Anda di halaman 1dari 21

KERAPAN SAPI; PESTA RAKYAT MADURA

(Perspektif Historis-Normatif)

Mohammad Kosim

(Dosen tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan, Peserta Program Doktor
IAIN Sunan Ampel Surabaya)

Abstrak :
Semula, kerapan sapi diselenggarakan sebagai kesenian rakyat khas Madura yang diadakan setiap
selesai
panen dalam rangka pesta panen. Kini, kerapan sapi telah bergeser jauh dari tradisi aslinya,
tercerabut
dari akarnya. Bergeser dari yang semula kesenian ke komersialisasi, dari festival ke bullraces.
Dengan
perubahan orientasi tersebut, kerapan sapi masa kini mengandung lebih banyak sisi negatif dibanding
positifnya. Karena itu, menjadi tidak arif dan tak bijaksana mempertahankan tradisi yang kini
cenderung anarkis tersebut, kecuali dikembalikan pada tradisi aslinya. Jika tidak, masih ada tradisi khas
Madura lainnyaterkait dengan perlombaan sapi-- yang lebih layak dilestarikan dan lebih cocok
dengan
karakter orang Madura yang andep asor. Tradisi tersebut adalah kontes sap sono dan sapi
hias.

Kata Kunci :
Madura, kerapan sapi, sap sono, sapi hias

Pendahuluan kali digelar kerapan sapi, utamanya


Pulau Madura, yang oleh sementara kerapan sapi gubeng, Madura dibanjiri
kalangan dipandang sebagai ekor pengunjung dari luar Madura termasuk
kebudayaan Jawa, ternyata memiliki wisatawan mancanegara. Oleh karena itu,
beberapa tradisi unik yang tidak ditemukan sangat beralasan apabila kerapan sapi
di Pulau Jawa, termasuk di pulau lainnya di dinobatkan sebagai salah satu obyek wisata
Indonesia. Diantara tradisi unik tersebut budaya primadona andalan Jawa Timur.
adalah kerapan sapi. Kuntowidjoyo Bahkan ketika Jawa Timur menjadi tuan
menggambarkan tradisi khas Madura ini rumah PON XV tahun 2000 lalu, kerapan
sebagai suatu kombinasi dari perayaan sapi dipilih sebagai simbol kemegahan
rakyat, hiburan, pertunjukan kesehatan spesifik pesta olahraga paling prestisius di
ternak, dan pacuan sapi.1 Tradisi yang telah tanah air itu.2
berlangsung turun temurun ini selalu Makalah berikut, dengan segala
menarik perhatian masyarakat luas. Setiap keterbatasannya, berupaya men-
deskripsikan beberapa hal terkait dengan
1Kuntowijoyo, Perubahan Sosial dalam Masyarakat
Agraris 2M. Sjamsul Arif, Musim Kerapan Sapi di Madura
Madura 1850-1940 (Yogjakarta : Mata Bangsa, 2002), hlm. (http://www.suarakarya-online. com/news), hlm. 2.
371.
Kerapan Sapi; Pesta Rakyat Madura
M ohammad Kosim

KARSA, Vol. XI No. 1 April 2007 69


Kerapan Sapi; Pesta Rakyat Madura
M ohammad Kosim

kerapan sapi, peralatan/perlengk mengajarkan pola kepada mereka.


