1.1 Definisi Kebutuhan Spritual Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002). Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan b. Menemukan arti dan tujuan hidup c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
1.2 Fungsi Normal Kebutuhan Spiritual
1.2.1 Rasa percaya 1.2.1.1 Rasa percaya terhadap diri sendiri dan kesabaran 1.2.1.2 Menerima bahwa yang lain akan mampu memenuhi kebutuhan 1.2.1.3 Rasa percaya terhadap kehidupan walaupun terasa berat
1.2.2 Kemampuan memberi maaf
1.2.2.1 Menerima diri sendiri dan orang lain dapat berbuat salah 1.2.2.2 Tidak mendakwa atau berprasangka buruk 1.2.2.3 Memandang penyakit sebagai sesuatu yang nyata 1.2.2.4 Memaafkan diri sendiri 1.2.2.5 Memaafkah orang lain 1.2.2.6 Pandangan yang realistik terhadap masa lalu
1.2.3 Mencintai dan ketertarikan
1.2.3.1 Mengekspresikan perasaan dicintai oleh orang lain atau Tuhan 1.2.3.2 Mampu menerima bantuan 1.2.3.3 Menerima diri sendiri 1.2.3.4 Mencari kebaikan dari orang lain
1.2.4 Keyakinan 1.2.4.1 Ketergantungan dengan anugerah Tuhan 1.2.4.2 Termotivasi untuk tumbuh 1.2.4.3 Mengekspresikan kebutuhan ritual
1.2.5 Kreatifitas dan harapan
1.2.5.1 Meminta informasi tentang kondisi 1.2.5.2 Membicarakan kondisinya secara realistik 1.2.5.3 Menggunakan waktu selama dirawat inap secara konstruktif 1.2.5.4 Mencari cara untuk mengekspresikan diri 1.2.5.5 Mencari kenyamanan batin daripada fisik 1.2.5.6 Mengekspresikan harapan tentang masa depan 1.2.5.7 Terbuka terhadap kemungkinan mendapatkan kedamaian
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual seseorang adalah
1.3.1 Tahap perkembangan seseorang Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa seseorang mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian. 1.3.2 Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan pada umumnya diwarnai oleh pengalaman dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua. 1.3.3 Latar belakang etnik dan budaya Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga, tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu 1.3.4 Pengalaman hidup sebelumnya Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat menimbulkan syukur pada Tuhan. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya. 1.3.5 Krisis dan Perubahan Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih meningkat dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak terminal. 1.3.6 Terpisah dari ikatan spiritual Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual. 1.3.7 Isu moral terkait dengan terapi Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi oleh ajaran agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ, sterilisasi,dll. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan. 1.3.8 Asuhan Keperawatan yang Kurang Sesuai Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberi asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.
1.4 Macam macam gangguan yang mungkin terjadi dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, dan adanya kerauan yang berlebihan dalam mengartikan hidup. Distress spiritual terdiri atas : a. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang yang dicintai atau dari penderitaan yang berat. b. Spitual yang khawatir, yaitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai. c. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan keagamaan.