Abstract Ministry of Health RI has issued a policy to guide Sistem informasi rumah sakit merupakan salah satu komponen
the implementation of health development undertaken by the yang penting dalam mewujudkan upaya peningkatan mutu
government and private sector in order to improve the quality of tersebut. Sistem informasi rumah sakit secara umum bertujuan
health services at the hospital. This quality improvement is untuk mengintegrasikan sistem informasi dari berbagai
formed by the implementation of Hospital Management subsistem, mengumpulkan, menyajikan dan mengolah data
Information System (HMIS) in every hospital. The
rumah sakit sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan
implementation of HMIS is still having problems and obstacles in
the level of user acceptance. There are still many operational and sebagai pengambilan keputusan bagi rumah sakit. Namun,
managerial things that, makes the implementation of HMIS not pada saat ini banyak rumah sakit yang tidak menyadari betapa
properly running.This research study analyses the results of the pentingnya pengelolaan data di rumah sakit yang sangat besar
implementation of HMIS from the user acceptance levels, using dan belum tersusun secara baik sehingga pelayanan pihak
the integration model of the Task Technology Fit (TTF) and the rumah sakit tidak berjalan secara efektif. Saat ini, beberapa
Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology rumah sakit sudah mulai menerapkan Sistem Informasi
(UTAUT). Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Hal ini dikarenakan,
rumah sakit dituntut untuk selalu meningkatkan pelayanan
Intisari Departemen Kesehatan RI telah mengeluarkan kepada masyarakat berupa peningkatan akreditasi (tipe) rumah
kebijakan yang menjadi pedoman bagi penyelenggaraan sakit. Salah satu rumah sakit yang mulai menerapkan SIMRS
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah
adalah Rumah Sakit Pusat Kesehatan Umum (PKU)
maupun swasta dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Peningkatan mutu ini berupa Muhammadiyah Sruweng. Pada tahun 2012, pihak manajemen
penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) rumah sakit ingin meningkatkan status (tipe) rumah sakit
disetiap rumah sakit. Penerapan SIMRS saat ini masih menjadi rumah sakit bertipe B.
mengalami kendala dan hambatan ditingkat penerimaan Perubahan status ini dalam rangka mewujudkan komitmen
pengguna. Masih banyaknya hal yang bersifat operasional dan pihak rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
manajerial, membuat penerapan SIMRS tidak berjalan dengan yang maksimal kepada masyarakat di wilayah Sruweng,
baik. Penelitian ini melakukan analisis terhadap hasil penerapan Kebumen dan sekitarnya. Usaha untuk memberikan pelayanan
SIMRS dari sisi tingkat penerimaan pengguna, menggunakan kesehatan yang baik harus ditunjang oleh sarana dan prasarana
Model Gabungan Unified Theory of Acceptance and Usage of
yang ada dirumah sakit. Oleh karena itu, RS PKU
Technology (UTAUT) dan Task Technology Fit (TTF).
Muhammadiyah Sruweng saat ini terus berupaya untuk
Kata Kunci Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, meningkatkan pelayanan kesehatannya dengan mulai
UTAUT, TTF. menerapkan SIMRS. SIMRS yang diterapkan di RS PKU
Muhammadiyah Sruweng, diharapkan mampu memenuhi
I. PENDAHULUAN harapan masyarakat akan tersedianya pelayanan kesehatan di
Teknologi sistem informasi telah mendorong dan rumah sakit yang akurat, cepat, dan efisien.
mempengaruhi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dalam Perkembangan sistem informasi manajemen khususnya
rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan ketepatan dan rumah sakit, saat ini belum bisa dikatakan mengalami
kecepatan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Rumah perkembangan yang cukup baik. Masih banyaknya hal yang
sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan diharapkan mampu bersifat operasional dan manajerial, membuat penerapan
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. SIMRS mengalami hambatan. Termasuk di RS PKU
Departemen Kesehatan RI telah mengeluarkan kebijakan yang Muhammadiyah Sruweng ini. Walaupun pelaksanaan sistem
menjadi pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan tersebut masih baru, namun penggunaan sistem ini masih
kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta memiliki banyak kendala dan hambatan. SIMRS yang ada
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di masih berdiri sendiri, artinya bahwa disetiap unit pelayanan
rumah sakit, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan hanya terdapat satu sistem, dan tidak ada integrasi antara satu
Republik Indonesia Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011 dengan yang lainnya. Hal inilah yang membuat SIMRS tidak
pasal 1 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa Setiap rumah sakit maksimal digunakan oleh pihak Rumah Sakit. Selain itu
wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit [1]. pengguna yang merasa kesulitan dalam hal penggunaan sistem,
membuat pelaksanaan sistem ini menjadi terhambat. Kesulitan
pengguna dalam menggunakan sistem informasi akan
1 memberikan dampak kepada ketidakberhasilan penerapan
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
FT UGM Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281 INDONESIA (e-mail: SIMRS, yang akan berpengaruh terhadap pelayanan rumah
novianti_miechan@yahoo.com) sakit kepada masyarakat.
