Anda di halaman 1dari 5

Kemampuan Formula Konsorsium Mikrob dan Bahan Organik serta disebabkan oleh Pasmodiophora brassicae Wor.

brassicae Wor. merupakan penyakit tular


Campurannya untuk Mengendalikan Penyakit Akar Gada pada tanah penting pada tanaman kubis-kubisan. Di Indonesia, kerugian yang
Tanaman Kubis disebabkan penyakit ini dapat mencapai 88,60% pada tanaman kubis dan
sekitar 5,42-64,81% pada tanaman caisin (Cicu, 2006). Patogen penyebab
Nama : Asyitri Desliyanti R. Rosidin akar gada sulit untuk dikendalikan karena spora tahannya mampu bertahan
NPM : 150510130116 tanpa keberadaan inang selama bertahun-tahun. Oleh karena itu,
Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan pengendalian penyakit akar gada pada kubis harus dilakukan secara
Dosen Pembimbing : 1. Ir. Noor Istifadah, M.CP., Ph.D. terpadu yang mengintegrasi berbagai macam teknik pengendalian yang
2. Drs. Martua Suhunan Sianipar MS. sesuai. Salah satu komponen dari pengendalian penyakit secara terpadu
Dosen Penelaah : 1. Dr. Sri Hartati SP., M. Si. tersebut adalah melalui pengendalian biologi.
2. Ir. Nenet Susniahti MS. Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan aplikasi mikrob
antagonis. Pada penelitian sebelumnya, telah dikembangkan formula
konsorsium mikrob menguntungkan yang berupa agens antagonis
BAB I (Trichoderma harzianum dan Bacillus subtilis) dan mikrob agens pupuk
PENDAHULUAN hayati (Azotobacter chroococcum dan Pseudomonas cepacea). Formula
1.1 Latar Belakang tersebut diketahui mampu menekan penyakit layu Fusarium dan penyakit
Tanaman kubis (Brassicae oleracea L.) merupakan tanaman yang damping off pada tanaman cabai (Istifadah dkk., 2015).
banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat dunia. Kubis sudah Selain pengendalian biologi, pengendalian penyakit juga dapat
banyak dibudidayakan di Indonesia, dan berpotensi untuk dikembangkan dilakukan dengan penambahan bahan organik. Penambahan bahan organik
karena memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. seperti kompos dapat memperbaiki sifat-sifat tanah baik fisik, kimia, dan
Budidaya tanaman kubis berpeluang besar untuk menghasilkan sumbangan biologi tanah. Selain dapat menyuplai unsur hara yang dibutuhkan
devisa bagi negara melalui kegiatan ekspor. Hal ini dikarenakan banyak tanaman, penambahan bahan organik dapat pula menekan penyakit
negara yang membutuhkan keberadaan tanaman kubis. Namun, peluang terutama penyakit tular tanah (Bonilla et al., 2012). Bahan organik yang
tersebut belum dapat dilaksanakan secara optimal, melihat dari data hasil dapat digunakan oleh petani diantaranya adalah kompos, pupuk kandang
produksi kubis yang jauh dari potensi hasilnya. Badan Pusat Statistika ayam, kascing dan limbah bekas jamur tiram.
(2015) mencatat bahwa produktivitas kubis di Indonesia selama periode Pencampuran formula konsorsium dengan bahan organik dapat
2011-2015 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011 produktivitas mencapai memberikan efek yang lebih baik dalam menekan penyakit (Istifadah dkk.,
kisaran angka 20,88 ton/ha terus meningkat sampai tahun 2014 yang 2015). Potensi formula konsorsium mikrob, bahan organik maupun
mencapai kisaran angka 22, 75 ton/ha dan menurun pada tahun 2015 campurannya untuk mengendalikan penyakit akar gada belum banyak
dengan angka 22,55 ton/ha. Namun demikian, sebenarnya hal ini masih diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji
jauh dari nilai potensinya yang dapat mencapai 60-75 ton/ha (Anonim, kemampuan dari formula konsorsium, bahan organik seperti kompos,
2016). pupuk kandang ayam, kascing dan limbah media jamur tiram serta
Salah satu faktor yang memengaruhi produktivitas kubis di kombinasi formula dan bahan organik dalam mengendalikan penyakit akar
Indonesia adalah adanya gangguan dari organisma pengganggu tanaman gada pada tanaman kubis.
