TINJAUAN TEORI
terutama hidrat arang akibat kekurangan hormon insulin (Sutedjo, 2010). Diabetes
Melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut
atau relatif.
penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah cukup atau tubuh tidak
mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan gula didalam
darah dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuh. Diabetes
Melitus sering disebut sebagai the gread imitator karena penyakit ini dapat mengenai
semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala sangat
ketika orang tersebut pergi kedokter dan diperiksa kadar gula darahnya.
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Istilah Diabetes Melitus
(DM) memiliki arti gula madu. Istilah ini berasal dari Bahasa Yunani, artinya
mengalirkan melalui pipa dengan tekanan atmosfer dan dari Bahasa Latin, artinya
semanis madu dengan kata lain, pengertian diabetes yaitu air yang mengalir melewati
tubuh penderita DM dari mulut langsung keluar melalui saluran kemih. Air seni diabetisi
rasanya manis karena mengandung gula. Dulu, salah satu tes untuk diabetes adalah
dengan menuangkan air seni penderita ke dekat sarang semut. Jika semut mengerumuni
air seni tersebut, suatu pertanda bahwa penderita tersebut menderita DM. Itu sebabnya
dinding lambung. Letaknya diantara duodenum dan limfa, di depan aorta abdominalis
dan arteri serta vena mesenterica superior. Organ ini konsistensinya padat, panjangnya
11,5 cm, beratnya 150 gram. Pankreas terdiri bagian kepala/caput yang terletak di
sebelah kanan, diikuti corpus ditengah, dan cauda di sebelah kiri. Ada sebagian kecil dari
pankreas yang berada di bagian belakang Arteri Mesenterica Superior yang disebut
a. Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang
Masuknya glukosa ke dalam sel otot dipengaruhi oleh 2 keadaan. Pertama, ketika sel
otot melakukan kerja yang lebih berat, sel otot akan lebih permeabel terhadap glukosa.
Kedua, ketika beberapa jam setelah makan, glukosa darah akan meningkat dan pankreas
akan mengeluarkan insulin yang banyak. Insulin yang meningkat tersebut menyebabkan
peningkatan transport glukosa ke dalam sel. Insulin dihasilkan didarah dalam dengan
bentuk bebas dengan waktu paruh plasma 6 menit, bila tidak berikatan dengan reseptor
pada sel target, maka akan didegradasi oleh enzim insulinase yang dihasilkan terutama di
hati dalam waktu 10-15 menit. Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat subunit
yang berikatan dengan ikatan disulfida yaitu dua subunit- yang berada di luar sel
membran dan dua unit sel- yang menembus membran. Insulin akan mengikat serta
mengaktivasi reseptor pada sel target, sehingga akan menyebabkan sel terfosforilasi.
Sel akan mengaktifkan tyrosine kinase yang juga akan menyebabkan terfosforilasinya
ambang tertentu. Kadar glukosa normal dalam tubuh kira-kira 100mg glukosa/100ml
diurin jika telah melewati ambang ginjal untuk reabsorbsi glukosa yaitu 375 mg/menit
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak
terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Melitus/NIDDM.
bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
relatif insulin.
adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas
akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi
perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik
fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan
genetik lain.
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan
D. Etiologi
penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik dengan gejala-gejala yang pada
akhirnya menuju proses perusakan imunologik sel-sel beta pankreas yang menghasilkan
insulin. Manifestasi klinis diabetes melitus terjadi jika lebih dari 90% sel-sel beta
menjadi rusak.
Bukti untuk determinan genetik diabetes tipe 1 adalah adanya kaitan dengan tipe-tipe
berkaitan dengan diabetes tipe 1 adalah adanya kaitan dengan tipe (DW3 dan DW4)
adalah yang memberi kode kepada protein yang berperan penting dalam interaksi
monosit-limfosit.
Protein-protein ini mengatur respon sel T yang merupakan bagian normal dari respons
imun jika terjadi kelainan, fungsi limfosit T yang terganggu akan berperan penting dalam
patogenesis perusakan sel-sel pulau Langerhans, sedangkan pada diabetes melitus tipe 2
penyakitnya mempunyai pola yang familial diabetes tipe 2 ditandai dengan kelainan
sekresi insulin, serta kerja insulin. Pada awalnya terjadi resistensi dari sel-sel sasaran
membran sel.
Pada pasien-pasien diabetes tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada
membran sel yang selnya respon terhadap insulin atau ketidaknormalan reseptor insulin
intrinsik. Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan menurunnnya jumlah insulin
yang beredar dan tidak lagi memadai untuk memppertahankan kadar glukosa darah
dalam batas normal. Sekitar 80% pasien diabetes tipe 2 mengalami obesitas, karena
obesitas berkaitan dengan resistensi insulin sehingga pengurangan berat badan sering kali
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar
akibatnya glukosa tersebut dieksresikan dalam urin (glukosuria). Eksresi ini akan disertai
oleh pengeluaran cairan dan elekrolit yang berlebihan, keadaan ini disebut diuresis
osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsi).
Diabetes Tipe II Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu:
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe II,
namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, pilidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan
F. Manifestasi Klinis
a. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu:
1) Banyak minum.
2) Banyak kencing.
3) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg
4) Mudah lelah.
5) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah
sebagai berikut:
a. Kesemutan.
d. Kram.
e. kelelahan.
f. Mudah mengantuk.
