang berhasil dan berdayaguna.
Perbedaan karakteristik di atas memperlihatkan bahwa penelitian
tindakan merupakan penelitian kualitatif yang memiliki keterlibatan intens
Action Research : Desain Penelitian Integratif Untuk Mengatasi Hasan
Permasalahan Masyarakat 179
peneliti dengan masalah dan objek penelitian. Peneliti juga perlu melakukan
pemberdayaan terhadap objek penelitian dengan terlibat dalam pemecahan
masalah tersebut. Peneliti juga tidak perlu terkooptasi dengan prinsip
objektifitas penelitian sebagaimana dalam aliran positifis-empiris. Titik berat
penelitian tindakan adalah pada perubahan dan mengatasi masalah nyata
di objek penelitian, sehingga terdapat kontribusi nyata dan langsung terhadap
objek penelitian dalam mengatasi masalah.
180 AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 8, Oktober 2009
PRINSIP-PRINSIP ACTION RESEARCH
182 AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 8, Oktober 2009
PERAN PENELITI DALAM ACTION RESEARCH
184 AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 8, Oktober 2009
pengembangan antara lain bermanfaat untuk pengembangan program dalam
proses pengembangan produk misalnya. Sedangkan riset evaluasi bertujuan
misalnya untuk melakukan penilaian secara berkala terhadap realisasi suatu
tindakan, kegiatan, atau program.
Penggunaan penelitian tindakan terutama untuk melaksanakan dua
tugas pokok, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, dan (2) mengatasi
masalah. Kedua bentuk riset yang berbeda ini, jika dihubungkan dengan
bidang pemasaran, menurut Maholtra dapat dijelaskan dalam contoh
sebagai berikut (Husein Umar, 2003):
Suatu bank memproduksi suatu layanan produk, misalnya kartu kredit.
Produk ini pada gilirannya akan dipromosikan, dibeli, dan dimanfaatkan
oleh pelanggannya.
1. Riset identifikasi masalah
Hasil riset menunjukkan bahwa kepuasan pengguna kartu kredit
tertentu misalnya, adalah rendah. Berdasarkan hasil ini, bank sulit
meningkatkan secara langsung kepuasan nasabah karena secara teori
tidak dapat dikendalikan langsung oleh bank. Oleh sebab itu, hasil
riset hanya berupa identifikasi yang nanti (kelak) akan ditindaklanjuti
sampai tahap bagaimana meningkatkan kepuasan pelanggan.
2. Riset mengatasi masalah
Lain halnya dengan biaya suatu promosi suatu produk bank,
misalnya biaya promosi untuk produk kartu kredit. Di sini perusahaan
secara langsung mampu menentukan berapa dana yang dapat
dianggarkan agar rencana penjualan dapat diraih. Jika fakta
menunjukkan bahwa penjualan berada di bawah rencana yang telah
ditetapkan, maka aspek promosinya perlu diriset untuk mencari
penyebab dan jalan keluarnya.
Dari contoh di atas, sebetulnya model pemisahan antara peneliti dan
objek penelitian tidak perlu dilakukan, seolah-olah peneliti tidak terlibat
sebagaimana yang disampaikan Maholtra dan dikutip oleh Husein Umar.
Identifikasi dan mengatasi masalah, bahkan pengambilan tindakan dapat
digabungkan sekaligus dalam satu riset yang tidak harus memisahkan
antara penelitian dan tindakan, karena justru peneliti (dan orang dalam
objek penelitian) juga terlibat aktif baik dalam identifikasi masalah, mencari
solusi dengan proses refleksi dan sekaligus terlibat dalam tindakan untuk
mengatasi masalah tersebut.
186 AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 8, Oktober 2009
Untuk hal ini, agaknya Prof. Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian
tahun 2006 dapat menjadi contoh/ praktik baik ( best practise). Melalui
komitmen dan cita-citanya untuk memusiumkan kemiskinan dengan
program dan institusi bentukannya yang terkenal -Grameen Bank- ia telah
mengentaskan jutaan orang miskin. Hal ini dilakukan melalui
pemberdayaan masyarakat miskin (khususnya perempuan) dengan program
mikro kredit, khususnya di Bangladesh. Kredit Mikro ini kemudian
dikembangkan terus menjadi bisnis sosial yang telah merambah, melayani
dan sekaligus mengatasi berbagai masalah masyarakat miskin.
Muhammad Yunus mengalami keprihatinan sebagai seorang ekonom
lulusan Ph.D sebuah universitas di Amerika, yang pulang ke negaranya
dan menjumpai kemiskinan dan keterbelakangan masyarakatnya.
Dorongan dan komitmen untuk merubah masyarakat telah memberinya
kekuatan untuk selalu berusaha merubah kehidupan masyarakat. Ia tidak
saja melakukan penelitian, mempublikasikan pemikirannya, namun ia juga
aktif terjun dan mengadakan berbagai program untuk mengentaskan
masyarakat dari kemiskinan. Ia juga mengajak mahasiswanya untuk terjun
ke masyarakat, baik untuk mendapatkan data maupun aktif memberikan
pinjaman mikro bagi masyarakat miskin, khususnya wanita di Banglades.
Bahkan beberapa mahasiswanya menjadi pengelola (eksekutif) bagi bisnis
sosial Grameen. Komitmennya ditunjukkan juga dengan kesediannya
membiayai/ menutup kekurangan dana eksperimen programnya dengan
dana pribadinya (Counts, 2008).
Berdasarkan pengalaman dan ilmunya, Muhammad Yunus (2007),
merumuskan model bisnis-sosial yang berbeda dan inovatif daripada bisnis
konvensional yang profit motif ( profit maximizing business -PMB), atau sekedar
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), atau kegiatan filantropi sosial
pada umumnya. Ia menawarkan model bisnis yang diyakininya akan
mengubah dunia, sehingga menciptakan dunia tanpa kemiskinan. Model
bisnis sosial ini harus dikelola secara profesional sebagaimana bisnis PMB
pada umumnya, bahkan menghasilkan keuntungan. Namun
keuntungannya ini digunakan kembali untuk mengembalikan investasi dari
investor sekaligus digunakan untuk pengembangan bisnisnya, atau
keuntungan tersebut dibagikan dalam bentuk dividen kepada masyarakat
miskin yang dapat saja memiliki bisnis sosial tersebut. Bisnis sosial juga
merupakan bisnis yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
miskin.
Pendekatan kritis yang dilakukan oleh Muhammad Yunus mampu
menginspirasi banyak orang di dunia untuk melakukan kredit mikro dan
bisnis sosial. Keprihatinannya mampu merubah kondisi masyarakat yang
tidak baik, sebagaimana tujuan pendekatan (aliran) kritis itu sendiri. Hal
ini sebagai contoh pelaksanaan praktik baik dalam pelaksanaan action
research yang menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan ekonomi khususnya
dalam mengatasi kemiskinan melalui program keuangan mikro.
DAFTAR PUSTAKA
188 AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 8, Oktober 2009