baik hama maupun patogen penyebab penyakit. Akar gada (clubroot) yang
(Fusarium oxysporum f.sp. capsici) serta layu bakteri (Ralstonia
1.2 Identifikasi Masalah solanacearum) pada tanaman cabai (Istifadah dkk., 2014).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat Berbagai jenis mikrob telah diketahui dapat menekan penyakit
dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut : akar gada pada kubis-kubisan. Bakteri endofit Bacillus subtilis yang
1. Apakah formula konsorsium mikrob, bahan organik (kompos, digunakan dalam penelitian ini, sebelumnya dapat menekan penyakit akar
pupuk kandang ayam, kascing dan limbah media jamur tiram), gada pada tanaman kubis (Istifadah, 2010). Peng et al., (2011) melaporkan
serta campurannya mampu mengendalikan penyakit akar gada bahwa pemberian perlakuan formulasi agen biokontrol B. subtilis dan
yang disebabkan oleh P. brassicae pada tanaman kubis? Gliocladium catenulatum mampu mengurangi keparahan dari serangan
2. Perlakuan manakah yang paling efektif dalam mengendalikan penyakit akar gada lebih dari 80% pada tanaman canola. Penelitian yang
patogen penyebab penyakit akar gada pada tanaman kubis? dilakukan oleh Cuevas et al., (2011) menunjukkan bahwa jamur
Trichoderma sp. mampu mengurangi insiden penyakit akar gada sampai
1.3 Tujuan Penelitian dengan 45% pada tanaman jenis cruciferae. Tanaman yang diinokulasikan
Penelitian ini bertujuan untuk : dengan Trichoderma dapat memproduksi akar-akar baru, yang
1. Mengkaji kemampuan dari formula konsorsium, bahan organik memungkinkan agar tanaman terus tumbuh dan berkembang.
(kompos, pupuk kandang ayam, kascing dan limbah media jamur Selain penggunaan mikrob menguntungkan, pengendalian
tiram), serta kombinasinya dalam mengendalikan penyakit akar penyakit tanaman dapat juga dengan memanfaatkan bahan organik. Selain
gada yang disebabkan oleh P. brassicae pada tanaman kubis. sebagai media penyubur dan pemacu pertumbuhan tanaman, bahan
2. Memperoleh perlakuan yang terbaik dalam mengendalikan organik dapat pula mengurangi kejadian penyakit (Bonilla et al., 2012).
penyakit akar gada yang disebabkan oleh P. brassicae pada Pemberian kompos dapat menekan kejadian penyakit busuk akar
tanaman kubis. dibandingkan tanpa pemberian kompos (Hoitink et al., 1999 dalam Bonilla
et al., 2012). Kompos berbahan dasar sisa-sisa tanaman dapat pula
1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian menekan penyakit yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum (Yogev et
Perlakuan terbaik yang diperoleh dari penelitian ini dapat al., 2006 dalam Bonilla et al., 2012).
dijadikan rekomendasi pengendalian penyakit akar gada pada tanaman Kascing merupakan salah satu jenis bahan organik yang biasa
kubis yang ramah lingkungan. digunakan oleh petani. Penambahan kascing selain mampu memberikan
hasil produksi tinggi pada tanaman kembang kol ternyata juga mampu
1.5 Kerangka Pemikiran menekan kerusakan yang diakibatkan oleh nematoda Meloidogyne
Beberapa jenis mikrob telah diketahui memiliki manfaat dan incognita (Nath & Singh, 2011). Kascing juga dapat menekan penyakit
bersifat menguntungkan bagi tanaman karena dapat berperan sebagai layu Fusarium yang disebabkan F. oxysporum pada tanaman tomat
agens pengendali penyakit tanaman (antagonis) dan sebagai agens pupuk (Istifadah, 2001).
