Salah satu aspek penting dalam pelayananan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan
integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan kulit klien
akan menjadi salah satu indikator Kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan
integriritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan pembedahan, namun juga dapat
disebabkan karena tertekannya kulit dalm waktu byang lama yang menyebabkan iritasi dan akan
berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Kozier, 1993)
Dekubitus merupakan problem yang serius karena dapat mengakibatkan meningkatnya biaya,
lama perawatan dirumah sakit karena memperlambat program rehabilitasi bagi penderita (Potter,
Perry, 1993). Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, rasa
tidak nyaman, tergangu dan frustasi yang menghinggapi para pasien dan meningkatkan biaya
dalam penaganan.
Estimasi biaya penanganan dikemukanan oleh Bryant et al (1992) mencapai 5000 dolar 27000
dolar. Di Amerika, dekubitus akan meningkatkan biaya medis dan perawatan hamper mencapai
1,385 juta dolar Amerika (http:// www. Medlineplus. com). Dekubitus Juga dapat menyebabkan
komplikasi berat yang mengarah ke sepsis, infeksi kronis, sellulitis, osteomyelitis serta
meningkatkan pravalensi mortalitas pada klien lanjut usia. Karenanya angka kejadian dekubitus
menjadi salah satu factor indicator penying mutu pelayanan Rumah skit (DEPKES, 1998)
Insidensi dan pravelensi terjadinya dekubitus di Amerika tergolong masih cukup tinggi dan
perlu mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa insidensi terjadinya dekubitus bervariasi, tapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11%
terjadi ditanan perawtan acute care, 15-25% ditatanan perawat jangka panjang/ longterm care,
dan 7-12% ditatanan perawatan rumah// homecare (Mukti, 2002)
Penelitian di Indonesia dilaporkan dari Annas, HA cit Purwaningsih (2000) menyebutkan bahwa
dari 78 orang pasien tirah baring yang dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar
sebanyak 12 orang (15,8%) mendapatka dekubitus. Setyajati (2001) juga melakukan penelitian
yang menghitung angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring di RS Muwardi Surakarta,
pada Bulan oktober 2002 angka kejadian dekubitus sebanyak 38,18 %. Penelitian tentang angka
kejadian dekubitus juga dilakukan oleh Purwaningasih (2000) di Ruang Al, B1, C1, D1 dan
ruang B3 IRNA I RSUP DR. sardjito pada bula oktober 2001, didapatkan hasil dari 40 pasien
tirah baring, angka insiden mencapai 40 %. Angka ini relative tinggi dan akan semakin
meningkatkan jika tidak dilakukan upaya dalam mencegahnya.
Perawat sebagai kesehatan yang memiliki tanggung jawab utama dalam mencegah kejadian
dekubitus perlu mnerapkan pengetahuan terbaik yang dimilikinya dalam mencegah
berkembangnya kejadina dekubitus (Moore, et al, 2004). Berbagi studi mengindikasikan bahwa
perawat tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup dalam kegiatan pencegahan
dekubitus ( Buss, et al, 2004). Penelitian ini telah dilakukan oleh Halfens dan Eggink (1995) dan
menyebutkan bahwa sebagian besar perawat yang bekarja dirumah sakit umum tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup dalam memahami isi panduan penanganan dan pencegahan dekubitus.
Selanjutnya pieper dan Mott (1995) menemukan bahwa pengetahuan registered nurse tentang
dekuditus tidaklah tinggi hanya mencapi 36% dari total pertanyaan yang dijawab dengan benar.
Penelitian yang dilakukan oleh Bostrom dan Kenneth (1992) menyimpulkan bahwa sikap, nilai
dan kepercayaan perawat tidak menempatkan penbcegahandekubitus menjadi ptioritas yang
tinggi dalam pelayanan keperawatan.
Moore, et,al (2004) di Inggris telah melakukan penenlitian tentang hal-hal yang mengahalangi
sikap, perilaku dan persepsi perawat dalam mencegah dekubitus, hasil yang diperoleh
menyebutkan bahwa sikap yang positif tidak cukup untuk menjamin perubahan perilaku akan
berjalan dalm praktek klinik. Selain itu kurangnya waktu, staf, pengetahuan dan informasi yang
memadai juga dapat menjadi penghalang bagi perawat dalam mencegah dekubitus, karenanya
penting untuk merubah pengetahuan, siakp, nilai dan tindakan perawt dalm upaya mencegah
kejadian dekubitus (Buss, et, al, 2004).
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dekubitus, diantaranya adalah
dengan perbaikan keadaan umum penderita, pemeliharaan dan perawatan kulit yang baik,
papan/alas tempat tidur yang baik, pencegahan terjadinya luka dan berbaring yang berubah-
ubah(Bauwhuizen, 1996). Selain pencegahan dekubitus juga dapat dilakukan dengan mengkaji
resiko klien terkena dekubitus, massase tubuh maupun edukasi pada klien dan support system.
Pengetahuan ini harus diniliki perawat, diikuti dengan sikap positif dan dipratekkan dalam
tindakan. Antara pengetahuan, sikap dan perilaku selayaknya berjalan secara sinergis karena
terbentuknya perilaku baru, akan dimulai dari domain kognitif/pengetahuan, yang selanjutnya
akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikpa dank an dibuktikan dengan adanya tindakan
atau praktek. Namun pengetahuan dan sikap tidak slalu akan diikuti oleh adnya tindakan atau
perilaku (Notoatmojo, 2002).
Dari latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku perawat dalam mencegah dekubitus.