2,3
Dosen Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Jalan
Berdasarkan hal tersebut maka sebelum dilakukan
Grafika no.2 Yogyakarta, 55281, INDONESIA pengembangan SIMRS selanjutnya, diperlukan suatu analisis
untuk mengidentifikasi tingkat penerimaan pengguna terhadap
tapi dapat diwakili atau diukur dengan satu atau lebih variabel Diharapkan
H4
manifest. Variabel manifest atau variabel teramati (observed H6
Penerimaan
Pengguna
variable) atau variabel terukur (measured variable) adalah H5
suatu nilai hasil observasi untuk suatu item atau pertanyaan Tingkat Kemudahan
yang Diharapkan
yang spesifik, yang dihasilkan dari jawaban responden atau
dari pengamatan peneliti. Variabel manifest digunakan H7
Pengaruh Sosial
sebagai indikator terhadap variabel laten.
SEM terdiri dari tiga bagian model yaitu model struktural, H8
Kondisi Fasilitas yang
model pengukuran dan model hybrid. Model Struktural adalah ada
model yang menggambarkan hubungan-hubungan yang ada
diantara variabel-variabel laten. Model Pengukuran adalah
Gbr. 6 Hipotesis penelitian.
model yang bisa menspesifikasikan korespondensi antara
variabel laten dan manifest. Model Hybrid (full SEM Model) Berdasarkan gambar diatas, hipotesis penelitian ini terdiri
adalah model yang merupakan gabungan dari model struktural dari sepuluh hipotesis yang dijabarkan sebagai berikut.
dan model pengukuran. SEM memiliki dua tujuan utama H1 : Karakteristik tugas mempengaruhi kesesuaian tugas
dalam analisisnya, tujuan yang pertama yaitu menentukan dan teknologi SIMRS.
apakah model pausible (masuk akal) atau fit, atau dengan kata
H2 : Karakteristik teknologi SIMRS mempengaruhi
lain menguji fit suatu model yaitu kesesuaian model dengan
kesesuaian tugas dan teknologi SIMRS.
data empiris. Tujuan kedua yaitu menguji berbagai hipotesis
H3 : Kesesuaian tugas dan teknologi SIMRS
yang telah dibangun sebelumnya [18].
mempengaruhi penerimaan pengguna terhadap
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
SIMRS.
metode Partial Least Square (PLS). PLS merupakan metode
alternatif analisis dengan Structural Equation Modelling H4 : Kinerja yang diharapkan dari penggunaan SIMRS
(SEM) yang berbasis variance. PLS berorientasi analisis mempengaruhi penerimaan pengguna terhadap
bergeser dari menguji model kausalitas atau teori ke SIMRS.
component based predictive model, sedangkan SEM yang H5 : Tingkat kemudahan yang diharapkan mempengaruhi
berbasis kovarian lebih berorientasi pada model building yang penerimaan pengguna terhadap SIMRS.
dimaksudkan untuk menjelaskan kovarian dari semua H6 : Tingkat kemudahan yang diharapkan mempengaruhi
observed indicators. Pemodelan di dalam PLS ada dua yaitu kinerja yang diharapkan dari penggunaan SIMRS.
Inner model dan Outer Model. Inner Model yaitu model H7 : Pengaruh sosial mempengaruhi penerimaan
struktural yang menghubungkan antar variabel laten. pengguna SIMRS.
Sedangkan Outer model yaitu model pengukuran yang H8 : Kondisi fasilitas yang ada mempengaruhi
menghubungkan indikator dengan variabel latennya. penerimaan pengguna SIMRS.
H9 : Karakteristik teknologi SIMRS mempengaruhi
PLS merupakan metode analisis yang powerfull, karena tingkat kemudahan yang diharapkan pengguna.
tidak didasarkan banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi H10 : Kesesuaian tugas dan teknologi mempengaruhi
normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, kinerja yang diharapkan pengguna.
interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang sama),
dan sampel tidak harus besar [19]. PLS tidak hanya dapat III. METODOLOGI
digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini
digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan
adalah metode penelitian kuantitatif statistik dengan
antar variabel laten.
menggunakan metode pendekatan survei. Metode pendekatan
F. Hipotesis survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
Hipotesis menyatakan hubungan yang ingin diketahui atau
pengumpulan data yang pokok. Analisis data kuantitafif
dipelajari. Hipotesis didalam penelitian ini terdiri dari
statistik digunakan untuk meneliti hubungan variabel-variabel
beberapa hipotesis, yaitu karakteristik tugas, karakteristik
yang terdapat dalam model penelitian, kemudian hasil
teknologi, kinerja yang diharapkan, tingkat kemudahan yang
diharapkan, pengaruh sosial, kondisi fasilitas yang ada,