PENDAHULUAN
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
masyarakat perlu diikuti sertakan agar berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Pada saat anak sakit, keluarga terutama orang tua merupakan orang
yang paling dekat dengan pasien dan merupakan perawat utama bagi pasien, karena
anak masih sangat bergantung pada kedua orang tuanya. Keluarga sangat berperan
dalam menentukan pemilihan rumah sakit (RS) untuk merawat anaknya. Oleh karena
itu pembentukan persepsi mutu pelayanan yang berkualitas pada keluarga pasien
apalagi saat ini keluarga pasien sudah lebih kritis dalam memilih RS sebagai fasilitas
berobat, antara lain dapat membandingkan pelayanan RS satu dengan yang lainnya
1
2
sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Hal itu menjadi salah satu dasar RS
untuk memberikan pelayanan prima pada setiap jenis pelayanan yang diberikan baik
untuk pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap maupun pelayanan gawat darurat
(Rosita, 2010).
tubuh, nada suara bisa memberikan arti negatif. Komunikasi yang tidak lancar, proses
transportasi RS, pelayanan makanan, petugas kebersihan kamar, perawat, dokter, dan
siapa saja yang berhubungan dengan pasien atau keluarga akan memberikan arti
(Press,2006)
berkaitan dengan kesembuhan dari penyakit, tetapi juga menyangkut persepsi pasien
ketersediaan sarana dan prasarana RS guna guna memenuhi kebutuhan dan harapan
kemampuan medis tetapi juga ditentuka oleh fasilitas pelayanan RS dan non medis
(Andriani, 2005).
pasien dan menciptakan suatu loyalitas dari pasien. Kepuasan pasien telah menjadi
barang atau jasa yang dikonsumsi dapat diterima dan dinikmatinya dengan pelayanan
yang baik atau memuaskan (Assauri, 2003). Mutu palayanan akan membentuk
persepsi dan selanjutnya dapat meningkatkan loyalitas pasien dalam hal ini
pada diri pasien dan keluarga pasien setelah mengkonsumsi barang/ jasa yang
diberikan oleh RS. Persaingan yang semakin ketat akan menuntut RS untuk
4
keluarga pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, hal itu adalah langkah
Salah satu hal yang sering diabaikan dalam kegiatan di RS adalah pengalaman
keluarga. Pasangan, anak, orang tua biasanya lebih kritis terhadap apa yang terjadi
pada orang yang mereka cintai. Penilaian dari anggota keluarga terhadap segala
kejadian selama di RS berpengaruh besar terhadap persepsi pasien atau orang lain.
Seandainya penilaian yang muncul bernilai positif, maka dampak bagi RS juga akan
baik, dan sebaliknya. Ketika keluarga dan RS terhubung dengan komunikasi yang
(Press,2006).
yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu
memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,
penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi
kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.
Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan akan berlanjut pada
proses terbentuknya persepsi secara umum terhadap RS, oleh sebab itu di dalam
aspek fasilitas RS peranan sumber daya seperti dokter dan perawat baik medis
maupun non medis menjadi sangat penting, karena kinerja mereka akan menentukan
5
persepsi pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan RS. Penelitian Endartini
(2004) tentang persepsi pasien umum terhadap pelayanan RS Kesdam I/BB Medan,
RS oleh pasien rawat inap antara lain adalah pelayanan dokter dan perawat,
penunjang medis dan non medis. Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan pelayanan
pasien dan persepsi pasien/keluarga terdekat. Kepuasan pasien akan tercapai apabila
diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan
kondisi lingkungan fisik dan tanggap kepada kebutuhan pasien. sehingga tercapai
keseimbangan yang sebaik-baiknya antara tingkat puas atau hasil dan derita-derita
serta jerih payah yang harus dialami guna rnempeoleh hasil tersebut (Awinda, 2004).
tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu, yaitu
keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Konsumen RS dalam hal ini
medik dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik
dan hubungan harmonis antara staf RS dengan pasien. Dengan demikian perlu adanya
hubungan mutu pelayanan rawat inap yang diterima dengan kepuasaan yang
dirasakan pasien peserta Askes Plus di RS Umum Permata Bunda Medan. Hasil
penelitian Putri (2008) menyatakan terdapat pengaruh persepsi pasien tentang mutu
membutuhkan tantangan yang tidak terbatas, apalagi saat ini pasien dan keluarga
pasien sudah lebih kritis dalam memilih RS sebagai fasilitas berobat, antara lain dapat
pelayanan.
Rumah Sakit Umum Sundari Medan adalah salah satu RS swasta yang
berfungsi melayani kesehatan masyarakat. RS ini memiliki unit rawat inap dengan
154 buah tempat tidur, sedangkan unit rawat inap anak sebanyak 22 buah. Dari data
7
sekunder yang diperoleh dari rekam medik tahun 2014, didapat bahwa perhitungan
BOR bulanan periode januari sampai dengan Mei berkisar diantara 41-46 %. Pada
bulan Juni, BOR meningkat drastis menjadi 81%, dan terus meningkat sampai bulan
Agustus menjadi 95%. Pada bulan September dan Oktober, BOR menurun ke 94 %
dan 91%.
Dari data sekunder tersebut juga didapat jumlah pasien dengan kejadian
pulang paksa juga cenderung lebih tinggi dari 5%. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan (2008) mengenai standar pelayanan minimal RS, kejadian pulang paksa
yang ideal adalah kurang dari 5%. Hal ini tentu menjadi permasalahan tersendiri yang
diteliti.
peneliti di RSU. Sundari Medan pada 10 keluarga pasien anak diketahui bahwa
persepsi 7 dari 10 keluarga tentang pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSU.
Sundari Medan kepada pasien masih kurang. Hal ini terungkap karena mendengar
keluhan dari beberapa pasien umum bahwa belum memuaskannya pelayanan yang
diberikan baik dari segi kualitas perlengkapan maupun kualitas pelayanan lainnya
Pelayanan dokter yang terkesan terburu-buru padahal keluarga ingin penjelasan yang
detail mengenai anaknya, dan juga masih ada yang datang melakukan visite pasien
dengan tidak tepat waktu, padahal keluarga pasien merasa khawatir tentang
Keadaan ini yang menyebabkan perlu diadakan penelitian tentang pengaruh persepsi
keluarga pasien tentang mutu pelayanan terhadap minat pemanfatan kembali ruang
ini adalah pengaruh persepsi keluarga pasien tentang mutu pelayanan (pelayanan
kembali ruang rawat inap anak di RSU. Sundari Medan Tahun 2015
pelayanan terhadap minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak di RSU.
2. Untuk mengetahui minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak di RSU.
terhadap pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak di RSU. Sundari Medan
Tahun 2015.
