Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan menyebabkan
terjadinya berbagai pergeseran prilaku dan menimbulkan fenomena penyakit yang
mengalami pergeseran dan perubahan tidak terkecuali penyakit flu Babi yang
merupakan penyakit yang di timbulkan oleh virus influenza tipe A yakni H1N1 dan
merupakan strain Virus baru.
Virus ini pertama kali menimbulkan kasus yang besar dan di temukan di
Daerah meksiko pada tahun 2009 kemudian menyebar dengan cepat di seluruh
dunia termksud Inggris dan bahkan di laporkan pada tahun 2007 virus ini
menyerang salah seorang masyarakat di pulau Luzon filiphina, Asia sebagai Benua
terbesar di dunia dan di isi oleh berbagai Negara berkembang tidak terlepas dari
keganasan virus ini,Benua Asia merupakan salah satu wilayah yang terserang
wabah flu babi pada tahun 2009. Data yang dikumpulkan Badan Kesehatan Dunia,
WHO, juga memperkirakan wabah empat tahun lalu itu menewaskan 200.000
orang di seluruh dunia. Tidak terkecuali Indonesia.
Untuk menganalisasa Prevalensi dan Virulensi dari Virus Flu Babi, WHO
melakukan sebuah Studi Yakni berupaya menemukan bukti-bukti dari sistem
kekebalan tubuh yang bertarung melawan virus tersebut.Sekelompok peneliti
internasional mengkaji lebih dari 90.000 sampel darah sebelum dan setelah wabah
flu babi yang melanda berbagai negara itu, antara lain India, Australia, dan
Inggris.Dengan membandingkan angka sebelum dan setelah wabah, para peneliti
bisa memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi virus flu babi.Dan jumlah warga
dunia yang tertular amat banyak walau tidak semua berkembang menjadi virus
yang mematikan Selain itu di temukan bahwa Virus ini beresiko menyerang
Mereka pada risiko komplikasi yang hamil, anak-anak dan orang tua serta orang-
orang dengan kekebalan tertindas atau dengan kondisi berpenyakit permanen
seperti penyakit pernapasan kronis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari penyakit Flu Babi?
2. Bagaimana persebaran epidemiologi penyakit Flu Babi?
3. Apa penyebab timbulnya penyakit Flu Babi?
4. Bagaimana riwayat alamiah penyakit Flu Babi?
5. Bagaimana cara pencegahan penyebaran penyakit Flu Babi?

1.2. Tujuan
Beranjak dari rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penulisan makalah
ini yakni :
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Flu Babi.
2. Untuk mengetahui Bagaimana persebaran epidemiologi penyakit Flu Babi.
3. Untuk mengtahui penyebab timbulnya penyakit Flu Babi.
4. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit flu babi.
5. Untuk mengetahui cara pencegahan penyebaran penyakit Flu Babi.

1.3. Manfaat
Bagi Penyusun:
1. Dapat meyelesaiakan Tugas Individu yang di berikan Oleh Dosen Pengajar.
2. Dapat menjadi tambahan literatur dalam peningkatan kajian dan pengetahuan
mengenai Penyekit Flu Babi dan Bahayanya.
3. Menjadi bahan pembelajaran dalam penyusunan makalah.

Bagi Pembaca

1. Diharapkan dapat menjadi Informasi dalam peningkatan pengetahuan mengenai


Virus Flu babi dan cara Pencegahannya.
2. Di harapkan dapat menjadi refrensi dalam penyusunan makalah ataupun laporan
yang berhubungan dengan Penyakit Flu Babi maupun unsure-unsur terkait di
dalamnya.
3. Di harapkan makalah dapat mempermudah penyelesaian tugas Perkuliahan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Flu Babi

Flu babi adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia yang di
sebabkan oleh virus influenza A atau Virus Orthomyxoviridae yang endemik pada
populasi babi. Penyakit ini sering di sebut sebagai flu baru H1N1 atau Flu meksiko
di karenakan penyakit ini mulai membooming dan menimbulkan gajala pandemik
sejak tahun 2009 bersumber di daerah Meksiko,penyakit ini kemudian menyerang
dari manusia ke manusia yang pada awalnya bersifat zoonosis.