utamanya mengenai apan berupa bercocok tanam Ketika
asal-usul kerapan pangonong dan jagung. Yang menancapkan
sapi, pelaksanaan kalls. Yang paling membuat tongkat ke tanah
kerapan sapi masa awal sampai ke masyarakat tertarik harus didahului
kini plus manfaat- garis finis dianggap adalah cara dengan membaca
mudaratnya. sebagai pemenang. bercocok tanam basmalah. Pada saat
Tulisan ini juga Berdasar yang unik. Umur memasukkan benih
mengetengahkan cerita yang jagung hanya 1 jagung ke tanah
kontes sapi sono berkembang hari. Begitu jagung yang telah
dan sapi hias di ditanam pagi hari, dilubangi, harus
sebagai alternatif masyarakat besoknya bisa diawali dengan
lain dalam Madura, langsung dipanen. membaca dua
perlombaan sapi di keberadaan Sudah bisa diduga, kalimah syahdat.
Madura. kerapan sapi tak masyarakat sangat Kemudian setelah
bisa dilepaskan dari antusias belajar panen, harus
A figur Kyai Ahmad bercocok tanam dibarengi dengan
s Baidawi (yang kepada sang kyai. ungkapan rasa
a dikenal dengan Kesempatan syukur kepada
l sebutan Pangeran tersebut tidak disia- Allah Sang Maha
U Katandur), salah siakan oleh beliau Pencipta. Untuk
s seorang penyebar untuk sambil tujuan ini, kaum
u Islam di Madura. 3 mengajarkan petani diajari cara
l Konon, kyai dasar-dasar Islam melaksanaan ibadah
K Baidawi salat lima waktu.
e menyebarkan Islam 3Sutjitro, Gengsi, Magic, Demikian
r di Madura dan Judi; Kerapan Sapi di seterusnya, cara
Madura, dalam Soegianto tersebut diulang-
a (utamanya di (ed), Kepercayaan, Magi,
p Sumenep) atas dan Tradisi dalam ulang sampai
a perintah Sunan Masyarakat Madura akhirnya pemeluk
n (Jember; Tapal Kuda, Islam semakin
Kudus, salah 2
seorang dari 0 bertambah.
S sembilan wali 0 Suatu ketika,
a 3 kyai Baidawi
berpengaruh dalam )
p penyebaran Islam , melaporkan
i di tanah Jawa. keberhasilan misi
Disebut Sebelum berangkat h dakwahnya kepada
l
kerapan sapi karena ke Madura, Sunan Sunan Kudus
m
dua pasang sapi Kudus memberi . yang telah
jantan diadu cepat bekal kepada kyai mengutusnya. Atas
larinya ( kerrap) Baidawi berupa 1 keberhasilan
5
sejauh jarak dua tongkol 7
tersebut, kyai
tertentu. Setiap satu jagung (janggel) - Baidawi
pasang sapi yang masih utuh. 1 diperintahkan
5
dikendalikan Setiba di Madura, 9
untuk tinggal
seorang joki beliau tidak . menetap di
(bhuto/tokang langsung Madura
tongko) dengan berdakwah, meneruskan misi
memakai melainkan
KARSA, Vol. XI No. 1 April 2007 dakwahnya. Namun
70
Kerapan Sapi; Pesta Rakyat Madura
M ohammad Kosim

sebelum kembali ke pengolahan tanah


Madura, keduanya pertanian dengan
berdoa kepada Allah tenaga manusia
agar jagung yang dirasa kurang
ditanam tidak lagi efektif, muncul ide
berumur 1 hari, kyai Baidawi untuk
melainkan 100 hari. menggunakan
Dan doa tersebut tenaga hewan,
dikabulkan. Maka, yaitu sapi.
setiba kembali di
Madura kyai
Baidawi menjelaskan
kepada masyarakat
tentang perubahan
masa panen dari 1
hari menjadi 100
hari. Karena sudah
merasakan manfaat
tanaman jagung,
perubahan masa
panen tidak
menyurutkan
semangat petani
menamam jagung.
Semakin hari
masyarakat yang
bercocok tanam
jagung terus
bertambah. Maka
jadilah jagung
sebagai makanan
pokok orang
Madura. Yang unik,
jagung Madura
berbeda dengan
jagung Jawa.
Ukurannya kecil tapi
manis, tahan iklim
kering, tidak peka
pada serangan hama
dan penyakit. Selain
bijinya dipanen
untuk makanan
pokok, bunga dan
daunnya menjadi
sumber makanan
utama ternak sapi.
Dalam
perkembangan
berikutnya, karena KARSA, Vol. XI No. 1 April 2007 71
Kerapan Sapi; Pesta Rakyat Madura
M ohammad Kosim