Ada pengaruh persepsi keluarga pasien tentang mutu pelayanan (bukti fisik,
1. Hasil penelitian ini sebagai informasi dalam evaluasi di RSU. Sundari Medan
2. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai informasi dan masukan bagi
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh persepsi keluarga pasien
tentang mutu pelayanan terhadap minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap
anak.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
Persepsi adalah proses dimana sensasi yang datang dan diterima manusia
melalui panca indra (sistem sensorik) dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan
dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Simamora, 2004).
lingkungannya (Schacter, 2011). Menurut Abizar (2008), persepsi adalah suatu proses
lingkungannya. Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap suatu obyek
kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Citra kualitas yang baik
bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa pelayanan
pelanggan rumah sakit itu sendiri. Penilaian tentang mutu pelayanan Rumah Sakit
sangatlah subjektif, hal ini tergantung dari persepsi para pelanggannya, yang
11
dipengaruhi oleh latar belakang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan faktor-
faktor lainnya.
di bawah ini:
Proses
Rangsangan Seleksi Input Pengorganisasian
berbagai sumber melalui panca indra yang dimiliki, setelah itu diberikan respon
sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsangan lain. Setelah
diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian yang
bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah diterima dan diatur,
proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara.
Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsangan tersebut berhasil
ditafsirkan.
12
yaitu selectivity, closure, dan interpretation. Dimana proses selectivity terjadi apabila
seseorang menerima pesan maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang
dianggap penting dan tidak penting yang diperoleh dengan cara menyimpulkan dan
disusun suatu kesatuan kumpulan pesan atau stimuli dan yang terakhir interpretation
terjadi bila pesan tersebut diinterpretasikan atau penafsiran pola stimulus secara
yang berbeda-beda mengenai rangsangan yang sama karena ada tiga macam proses
Pesan marketer akan hilang bila diberikan pada orang-orang yang tidak
telah diyakini.
menyampaikan pesan.
Dari proses pembentukan persepsi diatas dapat dipahami bahwa persepsi juga
dapat terjadi pada diri pasien rumah sakit, dimana pasien meninterpretasikan suatu
objek atau aktivitas yang dlaksanakan dalam pelayanan kesehatan yang mereka
terima selama mengalami perawatan di rumah sakit. Sehingga mutu pelayanan yang
baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa
memuaskan dan jika harapan tidak terpenuhi maka pelayanan tidak memuaskan.
Dalam melihat satu objek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi yang
berbeda, dipengaruhi oleh berbagai faktor : faktor pada pihak pelaku persepsi, faktor
objek yang dipersepsikan dan faktor situasi dimana persepsi dilakukan, faktor pelaku
persepsi terdiri dari faktor psikologi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau minat,
b. Objek atau target yang dipersepsikan, yaitu: target/objek yang dipersepsikan juga
bersama.
Perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka terhadap realitas dan bukan
realitas itu sendiri. Bila seseorang ingin membeli produk, maka ia merespon
persepsinya tentang produk dan bukan produk itu sendiri (Prasetijo, 2005).
pelayanan dipengaruhi oleh harapan terhadap pelayanan yang diinginkan. Harapan ini
dibentuk oleh apa yang konsumen dengar dari konsumen lain dari mulut ke mulut,
Pelayanan yang diterima dari harapan yang ada mempengaruhi konsumen terhadap
mutu pelayanan.
terbentuknya persespsi:
a. Pengetahuan
adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia
(Notoatmodjo, 2002).
1. Tahu (Know) yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
sebenarnya.
b. Pengalaman
Pengalaman adalah segala sesuatu yang dirasakan atau dialami seseorang pada
masa lalu terhadap suatu hal/objek (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Masa
lalu membawa pengaruh yang besar sekali terhadap masa yang akan datang.
Menurut Assael (2001), orang yang menerima informasi akan menjadi suatu
melalui pengalaman orang lain yang disebarkan dari mulut ke mulut. Pengalaman
c. Kebutuhan
Menurut Maslow dalam Luthans (2006), apabila suatu kebutuhan terpenuhi, maka
maka manusia merasa tidak akan sejahtera atau kurang sejahtera. Kebutuhan juga
aktivitas dan menjadi dasar atau alasan untuk berusaha (Caplin, 2006).
d. Harapan
Harapan adalah kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam tata
cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan
tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan daya tarik dari hasil itu terhadap
individu tersebut (Robbin, 2006). Menurut Snyder (1994), harapan yaitu keadaan
motivasi positif yang didasarkan pada rasa keberhasilan (1) agensi (energi terarah
2.2 Anak
Anak adalah manusia yang masih kecil (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Menurut Aristoteles anak adalah manusia yang berusia 0 14 tahun, usia 14 tahun ke
atas merupakan masa remaja atau pubertas. Anak merupakan individu yang berada
dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.
Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
(0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11
terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. anak juga secara
fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa. penyakit bagi mereka seringkali
perawatan anak yang komprehensif dengan baik adalah salah satu landasan
perbedaan antara dokter keluarga dan dokter spesialis lainnya. Pemeriksaan berkala
Prinsip umum untuk pemeriksaan anak dengan baik adalah melakukan mulai
dari yang paling minimal dalam tindakan sampai dengan yang invasif. beberapa
bagian dari pemeriksaan yang paling baik dilakukan bila bayi yang tenang, sehingga
dapat dilakukan dengan maksimal. Dokter harus terlebih dahulu melakukan observasi
kemudian melakukan pemeriksaan secara langsung pada anak, dengan atau tanpa
tentang kesehatan anak biasanya antara dokter dan orang tua, dokter harus berusaha
untuk berkomunikasi secara langsung dengan pasien untuk mengukur apakah nya
sangat penting selama masa remaja untuk mendapatkan kepercayaan pasien dan
2.3 Keluarga
Keluarga inti (nuclear family) adalah unit dasar yang terdiri atas ibu, ayah,
dan anak yang belum berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Sarwono (2011), bahwa keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap
individu, sejak ia lahir sampai datang masanya meninggalkan rumah dan membentuk
keluarga sendiri. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam
adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas
orangtua, dan anak yang tinggal serumah. Keluarga merupakan media sosialisasi
yang pertama dan utama atau yang sering dikenal dengan istilah media sosialisasi
primer.
Pada saat anak sakit keluargalah yang mengambil peran pertama kali dalam
kesehatan keluarga tersebut, salah satunya adalah wewenang dalam memilih rumah
sakit yang akan merawat anak mereka. Menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal
keluarganya. Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota keluarga, secara
tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai
Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
21
keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang lebih banyak
berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah
Rumah sakit yang ideal adalah tempat orang sakit mencari dan menerima
perawatan, juga menjadi tempat pendidikan klinis bagi tenaga kesehatan. Rumah
sakit juga berperan dalam studi penyelidikan dan penelitian dalam ilmu pengetahuan
yang kompleks dan perlu dikelola secara professional sehingga penyedia pelayanan
pelayanan yang dapat memuaskan pasien. Disamping itu, rumah sakit adalah suatu
jenis pelayanan industri jasa kesehatan. Oleh karena itu rumah sakit harus mampu
menaati kaidah-kaidah bisnis dengan berbagai peran dan fungsinya (Aditama, 2004).