flu babi (disebut pula swine flu, swine influenza, influenza A, H1N1, hog flu,
pig flu) merupakan suatu penyakit influenza yang ditandai dengan keluhan :
demam, menggigil, nyeri telan, nyeri otot, nyeri kepala, batuk, pilek, badan lemas.
Penyakit flu babi ini disebabkan oleh virus influenza yang dikenal sebagai swine
influenza virus (SIV), yang biasanya menyerang binatang babi. Dan penyakit ini
dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu satu
minggu. Virus ini banyak menginfeksi babi di negara Amerika Serikat, Meksiko,
Kanada, Amerika Selatan, Eropa, Kenya, Cina, Taiwan, Jepang, dan sebagian Asia
Timur.

Seperti layaknya virus influenza lainnya, virus flu babi dapat berubah-ubah.
Babi dapat ditulari oleh virus flu burung, flu babi, maupun virus influenza yang
berasal dari manusia. Apabila virus influenza yang berasal dari beberapa spesies
(unggas dan manusia) menginfeksi babi, didalam tubuh babi virus-virus tersebut
dapat mengalami mutasi (antigen shift) dan membentuk subtipe baru. Flu babi
disebabkan oleh serangan virus influenza tipe A. Pada saat ini paling tidak ada
empat subtipe dari tipe A yang diidentifikasi pada babi, yaitu H1N1, H1N2, H3N2,
dan H3N1. Namun, dari subtipe tersebut yang banyak menyebabkan flu babi adalah
H1N1 (Cahyono, 2009 dan Dermawan, 2009).

Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama
berupa adaptasi. Jika ini terjadi dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada
perubahan struktur virus. Pola kedua berupa penyusunan ulang virus. Berdasarkan
pola ini, virus bisa berkembang menjadi gabungan flu babi, flu unggas, dan flu
manusia. Jika menyimak penjelasan beberapa peneliti di Amerika Serikat, ada
kemungkinan kejadian ini berupa penyusunan ulang virus (Dermawan, 2009 : 13).
Pencampuran material genetik bermula ketika virus itu masuk ke tubuh babi. Virus
flu manusia dan virus flu babi masuk ke sel selaput lendir atau epitel babi melalui
reseptor alfa 2,6 sialic acid, sedangkan virus flu unggas masuk ke reptor alfa 2,3
sialic acid. Namun, babi memiliki kedua reseptor itu sehingga virus dengan mudah
masuk ke dalam sel babi. Di dalam sel babi, virus-virus tersebut bereplikasi.

Pada saat bereplikasi, diantara virus-virus itu bisa terjadi pertukaran material
genetik atau yang dikenal dengan istilah antigenic drift. Masing-masing virus
memiliki material genetic berupa delapan fragmen. Delapan fragmen itu adalah
HA, NA, PA, PB1, PB2, M, NP, dan NS. Fragmen-fragmen tersebut bisa bertukar
antara atau dengan lainnya sehingga terbentuk anak virus dengan sifat yang
berbeda. Dalam kasus flu babi, penataan ulang itu menghasilkan virus dengan
struktur luar sama dengan induknya, yaitu virus flu babi (karena itu virus ini tetap
disebut subtipe H1N1). Namun, material di dalamnya berasal dari fragmen virus flu
manusia dan flu unggas. Disamping terjadi pertukaran material genetik,
kemungkinan pula terjadi antigenetic shift, yaitu fragmen-fragmen yang ada saling
bermutasi. Bila ini yang terjadi,anak virus memiliki material genetic yang lebih
kompleks. Bila antigenetic shift dan antigenetic drift terjadi di dalam kasus flu babi,
ini merupakan perubahan yang sempurna.