hayati. Pada penelitian sebelumnya telah diteliti beberapa isolat mikrob Bahan organik yang berupa limbah media jamur tiram maupun
menguntungkan diantara adalah mikrob agens antagonis (B. subtilis dan T. pupuk kandang juga dapat menekan penyakit. Istifadah dan Sianipar
harzianum) dan mikrob agens pupuk hayati (A. chroococcum dan P. (2015) melaporkan bahwa limbah media jamur tiram dapat menghambat
cepacea). Keempat mikrob tersebut secara tunggal maupun gabungannya perkembangan penyakit layu bakteri yang disebabkan Ralstonia
dapat menekan penyakit damping off (Rhizcotonia solani) layu Fusarium solanacearum pada tanaman kentang. Zainal (2016) juga melaporkan
bahwa seluruh jenis bahan organik berupa kascing, kompos, media tumbuh 2.5.2 P. cepacea
jamur tiram, pupuk kandang ayam dan kambing dapat menekan penyakit 2.6 Bahan Organik
bengkak akar yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp. pada 2.6.1 Kascing
tanaman cabai sebesar 76-96%. 2.6.2 Kompos
Penelitian mengenai pencampuran formula mikrob dan bahan 2.6.3 Limbah Media Jamur Tiram
organik telah dilakukan sebelumnya. Istifadah dkk., (2015) menemukan 2.6.4 Pupuk Kandang Ayam
bahwa pencampuran formula konsorsium mikrob dan kompos yang
diinkubasikan selama tujuh hari dan dosis sebanyak 400 kg/ha mampu BAB III
menekan kejadian penyakit layu fusarium pada tanaman cabai sebesar BAHAN DAN METODE
52,38%. Aplikasi campuran formula mikrob dengan kompos pada media
persemaian juga dapat mengendalikan penyakit damping off (R. solani) 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan
pada bibit cabai hingga mencapai penekanan 100%. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian
1.6 Hipotesis Universitas Padjadjaran dan rumah kaca Fakultas Pertanian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas Universitas Padjadjaran, Jatinnagor, Sumedang dengan ketinggian
maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut: tempat 700 mdpl. Pelaksanaan percobaan dilakukan mulai dari
1. Aplikasi formula konsorsium mikrob, bahan organik (kompos,
bulan Juli sampai dengan bulan September 2016.
pupuk kandang ayam, kascing dan limbah media jamur tiram)
serta kombinasinya dapat menekan penyakit akar gada (P.
3.2 Bahan dan Alat Percobaan
brassicae) pada kubis
Alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya adalah
2. Kombinasi antara formula konsorsium mikrob dan bahan organik
Laminar Air Flow (LAF), autoclave, microwave, timbangan analitik,
lebih baik dalam menekan penyakit akar gada pada kubis daripada
stirrer, gelas ukur, beaker glass, tabung reaksi, petrisidsh, loop, ose, oven,
perlakuan formula atau bahan organik secara tunggal
pisau, pinset, saringan, sarung tangan karet, botol Shcott, alumunium foil,
tissue, plastik tahan panas, baki, kertas label, plastik mika, mangkuk
BAB II plastik, dan sekop kecil.