Azwar (2001) mengemukakan tiga ciri khas rumah sakit yang membedakan
1. Kenyataan bahwa bahan baku dari industri jasa kesehatan adalah manusia, dimana
rumah sakit tujuan utamanya adalah melayani kebutuhan manusia bukan semata-
mata menghasilkan produk dengan proses dan biaya yang seefesien mungkin.
2. Kenyataan bahwa dalam industri rumah sakit yang disebut pelanggan rumah sakit
tidak selalu mereka yang menentukan tempat menerima pelayanan. Pasien adalah
mereka yang diobati di rumah sakit, akan tetapi kadang-kadang bukan mereka
perawat, ahli farmasi, fisioterapi dan lain-lain untuk mewujudkan misi kerja
organisasi.
pelayanan dalam bentuk pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan dan
pelayanan rawat inap. Pelayanan gawat darurat adalah bagian dari pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera mungkin untuk
secara paripurna dan dalam menjalankan tugas tersebur hendaknya rumah sakit
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, (2) pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan
ketiga sesuai kebutuhan medis, (3) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber
berikut: (1) administrasi dan manajemen, (2) pelayanan medis, (3) pelayanan gawat
darurat, (4) kamar operasi, (5) pelayanan intensif, (6) pelayanan perinatal risiko
tinggi, (7) pelayanan keperawatan, (8) pelayanan anastesi, (9) pelayanan radiologi,
medis, (13) pelayanan gizi, (14) rekam medis,(15) pengendalian infeksi di rumah
sakit, (16) pelayanan sterilisasi sentral, (17) keselamatan kerja, kebakaran dan
kewaspadaan bencana alam, (18) pemeliharaan sarana, (19) pelayanan lain, dan (20)
perpustakaan.
pelayanan medik disediakan dalam bentuk pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat
Rawat inap merupakan salah satu jenis perawatan dimana pasien dirawat di
rumah sakit untuk jangka waktu tertentu dimana pasien tinggal di rumah sakit untuk
mendapat perawatan. Pasien datang ke rumah sakit dapat datang sendiri tanpa rujukan
atau datang dengan rujukan dari luar diterima oleh bagian penerimaan pasien. Bagian
Sejak pasien masuk ruang perawatan, hingga pasien dinyatakan boleh pulang,
pelayanan tenaga paramedik/ perawat, penyediaan sarana medis dan non medis,
administrasi.
Tenaga medis merupakan unsur yang memberi pengaruh paling besar dan
menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit. Ia
dapat dianggap sebagai jantung dari sebuah rumah sakit. Fungsi utama adalah
Saat ini paradigma lama, dokter memiliki peran paling dominan di rumah
sakit, dokter cenderung otonom dan otokratik. Profesi lain di rumah sakit dianggap
25
hanya berfungsi membantu tugas para dokter. Tetapi, paradigma tersebut mulai
ditinggalkan saat ini pasien yang menentukan pelayanan yang mereka butuhkan yang
harus dipenuhi oleh rumah sakit dan dokternya. Selain itu, dalam menjalankan
tugasnya dokter harus memenuhi standar profesinya dan menghormati hak pasien.
Tenaga perawat merupakan yang lebih erat hubungannya dengan pasien bila
dibanding dengan petugas kesehatan kesehatan lain dirumah sakit, karena perawat
berada selama 24 jam sehari disamping pasien. Dengan demikian kualitas perawat
dibidang fisik. Perawat harus mampu untuk melakukan upaya promosi dan
kegiatan, antara lain menyajikan makanan kepada pasien yang bertujuan untuk
penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. Pasien yang dirawat di rumah sakit
berarti memisahkan diri dari kebiasaan hidup sehari-hari terutama dalam hal makan,
bukan saja jenis makanan yang disajikan, tetapi juga cara makanan dihidangkan,
tempat, waktu, rasa, dan besar porsi makanan, tetapi juga cara makanan dihidangkan,
4. Pelayanan Adminstrasi/Keuangan
perusahaan umum dalam prosedur pendaftaran dan pemasukannya adalah suatu sitem
yang digunakan untuk memasukkan informasi dengan cara yang teratur guna
transisi yang lancer dan menyenangkan bagi pasien. Kesan pertama terhadap
pelayanan rawat inap terbentuk sewaktu pasien berbicara dengan bagian penerimaan.
Kesan ini sering menetap dalam diri pasien dan mempengaruhi sikap mereka terhadap
5. Lingkungan perawatan
Dilihat dari segi kebutuhan pasien maka ruangan ini haruslah dapat
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pasien, masuknya udara yang sejuk,
suasana yang tenang, pekarangan yang baik, tata ruangan yang teratur dalam kamar,
keadaan tempat tidur, selimut dan seprai yang bersih, ruang kamar mandi/WC yang
produk dan bebas defisiensi. Mutu produk atau jasa adalah seluruh gabungan sifat-
sifat produk atau jasa pelayanan dan pemasaran, engineering, manufaktur dan
dapat dipisahkan dan tak dapat disimpan. Mutu pelayanan kesehatan bagi pasien dan
masyarakat berarti suatu empati, respek dan tanggap terhadap kebutuhan pasien,
dimana pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara
merupakan nilai subjektif, tetapi tetap ada dasar objektif yang dilandasi oleh
pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu pelayanan dan pengaruh
dua elemen yang perlu diperhatikan yaitu tekhnis medis dan hubungan interpribadi.
Hal ini meliputi penjelasan dan pemberi informasi kepada pasien tentang penyakitnya
serta memutuskan bersama pasien dan tindakan yang akan dilakukan atas dirinya.
Mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda dari
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi keprihatinan serta keramah-
tamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang
sedang dideritanya.
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang
kebutuhan pasien.
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efesiensi pemakaian sumber
memberikan kontribusi terhadap nilai outcomes. Proses pelayanan ini terbagi dua
komponen utama, yaitu pelayanan teknis (medis) dan hubungan interpersonal antara
pada setiap sesuai tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara
29
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan. Dari perspektif pasien, penilaian terhadap mutu pelayanan kesehatan
(1988) mengukur mutu jasa pelayanan dalam lima dimensi yang sering disebut
SERVQUAL yaitu :
penampilan personil.
pelanggan.