WHO akhirnya mengumumkan namanya flu baru H1N1 mengingat bahwa


hampir semua kasus pada manusia berasal dari manusia,bukan lagi dari
babi.penularan dari manusia ini di sebabkan karena perubahan sifat virus yang
mempunyai kemampuan menular dari manusia ke manusia .sementara itu,banyak
Negara melaporkan penurunan perdagangan produksi babi secara signifikan.

2.2 Epidemilogi Flu Babi

Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan
menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga
sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari influenza A. H1N1, H1N2 dan
H3N2 merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi
yang mewabah di Amerika Utara, tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari
babi yang terkena pneumonia di Canada.

Manusia dapat terkena penyakit influenza secara klinis dan menularkannya


pada babi. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa
dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal
manusia.

Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin, dan
mayoritas penderita berusia 25-45 tahun. Transmisi kepada babi yang dikandangkan
atau hampir diruangan terbuka dapat melalui udara seperti pada kejadian di
Perancis dan beberapa wabah penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit
klasik di Denmark, Jepang, Itali dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan. Negara
lain yang sering ada wabah adalah Amerika utara, selatan, Eropa, Afrika, Jepang
dan Cina.

Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada bulan
September 1988, orang tersebut dirawat di umah sakit akibat pnemonia dan
akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus
influenza patogen yang secara antigenik berhubungan dengan virus influenza
babi. Setelah diselidiki ternyata pasien tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi
pameran babi.

Sementara itu, hasil pengujian HI pada orang yang datang pada pameran babi
tersebut menunjukkan sebanyak 19 orang dari 25 orang (76%) mempunyai titer
antibodi 20 terhadap flu babi. Walaupun disini tidak terjadi wabah penyakit,
namun terdapat petunjuk adanya penularan virus.

2.2.1 Frekuensi dan Distribusi

1. Frekuensi flu babi


Pada awalnya flu babi pertamakali ditemukan di Meksiko pada akhir April
2009, kemudian mewabah ke Amerika Serikat, hingga menyebar ke 114 negara
di 5 benua, tidak terkecuali Indonesia. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2009
flu babi telah merambat ke 22 provinsi dengan jumlah korban positif, hingga
11 Agustus 2009, mencapai 812 orang dan 3 diantaranya meninggal dunia.
Sementara di propinsi Lampung, seperti yang telah diberitakan Lampost pada 4
Agustus, penyebaran virus flu babi ini telah semakin meluas, sedikitnya
ditemukan 16 kasus di tiga kabupaten/kota, yaitu Metro, Lampung Tengah, dan
Lampung Timur. Laporan jumlah kasus terakhir pada bulan Oktober 2009
tercatat ada 440.000 kasus di dunia. Pada awal 2010, virus tersebut menggejala
di 214 negara. World Health Organization (WHO) menyatakan, postpandemi
sudah terlewati. Hingga 6 Agustus 2010, ada 18.449 orang di dunia meninggal
karena penyakit ini.

2. Distribusi Flu Babi

a. Orang

Anak-anak dan orang gemuk sangat rentan terserang flu babi (H1N1).
Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika
Serikat, setidaknya 40 anak telah meninggal akibat virus A-H1N1. Dua pertiga
dari korban tewas itu diketahui telah memiliki masalah kesehatan sehingga
lebih rentan terkena flu babi.

Secara umum, setengah atau lebih anak-anak yang meninggal karena


terkena influenza biasanya berusia 4 tahun atau dibawahnya. Tetapi 80 %
korban tewas akibat flu babi berusia 5-17 tahun. Menurut Dr. Beth Bell ahli
ilmu epidemiologi dari CDC mengatakan, hal itu karena anak usia sekolah
punya banyak kegiatan di luar rumah sehingga mudah terpapar virus.