72 KARSA, Vol. XI No. 1 April 2007


Kerapan Sapi; Pesta Rakyat Madura
M ohammad Kosim

Caranya, sepasang sapi dilengkapi dengan ternak sapi. Ternyata benar, penggunaan
pangonong dan nangggeleh atau salageh, tenaga sapi dalam bercocok tanam dan
kemudian seorang petanisambil diadakannya kerapan sapi setiap pasca
memegang ujung nanggeleh/salageh-- panen secara tidak langsung merangsang
mengikuti dari belakang untuk membajak orang Madura beternak sapi. Makin lama
tanah-tanah yang hendak ditanami. Cara orang Madura semakin banyak memelihara
seperti ini oleh orang Madura disebut asaka sapi, sampai akhirnya hampir setiap
dan/asalageh. Bagi para petani, mengolah keluarga memelihara sapi. Motif
tanah dengan cara baru ini cukup memelihara sapipun semakin berkembang,
menyenangkan, lebih-lebih jika diselingi tidak sekedar sebagai alat untuk bertani,
dengan permainan yang menggembirakan tapi juga untuk diperdagangan, sebagai alat
dengan cara mengadakan lomba adu lari transportasi (penarik jikar/dokar), dan
sapi sambil me-nyaka sawah. Dengan cara disembelih pada waktu-waktu tertentu.
ini, betapapun banyaknya pekerjaan asaka Singkatnya, ternak sapi kemudian
yang harus diselesaikan, karena dikerjakan berkembang menjadi sumber ekonomi
sambil berlomba, para petani tak merasakan kedua yang penting setelah tanah pertanian.
beratnya pekerjaan. Dalam sejarahnya, orang Madura
Bertani dengan menggunakan jasa sapi dikenal sebagai peternak yang baik
membuat petani lebih cepat mengolah lahan meskipun rerumputan jarang dan tidak
dan hasil pertanianpun lebih banyak dari terdapat tanah kosong atau padang rumput,
sebelumnya. Dampaknya, kehidupan kecuali di pulau-pulau bagian timur.
masyarakat semakin makmur. Untuk Diceritakan bahwa seorang pemilik sapi,
mensyukuri hasil tani yang semakin apabila datang dari bepergian, pertama-
melimpah, setiap pasca panen kyai Baidawi tama sekali akan langsung menuju ke
menyelenggarakan pesta panen di sebuah kandang ternaknya baru kemudian ke
alun-alun dengan hiburan lomba lari sapi keluarganya. Diceritakan pula orang
yang diiringi musik-musik tradisional. Madura terbiasa tidur di kandang sapi
Momentum itu, oleh kyai Baidawi, juga mereka daripada di rumah bagus bersama
digunakan sebagai forum pembagian zakat keluarganya.5
hasil tani kepada yang berhak (mustahiqqn). Sapi Madura berbeda dengan sapi
Sejak itu, kerapan sapi menjadi tradisi turun wilayah lainnya. Memiliki ukuran kecil dan
temurun yang tetap lestari hingga sekarang. berwarna kuning kecoklat-coklatan.
Istilah kerapan atau karapan yang Menurut ahli peternakan Belanda, sapi
dipakai hingga kini sebenarnya berasal dari Madura merupakan trah khusus. Sekalipun
kata garapan, karena pada awalnya bertubuh kecil--sehingga berdaging sedikit--
perlombaan sapi diadakan para petani dan tak menghasilkan susu, sapi Madura
sambil menggarap sawahnya.4 sangat cocok untuk alam Madura yang
Maksud kyai Baidawi beriklim kering. Oleh karena itu, di masa
menyelenggarakan kerapan sapi setiap Belanda dibuat aturan yang melarang
pasca panen tidak hanya sebatas menghibur masuknya sapi luar ke Madura untuk
para petani, melainkan juga memotivasi menjaga kemurnian trah yang mapan. Sapi
petani untuk meningkatkan pemeliharaan khas ini pulalah yang menyebabkan tradisi
kerapan sapi Madura dapat membudaya
4Rosida, Madura; Kebudayaan dan Mata Pencaharian
Rakyatnya (Jakarta : Pustaka Jaya, 1986), hlm. 18. 5Kuntowijoyo, Perubahan Sosial, hlm. 371.