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun, bahkan
impotensi.
G. Tes Diagnostik
adalah urin dan darah. Mekipun dengan menggunakan urin dapat dilakukan, namun hasil
yang didapat kurang efektif. Darah vena adalah spesimen pilihan yang tepat dianjurkan
untuk pemeriksaan gula darah. Apabila sampel yang digunakan adalah darah vena maka
yang diperiksa adalah plasma atau serum, sedangkan bila yang digunakan darah kapiler
maka yang diperiksa adalah darah utuh. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium untuk
Pada pemeriksaan ini pasien harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan. Spesimen darah yang digunakan dapat berupa serum atau plasma vena
atau juga darah kapiler. Pemeriksaan gula darah puasa dapat digunakan untuk
pemeriksaan penyaringan, memastikan diagnostik atau memantau pengendalian DM.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa perlu diperhatikan
waktu terakhir pasien pasien. Spesimen darah dapat berupa serum atau plasma yang
berasal dari darah vena. Pemeriksaan gula darah sewaktu plasma vena dapat
jenis maupun jumlah yang sukar disamakan dan juga sukar diawasi pasien selama 2
jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selama menunggu pasien perlu duduk,
istirahat yang tenang, dan tidak melakukan kegiatan jasmani yang berat serta tidak
merokok. Untuk pasien yang sama, pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau
TTGO tidak diperlukan lagi bagi pasien yang menunjukan gejala klinis khas
DM dengan kadar gula darah atau glukosa sewaktu yang tinggi melampaui nilai
Nilai normal :
HbA1c atau A1c merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antar glukosa
pada kadar gula darah. Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai
dengan usai sel darah merah), kadar HbA1c mencerminkan kadar gula darah rata-
rata 1 sampai 3 bulan. Uji digunakan terutama sebagai alat ukur keefektifan terapi
diabetik. Kadar gula darah puasa mencerminkan kadar gula darah saat pertama
Molekul glukosa berikatan dengan HbA yang merupakan bagian dari hemoglobin A.
Pembentukan HbA1c terjadi dengan lambat yaitu 120 hari yang merupakan rentang
hidup eritrosit, HbA1c terdiri atas tiga molekul hemoglobin HbA1c, HbA1b dan
darah yang tersedia. Jika kadar gula darah meningkat selama waktu yang lama, sel
Bila hemoglobin bercampur dengan larutan glukosa dengan kadar yang tinggi,
rantai beta hemoglobin mengikat glukosa secara reversible. Pada orang normal 3
kadar HbA1c. Pada hiperglikemia kronik kadar HbA1c dapat meningkat 18-20 % .
melepaskan oksigen, tetapi kadar HbA1c yang tinggi mencerminkan adanya diabetes
kira 3 minggu.
Pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan kadar gula darah pada saat
timbul akibat perubahan kadar gula darah yang timbul secara mendadak. Jadi,
gula darah, tetapi pemeriksaan ini saling menunjang untuk memperoleh informasi
H. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah dibawah nilai normal.
Hipoglikemia pada penderita Diabetes Melitus terjadi karena terapi insulin atau
Diabetes Melitus adalah pemasukan makanan yang terlambat dan latihan jasmani
yang berlebihan.
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia menjadi :
Pada umumnya sel beta pankreas gagal atau terhambat oleh beberapa
hati di dalam sel mitokondria di hati terjadi ojksidasi beta yang mengubah
asam lemak ini menjadi keton. Ketogenesis ini menghasilkan asam aseto
asetat yang bersifat tidak stabil dan akan mengalami dehidrogenasi menjadi
Pada pasien NKH insulin masih cukup untuk mencegah ketosis, tetapi
hormon lipotik seperti glukagon pada NKH kecil sehingga asam lemak bebas
berkurang.
Asidosis Laktat adalah suatu akibat adanya kenaikan kadar asam laktat
dalam otot skelet dan jaringan lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
multifaktor. Mekanisme yang tepat bagaimana keadaan defisiensi insulin ini dapat
memicu terjadinya gangguan metabolik dan vaskuler serta jaringan yang rentan
masih merupakan dugaan yang sangat spekulatif. kronik ini dibagi menjadi :
a. Mikrovaskuler (mikroangiopati)
saraf-saraf perifer ( neuropati diabetic), otot dan kulit. Akibat defisiensi insulin
akan terjadi hiperglikemia, yang bila terjadi dalam waktu lama mengakibatkan
b. Makrovaskuler
I. Penatalaksanaan
suntikan.
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5 hari
seminggu selama sekitar 30-45 menit , dengan total 150 menit perminggu,
dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas
sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai,
jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara = 220-
usia pasien.
4. Intervensi Farmakologis
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
menjadi 5 golongan:
dan Glinid
a) Sulfonilurea
b) Glinid
Tiazolidindion (TZD)
Pioglitazone.
dependent)
Ipragliflozin.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), benda asing /darah pada rongga
mulut
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability
2. Pengkajian Sekunder
a. Data subyektif :
faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lain yang mempengaruhi
b. Data Obyektif :
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istrahat/tidur.
Letargi/disorientasi, koma
2) Sirkulas
takikardia.
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
4) Nutrisi/Cairan
5) Neurosensori
gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam
6) Nyeri/kenyamanan
pernapasan meningkat
8) Integumen
4. Diagnosa keperawatan
hiperglikemia).