Selain anak-anak, ibu hamil dan melahirkan juga memiliki risiko rentan
terkena flu babi. Penelitian menunjukkan ibu hamil yang terinfeksi virus lebih
cenderung dirawat di rumah sakit dan menghadapi risiko kematian lebih besar
daripada pasien umum lainnya. Laporan yang baru dirilis Rabu oleh New
England Journal of Medicine, adalah yang pertama untuk melihat risiko untuk
wanita yang baru melahirkan dan menyoroti terus-menerus risiko tinggi setelah
kehamilan. Para peneliti memperkirakan bahwa flu babi membunuh lebih dari
empat wanita hamil per 100.000 kelahiran hidup di California. Pandemi telah
terbukti sangat mematikan bagi wanita hamil. Padahal kematian dari
melahirkan cukup langka di Amerika Serikat. Salah satu penyebab paling
umum adalah pendarahan berlebihan

b. Tempat

Penyebaran flu babi tidak hanya terjadi diwilayah negara eropa saja, akan
tetapi juga telah merambat ke Amerika Serikat, hingga menyebar ke 114 negara
di 5 benua, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini disebabkan karena flu babi
penularannya sangat cepat, dapat ditularkan melalui kontak langsung melalui
batuk ataupun bersin.

c. Waktu

Virus Flu babi dapat menyebar dengan cepat sekali. influenza A H1N1
ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk,
bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu
penyebarannya sangat cepat. Namun angka kematiannya rendah yakni 0,4
persen.

Selama ini infeksi yang terjadi pada manusia terutama disebabkan karena
ada hubungan langsung dengan babi. Wabah yang terjadi di Meksiko
menunjukkan, bahwa sekarang harus diperhitungkan penularan dari manusia ke
manusia lainnya. Yakni seperti lumrahnya penularan flu, bila penderitanya
batuk-batuk atau bersin.

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Determinan)


Berdasarkan Triad Epidemiologi:

1. Agent

Agent penyakit flu babi adalah virus Influenza Tipe A (H1N1). Seperti
halnya virus influenza lainnya, virus flu babi dapat berubah-ubah. Babi dapat
ditulari oleh virus flu burung, flu babi, maupun virus influenza yang berasal
dari manusia. Apabila virus influenza yang berasal dari beberapa spesies
seperti unggas dan manusia menginfeksi babi maka didalam tubuh babi virus-
virus tersebut dapat mengalami mutasi (antigen shift) dan membentuk subtipe
baru.

2. Host
Host (Penjamu) dari penyakit flu babi adalah manusia, babi, ataupun
hewan lainnya. Sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara
spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia.
3. Environmet

a. Lingkungan fisik

Flu babi biasanya dapat hidup pada musim dingin dan musim gugur.
Virus ini aan cepat mati pada musim panas dan sulit untuk menyebar
karena sesuai dengan sifat virus yang tidak tahan panas. maka pada musim
dingin penyebarannya jauh lebih cepat dibandingkan padamusim panas.

b. Lingkungan biologi

Faktor utama penyebab penyakit flu babi adalah virus


Orthomixoviridae atau virus influenza tipe A (H1N1). Untuk flu babi host
nya adalah manusia dan babi.

c. Lingkungan sosial
Pada lingkungan sosial yang sangat mempengaruhi adalah pola
perilaku masyarakat. Misalnya perilaku peternak yang rentan terkena
infeksi seperti tetap bekerja saat kondisi tubuhnya kurang sehat, tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah malakukan pekerjaan, tidak
menutupi mulut dan hidung ketika bersin atau batuk, karena virus dapat
menular melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk,
bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita,
karena itu penyebarannya sangat cepat, namun dengan upaya yang cepat
melalui isolasi penderita dan pemakaian obat antiviral, penularan penyakit
ini bisa dicegah. Dan Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan
bahwa flu babi menular melalui makanan.