30
Dimensi mutu pelayanan kesehatan menurut Lori Di Pete Brown et al. dalam
Wiyono (2003).
petugas.
interupsi, berhenti atau mengulangi produser diagnosis dan terapi yang tak perlu.
f. Keamanan : berarti mengurangi resiko cedera, infeksi efek samping dan bahaya
g. Hubungan antar manusia : berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dan
pasien, manajer dan petugas dan antara tim kesehatan dengan masyarakat.
langsung dengan efektivitas klinis, tapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan
berikutnya.
pasien dan masyarakat umumnya, dan harus mengelola hubungan yang responsive
31
dengan mereka semua. Pemuasan kebutuhan pasien akan pelayanan yang baik,
medis bukan atas dasar meningkatkan pemasukan keuangan rumah sakit. Bertahan
dan berkembang merupakan azas pokok sebuah lembaga menuju masa depan. Tanpa
pengembangan pada mutu pelayanan, sebuah rumah sakit akan terus menerus
mengalami penurunan kinerja dan pada gilirannya dapat terpuruk (Trisnantoro, 2000).
pelayanan kesehatan, karena kemajuan tekhnologi dapat merupakan salah satu factor
Hubungan antara keinginan sehat dan pernyataan akan pelayanan kesehatan hanya
Donabedian (1973) dalam Dever (2000), ada beberapa faktor- faktor yang
1. Faktor Sosiokultural
a. Teknologi
serta kemajuan dibidang radiologi. Sedangkan disisi lain kemajuan teknologi dapat
Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi
2. Faktor Organisasional
Suatu sumber daya tersedia apabila sumber daya itu ada atau bisa didapat, tanpa
b. Akses Geografis
lokasi suplai dan lokasi klien, yang dapat diukur dengan jarak waktu tempuh, atau
biaya tempuh. Hubungan antara akses geografis dan volume dari pelayanan
33
tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan
akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya
lebih banyak dihubungkan dengan akses geografis dari pada pemakaian pelayanan
pelayanan spesialis. Semakin hebat suatu penyakit atau keluhan, dan semakin
canggih atau semakin khusus sumber daya dari pelayanan, semakin berkurang
pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume
pemanfaatan pelayanan.
c. Akses Sosial
Akses sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan terjangkau. Dapat
diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial, dan faktor budaya, sedangkan
dan karakteristik yang ada pada provider seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras,
Praktek pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter tunggal, praktek
dokter bersama, grup praktek dokter spesialis atau yang lainnya membuat pola
provider (penyedia pelayanan). Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh
pelayanan kesehatan.
diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) ini
dipengaruhi oleh:
a. Faktor sosiodemografis yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa,
pekerjaan, penghasilan).
tidak sepenuhnya memiliki referensi yang cukup akan pelayanan yang diterima,
provider, yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, serta fasilitas yang dimiliki
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
jasa.
Pelayanan kesehatan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari daerah tempat tinggal
Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak akan dapat dijangkau oleh semua
pemakai jasa pelayanan kesehatan dan karena tidak akan memuaskan pasien.
kesehatan.
bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
konsumen terhadap produk tersebut. Persepsi positif seseorang terhadap suatu produk
akan menimbulkan realitas terhadap produk tersebut. Konsumen yang loyal akan
bersedia memanfaatkan produk atau jasa tersebut bila suatu saat membutuhkan
(Simamora, 2004).
yang menetap oleh konsumen pada merk spesifik, yang lebih disukai dari beberapa
alternative yang ada, atau penggunaan regular suatu tempat layanan / toko untuk tipe
pembelian yang spesifik. Loyalitas dari pasien rumah sakit adalah suatu sasaran
pemasaran yang penting. Rumah sakit harus mempunyai program untuk membangun
hubungan dan membuat konsumen terkesan dengan pelayanan yang lebih dari yang
mereka harapakan. Tujuannya agar konsumen tetap loyal dan tidak berpaling pada
produk atau jasa lain yang sejenis. Eksistensi konsumen yang loyal, termasuk pasien
sebagai konsumen di rumah sakit tak hanya bersedia membeli ulang produk atau jasa
produk atau jasa tersebut kepada teman, anggota keluarga dan kolega mereka.
Mempertahankan konsumen lebih lama lebih penting dari pada menarik pelanggan
berulang itu karena tidak ada pilihan lain, bukan karena loyal. Karena itulah, definisi
baru pelanggan loyal adalah pelanggan yang dengan antusias dan sukarela
merekomendasikan produk kita kepada orang lain, walaupun belum tentu ia masih
pokok, hal ini dimaksudkan adalah persyaratan pokok itu dapat memberi pengaruh
Syarat pokok pertama pelayanan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut
Syarat pokok kedua pelayanan yang baik adalah yang dapat diterima oleh
3. Mudah dicapai
Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Bila
fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang tersedia
4. Terjangkau
Syarat pokok keempat pelayanan yang baik adalah terjangkau (affordable) oleh
5. Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan yang baik adalah bermutu (Quality) yaitu yang
pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta
Persepsi pasien tentang kualitas rumah sakit yang menjadi elemen penting
pelayanan jasa yang dikemukakan oleh Parasuraman et al. (1988) ada empat faktor
yang mempengaruhi persepsi dan harapan pasien terhadap jasa pelayanan, yaitu: a.
need), c. pengalaman masa lalu saat menerima jasa pelayanan (past experience) dan
a. Karakteristik predisposisi
penyakit.
b. Karakteristik Kebutuhan
selama ini yang terus meningkat. Hal ini dikarenakan penduduk sudah benar
kebutuhan. Mengacu kepada hal tersebut dapat dijelaskan bahwa pada saat seseorang
menentukan kembali berobat ke rumah sakit tersebut atau memilih rumah sakit lain.
Mutu pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pasien dan berakhir pada
persepsi pasien. Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai berdasarkan sudut
pandang perusahaan/rumah sakit tetapi harus dipandang dari udut pandang pasien.
Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pasien, karena kualitas
memberikan dorongan kepada pasien menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan
rumah sakit yang akhirnya kepuasan pasien dapat menciptakan kesetiaan atau
loyalitas pasien kepada rumah sakit yang memberikan kualitas memuaskan tersebut
Menurut Parasuraman (1988) yang telah diikuti oleh Tjiptono (2005), kualitas
pelayanan kesehatan yang bersifat terpadu, meyeluruh, merata dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Menurut Parasuraman (1988) atau biasa dikenal dengan
teori Servqual terdapat lima dimensi yang digunakan konsumen dalam menilai
42
sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah
bukti nyata dari pelayanan yang diberkan oleh pember jasa. Yang meliputi
fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja
harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan
yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan
memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan
adanya alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas
pelayanan.
