Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Payudara

Pembimbing,
dr. Ramses. Sp.B(K),Onk.

Disusun Oleh:
Komang Septian Trisna Jaya
H1A012028

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2017

1
KANKER PAYUDARA

DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI


Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu jenis
kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%.Diperkirakan angka
kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar
92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari
kematian yang dijumpai pada wanita.1
Saat ini, terjadi peningkatan insidens kanker payudara di negara-negara yang
sebelumnya memiliki insiden rendah, seperti di Jepang dan CIna. Selain disebabkan karena
perubahan yang signifikan dari gaya hidup masyarakat Asia, peningkatan ini juga turut terjadi
akibat kemajuan teknologi diagnosis tumor ganas payudara.2
Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %.Di
Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya
pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan,
diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.1

KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI KANKER PAYUDARA


Klasifikasi histopatologi kanker payudara adalah berdasarkan WHO classification of
Breast Cancer dan Japaneese Breast Cancer Society (1984) Histological Classification of
Breast Tumors, yaitu:3

Malignant (Carcinoma)
1. Non invasive Carcinoma
a. Non invasive ductal carcinoma
b. Lobular carcinoma insitu
2. Invasive Carcinoma
a. Invasive ductal carcinoma
A1. Papillobular carcinoma
A2. Solid-Lobular carcinoma

2
A.3. Scirrhous carcinoma
b. Special types
B1. Mucinouus carcinoma
B2. Medullary carcinoma
B3. Invasive lobular carcinoma
B4. Adenocystic carcinoma
B5. Carcinoma with squamous type
B6. Carcinoma with spindle cell type
B7. Apocrine carcinoma
B8. Carcinoma with cartilagues and osseous type
B9. Tubular carcinoma
B10. Secretory carcinoma
B11. Others

KLASIFIKASI STADIUM TNM (UICC/AJCC)


Stadium kanker payudara penting ditentukan setelah diagnosis ditegakkan karena
mempengaruhi prognosis dan modalitas pengobatan yang digunakan. Klasifikasi TNM berdasar
pada: 1,3
T = Ukuran tumor primer kanker payudara
Ukuran dibuat berdasarkan ukuran klinis diameter tumor terpanjang dalam cm, ataupun
radiologis (MRI) yang lebih akurat dalam menilai volume tumor.
TX : Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 : Tumor primer tidak terbukti
Tis : karsinoma in situ
Tis (DCIS) : ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) : lobular carcinoma in situ
Tis (Paget) : Penyakit paget pada putting tanpa ada masa tumor
T1 : Tumor dengan ukuran terpanjang 2 cm atau kurang
T1mic : Ada mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm kurang 1 cm
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm
T2 : Tumor dengan ukuran terpanjang lebih dari 2 sampai 5 cm
T3 : Tumor dengan ukuran terpanjang >5 cm

3
T4 : Tumor dengan ukuran berapa pun dengan infiltrasi/ekstensi pada dinding dada atau
kulit
T4a : inviltrasi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis)
T4b : inviltasi ke kulit mamma
T4c : inviltrasi ke dinding dada dan kulit
T4d : tumor dengan inflamasi, Mastitis karsinomatosa

N = Nodes (Kelenjar Getah Bening)


Nx : Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 : Tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening regional
N1 : Terdapat metastasis kelenjar getah bening aksila yang masih mobile
N2 : Terdapat metastase KGB aksila ipsilateral terfiksasi, atau klinis adanya metastatis
pada KGB mamaria interna meskipun tanpa metastatis KGB aksila
N2a : metastatis ke KGB Aksila terfikasasi ataupun melekat pada struktur/jaringan lain
N2b : Klinis metastatis hanya pada KGB mamaria interna ipsilateral dan tidak terdapat
metastatis pada KGB aksila
N3 : Metastase KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastatis pada KGB
aksila, atau klinis terdapat metastatis pada KGB mamaria interna dan metastatis KGB aksila.
N3a : Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral
N3b : Metastatis ke KGB Mamaria interna dan KGB aksila
N3c : Metastatis ke KGB supraklavikula

M = Metastatis Jauh
Mx : Metastatis jauh belum dapat dinilai
M0 : tidak terdapat metastatis jauh
M1 : Terdapat metastatis

STADIUM T N M

0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

IIA T0 N1 M0
4
T1 N1 M0

T2 N0 M0

IIB T2 N1 M0

T3 N0 M0

IIIA T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1-N2 M0

IIIB T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

IIIC Tiap T N3 M0

IV Tiap T Tiap N M1

Tujuan penentuan stadium kanker payudara secara klinis adalah:3


1. Memudahkan untuk melakukan penelitian multisenter
2. Untuk menentukan modalitas terapi yang diberikan
3. Untuk menentukan prognosis dari masing-masing stadium dengan pemerian modalitas
yang disepakati
4. Pemeriksaan standar darii masing-masing stadium T, terutama untuk menentukan
stadium N ataupun M