KARSA, Vol. XI No. 1 April 2007 73


dan terus a tidak selalu Madura
(Jakarta :
terlestarikan s diselenggarakan Rajawali,
sampai saat ini.6 a panitia tertentu, 1989), hlm.
Menurut Glenn walaupun 277-278.
8Sutjitro, Gengsi,
Smith, sapi Madura K pelaksanaannya Magic, dan Judi;
berasal dari i tetap diawasi Kerapan Sapi di
perkawinan silang n aparat kepolisian M
a
antara banteng lokal i karena menyangkut d
(bos javanicus) Kerapan sapi ketertiban dan u
dengan jenis masa kini tidak keamanan. r
a
Sinhala atau sama dengan di Pemenangnya ada
Ceylon dari Zebu masa lampau. Kini, yang mendapat ,
yang sudah pelaksanaan hadiah ada yang
dijinakkan (bos kerapan sapi tidak. h
l
indicus). Hal ini sangat kompleks, Pelaksanaannya m
ditunjukkan dengan banyak pihak bersifat .
adanya sejumlah terlibat di insidentil,
sapi Madura yang dalamnya, motif 1
5
memiliki kulit dan jenis kerapan 6Mien A. Rifai, Lintasan 9
sangat gelap atau sapi-pun beragam. Sejarah Madura (Surabaya : .
garis hitam yang Secara umum Yayasan
L
membujur penyelenggaraan e
sepanjang kerapan sapi masa b
punggung, dan kini dapat b
u
sebagian besar dikelompokkan r
mempunyai kaki menjadi dua jenis,
putih (tanda-tanda yakni jenis L
keturunan e
kerapan sapi
g
banteng). formal dan non- g
Sedangkan darah formal.8 Kerapan a
keturunan Zebu ,
sapi formal
ditunjukkan oleh diseleng- garakan 1
adanya punuk kecil secara rutin tiap 9
yang sangat tahun oleh panitia 9
3
menonjol pada sapi yang dibentuk )
jantan.7 pemerintah. Waktu ,
pelak- sanaannya
K relatif tetap dan h
l
e pemenangnya m
r mendapat hadiah. .
a Puncak kerapan
p sapi formal adalah 6
5
a kerapan sapi gubeng 7Glenn Smith,
n yang Pentingnya Sapi
S memperebutkan dalam Masyarakat
Madura, dalam Huub
a piala bergilir de Jonge, Agama,
p Presiden RI. Kebudayaan, dan
i Sedangkan kerapan Ekonomi; Studi-Studi
Interdisipliner Tentang
M sapi non-formal Masyarakat
tergantung masing kabupaten mulai
kebutuhan mengirim 6 pasang
penyelenggara. hasil seleksi jenjang 9Selayang Pandang
Termasuk dalam di bawahnya. Pamekasan (Pamekasan;
Dinas Infokom,
kategori ini adalah Pelaksanaan
2
kerapan sapi kerapan sapi gubeng 0
pesanan, kerapan harus memenuhi 0
3
adat, dan kerapan standar
)
nadzar. sebagaimana telah ,
Pada kerapan diatur dalam
sapi formal, Konferensi h
l
agenda Karesidenan m
lomba diawali dari Madura tahun .
tingkat kecamatan 1956. Diantara
(berlangsung antara ketentuan yang 3
7
bulan Agustus- harus diikuti .
September), adalah; umur sapi 10A. Sulaiman Sadik,
kemudian tingkat peserta minimal 2 Mengenal Selintas Tentang
Budaya
kabupaten tahun, tinggi sapi Mad
(berlangsung antara peserta harus ura
bulan September- mencapai 120 cm, (Tan
pa
Oktober), dan jarak tempuh kerap Pene
puncaknya adalah 130 meter, dan sapi rbit),
tingkat peserta dalam hlm.
80-
karesidenan/tingkat keadaan sehat yang 81.
Madura yang dinyatakan oleh
berlangsung antara dokter hewan. 10

bulan Oktober- Kerapan sapi


Nopember. 9 Yang gubeng biasanya
terakhir ini biasa diawali
disebut dengan dengan acara
kerapan sapi pamantan, yakni
gubeng, yang diikuti pawai keliling
empat kabupaten di lapangan yang
Madura, dan diikuti 24 pasang
hadiahnya sangat sapi peserta lomba,
bergengsi, yakni guna
memperebutkan mempertontonkan
piala bergilir betapa anggun,
presiden RI. Dalam tegar dan gagahnya
kerapan sapi gubeng, semua pasangan
pesertanya terdiri sapi kerap yang siap