5. Empati (Emphaty) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
Konsep pokok dalam penelitian ini adalah pengaruh persepsi keluarga pasien
tentang mutu pelayanan rumah sakit terhadap minat pemanfaatan kembali ruang
BAB 3
METODE PENELITIAN
pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat yang terjadi pada obyek
dipilihnya lokasi tersebut yaitu karena masih banyak keluarga pasien beranggapan
bahwa mutu pelayanan kesehatan masih kurang dan belum pernah dilakukan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien rawat inap anak
3.3.2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
(Notoadmodjo, 2005) :
45
N
n=
1 N (d 2 )
90
n=
1 900(0,1) 2
n = 47,36
n = 47
Keterangan :
n = Besar sampel
Dari rumus diatas diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 47 orang.
a. Keluarga dari Pasien yang telah mendapat perawatan lebih dari dua hari di ruang
b. Keluarga pasien yang dipilih menjadi responden adalah keluarga pasien yang
Data primer yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari penyebaran
keluarga pasien tentang mutu pelayanan terhadap minat pemanfaatan kembali ruang
Data sekunder di peroleh dari catatan rekam medik RSU. Sundari Medan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Instrumen dikatakan valid
apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur, harus mengukur apa yang akan
Corrected Item-Total Correlation dengan nilai tabel r sebesar 0,361. Uji validitas
SPSS, dilihat penafsiran dan indeks korelasinya, dengan ketentuan jika nilai r hitung
Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat
ukur dapat dipergunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas ini dengan
responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan
47
sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali diambil tetap akan sama (Riwidikdo,
2009)
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
metode Cronbachs Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel
(Riyanto 2009). Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel bebas terlihat nilai
Cronbachs Alpha > konstanta (0,6), maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel.
lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,440, artinya enam pertanyaan yang
digunakan untuk mengukur variabel bukti fisik semuanya valid.. Memerhatikan nilai
Cronbachs Alpha sebesar 0,834 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan
bahwa semua pertanyaan bukti fisik ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
48
lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,440, artinya enam pertanyaan yang
Cronbachs Alpha sebesar 0,887 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan
bahwa semua pertanyaan kehandalan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Tabel 3.3 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation lebih
besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,440, artinya enam pertanyaan yang digunakan
Cronbachs Alpha sebesar 0,847 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan
bahwa semua pertanyaan ketanggpan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Tabel 3.4 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation lebih
besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,440, artinya enam pertanyaan yang digunakan
Alpha sebesar 0,795 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa
Tabel 3.4 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation lebih
besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,440, artinya enam pertanyaan yang digunakan
Alpha sebesar 0,827 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa
semua pertanyaan mengenai empati ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
pelayanan rumah sakit yang terdiri dari bukti fisik, kehandalan, ketanggapan,
1. Persepsi keluarga pasien rawat inap anak tentang mutu pelayanan rumah sakit
adalah penilaian keluarga pasien tentang mutu pelayanan di rumah sakit setelah
a. Persepsi Bukti fisik adalah penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana
fisik rumah sakit dan keadaan lingkungan sekitarnya. Untuk mengukur persepsi
pasien tentang bukti fisik disusun 6 pertanyaan dengan jawaban Setuju bobot
nilai 3, Kurang Setuju bobot nilai 2, dan Tidak setuju bobot nilai 1.
Dikategorikan:
51
nilai 3, Kurang Setuju bobot nilai 2, dan Tidak setuju bobot nilai 1.
pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pasien dengan penyampaian
medis rumah sakit untuk menimbulkan rasa percaya para keluarga pasien kepada
rumah sakit. Untuk mengukur persepsi keluarga pasien tentang jaminan disusun
Setuju bobot nilai 3, Kurang Setuju bobot nilai 2, dan Tidak setuju nilai 1.
kembali menggunakan pelayanan rawat inap anak ke rumah sakit atau tidak sama
sekali.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian, Jumlah Indikator, Hasil Ukur, Skala Ukur
Peralatan/
Alternatif Jumlah Skala
No Variabel Hasil
jawaban Indikator Ukur
Ukur
Variabel bebas
Mutu Pelayanan
1 Bukti Fisik a. Setuju 0 = Kurang Kuesioner Ordinal
b.Kurang setuju baik (skor 6-
c. Tidak setuju 10)
1 = Baik
(Skor 11-18)
2 Kehandalan a. Setuju 0 = Kurang Kuesioner Ordinal
b.Kurang setuju baik (skor 8-
c. Tidak setuju 13)
1 = Baik
(Skor 14-24)
3 Ketanggapan a. Setuju 0 = Kurang Kuesioner Ordinal
b.Kurang setuju baik (skor 5-
c. Tidak setuju 8)
1 = Baik
(Skor 9-15)
4 Jaminan a. Setuju 0 = Kurang Kuesioner Ordinal
b.Kurang setuju baik (skor 6-
c. Tidak setuju 10)
1 = Baik
(Skor 11-18)
5 empati a. Setuju 0 = Kurang Kuesioner Ordinal
b.Kurang setuju baik (skor 6-
c. Tidak setuju 10)
1 = Baik
(Skor 11-18)
Variabel terikat
1 Minat a. Bersedia 0 = tidak Kuesioner Ordinal
pemanfaatan b. Tidak bersedia minat
kembali 1 = minat
54
2. Analisis bivariat, yaitu Analisis data yang dilakukan terhadap hasil perolehan
jawaban kuesioner dari semua responden. Instrument statistik yang dipakai adalah
uji perbedaan dengan Chi Square (data kategorik) untuk melihat pengaruh persepsi
ruang rawat inap anak. Hasil analisis di katakan bermakna apabila nilai p< atau
pengaruh lebih dari satu variabel bebas persepsi mutu pelayanan (bukti fisik,
kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan empati) dengan satu variabel terikat yaitu
minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak, secara bersamaan serta untuk
mengetahui variabel dominan yang berpengaruh. Pada penelitian ini uji statistik
yang digunakan adalah uji regresi logistik ganda dengan tingkat kemaknaan <
0,05.
55
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Sundari Medan yang terletak di Jalan T.B. Simatupang No. 31,
berdiri pada tahun 1987 yang didirikan oleh Bapak H. Usman. Rumah Sakit Umum
Sundari pada awal mulanya hanyalah tempat praktek bidan yang dibuat dirumah.
Tempat praktek ini berada di lingkungan Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal
yang mana penduduknya saat itu belum terlalu banyak, namun pertumbuhan
penduduk yang cukup signifikan membuat Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal
banyak pasien yang ingin berobat, terutama pasien yang mau melahirkan.
untuk melahirkan sehingga tempat praktek yang awalnya hanyalah rumah tidak lagi
Maka pada tahun 1995 Klinik Bersalin Sundari meningkat statusnya menjadi Rumah
Sakit Umum Sundari yang diperkuat dengan surat keputusan Menteri Kesehatan
Dengan surat keputusan itu maka sampai dengan saat ini RSU.Sundari Medan telah
melakukan pelayanan medis sebagai rumah sakit yang memiliki fungsi lebih bukan
56
hanya tempat persalinan, tetapi juga telah menjadi sarana dan prasarana untuk
4.1.2 Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Umum Sundari Medan
dalam visi, misi dan motto yang telah digariskan oleh pimpinan. Visi rumah sakit ini
profesional.
menengah ke bawah.