5
PATOFISIOLOGI
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula mula terjadi hiperplasia sel sel dengan perkembangan sel sel atipik. Sel -
sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat diraba ( kira kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis
dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
aliran darah.4,5
Kanker payudara terjadi karena adanya perubahan/mutasi tertentu pada DNA sel
payudara. DNA adalah komponen kimia yang membentuk gen kita. Ada mutasi gen yang
bersifat diwariskan (genetic), tetapi ada juga yang tampaknya terjadi dengan sendirinya
tanpa diketahui penyebab pasti. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu
proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.4,5
1. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran)
atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap
suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan
fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu
keganasan.
2. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.
Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel
yang peka dan suatu karsinogen).

DIAGNOSIS
Diagnosis kanker payudara dibuat berdasarkan triple diagnostic procedures.3

1. ANAMNESIS
a. Keluhan di payudara dan aksila
Ada benjolan padat

6
Ada tidak rasa nyeri (awal pertumbuhan kanker payudara sering tidak
menimbulkan rasa nyeri)
Kecepatan tumbuh
Nipple discharge ( satu sisi, satu muara, warna merah/ darah/ disertai massa
tumor)
Retraksi papilla mama
Krusta dan eksim yang tidak sembuh pada areola atau papilla mama dengan
atau tanpa masa tumor
Kelainan kulit di atas tumor (skin dimpling, ulceration, peau dorange,
satellite nodules)
Perubahan warna kulit
Adanya benjolan di aksila atau di leher/supraklavikula (pembesaran KGB
aksila, supraklavikula)
Edema lengan disertai adanya benjolan di payudara atau aksila ipsilateral
b. Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastatis)
Nyeri tulang yang terus-menerus dan semakin berat (di daerah vertebra,
pelvis, femur)
Rasa sakit, nek dan penuh di ulu hati
Batuk yang kronis dan sesak napas
Sakit kepala hebaat, muntah dan gangguan sensorium
c. Factor-faktor resiko (terkena kanker payudara)
Usia penderita (semakin tua semakin meningkatkan resiko)
Usia melahirkan anak pertama aterm (>35 tahun semakin tinggi risiko)
Paritas
Riwayat laktasi (tidak laktasi sedikit meningkatkan risiko)
Riwayat menstruasi (menarche yang awal, menopause yang lambat)
Pemakaian obat-obatan hormonal (pil KB) yang dipergunakan jangka panjang
Riwayat keluarga dengan kanker payudara (pada keluarga wanita terutama
kanker payudara laki-laki pada keluarga) dan kanker ovarium.
Riwayat operasi tumor jinak payudara seperti atypical ductal hyperplasia,
flavid papiloma.
Riwayat operasi kanker ovarium (pada usia muda)
Riwayat radiasi di daerah dada/payudara pada usia muda (radiasi terhadap
Hodgkin disease/Non Hodgkin Lymphoma)

7
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalis dihubungkan dengan Perfomance status : Kornofsky Score,
WHO/ECOG Score3
The Karnofsky Performance Scale Index memungkinkan pasien untuk
diklasifikasikan berdasarkan kemampuan penurunan nilai fungsional mereka. Hal
ini dapat digunakan untuk membandingkan keefektifan berbagai terapi dan untuk
menilai prognosis pada pasien secara individual. Semakin rendah nilai
Karnofsky, semakin buruk kelangsungan hidup untuk sebagian besar penyakit
serius, seperti kanker.7

b. Status lokalis3
Pemeriksaan payudara kanan dan kiri (ipsilateral dan kontralateral)
Massa tumor
Lokasi (kuadran)
Ukuran (diameter terpanjang, untuk volume tumor MRI)
Konsistensi
Permukaan tumor
Bentuk dan batas tumor
Jumlah tumor (yang palpable)
Fiksasi tumor pada kulit, muskulus pectoralis, dinding toraks
Perubahan kulit
Kemerahan, edematous, dimpling, ulcus, satellite nodules