atas 24 pasang sapi berlaga. Dalam
mewakili empat acara ini setiap
kabupaten di pasang sapi
Madura (Bangkalan, dilengkapi hiasan
Sampang, dan aksesoris khas
Pamekasan, dan Madura di hampir
Sumenep). Masing- sekujur tubuhnya,
dari kedua tanduk, leher, moncong mulut, Tentang ramuan jamu untuk calon sap
bahkan sampai ekornyapun dibungkus kerrap, Sulaiman Sadik12 menceritakan;
dengan hiasan gemerlap. Pawai pasangan untuk emp (anak sapi)agar cepat besar
sapi kerap tersebut bertambah semarak ramuannya meliputi daun sirih temu urat
karena diiringi atraksi menarik musik 20 lembar, buah asam dan gula merah.
tradisional khas Madura, saronn, yang Setelah emp berumur 3 bulan diberi
dimainkan oleh 6 sampai 8 orang. Dengan ramuan jamu yang terbuat dari air kopi,
pakaian tradisional khas Madura yang kaya daun kedelai, nasi yang sudah basi,
asesoris dan corak warna menyolok, bahkan gaddung, bawang merah, tepung terigu, dan
kadang lengkap dengan udeng dan gula merah. Jamu ini dimaksudkan agar
kacamata hitamnya, para pemain saronn sapi bisa lahap makan. Kemudian, agar sapi
menunjukkan kelihaian berjingkrak- bisa berlari kencang, ramuan jamunya
jingkrak dan keterampilan memainkan adalah anggur, arak/bir, 20 butir telur, jahe,
tetabuhan, sambil melantunkan kidung- cuka, madu, air perasan lombok, cabe jamu,
kidung bernada sakral yang buah asam, gula merah, kunyit, garam,
menggambarkan heroisme pasangan sapi daging ayam yang sudah direbus. Jamu
kerap yang siap berlaga. Disamping musik tersebut diberikan setiap minggu, kian
saronn, para penonton juga disuguhi tari dekat acara kerapan pemberian jamu
pecut massal khas Madura. Setelah itu, semakin sering dan semakin meningkat.
barulah acara kerapan dimulai.11 Misalnya, jika hari-hari biasa sap kerrap
membutuhkan 10-20 butir telur, menjelang
Mempersiapkan Sap lomba bisa menghabiskan 80-100 butir telur
Kerrap perharinya. Alhasil, biaya pemeliharaan
Untuk meraih juara dalam setiap even sapi kerapan sangat tinggi, sehingga tidak
kerapan sapi tidak mudah, apalagi di ajang semua orang bisa melakukannya.
kerapan sapi gubeng. Diperlukan ikhtiar Selain perawatan di atas, calon sap
maksimal dari pemilik kerapan sapi, mulai kerrap sejak dini harus dibiasakan berlatih
dari persiapan hingga pelaksanaan. Untuk lari di lapangan. Latihan ini biasanya
mendapatkan sapi yang tangguh dan siap dimulai sejak usia sapi mencapai delapan
tanding tidak mudah, dan biaya bulan. Melatih sapi secara rutin
perawatannya sangat besar. Sapi harus dimaksudkan agar sapi terbiasa berlari dan
dipilih dari bibit yang unggul. Merawatnya kenal medan lapangan pertandingan. Di
harus ulet, telaten, sabar, dan ahli. Oleh samping itu, agar pasangan sapi kompak
karena itu, pemilik sapi harus mengupah dan serasi berlari di tengah lapangan.
perawat yang ahli dan telah paham benar Kekompakan sepasang sap kerrap sangat
dengan karakter sapi. Diantara penting agar bisa berlari serempak dan
perawatannya adalah, setiap hari sapi kencang.13 Membuat sapi kompak dan
dimandikan, dijemur di bawah terik serasi bukan pekerjaan mudah, mengingat
matahari pagi, dipijat, diberi makan dan setiap sapi memiliki karakter berbeda. Oleh
jamu-jamuan. Makanan utamanya adalah karena itu, pelatih di samping harus ahli
rumput dan daun jagung muda yang selalu juga harus sabar dan sayang kepada sapi.
harus dalam keadaan segar.