Sundari, sehingga mampu melayani setiap pengguna jasa Rumah sakit dengan
Moto dari RSU Sundari adalah memberikan pelayanan yaitu hari ini lebih
Rumah Sakit Umum Sundari Medan berdiri di atas areal tanah seluas 4.500 m2
dengan luas keseluruhan bangunan adalah 2.600m2 dengan 3 lantai. Untuk keperluan
transportasi dilengkapi dengan dua buah ambulan, tiga buah mobil untuk keperluan
operasional, serta disediakan tempat parkir yang luas di sepanjang halaman rumah
sakit. Bangunan RSU Sundari Medan memiliki beberapa bagian ruangan, untuk
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Kamar
Operasi, Instalasi Kamar Bersalin, Instalasi Farmasi, Instalasi Radiologi dan Instalasi
Berbagai macam sarana dan fasilitas yang terdapat dalam pelayanan kesehatan di
1. Poliklinik umum
12. Endoskopi
Jumlah seluruh tempat tidur yang dipergunakan untuk pasien rawat inap adalah
C. Fasilitas Penunjang
Dalam memberikan pelayanan pasien RSU Sundari Medan ditunjang oleh beberapa
1. Instalasi farmasi
2. Instalasi laboratorium
3. Instalasi radiologi
4. Kamar Operasi
59
5. Instalasi Gizi
6. Fisioterapi
Disamping itu dalam pelayanan kesehatan rumah sakit juga mempunyai 2 unit
mungkin.
4.1.4 Ketenagaan
Tenaga medis dan non medis di RSU Sundari Medan dengan perincian sebagai
berikut.
penelitian ini meliputi umur dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
umur responden < 35 tahun merupakan yang terbanyak yaitu sebanyak 34 orang
(72,3,6%), jenis kelamin paling banyak yaitu perempuan sebanyak 32 orang (68,1%).
Identitas responden n %
Umur (tahun)
<35 tahun 34 72,3
35 tahun 13 27,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 31,9
Perempuan 32 68,1
Mutu pelayanan kesehatan dalam penelitian ini diukur melalui dimensi: bukti
fisik, kehandalan, ketanggapan, jaminan dan empati. Hasil penelitian secara rinci
menyatakan ruang tunggu keluarga pasien bersih dan nyaman, sebanyak 25 orang
(44,7%) responden menyatakan tempat tidur pasien bersih dan nyaman, sebanyak 31
dan rapi.
Distribusi responden berdasarkan dimensi bukti fisik disajikan pada Tabel 4.3.
Hasil pengukuran dimensi bukti fisik kemudian dikategorikan, dimensi bukti fisik
pada kategori tidak baik sebanyak 15 orang (31,9%) dan kategori baik sebanyak 32
Jumlah Persentase
Bukti Fisik
(orang) (%)
Kurang Baik 15 31,9
Baik 32 68,1
Jumlah 47 100,0
62
4.3.2 Kehandalan
pendaftaran pasien dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, sebanyak 22 orang
dokter selalu datan sesuai dengan jadwal yang ada, sebanyak 32 orang (68,1%)
pada kategori kurang baik sebanyak 18 orang (38,3%) dan kategori baik sebanyak 29
Jumlah Persentase
Kehandalan
(orang) (%)
Kurang baik 18 38,3
Baik 29 61,7
Jumlah 47 100,0
4.3.3 Ketanggapan
yang jelas kepada keluarga tentang tindakan yang akan diberikan kepada pasien,
menyatakan kurang setuju bahwa perawat merespon setiap keluhan dari pasien,
Jawaban
No Pernyataan Setuju Kurang setuju Tidak setuju
n % n % n %
1 Dokter memberikan
pertolongan cepat kepada 24 51,1 20 42,6 3 6,4
pasien
2 Dokter memberikan
informasi yang jelas
kepada keluarga tentang 15 31,9 23 48.9 9 19,1
tindakan yang diberikan
kepada pasien
3 Keluarga pasien merasa
nyaman dengan tindakan
28 59,6 19 40,4 0 0,0
yang diberikan dokter
kepada pasien
4 Perawat merespon setiap
19 40,4 24 51,1 4 8,5
keluhan dari pasien
5 Tindakan pertolongan
29 61,7 18 38,3 0 0,0
cepat dan tepat
4.3.4 Jaminan
bersikap ramah dan sopan dalam melayani pasien, sebanyak 25 orang (53,2%)
responden menyatakan setuju perawat selalu bersikap sopan dalam melayani pasien,
No Jawaban
Pernyataan Setuju Kurag setuju Tidak setuju
n % n % n %
1 Dokter rumah sakit memiliki 26 55,3 21 44,7 0 0,0
pengetahuan yang memadai
mengenai pelayanan
kesehatan diberikan
2 Perawat rumah sakit memiliki 20 42,6 22 46,8 5 10,6
pengetahuan yang memadai
dalam memberikan pelayanan
kesehatan
3 Dokter rumah sakit selalu 25 53,2 21 44,7 1 2,1
bersikap sopan dan ramah
dalam melayani pasien
4 Perawat rumah sakit selalu 25 53,2 19 40,4 3 6,4
bersikap sopan dalam
melayani pasien
66
Distribusi jaminan menurut responden pada RSU Sundari Medan didapatkan jaminan
kurang baik sebanyak 21 orang (44,7%) dan jaminan kurang baik sebanyak 26 orang
Jumlah Persentase
Jaminan
(orang) (%)
Kurang baik 21 44,7
Baik 26 55,3
Jumlah 47 100,0
4.3.5 Empati
bahwa pelayanan terhadap pasien tidak memandang status sosial, sebanyak 34 orang
pasien dengan sabar, sebanyak 28 orang (59,6%) responden menyatakan setuju dokter
mendengar keluhan pasien dengan baik, sebanyak 26 orang (55,3%) responden setuju
Jawaban
No Pernyataan Setuju Kurang setuju Tidak setuju
n % n % n %
1 Pelayanan kepada 29 61,7 18 38,3 0 0,0
pasien tidak
memandang status
sosial
2 Perawat dengan sabar 9 19,1 34 72,3 4 8,5
melayani kebutuhan
pasien
3 Dokter mendengar 28 59,6 19 40,4 0 0,0
dengan baik keluhan
baik
4 Perawat mendengar 26 55,3 18 38,3 3 6,4
dengan baik keluhan
pasien
5 Perawat memahami 25 53,2 21 44,7 1 2,1
kondisi pasien ketika
memberikan pelayanan
kesehatan
Distribusi empati menurut responden pada RSU Sundari Medan didapatkan empati
kurang baik sebanyak 19 orang (40,4%) dan empati baik sebanyak 28 orang (59,6%)
Jumlah Persentase
Empati
(orang) (%)
Kurang baik 19 40,4
Baik 28 59,6
Jumlah 47 100,0
68
memanfaatkan kembali pelayanan rawat inap anak di RSU Sundari dan sebanyak 27
4.4 Bivariat
jaminan, dan empati dengan minat memanfaatkan kembali pelayanan rawat inap anak
Hubungan bukti fisik dengan minat memanfaatkan kembali ruang rawat inao
Tabel 4.14 Hubungan Bukti Fisik dengan Minat Pemanfaatan Kembali Ruang
Rawat Inap Anak di RSU Sundari Medan Tahun 2015
Tabel silang antara bukti fisik yang dibandingkan dengan minat memanfaatkan
kembali ruang rawat inap anak menunjukkan bahwa dari 15 responden yang
menyatakan tampilan bukti fisik kurang baik, terdapat 7 orang (46,7%) yang berminat
baik, terdapat 20 orang (62,5%) yang berminat memanfaatkan kembali, Hasil uji chi
square diperoleh nilai p=0,306 > 0,05, dengan demikian tidak terdapat hubungan
antara bukti fisik dengan minat memanfaatkan kembali ruang rawat inap anak
kembali ruang rawat inap anak menunjukkan bahwa dari 18 responden yang
baik, terdapat 21 orang (72,4%) yang berminat memanfaatkan kembali, Hasil uji chi
