Anda di halaman 1dari 6

REFRAKSI

Cahaya dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum elektromagnetik yang mata
sensitive terhadapnya. Bagian yang dapat dilihat dari spectrum ini terletak pada panjang
gelombang 390 nm hingga 760 nm. Agar mata dapat menghasilkan informasi visual yang akurat,
cahaya harus difokuskan dengan tepat diretina.
Fokus harus disesuaikan untuk menghasilkan pandangan yang sama jelas untuk objek
dekat maupun jauh. Kornea, atau lebih tepatnya titik pertemuan udara/air pada mata bertanggung
jawab untuk dua pertiga kekuatan focus mata, sedangkan lensa kristal untuk sepertiganya. Dua
elemen refraksi mata ini mengkonvergensikan (mengumpulkan) sinar cahaya karena kornea
memiliki indeks refraksi yang lebih tinggi daripada udara; lensa memiliki indeks refraksi yang
lebih tinggi daripada akuous humor dan vitreus humor yang mengelilinginya. Kecepatan cahaya
berkurang pada medium padat sehingga cahaya direfraksikan kearah normal. Ketika berjalan dari
udara ke kornea atau dari akueous ke lensa maka sinar cahaya mengalami konvergensi.
Permukaan refraksi kornea dan lensa berbentuk sferis konveks.(1)

1. Indeks Refraksi

Jika kecepatan suatu berkas cahaya berubah akibat perubahan medium optis, akan terjadi
pula pembiasan/refraksi berkas cahaya tersebut. Efek suatu bahan optis terhadap kecepatan
cahaya dinyatakan oleh indeks refraksinya (indeks bias), n. Semakin tinggi indeks, semakin
lambat kecepatan, dan semakin besar efek pembiasannya.(2)

Dalam hampa udara, n memiliki nilai 1,00000. Indeks refraksi absolut suatu bahan adalah
rasio kecepatan cahaya dalam hampa udara terhadap kecepatan cahaya dalam bahan. Indeks
refraksi relatif dihitung dengan mengacu kepada kecepatan cahaya di udara. Indeks refraksi
absolut udara bervariasi, tergantung pada suhu, tekanan, dan kelembaban udara serta frekuensi
cahaya, tetapi nilainya adalah sekitar 1,00032. Pada optik, n dianggap sebagai indeks reiatif
terhadap udara, kecuali dinyatakan sebagai absolut.(2)
Gambar 1 Pembiasan cahaya yang terjadi sewaktu cahaya masuk ke suatu medium transparan
dengan indeks refraksi yang lebih tinggi (n').(2)

2. Transmittance Cahaya

Pada frekuensi yang berbeda, bahan optis memiliki transmittance atau transparansi yang
berlainan. Sebagian bahan yang "transparan " misalnya kaca, hampir opak bagi cahaya
ultraviolet. Kaca merah hampir opak bagi frekuensi hijau. Medium optis harus,dipilih sesuai
dengan panjang gelombang cahaya spesifik yang akan dikenakan kepadanya.(2)

3. Hukum Refleksi & Refraksi

Hukum-hukum refleksi (pemantulan) dan refraksi (pembiasan) diformulasikan pada


tahun'1621 oleh ahli astronomi dan matematika Belanda Willebrod Snell di Universitas Leyden.
Hukum-hukum ini, bersama dengan prinsip Fermat, membentuk dasar optik geometrik terapan.
Hukum-hukum tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut : (2)
Gambar 2. Contoh hukum-hukum refleksi dan refraksi.(2)

1. Berkas cahaya yang datang, dipantulkan, dan dibiaskan semua terletak pada bidang yang
dikenal sebagai bidang datang, yang normal (tegak lurus) terhadap permukaan.
2. Sudut datang sama dengan sudut refleksi tetapi memiliki tanda yang berlawanan: I = -I'.
3. Hasil kali indeks refraksi medium berkas cahaya datang dan sinus sudut datang berkas
cahaya yang datang sama dengan hasil kali besaran-besaran yang sama pada berkas
cahaya biasan. Berkas cahaya yang dibiaskan dinyatakan oleh: n sin I = n' sin I' (hokum
Snell).
4. Berkas cahaya yang berjalan dari satu titik ke titik lain mengikuti lintasan yang
memerlukan waktu paling singkat untuk dijalani. Panjang lintasan optis adalah indeks
refraksi dikali panjang lintasan sebenarnya.(2)

LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Tebalnva sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada
zonula di belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior
lensa terdapat aqueous humor; di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu
membran semipermeabel (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di
lensa.(2)

Gambar 3. Penampang melintang koroid(2)

Gambar 4. Tampilan lensa yang diperbesar menampakkan terminasi epitel subkapsular.(2)


Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi
sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.(2)

Garis-garis persambungan (suture line) yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat
lamelar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di anterior dan
terbalik di posterior. Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada
pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator dan berbatasan
dengan lapisan epitel subkapsular.(2)

Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula
(zonula Zinnii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus
ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.(2)

Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35%-nya protein (kandungan
proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral
seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation erdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi.(2)

Lensa kristalina adalah sebuah struktur menakjubkan yang pada kondisi normalnya
berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak
jauh ke jarak dekat karena kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena yang
dikenal sebagai akomodasi. Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa untuk menjadi lebih
atau kurang bulat (sferis), tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada kapsul lensa.
Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas musculus ciliaris, yang bila berkontraksi akan
mengendurkan tegangan zonula. Dengan demikian lensa menjadi lebih bulat dan dihasilkan daya
dioptri yang lebih kuat untuk memfokuskan objek-objek yang lebih dekat. Relaksasi musculus
ciliaris akan menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa-peristiwa tersebut, membuat lensa
mendatar dan memungkinkan objek-objek jauh terfokus. Dengan bertambahnya usia, daya
akomodasi lensa akan berku rang secara perlahan-lahan seiring dengan penurunan elastisitasnya.
(2)
Daftar pustaka :

1. James Bruce, Chris Chew, Bron Anthony. Lecture Notes Oftalmologi. Ed 9. Penerbit
Erlangga. 2006

2. Eva P Riordan, Whitcer John P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Ed 17. EGC.
2009

Anda mungkin juga menyukai