Sadik, Mengenal Selintas Tentang Budaya Madura, hlm. 81.


12
13Sutjitro,
Gengsi, Magic, dan Judi; Kerapan Sapi di
11 Sjamsul Arif, Musim Kerapan Sapi di Madura, hlm. Madura, hlm. 165.
2.
Semua proses perawatan dan pelatihan berdarah-darah. Semua itu dilakukan agar
sap kerrap tersebut dilakukan oleh joki. Hal sapi bisa berlari sekencang-kencangnya
ini dimaksudkan agar joki dan sap kerrap dalam rangka memenangkan pertandingan.
memiliki ikatan emosional yang erat. Dengan berbagai upaya di atas, kecepatan
Bahkan untuk membangun ikatan tersebut, lari yang ditunjukkan setiap pasang sapi
sang joki tak jarang tidur di kandang sapi, sangat spektakuler. Arena lapangan kerap
terutama 40 hari menjelang kerapan sapi sepanjang 130 meter kadang ditempuh
digelar. Karena uniknya perawatan sapi hanya dalam durasi 9 sampai 10 detik,
kerap tersebut, Dinas Pariwisata Jawa sungguh mengagumkan16.
Timur menjadikan perawatan sapi kerap Pada akhirnya, yang diidam-idamkan
sebagai obyek wisata terbaik di Jawa Timur para pemilik sapi kerap adalah menang.
dengan menobatkannya sebagai pemenang Karena dengan memenangkan
The Most Achievement of Development pertandingan, piala bergilir Presiden bisa
dalam kelompok obyek wisata budaya. 14 diraih, harga sapi akan naik sampai
Persiapan yang tak kalah pentingnya puluhan bahkan ratusan juta, dan yang
adalah saat mendekati pelaksanaan paling penting gengsi pemilik akan
kerapan. Pemilik sapi tidak cukup hanya terangkat. Tidak jarang, agar menjadi juara,
dengan persiapan-persiapan rasional di cara-cara tidak fair pun dilakukan oleh para
atas. Pendekatan magic-pun dilakukan. pemilik sapi, sehingga di arena kerapan sapi
Mereka perlu berdoa kepada Yang Maha seringkali terjadi konflik.
Kuasa dan mendatangi orang pintar atau
dukun untuk mendapatkan jampi-jampi Kerapan Sapi; Menimbang Manfaat dan
demi kemenangan sapi miliknya. Selain Mudarat
upaya magic, usaha lain yang biasa Sejumlah uraian di atas
dilakukan, terutama pada saat kerapan akan menunjukkan bahwa kerapan sapi masa
dimulai, adalah membuat sapi marah agar kini berbeda jauh dengan di masa lampau.
bisa berlari kencang. Upaya ini dilakukan Kerapan sapi masa kini telah bergeser jauh
dengan cara menyiksa pasangan sapi yang dari tradisi aslinya, tercerabut dari akarnya.
akan bertanding. Cara-cara yang biasa Bergeser dari yang semula kesenian ke
dilakukan adalah; mengolesi seluruh badan komersialisasi, dari festival ke bullraces.17
sapi dengan lombok, matanya diolesi Pergeseran orientasi tersebut menjadikan
rheumason, pantatnya dilukai dengan paku, kerapan sapi masa kini sarat dengan sisi
dan di atas luka tersebut dilumuri dengan negatif, misalnya; pertama, unsur
cabe dan rheumason. Dengan cara demikian, penyiksaan terhadap binatang sangat
sapi menjadi marah dan seakan kesurupan, kentara, dipertontonkan (oleh joki) di
matanya melotot dan nafasnya mendesis.15 hadapan ribuan pengunjung sambil diiringi
Pada saat bertandingpun penyiksaan tetap tepuk tangan meriah penonton. Menyiksa
dilakukan oleh si joki. Sambil duduk di binatang jelas merupakan perbuatan tak
kalls, si joki berusaha sekuat tenaga manusiawi, anarkis, amoral, bertolak
mencambuk sapi dengan paku yang telah
dibentuk seperti parut sampai pantat sapi 16Bandingkan dengan kecepatan lari sprinter top dunia