70
square diperoleh nilai p=0,008 < 0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara
kembali ruang rawat inap anak menunjukkan bahwa dari 23 responden yang
baik, terdapat 20 orang (83,4%) yang berminat memanfaatkan kembali, Hasil uji chi
square diperoleh nilai p=0,000 < 0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara
Hubungan jaminan dengan minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak
kembali ruang rawat inap anak menunjukkan bahwa dari 21 responden yang
terdapat 19 orang (73,1%) yang berminat memanfaatkan kembali, Hasil uji chi
square diperoleh nilai p=0,016 < 0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara
Hubungan empati dengan minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak
Tabel silang antara empati yang dibandingkan dengan minat pemanfaatan kembali
ruang rawat inap anak menunjukkan bahwa dari 19 responden yang menyatakan
empati kurang baik terdapat 5 orang (26,3%) yang berminat memanfaatkan kembali,
(78,6%) yang berminat memanfaatkan kembali, Hasil uji chi square diperoleh nilai
p=0,000 < 0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara empati dengan minat
terhadap minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak digunakan uji regresi
metode backward adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25 pada analisis
bivariatnya.
Pengaruh ketanggapan dan empati terhadap minat pemanfaatan kembali ruang rawat
Berdasarkan hasil analisis multivariat pada Tabel 4,11 di atas diketahui bahwa
ruang rawat inap anak dan variabel ketanggapan yang dominan berpengaruh terhadap
Berdasarkan hasil uji regresi logistik tersebut, maka dapat dibuat model persamaan
1 1
P= = = 0,8834
1 + e (a + (X1) + (X2)) 1 + 2,71828 (-1,530+ 1,862+ 1,694)
Keterangan:
a : Ketetapan -1,530
persepsi ketanggapan dan empati rumah sakit baik sebesar 88,34% untuk berminat
memanfaatkan kembali ruang rawat inap anak di RSU Sundari Medan. Sedangkan,
keluarga pasien yang memiliki persepsi ketanggapan dan empati rumah sakit kurang
baik sebesar 17,79% untuk berminat memanfaatkan kembali ruang rawat inap anak di
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Bukti Fisik Terhadap Minat Pemanfaatan Kembali Ruang Rawat
Inap Anak di RSU Sundari Medan Tahun 2015
Hasil penelitian tentang bukti fisik rumah sakit yang menyatakan sudah cukup
baik sebesar 68,1%. Responden setuju bahwa ruang tunggu keluarga pasien bersih
dan nyaman, penampilan perawat dan dokter bersih dan rapi masing-masing sebesar
70,2 %. Kondisi gedung di RSU Sundari Medan sudah cukup bersih dan rapi, alat-
alat yang disediakan juga tersusun rapi dan bersih begitu juga dengan penampilan
dokter dan perawat yang juga rapi, tetapi RSU ini keterjangkaauan untuk didatangi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara bukti fisik
dengan minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak dengan nilai p(0,306) >
(0,05) Hasil ini menjelaskan bahwa bagi pasien bukti fisik yang terdiri dari kondisi
gedung, suasana gedung, ataupun penampilan dokter dan perawat tidak menjadi hal
yang terlalu penting penting bagi keluarga pasien untuk merasakan kepuasan saat
berada di ruang anak. Sejalan dengan penelitian Suseno (2011) di Rumah Sakit Bina
Sehat Jember yang menunjukkan bahwa bukti fisik tidak berpengaruh langsung
terhadap loyalitas pasien. Hal yang sama dengan penelitian Muli (2009) di
Puskesmas Kota Medan menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh bukti fisik terhadap
kepuasan pasien rawat inap Puskesmas Kota Medan dengan nilai p = 0,481 (p>0,05).
75
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wahidah (2008) yang
rata tingkat kepentingan dimensi mutu yang terendah dari kelima dimensi mutu
dikatakan dimensi tangibles ini umumnya lebih penting bagi pelanggan baru.
Tingkat kepentingan aspek ini umumnya relatif lebih rendah bagi pelanggan yang
sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Prosedur yang cepat,
ketepatan dan kecepatan waktu layanan serta keakuratan data merupakan bagian dari
kehandalan
kehandalan baik sebesar 61,7%. Responden menyatakan setuju bahwa perawat selalu
memberi obat tepat waktu sebesar 72,3%. Responden menyatakan setuju bahwa
dokter teliti dalam memeriksa pasien sebesar 68,1% dan responden menyatakan
Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,008 bahwa terdapat hubungan antara
kehandalan dengan minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak di RSU
Sundari Medan. Hasil penelitian ini sesuai dengan Hasil penelitian ini didukung oleh
pelayanan dokter, pelayanan perawat, fasilitas makanan, pelayanan petugas obat dan
fasilitas ruang rawat inap. Keluhan yang dialami oleh responden prosedur penerimaan
Puti (2007), yang mengutip pendapat Lovelock dan Wright mengatakan harus
ada kesesuaian pelayanan medis yang diberikan dari apa yang dibutuhkan dari waktu
ke waktu. Jika pelayanan yang diberikan belum mampu memuaskan pasien, maka
akan memengaruhi minat berkunjung kembali pasien. Dalam hal ini, dokter yang
selalu berada di tempat sangat diharapkan pasien karena adanya keyakinan pasien
membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada
menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif
dalam kualitas pelayanan. Sedangkan menurut Tjiptono (2006) daya tanggap adalah
77
keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan
dengan tanggap
sebesar 51,1% dan responden menyatakan setuju bahwa keluarga pasien merasa
dengan minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak dengan nilai p(0,000) <
ketanggapan terhadap minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak dengan nilai
p(0,016) < (0,005) dan nilai Exp (B) 6,434, dimana pasien yang memiliki
ketanggapan baik kemungkinan besar 6,434 kali untuk berminat kembali untuk
memanfaatkan ruang rawat inap anak di RSU Sundari Medan dibanding dengan
pasien yang memiliki ketanggapan kurang baik sehingga semakin besar tingkat
ketanggapan pelayanan maka pasien akan semakin besar minat untuk kembali
memanfaatkan fasilitas tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Puti (2007), bahwa
ada pengaruh antara ketanggapan terhadap loyalitas pasien di Rumah Sakit Islam
Malahayati Medan.