TINJAUAN PUSTAKA Bahan yang digunakan dalam perobaan ini diantaranya adalah
formula biopestisida yang terbuat dari campuran bahan pembawa kompos,
2.1 Tanaman Kubis tepung ikan dan dedak, benih kubis varietas Talenta F1, akar kubis yang
2.2 Penyakit Akar Gada pada Kubis terinfeksi penyakit akar gada, tanah lembang, sekam bakar, air aquadest
2.3 Mikrob Menguntungkan steril, media Potato Dextrose Agar (PDA), media Ashby, media
2.4 Mikrob Antagonis Pikovskaya, media Nutrient Agar (NA), alkohol 70%, spirtus, isolat
2.4.1 B. subtilis bakteri B. subtilis, bakteri penambat nitrogen A. chroococcum, bakteri
2.4.2 T. harzianum pelarut fosfat P. cepacea, dan jamur T. harzianum.
2.5 Mikrob Agen Pupuk Hayati
2.5.1 A. chroococcum 3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan Percobaan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak 3.4.2 Penyiapan Media Tanam
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 10 perlakuan dan diulang sebanyak 3 Media tanam yang digunakan untuk persemaian dan pembubunan
kali. Pada setiap perlakuan terdiri dari 10 tanaman. Pencampuran formula adalah tanah Lembang. Tanah sebelumnya disaring terlebih dahulu dan
dengan bahan organik dilakukan dengan perbandingan 1: 10 (v/v) atau sebelum digunakan disterilisasi dengan autoclave (tanah suhu 121oC dan
formula merupakan 10% dari bahan organik. tekanan 1 atm) selama 30 menit. Bahan organik sesuai perlakuan dicampur
Perlakuan yang diuji adalah: dengan formula sebanyak 10% (v/v) kemudian dibiarkan selama
A : Kontrol seminggu. Bahan organik atau bahan organik yang telah dicampur formula
B : Formula mikrob dicampur dengan tanah dengan perbandingan 3:1 (v/v) dan ditambahkan
C : Formula mikrob dan pupuk kandang ayam arang sekam sebanyak 10% (v/v).
D : Formula mikrob dan kompos
E : Formula mikrob dan kascing 3.5 Pelaksanaan Percobaan
F : Formula mikrob dan limbah media jamur tiram Benih kubis yang telah disiapkan terlebih dahulu direndam dalam
G : Pupuk kandang ayam air hangat dengan suhu 50oC selama 24 jam. Kemudian benih disemai
H : Kompos pada campuran media tanam yang telah disiapkan sesuai perlakuan. Semai
I : Kascing kubis yang berumur 2 minggu sebanyak 10 semai dipindah tanam ke
J : Limbah media jamur tiram dalam kotak plastik yang berisi media tanam yang telah ditambah bahan
organik atau campuran formula dan bahan organik dan telah diinokulasi
3.3.2 Rancangan Analisis dengan suspensi patogen 150 ml/kg media.
Data-data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis
menggunakan uji F ANOVA melalui program software statistik SPSS 3.6 Pengamatan
versi 17.0 dan dilakukan uji lanjut menggunakan Tukey HSD pada taraf 3.6.1 Pengamatan terhadap Intensitas Penyakit Akar Gada
nyata 5%. Pengamatan dilakukan pada 4 minggu setelah inokulasi patogen.
Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap indeks penyakit pada
3.4 Persiapan Percobaan perakaran dengan nilai skoring berdasarkan metode Narisawa et al. (2000)
3.4.1 Penyiapan Suspensi Inokulum P. brassicae dengan kriteria sebagai berikut:
Sumber inokulum patogen P. brassicae berasal dari akar tanaman 0 = tidak ada pembengkakan,
kubis yang bergejala penyakit akar gada. Akar-akar kubis yang telah 1 = pembengkakan sedikit, pada bagian akar lateral,
diperoleh terlebih dahulu dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan 2 = pembengkakan sedang pada akar lateral dan atau akar
sisa-sisa tanah sampai bersih. Selanjutnya, akar kubis terinfeksi dipotong- utama,
potong dalam ukuran kecil dan dilakukan proses penghalusan dengan 3 = pembengkakan berat pada akar lateral dan atau akar utama,
menggunakan mesin penghancur blender kemudian disaring. Suspensi 4 = pembengkakan berat dan atau pembusukkan pada akar
yang diperoleh diatur kerapatan spora tahannya sampai mencapai 10 7 lateral dan atau akar utama.
spora/ml. Skor kemudian dimasukkan ke dalam rumus intensitas penyakit
yang ditentukan dengan rumus Horsfall & Barrat (1997) yaitu:
I = (ni x vi) x 100%
NxV
dimana :
I : Intensitas Penyakit
ni : Banyak tanaman yang diamati dengan skor ke-i
vi : Skor tanaman ke-i
N : Total tanaman yang diamati
V : Skor serangan tertinggi

3.6.2 Pengamatan Penunjang


Pengamatan penunjang terdiri dari:
1. Pertumbuhan dari tanaman kubis diamati dengan cara mengukur
tinggi tanaman (cm) menggunakan alat ukur pada saat sebelum
dilakukannya pindah tanam. Selanjutnya pengamatan juga
dilakukan pada pengamatan terakhir pada saat tanaman berusia 4
minggu setelah pindah tanam dengan cara mengukur tinggi
tanaman 2 cm dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai
pada pucuk termuda.
2. Menimbang bobot basah (g) tanaman tanpa akar diamati saat
panen dengan cara menimbang bagian tanaman yang ada di atas
permukaan tanah.

Anda mungkin juga menyukai