setara Carl Lewis, Ben Johnson, Linford Christie atau
Mitchel Green, yang hanya mampu berlari dalam kisaran 9
14Taufiqurrahman, Bhuto Tidur dengan Sapinya 40 Hari di detik untuk nomor lari 100 meter.
Kandang, Radar Madura (Selasa, 26 September 2006), 17Wawancara dengan Edi Setiawan SH, salah seorang

hlm. pemerhati masalah-masalah Madura, tinggal di Sumenep


29-31. [wawancara dilakukan pada bulan Oktober 2006].
15Ibid., hlm. 166.
belakang dengan pertaruhan, akan hari, keramaian yang sebagian
nilai-nilai budaya tetapi taruhan di telah dimulai disediakan untuk
Madura yang andep arena ini lebih malam hari pesta
asor, dan bergengsi karena sebelumnya. Di esek-esek dan mabuk-
bertentangan melibatkan banyak sekitar lapangan mabukan.
dengan ajaran petaruh kelas telah berdiri Di samping
agama. Rasanya kakap yang bukan puluhan warung sisi negatif, kerapan
tidak ada agama saja petaruh lokal sapi juga memiliki
apapun di dunia melainkan juga 18Kajian cukup mendalam sejumlah catatan
tentang carok bisa dibaca
yang membolehkan petaruh dari luar dalam; A. Latief Wiyata, positif, misalnya;
menyiksa binatang. Madura. Keempat, Carok; Konflik Kekerasan pertama, acara
Bahkan, dalam dalam arena dan Harga Diri Orang kerapan sapi dapat
Madura (Yogyakarta :
agama tertentu, sapi kerapan sapi sering LKiS, 2002). menjadi pelestari
merupakan simbol terjadi konflik yang tradisi dan budaya
kesucian. Kedua, kadang-kadang bisa Madura, karena
biaya pemeliharaan menelan korban mengiringi acara
sap kerrap sangat jiwa. Konflik tersebut juga
berlebihan dan tersebut bisa terjadi ditampilkan
terkesan boros, antar pemilik sapi beberapa tradisi dan
mengalahkan biaya dan antar petaruh. budaya Madura
hidup pemilik dan Konflik antar lainnya, seperti tari
keluarganya. pemilik sapi pecut dan musik
Kalaupun biasanya dipicu saronn. Kedua,
memenangkan oleh upaya dengan kerapan
pertandingan, permainan curang, sapi, pariwisata
hadiah yang seperti berkolusi Madura bisa terus
diterima tidak akan dengan juri atau berkembang.
sebanding dengan joki untuk Kerapan sapi diakui
biaya pemeliharaan memenangkan telah mampu
yang telah pertandingan. menyedot banyak
dikeluarkan, Konflik tersebut wisatawan, baik
kecuali hanya tidak jarang wisatawan domestik
untuk menaikkan diselesaikan maupun
gengsi pemiliknya. sebagaimana mancanegara.
Ketiga, arena terkadang Kedatangan mereka
kerapan sapi dilakukan orang ke pesta kerapan
biasanya menjadi Maduramelalui sapi di samping
ajang empuk bagi carok,18 baik di memberi
para petaruh. arena kerapan atau keuntungan secara
Antara kerapan sapi di luar arena. ekonomis juga bisa
dan taruhan/judi Kelima, arena mengenalkan
bagai gula dan kerapan sapi kekayaan Madura
semut. Di mana ada seringkali kepada orang luar.
kerapan mesti ada digunakan sebagai Ketiga, pelaksanaan
taruhan/judi. ajang praktik kerapan sapi yang
Memang bukan pelacuran dan mampu menyedot
hanya acara mabuk-mabukan. ratusan bahkan
kerapan sapi yang Kendati kerapan ribuan pengunjung,
bisa menjadi ajang sapi digelar siang merupakan berkah
tersendiri bagi para melewati (nyono)
pedagang kaki pintu gerbang. Di
lima. Acara bagian atas pintu
tahunan tersebut gerbang dipasang
tentu selalu cermin besar
ditunggu oleh para sehingga
pedagang untuk bayangan sapi
mengais rezeki di yang
tengah himpitan
hidup yang semakin
sulit.