tepat kepada pasien dengan penyampaian informasi yang jelas. Setiap pasien yang
78
tidak ruwet, serta penanganan yang memuaskan sehingga pasien tidak menunggu
Faktor ketanggapan baik untuk keluarga pasien anak memandang bahwa sikap
dan perilaku dokter mereka pandang sangat penting dalam menentukan kepuasan
mereka. Hal ini dikarenakan pasien akan berhadapan langsung dan lebih lama dengan
kontak dengan dokter dan perawat yang nyaman akan mempengaruhi kepuasan
mereka, apabila dokter dan perawat memberikan pelayanan dengan baik dan ramah
maka pasien akan merasa puas dengan pelayanan yang mereka dapatkan dan akan
Hal ini sesuai dengan pendapat Parasuraman, (2005) yang menyatakan bahwa
daya tanggap yang merupakan bagian dari dimensi kualitas pelayanan berpengaruh
terhadap harapan pelanggan atas jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan. Juga
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muninjaya, (2004) yang
indikator dalam ketanggapan antara lain tindakan cepat oleh dokter, perawat, dan
kepada pasien yang berhubungan dengan perawat dan dokter, perawat dan karyawan
pertolongan yang di berikan, membina hubungan yang baik dengan perawat yang
menangani pasien, menjalin hubungan yang baik dengan pasien dan keluarganya agar
dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu
(Pohan, 2007).
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Johns (1994) bahwa kebutuhan
pelayanan, khususnya yang berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses
Dalam industri jasa seperti rumah sakit, kepuasan pelanggan ditentukan oleh
(Soeroso, 2003). Hal ini tentunya harapan dari setiap pasien dan menjadi tanggung
jawab penyedia jasa dalam hal ini petugas yang langsung berhubungan dengan
pasien. Bagaimana petugas merespon setiap keluhan dan keinginan pasien dengan
Hasil penelitian tentang jaminan rumah sakit bahwa yang menyatakan sudah
baik sebesar 55,3%. Responden setuju bahwa dokter rumah sakit selalu bersikap
sopan dan ramah dalam melayani pasien dan perawat rumah sakit selalu bersikap
bahwa bahwa dokter rumah sakit memiliki kemampuan untuk menegakkan diagnose
Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,016 bahwa terdapat hubungan antara
jaminan dengan minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak di RSU Sundari
Medan. Jaminan pelayanan yang baik akan memberikan kepercayaan yang tinggi dari
pasien. Tindakan pelayanan yang profesional dan bebas dari raguragu merupakan
ukuran kenyamanan dan keamanan terhadap pasien. Dengan adanya nilai positif dari
pasien setelah menerima tindakan yang dirasakan aman dan nyaman maka pasien
akan merasa puas dengan pelayanan rumah sakit. Hasil penelitian Cronin et al. (2000)
loyalitas.
Jaminan pelayanan yang aman dan terpercaya yang diberikan oleh RSU Sundari
Medan kepada pasien dinilai baik, hal ini dapat dilihat dari kemampuan petugas
dalam memberikan tindakan tidak ragu-ragu dan didukung dengan ilmu pengetahuan
sehingga memberikan dampak rasa aman bagi pasien yang memanfaatkan fasilitas
81
rumah sakit tersebut. Jaminan pelayanan yang baik akan memberikan kepercayaan
baik sebesar 59,6%. Responden menyatakan setuju bahwa bahwa keluarga pasien
merasa nyaman dengan tindakan yang diberikan dokter sebesar 61,7%. Responden
menyatakan setuju bahwa dokter mendengar dengan baik keluhan baik sebesar
59,6%. Responden menyatakan setuju bahwa perawat dengan baik keluhan pasien
minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak dengan nilai p(0,016) < (0,05).
minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak dengan nilai p(0,027) < (0,005)
dan nilai Exp (B) 5,443, dimana keluarga pasien yang merasakan empati baik,
kemungkinan besar 5,443 kali untuk berminat kembali untuk memanfaatkan fasilitas
ruang rawat inap anak di RSU Sundari Medan dibanding dengan keluarga pasien
yang merasakan empati kurang baik sehingga semakin baik empati ditunjukkan, maka
keluarga pasien akan semakin besar minat untuk memanfaatkan kembali. Penelitian
menemukan hasil yang sama dimana empati berpengaruh terhadap keputusan pasien
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya
serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pasien. perhatian yang lebih
akan memberikan hasil kepuasan bagi pasien. Empati merupakan bagian dari dimensi
demikian rasa simpati dari tenaga medis/paramedis merupakan alat utama untuk
memenuhi harapan pasien akan perlakuan istimewa tersebut. Simpati artinya berdiri
di tempat pasien, maksudnya coba memahami apa yang diinginkan dan dirasakan
pasien. Perlu ada kesamaan persepsi antara petugas yang melayani pasien tentang
pentingnya membina hubungan personal dengan pasien, hal ini dapat dilakukan
seksama, menyesuaikan pelayanan dan mengajukan pertanyaan dengan tepat. Jika hal
ini dilakukan maka akan meningkatan rasa simpati pasien yang pada akhirnya
meningkatkan loyalitas.
83
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Monarita
(2006) dimana didapatkan hasil bahwa dimensi mutu empati yang ditunjukkan
fasilitas kesehatan tersebut. Hal tersebut senada dengan pendapat Brown, bahwa
cenderung akan mengabaikan nasihat dan tidak akan mau melakukan kunjungan
BAB 6
6.1. Kesimpulan
1. Mutu pelayanan yang terdiri dari dimensi bukti fisik, kehandalan dan jaminan
tidak berpengaruh terhadap minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak
2. Mutu pelayanan yang terdiri dari dimensi ketanggapan dan empati berpengaruh
terhadap minat pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak di Rumah Sakit
pemanfaatan kembali ruang rawat inap anak di RSU Sundari Medan, sehingga
semakin besar tingkat ketanggapan pelayanan maka minat pasien akan semakin
besar dengan odds ratio (OR) 6,434 artinya pasien yang menyatakan
memanfaatkan kembali 6,434 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang
6.2. Saran
1. Kepada pihak RSU Sundari Medan untuk meningkatkan mutu rumah sakit yaitu
kepada perawat yang dianggap teladan yang dinilai oleh bagian personalia.
2. Kepada pihak RSU Sundari Medan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit yaitu meningkatkan rasa empati pada seluruh petugas rumah sakit terhadap
pasien sehingga timbul rasa nyaman dari keluarga pasien serta meningkatkan
dan dengan cara bertindak professional dalam menanggapi masalah yang dialami