8
Gambaran kulit jeruk peau dorange
Papila mama
Retraksi
Erosi
Krusta
Eksim
Discharge (ipsilateral, satu muara, bloody)
KGB Regional
KGB aksila, palpable, ukuran, konsistensi, konglomerasi, fiksasi satu
dengan lain atau dengan jaringan sekitar
KGB infra-klavikula, penilaian sama dengan diatas
KGB supra-klavikula, penilaian samad dengan diatas
Pemeriksaan organ yang menjadi tempat dan dicurigai terjadi metastatis
Tergantung lokasi organ (paru, hati, tulang, cerebral)

Gambar 1. Teknik melakukan palpasi parenkim payudara untuk


identifikasi Tumor Primer dan Palpasi aksila, infraklavikula, dan
supraklavikula.1

3. Pemeriksaan penunjang1,3
a. Pemeriksaan laboratorium
Dianjurkan:
- Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan
perkiraan metastasis (transaminasi, alkali-fosfatase, kalsium darah)

9
- Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk follow up (CA 15-3;
CEA)
b. Pemeriksaan Radio-diagnostik/oncologic imaging
- Mamografi payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara
yang dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi
mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan
mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena
payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik mamografi
sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun.
Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari
hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan mengurangi rasa tidak
nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan memberi hasil yang
optimal. Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografi
digunakan BIRADS yang dikembangkan oleh American College of
Radiology.
Tanda primer berupa:
1. Densitas yang meninggi pada tumor
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas (komet sign).
3. Gambaran translusen disekitar tumor
4. Gambaran stelata.
5. Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.

Tanda sekunder :
1. Retraksi kulit atau penebalan kuli
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi putting
4. Kelenjar getah bening aksila (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
- USG Payudara
10
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.
gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya:
1. Permukaan tidak rata
2. Taller than wider
3. Tepi hiperekoik
4. Echo interna heterogen
5. Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90 derajat.

Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akurasinya


sampai 7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai
modalitas skrining oleh karena didasarkan penelitian ternyata USG gagal
menunjukan efikasinya.
- Foto thoraks
- USG Abdomen

c. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy/FNAB)


Dilakukan pada lesi/tumor payudara yang klnis dan radiologis dicurigai
ganas. Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa cairan akan menghasilkan
penilaian sitologi. Biopsi jarum halus atau yang lebih dikenal dengan FNAB
dapat dikerjakan secara rawat jalan ( ambulatory). Pemeriksaan sitologi
merupakan bagian dari triple diagnostic untuk tumor payudara yang teraba atau
pada tumor yang tidak teraba dengan bantuan penuntun pencitraan. Yang bisa
diperoleh dari pemeriksaan sitologi adalah bantuan penentuan jinak/ganas; dan
mungkin dapat juga sebagai bahan pemeriksaan tumor marker.
Biopsi terbuka dan spesimen operasi akan menghasilkan penilaian
histopatologi. Biopsi terbuka dengan menggunakan irisan pisau bedah dan
mengambil sebagian atau seluruh tumor, baik dengan bius lokal atau bius umum.
Pemeriksaan histopatologi merupakan baku emas untuk penentuan jinak/
ganas suatu jaringan; dan bisa dilanjutkan untuk pemeriksaan imunohistokimia.
d. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnosis)
- Stereotactic biopsy dengan bantuan USG atau mammogram pada lesi
nonpalpable
- Core neddle Biopsy (micro-specimen)
- Vacuum assisted biopsy (mammotome)
- Biopsi insisional untuk tumor:
11
Kanker payudara opeabel dengan diameter > 3 cm, sebelum operasi definitive
Inoperabel diagnosis, faktor predictor dan prognostic
- Biopsi eksisional
- Spesimen masktektomi disertai pemeriksaan KGB regional
- Pemeriksaan Imunohistokimia (IHC) terhadap ER, PR, Her-2/Ncu, Cathepsi-
D, P53, BCL-2, dan sebagainya.

SCREENING (PENAPISAN KANKER PAYUDARA)3


Penapisan atau skrining terhadap kanker payudara merupakan program
penanggulangan kanker dari WHO, yaitu deteksi dini kanker. Kanker payudara disebut
diagnosis dini jika stadium ini kanker payudara masih bersifat local dan belum
bermetastasis. Metode skrining:
- Mamografi dan USG
- MRI terutama ntuk wanita dengan riwayat kanker di keluarga
- SADARI dan pemeriksaan fisik oleh dokter bukan merupakan prosedut
deteksi dini, melainkan suatu usaha untuk mendapatkan kanker payudara
pada stadium yang lebih awal, terutama digunakan pada tempat di mana
skrining masal untuk kanker payudara belum tersedia, seperti Indonesia.

Mamografi dilakukan secara periodic dengan interval sebagai berikut (sesuai dengan
rekomendasi dari American Cancer Society:

12
- Wanita berusia 35-39 tahun dilakukan 1 kali sebagai basal mammogram
- Wanita berusia 40-49 tahun dilakukan setiap 2 tahun
- Wanita berusia 50-60 tahun dilakukan setiap 1 tahun
- Wanita > 60 tahun biasanya mempunyai compliance yang rendah, tetapi
dianjurkan setiap 1 tahun.

TERAPI
Modalitas terapi kanker payudara terdiri dari1,3
1. Pembedahan1
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
a. Mastektomi
- Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening
aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi:
Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium
IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.
- Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks
puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening
aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan
operasi yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara,
namun dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin
kecilnya tumor yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi
yang lebih minimal:
Indikasi:
Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major

- Mastektomi dengan teknik onkoplasti


Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan
13
menggunakan jaringan. autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau
transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan
prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander sebelumnya.

- Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
Tumor phyllodes besar
Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
Penyakit Paget tanpa massa tumor
DCIS

- Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)


Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa
diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
Mastektomi profilaksis
Prosedur onkoplasti

- Breast Conserving Therapy (BCT)


Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving Surgery),
dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas
tumor payudara dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara,
dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan
adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor
secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi
sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal kanker payudara
stadium awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang
sama antara BCT dan mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi
lokal pada BCT lebih tinggi dibandingkan mastektomi tanpa ada perbedaan

14
dalam OS. Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien
kanker payudara usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan
pembedahan yang aman pada pasien kanker payudara stadium awal dengan
syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil
yang lebih baik.
Indikasi :
Kanker payudara stadium I dan II.
Kanker payudara stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan

Kontra indikasi :
Kanker payudara yang multisentris, terutama multisentris yang lebih
dari 1 kwadran dari payudara.
Kanker payudara dengan kehamilan
Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
Tumor di kuadran sentral (relatif)

Syarat :
Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan radioterapi.
Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang memadai.
Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam.
Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai
timyang berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
- Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/
tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka ataupun per-
laparaskopi. Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis bedah umum atau
Spesiali Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di
organ kandungan.
Indikasi:
Karsinoma payudara stadium IV premenopausal
dengan reseptor hormonal positif.
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat dilakukan dalam
konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical clearance dari
lembaga yang berwenang.

15
- Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker payudara.
Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun
dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih
panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan
pada kanker payudara dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara
kontralateral.Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis
yang masih kontroversi.
Indikasi:
Tumor metastasis tunggal pada satu organ
Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar

Syarat:
Keadaan umum cukup baik (status performa baik )
Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
Masa bebas penyakit > 36 bulan

2. Radioterapi3
Radioterapi merupakan terapi loko-regional dan pada umumnya eksternal dengan
Co60 ataupun terapi dengan sinar X. radioterapi dengan brachytherapy hanya
dikerjakan pada kasus selektif dan hanya pada senter yang mempunyai fasilitas.
Radioterapi dapat dilakukan sebagai:
a. Radioterapi neoadjuvant (sebelum pembedahan)
b. Radioterapi adjuvant (setelah pembedahan)
c. Radioterapi palliative diberikan sebagai terapi paliatif, baik pada tumor primer
ataupun pada metastatis tulang, cerebral, dan sebagainya.

3. Kemoterapi1,3
Kemoterapi diberikan sebagai obat kombinasi. Kombinasi kemoterapi yang telah
menjadi standar adalah:
- CMF (Cyclophosphamide-Methotrexate-5Fluoro Uracil)
- CAF; CEF (Cyclophosphamide-Adriamycin/Epirubicin-5Fluoro Uracil)
- TA (Taxanes-Adriamycin)
- Gapecitabine (Xeloda-oral)
- Beberapa kemoterapi lain, seperti Navelbine, Gemcitabine (+cisplatinum)
digunakan sebagai obat kemoterapi lini ke 3
16
Pemberian kemoterapi dapat dilakukan sebagai:
- Neoadjuvant
- Adjuvant
- Therapeutic Chemotherapy diberikan pada Metastatic Breast Cancer dengan
tujuan paliatif, sebagai usaha untuk memperbaiki kualitas hidup
- Sebagai metronomic chemotherapy (Cyclophosphamide) anti angiogenesis

Dosis dan jenis kombinasi kemoterapi


- Kemoterapi adjuvant : 6 siklus
- Kemoterapi neoadjucant : 3 siklus
- Kemoterapi terapeutik : Diberikan sampai metastatis hilang atau
terjadi intoksikasi
- Kemoterapi paliatif : diberikan jangka panjang dengan tujuan
paliatif

17
CMF
- Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 )
- Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8
- 5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8
Interval 3-4 minggu
CAF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari
CEF
- Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
- Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
- 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari
AC
- Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
- Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3 minggu
TA (Kombinasi Taxane Doxorubicin)
- Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
- Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
Atau
- Docetaxel 90mg/m2, hari 1
- Doxorubicin 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu

4. Obat-Obat target (molecular targeting therapy)3


Ditujukan terutama jika ada indikasi yaitu adanya ekspresi protein tertentu pada
jaringan kanker, seperti:
Ekspresi Her2/Neu Protein : Transtuzumab (diberikan minimal 1 tahun)
Ekspresi VEGF/R : Bevacizumab

0
Pada umumnya, molecular targeting therapy diberikan bersama kemoterapi.
Dosis terapi target adalah:
Transtuzumab (HER2 positif kanker payudara) diberikan dalam bentuk kombinasi
dengan kemoterapi doxorubicin dan cyclophospamide diikuti dengan pactitaxel
(NSABP B-31) atau MDACC trastuzumba dikombinasi dengan paclitaxel dan FEC.
Dosis awal dapat diberikan (loading dose) 4 mg/kbBB, diikuti dengan 2 mg/kbBB
setiap minggu sampai 12 minggu. Cara alternatf pemberian mingguan 2 mg/kbBB
selama 40 minggu.

5. Terapi Hornomal3
Pemberian terapi hormonal terutama pada penderita kanker payudara dengan reseptor
hormonal (steroid receptors) yang positif, teruma ER (estrogen receptor) dan PR
(Progesteron receptor) positif. Idealnya pemberian terapi hormonal diberikan pada
ER +, dan PR +, tetapi pada kombinasi dengan salah satu reseptor negative juga dapat
dilakukan. Beberapa obat-obatan tertentu yang digunakan untuk terapi hormonal
adalah:
- Tamoxifen : Diberikan dengan osis 2 x 10 mg/hari atau 1 x 20 mg/hari selama
5 tahun
- Aromatase Inhibitors (letrozole, anastrozole dan exemestan) : diberikan 1
tablet/ hari diberikan dengan teknik switching , extended
(ditambah/diperpanjang) dengan tamoxifen. Pada pasien dengan ER+ dan
HER2+ , obat ini merupakan terapi hormonal pilihan utama.
- GnRH (Gonadotropin releasing hormones) : merupakan LH-RH agonis,
diberikan dengan kombinasi tamoxifenpada pasien kanker payudara dengan
ER+ dan premenopausal. Biasanya diberikan dalam bentuk injeksi depo
setiap bulan selama 6 bulan sampai 1 tahun.

KOMPLIKASI
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk
metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan
mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru

1
akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami
gangguan persepsi sensori.6

PROGNOSIS
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. Ketahanan hidup
seseorang sangat bergantung pada tingkat penyakit, saat mulai pengobatan, gambaran
histopatologi dan uji reseptor estrogen yang bila positif lebih baik. Stadium tumor dipandang
secara luas sebagai faktor prognosis yang paling kuat.2

Persentase harapan hidup 5


STADIUM T N M
tahun

0 Tis N0 M0 100 %

I T1 N0 M0 100%

IIA T0 N1 M0 92%

T1 N1 M0

T2 N0 M0

IIB T2 N1 M0 81%

T3 N0 M0

IIIA T0 N2 M0 67%

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1-N2 M0

IIIB T4 N0 M0 54%

T4 N1 M0

T4 N2 M0

IIIC Tiap T N3 M0 40%

IV Tiap T Tiap N M1 20%

2
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Komite Penanggulangan


Kanker Nasional. 2014.
2. Haryono S.J, Sukasah C, Swantari N.M, Manuaba T.W, Bisono. Payudara. Dalam
Buku Ajar Ilmu Bedah De Jong. Ed: 3; P 471-497. 2010. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. Manuaba T.W. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid: PERABOI 2010; Pg 17-48.
Jakarta: SagungSeto.
4. Price SA., Wilson LM., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume
1 Edisi . 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Kumar, Abbas AK. Robbins pathologic basic of disease. Elsevier Saunders:
Washington; 2005.
6. Gaol H.L, Briani F. Kanker Payudara dalam Kapita Selekta Kedokteran. Ed:4; Jilid:
1; p 230-230.Media Aesculapius FKUI. 2014.
7. West H, Jin O.J. Performance Status in Patients With Cancer. Journal of JAMA
Oncology. 2015. Available at <
http://jamanetwork.com/journals/jamaoncology/fullarticle/2432463> , accessed 10th
June 2017.

Anda mungkin juga menyukai