Sap Sono dan


Sapi Hias; Sisi
Lain
Perlombaan Sapi
Di samping
kerapan sapi, rakyat
Madura juga
memiliki tradisi lain
terkait dengan
perlombaan sapi,
yakni sap sono dan
sapi hias. Kedua
tradisi ini lebih
mengarah pada
kontes kecantikan,
keanggunan, dan
kegagahan sapi.
Pada kontes sap
sono pesertanya
terdiri dari sepasang
sapi betina dengan
postur tubuh yang
sehat dan menarik.
Setiap pasang sapi
dirangkai dengan
pangonong
dilengkapi pakaian
dan hiasan menarik
khas Madura.
Disebut sap sono
karena beberapa
pasang sapi diarak
berjalan santai
dengan diiringi
atraksi musik
saronn. Setiap
pasang sapi akan
melewatinya akan papan yang telah memberikan uang diberikan. Hiasan
tampak jelas. Bagi disediakan. dengan cara yang dikenakan
pasangan sapi Sedangkan pada memasukkan ke kontestan sapi hias
yang penakut dan kontes sapi hias, kantong baju tidak jauh
tak terlatih, ketika yang dinilai adalah sebagai tanda berbeda dengan
melihat aspek sgeg terima kasih atas sap sono, yakni
bayangannya, tidak (kekokohan), hiburan yang aksesoris beraneka
akan masuk aggung (hiasan), ragam seperti
(nyono) melewati dan tandhang 19Selayang Pandang penutup dahi, tutup
pintu gerbang, (tarian).20 Oleh Pamekasan, hlm. 38 ; tanduk, sabuk,
bahkan akan Sadik, Mengenal anting, janggut,
karena itu, peserta S
mundur dan kontes sapi hias e kalung, dan kalls.
menjauh. tidak berjalan di l Tidak
Sebaliknya, i diketahui secara
jalur sepanjang 25 n
pasangan sapi yang meter dalam waktu t pasti, sejak kapan
terlatih dan berani 2 menit a dan apa motivasi
akan terus (sebagaimana pada s dari tradisi kontes
melangkah kontes sap sono). sap sono dan sapi
B
melewati (nyono) Pada kontes u hias mulai ada?.
pintu gerbang sapi hias, d Menurut sebagian
tersebut.19 a
setiap pasang y
pendapat, tradisi
Kontes sapi sapi jantan a tersebut lahir
hias agak dihentikan setiap sebagai sebuah
berbeda berjalan 3 meter. M dampak sosial
a
dengan Sapi lalu dinilai d
masyarakat, yakni
sap sono. Jika kekokohan u terkait dengan
dalam kontes sap berdirinya. Semakin r kondisi
a
sono banyak dia ,
keterpurukan
pesertanya sepasang bergerak, semakin ekonomi
sapi betina, pada berkurang nilainya. h masyarakat
l Madura. Di tengah
sapi hias diikuti Saat pasangan sapi m
sepasang sapi berhenti, orang . situasi itulah
jantan. Demikian yang muncul sikap
pula, cara mengendalikan sapi 8 apatisme
4 masyarakat. Mereka
penilaiannyapun harus menari .
berbeda. Pada diiringi irama 20Antonius Ponco enggan beraktivitas,
kontes sap sono, musik saronn Anggoro, Sapi Hias : bekerja dan
Atngka Laonan, sebagainya. Mereka
yang dinilai adalah (musik khas Alap-Alap!,
keserasian dalam Madura). Tarian Kompas hanya
cara berjalan setiap ini juga dinilai juri. (Selasa, 5 melampiaskan
September kepada ternak sapi
pasangan sapi Setelah itu, di 2006).
pada jalur depan panggung yang menjadi harta
sepanjang 25 meter tempat para juri, berharganya.
yang harus sapi berhenti untuk Mereka mengelus,
ditempuh dalam dinilai hiasannya. memandikan,
waktu 2 menit. Saat berhenti di menghias, hingga
Setiap pasang sapi depan panggung, sapi-sapi itu cantik
harus menginjakkan pengendali menari dan
2 kakinya di atas lagi. Para penonton anggun.21Alasan
lain, tradisi tersebut Sedangkan pada
dilakukan sebagai sap kerrap,
ungkapan tasyakur pesertanya adalah
kepada Allah sepasang sapi
karena sapi telah jantan yang kuat
banyak membantu dan tangguh.
masyarakat Madura Pemenangnya
dalam menggarap
lahan pertanian dan
21Demi Kelestarian, Demi
menjadi tumpuan
Budaya, Demi Solidaritas
dalam memenuhi ,
biaya hidup. Rada
r
Mad
P ura
e (25
n Juni
2006
u ),
t hlm.
u 40.
p
Kontes sap
sono dan sapi
hias sangat
berbeda dengan
lomba sap kerrap.
Pada kontes sap
sono pesertanya
adalah
sepasang sapi betina,
kemenangan lomba
diukur dari aspek
keindahan postur
tubuh sapi,
keanggunan dalam
berjalan, dan
kelihaian dalam
mengikuti instruksi
pelatih. Pada kontes
sapi hias, kendati
diikuti sepasang sapi
jantan, kriteria
penilaianya berbeda
dengan sap kerrap.
Yang dinilai dalam
kontes sapi hias
adalah aspek sgeg
(kekokohan), aggung
(hiasan), dan
tandhang (tarian).
ditentukan oleh dikembalikan ke tidak akan kontes sap sono
kecepatan berlari. tradisi aslinya, mengurangi dan sapi hias bisa
Pasangan yang lebih yang tidak apresiasi masyarakat menjadi alternatif.
awal melewati garis menyiksa binatang pencinta kerapan Apalagi jika kedua
finis akan menjadi dan lebih sapi. Kedua, jika kontes ini
pemenang, mengedepankan kerapan sapi tetap diramaikan dengan
walaupun untuk unsur kesenian bertahan dengan tari pecut, musik
tujuan itu pasangan dan festival, bukan model saronn, dan acara
sapi harus komersialisasi dan penyelenggaraan semalam di Madura,
mendapat siksaan bullrace seperti masa kini, tentu akan
bertubi-tubi dari (balapan/pertarung maka tradisi ini bertambah meriah.
joki. an sapi). menjadi tidak arif Kenapa tidak
Dengan Penyelenggaraan dan tak bijaksana dicoba?. Wa Allh
demikian, kontes kerapan sapi untuk tetap alam bi al-shawb
sap sono dan sapi dengan model lama dilestarikan.
hias sangat diyakini akan tetap Karena--
kontradiktif--dalam meriah dan sebagaimana
banyak hal-- dijelaskan di muka--
dengan lomba sisi negatifnya lebih
sap kerrap, besar daripada
terutama dalam hal positifnya, mudarat-
perlakuan terhadap nya lebih besar
binatang. Pada daripada
kontes sap sono manfaatnya.
dan sapi hias, Meniadakan
binatang sangat kerapan sapi tidak
dihormati, akan merendahkan
sedangkan dalam martabat orng
lomba sap kerap Madura. Justru
binatang justru sebaliknya, memper-
mendapat siksaan. tahankan tradisi
Membanding sap kerrap seperti
ketiga jenis yang berlangsung
perlomba- an sapi masa kini, akan
(sap kerrap, sap semakin
sono, dan sapi hias), meneguhkan
ada beberapa pandangan
usulan untuk me- sebagian orang luar
ngembangkan terhadap orng
ketiga tradisi khas Madura, sebagai
Madura ini di masa suku bangsa yang
mendatang; pertama, keras dan angkuh,
ketiga jenis suatu ungkapan
perlombaan sapi bernada peyoratif
tersebut tetap layak yang tak
dilestarikan, dengan mengenakkan orng
catatan kerapan sapi Madura.
yang berlangsung Jika kerapan
seperti masa kini sapi ditiadakan,

Anda mungkin juga menyukai