2.3 Penyebab Flu Babi


Flu babi disebabkan oleh influenza virus dimana virus ini terdiri atas banyak
jenis virus flu.Virus tersebut terus-menerus mengalami perubahan dan bermutasi
untuk menghindari sistem imun hewan yang diinfeksi. Virus influenza yang
menyebabkan flu babi disebut H1N1 2009 dkarenakan virus ini pertamakali di
temukan pada tahun 2009 di Meksiko. Secara umum Ada tiga jenis utama dari virus
flu yakni influenza A, B, dan C.
Virus flu babi masuk dalam kelas influenza tipe A yakni Virus H1N1 telah
menyebabkan wabah flu tahunan pada manusia dan pada tahun 2009 mengalami
pandemi disebabkan adanya variasi dalam virus H1N1 biasa.Hal ini secara khusus
disebut H1N1 2009 atau flu babi. Strain ini yang sebelumnya telah ditemukan pada
babi atau manusia diketahui membawa campuran gen dari flu pada manusia, swine
flu (flu babi) dan flu burung (flu burung).
Virus influenza mempunyai tata nama tertentu dalam pembagiannya
misalnyaVarian Jika terdeteksi disebut dengan tambahan "v". Misalnya, jika H3N2
virus variasi terdeteksi di seseorang, itu akan disebut "H3N2v" virus. Tatanama ini
disusun pada 6 Januari 2012 dalam upaya menekan morbiditas dan kematian
mingguan yang dilaporkan dari pusat untuk upaya pencegahan dan control penyakit
(1-4).
Virus flu babi umumnya ketika menginfeksi babi memperlihatkan gejala
seperti demam, batuk (menggonggong), keluar dari hidung atau mata, bersin,
kesulitan bernapas, mata merah dan berair dan penolakan untuk makan.Beberapa
babi mungkin terinfeksi tapi tidak memperlihatkan tamda-tanda suspect, selain itu
Virus ini di temukan jarang membunuh babi dan Kebanyakan wabah terjadi selama
musim gugur dan musim dingin akhir seperti infeksi flu musiman pada manusia.
Lebih lanjut, babi rentan terhadap tiga jenis flu sebagaimana di paparkan
sebelumnya sepert flu burung, flu manusia dan flu babi. Hewan-hewan ini mungkin
terinfeksi dengan virus dari spesies yang berbeda sekaligus.Setelah ini terjadi,
virus berpotensi untuk membuat variasi baru yang dapat menyebar dengan mudah
dari orang ke orang. Ketika hal ini terjadi untuk strain influenza Dapat
menimbulkant antigenic shift dalam tubuh babi.Antigenic shift memungkinkan
munculnya mutasi pada virus dan ketika menyerang manusia yang tidak pernah
terinfeksi sebelumnya di karenakan tidak adanya informasi zat imun hal inilah yang
menyebabkan pandemic pada tahun 2009 karena adanya varian virus baru yang
dapat di tularkan dari orang ke orang dalam jangka waktu yang cepat dimana WHO
melaporkan hingga tahun 2010 pada bulan februari telah membunuh 15.921 di
seluruh dunia namun pada 10 agusutus 2010 WHO menyatakan penurunan
pandemic di karenakan mulai adanya vaksinasi yang menyebabkan penurunan
prevalensi kasus Flu Babi.

2.4 Riwayat Alamiah Penyakit


Riwayat alamiah penyakit flu babi terjadi dengan beberapa fase yaitu fase
suseptibel, ,fase presimtomatis, dan fase klinis.

2.4.1 Fase Suseptibel


Pada fase ini penyakit belum terjadi, tetapi sudah muncul beberapa factor risiko
yang memudahkan timbulnya penyakit. Para orang-orang seperti peternak,
pedagang yang melakukan kontak langsung dengan babi yang berisiko
terjangkitnya penyakit flu babi, tetapi tidak semua babi dapat menularkan virus
tersebut. Virus ini mudah sekali menyerang manusia apalagi jika kondisi badan
seseorang sedang tidak baik, apalagi didukung dengan kondisi cuaca yang kurang
baik.
2.4.2 Fase Presimtomatis
Pada fase ini penyakit sudah terjadi tetapi secara klinis belum tampak, namun
sudah terjadi perubahan patologis. Pada fase ini merupakan masa inkubasi atau
dimana agent mulai melakukan perkembangan dalam tubuh (host), namun belum
menunjukan gejala anatomis dan fungsi kerja tubuh. Misalnya penderita telah
menderita virus H1N1 tetapi belum disadari oleh penderita atau belum mununjukan
gejala salah satu cara mengetahuinya adalah dengan memeriksa ada tidaknya
antibodi karena ubuh akan selalu membentuk antibodi apabial ada benda asing yang
masuk ke dalam tubuh.
2.4.3 Fase Klinis
Pada fase ini sudah ada perubahan-perubahan anatomis dan fungsi dari,
sehingga sudah memberikan gejala yang sudah mulai timbul. Gejala influensa ini
mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan,
sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga
melaporkan buang air besar dan muntah-muntah. Dalam mendiagnosa penyakit ini
tidak hanya perlu melihat pada tanda atau gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru
mengenai pasien. Selain itu diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan adanya
uji makmal bagi contoh pernapasan agar hasil diagnosa menjadi lebih akurat.
2.2.4 Fase Ketidak Mampuan
Pada fase ketidak mampuan orang menderita flu babi akan diisolasi agar virus
tidak mengalami penyabaran keluar, selain itu para petugas kesehatan juga
menggunakan alat pelindung agar virus yang ada diruangan pasien tersebut tidak
keluar. Pada fase ini penderita hanya memiliki dua kemungkinan yaitu sembuh total
atau meninggal ini dikarenakan masa inkubasi virus flu babi yang sangat cepat.
2.5. Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Flu Babi

Five Level Prevention (5 Tingkat Pencegahan) pada flu babi, antara lain:

1. Peningkatan kesehatan (health promotion)

Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan


proses bibit penyakit, pejamu dan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses
penularan pada flu babi. Sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara
meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang sehat.

Contoh :

Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)

Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih,


pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misalnya untuk kalangan menengah


ke atas di negara berkembang terhadap resiko Flu H1N1.

Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general


and specific protection)

Contoh :

Isolasi terhadap penderita penyakit Flu Babi karena beresiko dapat


menulari pasien dan pengnjung rumah sakit lainnya.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment).

Mengidentifikasi sedini mungkin terjadinya penyakit dengan jalan


melakukan deteksi terhadap perubahan patologis pada tubuh yang pada fase
tersebut sudah terjadi. Misalnya; jika seseorang sudah menderita penyakit flu
sebaiknya menggunakan masker jika melakukan bepergian. Melakukan
pemeriksan ditempat-tempat umum seperti bandara, pertokoan dan tempat-
tempat umum lainnya.

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)

Pada keadaan ini, penyakit sudah terjadi dan bahkan meninggalkan cacat.
Pada penyakit flu babi dilakukan dengan memberikan pengobatan secara tepat
pada pederita penyakit flu babi. Selain itu pemerintah wajib menghimbau
masyarakat agar mau menerima kembali penderita flu babi yang sudah sembuh
agar tidak ada tindakan pengucilan.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

Contoh :

Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang


setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Flu babi (Swine Influenza) merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang
sangat menular, disebabkan oleh virus influensa tipe A yang termasuk dalam
orthomyxovirus. Virus ini berasal dari Mexico dan telah menjadi pandemic di
berbagai negara di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan bahwa
pandemi flu babi terjadi setelah bulan Agustus 2010, lebih dari setahun setelah
penyebaran virus baru di seluruh dunia, memicu panik dan membunuh ribuan
orang.

3.2 Saran
1. Pemerintah harus selalu mengantisipasi penularan flu babi di Indonesia
melalui pemeriksaan kesehatan di bandara,dermaga,dll.

2. Pemerintah harus cepat tanggap dalam menangani kasus penyakit menular di


Indonesia seperti flu babi karena hal itu merupakan tanggung jawab
pemerintah.

3. Kita sebagai warga masyarakat harus selalu waspada dan berupaya mencegah
penyakit dengan cara menjaga pola hidup bersih dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai