Anda di halaman 1dari 65

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD DAN MOTIVASI BELAJAR


TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN
AKUNTANSI KELAS X SMKN 1 KOTA JAMBI

Diajukan oleh :
FITRIA HADRI YANI
A1A108082

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
FEBRUARI 2012

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan penelitian berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran

Akuntansi Kelas X SMKN 1 Jambi yang diajukan oleh :

Nama : Fitria Hadri Yani

NIM : A1A108082

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diseminarkan

Pembimbing I

Prof. Dr. Sjarkawi, M.Pd Tanggal.


NIP. 19550601 198203 1 003

Pembimbing II

Drs. M. Arif Liputo, M.Pd Tanggal.


NIP. 19660311 199303 1 001

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS


2.1. Teori Belajar............................................................................................. 7
2.1.1 Model Pembelajaran.................................................................... 9
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif.................................................. 11
2.1.3 Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif 11
2.1.4 Prinsif Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif 12
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.......................................... 14
2.2.1 Pengertian Pendekatan, strategi, Pendekatan, Metode, teknik dan
Model Pembelajaran.................................................................... 14
2.2.2 Tahap Pembelajaran Kooperatif................................................... 15
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif.................. 17
2.3 Tinjauan Tentang Hasil Belajar................................................................ 19
2.3.1 Pengertian Hasil Belajar ............................................................. 19
2.3.2 Indikator Hasil Belajar................................................................. 20
2.3.3 Pengukuran Hasil Belajar............................................................ 22
2.4 Pembelajaran Konvensional..................................................................... 23
2.4.1 Pengertian Pembelajaran Konvensional .. 23
2.4.2 Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional 23
2.4.3 Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional
2.5 Tinjauan Motivasi Belajar........................................................................ 26
2.6 Kerangka Berfikir.................................................................................... 27
2.7 Hipotesis Penelitian................................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Desain Penelitian..................................................................................... 31
3.2. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 33
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................... 33
3.4. Variabel Penelitian................................................................................... 34
3.5. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 35
3.6. Instrumen Penelitian................................................................................ 35
3.7. Validitas dan Reliabilitas Penelitian ........................................................ 36

iv
3.8. Teknik Analisis Data................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 40

v
DAFTAR SKEMA

Skema 1 Transaksi Perusahaan Dagang............................................................ 37


Skema 2 Kerangka Berpikir.............................................................................. 38
Skema 3 Tahap-Tahap Pembelajaran Kelompok Kontrol................................. 46
Skema 4 Tahap-Tahap Pembelajaran Kelompok Eksperimen.......................... 47

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia.

Pada UU RI SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa manusia

membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan usaha

agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran

dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Dengan pendidikan

manusia dapat meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki sebagai

pelaksana pembangunan. Adanya pendidikan yang berkualitas dapat menentukan

kualitas bangsa agar tidak tertinggal dengan bangsa lain. Untuk itu, pembaharuan

pendidikan sangat dibutuhkan dan menjadi tuntunan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan nasional.

Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah yang

mampu menghadapi persaingan yang ketat dengan bangsa lain. Kualitas ini dapat

dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu,

guru mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis.

Meningkatkan mutu pendidikan adalah tugas yang sangat penting dan

mendesak. Diperlukan penanganan secara komprehensif dan menggunakan

strategi serta model pendekatan secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua

unsur yang terkait dalam proses pembelajaran atau pendidikan seperti: guru-guru,

kepala sekolah, orang tua, murid dan masyarakat agar tujuan dari pendidikan atau

vii

1
pembelajaran itu sendiri dapat tercapai. Ada dua pihak yang berinteraksi secara

aktif dalam proses pembelajaran di Sekolah yaitu antara guru dengan siswa. Siswa

yang berperan sebagai input dan output, serta guru sebagai fasilitator. Guru

membantu siswa dalam proses belajar yaitu proses pengalihan pengetahuan dan

perubahan tingkah laku.

Didalam proses belajar mengajar interaksi antara guru dengan siswa

sangatlah penting. Karena interaksi yang terjadi ini akan mempengaruhi output

dalam kegiatan belajar mengajar. Guru mempunyai peranan membimbing dan

mengarahkan siswa untuk melakukan pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang

diharapkan. Kenyataan tersebut menuntut guru untuk lebih menguasai materi dan

cerrmat dalam menggunanakan metode pembelajaran. Guru harus mampu

memiih, menerapkan model pembelajaran dan melibatkan siswa berpartisipasi

aktif daam proses pencapaian tujuan pembelajaran.

Guru sebagai pengelola proses pembelajaran dituntut persiapan yang serba

lengkap. Selain menguasai metode-metode mengajar dan menguasai materi, seorang guru

juga harus menguasai pengetahuan lain yang dapat menunjang jauh lebih luas dari pada

hanya sekedar materi yang diajarkan. Guru secara langsung berhubungan dengan siswa

dalam proses belajar mengajar. Guru yang abstrak dan ngambang dalam penyampaian

materi menyebabkan proses belajar menjadi kurang berhasil atau optimal. Keberhasilan

dalam suatu proses pembelajaran tercermin dalam hasil yang dicapai oleh para siswa.

Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu institusi

penyelenggaraan pendidikan yang tujuannya adalah menciptakan sumber daya manusia

yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat

mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri

viii
bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan

siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional.

Salah satu program keahlian yang diselenggarakan di SMK Negeri 1 Kota Jambi

adalah program keahlian akuntansi. Program keahlian akuntansi merupakan program

untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu bekerja di bidang pembukuan, teller,

bendahara kantor ataupun yang lainnya. Namun, pada kenyataannya lulusan SMK jurusan

akuntansi kurang mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan maupun

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tempatnya bekerja, sehingga perlu

perbaikan mutu pendidikan yang sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan

pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kurikulum, tenaga

kependidikan, proses pembelajaran, sarana prasarana, alat bahan, manajemen sekolah,

lingkungan kerja dan kerjasama industri

Sesuai informasi yang didapat oleh peneliti di SMK Negeri 1, kelas XI jurusan

Akuntansi pada mata pelajaran akuntansi menunjukkan masih banyaknya siswa dalam

pembelajaran akuntansi yang mengalami kendala dan belum memperoleh hasil yang

memuaskan. Banyak siswa yang mengeluh mengatakan bahwa pelajaran akuntansi itu

sulit dan membosanan.

Faktor yang menyebabkan kesulitan dalam belajar akuntansi diantaranya adalah

rendahnya motivasi belajar siswa untuk mempelajari akuntansi. Permasalahan lain yang

sering ditemukan pada saat ini adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi

pelajaran. Pada pembelajaran akuntansi, dominasi guru masih sangat tinggi,

pengorganisasian siswa cenderung searah dan klasikal dan guru jarang berkeliling

mendekati siswa. Selain itu untuk mempelajari materi akuntansi diperlukan cara dan

ix
metode belajar yang berbeda bila dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya. Faktor

kesulitan belajar yang bersumber dari siswa, misalnya motivasi, kemauan, perhatian,

metode belajar yang kurang tepat, waktu belajar yang terbatas, kurangnya sumber belajar

yang diperlukan. Disamping itu metode mengajar yang kurang tepat serta kurang

mampunya siswa menerima materi pelajaran dapat juga sebagai faktor penyebab

kesulitan siswa belajar akuntansi.

Model pembelajaran yang diteliti disini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yaitu pembelajaran dengan pengelompokan siswa menjadi

kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai enam orang anggota

heterogen. Heterogen artinya setiap anggota kelompok mempunyai perbedaan

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras ataupun suku yang berbeda. Apabila

siswa ingin agar timnya berhsil ia kan mendorong dan membantu anggota timya.

Seringkali siswa berhsil menjelaskan gagasan-gagasan yang sulit dengan

menerjemahkan bahsa yang digunakan guru dalam bahasa anak (siswa).

Mengingat kondisi tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan

judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Motivasi Siswa

Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Kota

Jambi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dirumuskan

sebagai berikut:
1.2.1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan model

pembelarajan konvensional?

x
1.2.2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi

tinggi bila dibaningkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah?


1.2.3. Apakah terdapat perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang yang

memiliki motivasi tinggi dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD bila dibandingkan dengan yang dibelajarkan

menggunkan model pembelajaran konvensional?


1.2.4. Apakah terdapat perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang memiliki

motivasi rendah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD bila dibandingkan dengan yang dibelajarkan

menggunakan model pembelajaran konvensional?


1.2.5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan motivasi terhadap hasil belajar siswa?


1.3. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari penafsiran yang berbeda-

beda, maka penulis memberikan batasan-batasan pada penelitian ini yaitu:


1.3.1. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Kota Jambi siswa kelas X

Akuntansi.
1.3.2. Pada pelaksanaan penelitian pembelajaran dilakukan sesuai rancangan

instruktisional dalam RPP model koopertif tipe STAD dan model

konvensional
1.3.3. Faktor lain yang diperhatikan dalam penelitian ini hanya motivasi belajar

siswa
1.3.4. Tes yang dilakukan benar-benar diawasi dengan cermat agar dapat

mengukur kemampuan sebenarnya.


1.3.5. Guru yang mengajar dan sumber pembelajaran kelas control dan kelas

eksperimen adalah sama.

1.4. Tujuan Penelitian


Adapun penelitian ini dimaksudkan untuk :
1.4.1. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional.

xi
1.4.2. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi

dengan siswa yang memiliki motivasi rendah.


1.4.3. Mengetahui perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang yang

memiliki motivasi tinggi dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif

dengan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.


1.4.4. Mengetahui perbedaaan hasil belajar kelompok siswa yang memiliki

motivasi rendah dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif dengan

yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.


1.4.5. Mengetahui interaksi antara penggunaan stategi dan motivasi terhadap

hasil belajar siswa.

1.5. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian ini manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1.5.1. Bagi Guru,

Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan mengenai

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran akuntansi sebagai

bahan perbandingan pilihan model belajar siswa.

1.5.2. Bagi siswa,

Diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman terhadap mata

pelajaran akuntansi

1.5.3. Bagi Penulis

a) Menambah wawasan dan menerapkan ilmu yang diperoleh

selama di bangku perkuliahan

b) Sebagai pengalaman bagi penulis dalam tahap pembinaan diri sebagai

calon pendidik.

xii
1.6. Defenisi Operasional
1.6.1. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelaran yang telah dirumuskan (Wina, 2010;241)


1.6.2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran berkelompok

yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang dibagi secara heterogen
1.6.3. Pembelajran konvensional merupakan pembelajaran yang dengan

ceramah bervariasi yang mana selesai melakukan pembelajaran dengan

cara (1) menyimak pelajaran yang dipaparkan guru, (2) melakukan tanya

jawab dengan guru, dan (3) mengerjakan tugas/latihan secara individual


1.6.4. Motivasi adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang

menyebabkan seseorang untuk berbuat dan bertinda mencapai tujuan

sehingga memperoleh apa yang diharapkan.


1.6.5. Hasil belajar adalah penilaian tertulis dalam bentuk tes hasil belajar

untuk kompetensi kognitif siswa sesuai dengan tujuan instruktisional

yang ditetapkan.

xiii
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1. Belajar dan Pembelajaran

Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses

dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Learning may be defined as the process by which behavior originates or is

altered through training or experience. (Whittaker, 1970:15). Dengan demikian,

perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan,

kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai

belajar. Satu definisi lagi yang perlu dikemukakan di sini yaitu yang dikemukakan

oleh Howard L. Kingsley sebagai berikut: Learning is the process by which

behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or

training. (Kingsley, 1957:12). (Belajar adalah proses di mana tingkah laku

(dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melaluipraktek atau latihan).

http://www.bloggermajalengka.com/2011/09/

Belajar merupakan perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan

misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada

individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan

penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,

sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.

xiv
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Menurut Hamalik (2002:57) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan

tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang

saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Gagne,

Brings dan Wager dalam winataputra (2007:19) pembelajaran adalah serangkaian

kegiatan yang dirancang untuk emungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

Selanjutnya masih dalam winataputra sisdiknas menjelaskan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar. Dalam pembelajaran

siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi

mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran

yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks

pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi

pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga

dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek

psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan

xv
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan

pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan

kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan

pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada

keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui

perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain

pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan

kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

1.2. Hasil Belajar


1.2.1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Soedarto (1997:49) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang

dicapai oleh belajar mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 1990:22). Sementara

Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan

seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif,

dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56) melalui

proses belajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri;

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar


intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
xvi
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak
kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif
(sikap), dan ranah psikomotorik, keterampilan dan perilaku
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai hasil yang dicapainya
maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

dilakukan berulang-ulang serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau

bahkan tidak hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam

membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi

sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih

baik.

1.2.2. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003:54) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang di sebut faktor individu

(Intern), yang meliputi : (1). Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi,

pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis

terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2). Faktor

Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian

xvii
ingatan berfikir. (3). Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan

rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan

haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan

adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk

mengahsilkan sesuatu akan hilang.

2. Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut dengan faktor Ekstern,

yang meliputi: (1). Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan

yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran

kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2).

Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru

dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. (3). Faktor

Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat

mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah

lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk

lebih giat belajar.

1.3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

1.3.1. Pengertian Pendekatan, Strategi, Pendekatan, Metode, Teknik dan

Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki

kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk

membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2)

strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5)

taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan

xviii
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang

penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya

mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan

cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua

jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau

berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran

yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya

diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin

Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap

usaha, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out

put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan

mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang

memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)

yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang

akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

xix
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan

ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan

(achievement) usaha.

Menurut Kemp (Wina Sanjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru

dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Sanjaya (2008)

menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.

Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang

keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian

pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning

(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara

pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi

pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

Dengan kata lain, strategi merupakan a plan of operation achieving something

sedangkan metode adalah a way in achieving something (Wina Senjaya (2008).

Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode

xx
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi

pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;

(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)

simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya

pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai

cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara

spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa

yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis

akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah

siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu

digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan

kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti

teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam

melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi

mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam

penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena

memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi

kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu

elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya

pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru,

xxi
sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang

bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu

sekalkigus juga seni (kiat)

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik

pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah

apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada

dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan

teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil

(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)

kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model

pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi

tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model

pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut,

kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

xxii
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya

secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki

keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model

pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di

Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka

pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian

(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan

sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat

memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses

(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka

pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan

model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat

xxiii
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model

pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya

khazanah model pembelajaran yang telah ada.

1.3.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

. Ide ini bermula pada awal abad pertama, seseorang filosof berpendapat

bahwa untuk dapat belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Hasil

pembelajaran kooperatif sekarang sedang berkembang pesat di Amerika Serikat

yang mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Strategi pembelajaran ini

dapat membangkitkan siswa yang aktif belajar.

Menurut winasanjaya ( 2010:242) pembelajaran koperatif merupakan

model pembelajaran dengan mengunakan system pengelompokan kecil yaitu

antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras ataupun suku berbeda (heterogen). Sedangkan

menurut Slavin (1997:22) mengatakan bahwa pendekatan konstruktivis

menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif atas dasar teori bahwa siswa

akan mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila

mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.

Dari berbagai uraian yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif suatu strategi pembelajaran dalam kelompok-kelompok

xxiv
kecil sehingga siswa dapat saling bantu membantu antar anggota dalam

kelompoknya untuk mencapai kemajuan kelompoknya.

1.3.3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja

kelompok bisa dianggap sebagai perkembangan kooperatif. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan

yaitu :

a. Saling ketergantungan yang positif


b. Saling interaksi tatap muka
c. Setiap individu bertanggungjawab
d. Adanya komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya,

sehingga seluruh anggota diharapkan mampu untuk memberikan peran aktif

dalam kegiatan kelompok. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru

perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga pada akhirnya seluruh anggota

kelompok bisa mencapai tujuan mereka. Dalam kegiatan kelompok setiap anggota

kelompok, harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.

Dengan menyatakan pendapat akan terbentuk sinergi positif yaitu adanya saling

menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan

masing-masing.

Pola penilaian dan penugasan dalam pembelajaran kooperatif, membuat

setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci

keberhasilan terletak pada persiapan dan penyusunan tugas pembelajaran yang

xxv
harus dilakukan oleh tiap-tiap anggota kelompok secara betanggung jawab, agar

tugas selanjutnya dapat dilaksanakan. Anggota kelompok yang tidak

melaksanakan tugas akan diketahui dengan jelas dan mudah. Hal ini menimbulkan

dorongan dari teman-teman dalam satu kelompok untuk melaksanakan tugas agar

tidak menghambat yang lain. Sebelum penugasan siswa, guru perlu mengajarkan

cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada

kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan mengeluarkan

pendapatnya. Evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama perlu

direncanakan oleh guru. Waktu evaluasi tidak perlu setiap kali ada kerja

kelompok, namun dapat dilakukan selang beberapa waktu setelah beberapa kali

pembelajaran.

1.3.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD (Student Teanm Achievement Division) dikembangkan oleh Robert

Slavin yang mana STAD merupakan pendekatan kooperatif yang sederhana.

Kinerja guru yang mengunakan STAD mengacu pada belajar kelompok,

menyajikan informasi akademik baru pada siswa dengan menggunakan prosentase

verbal atau tes.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dalam

beberapa tahap: persiapan, presentsi pelajaran, evaluasi, penghargaan kelompok,

menghitung ulang skor awal dan mengubah kelompok. Penjelasan dari langkah-

langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

xxvi
a. Persiapan
1. Materi

Materi pelajaran dipersiapkan untuk pembelajaran secara kelompok yang

disajikan dengan lembar kerja siswa (LKS) dan lembar jawaban yang akan

dipelajari oleh siswa dalam kelompok kecil.

2. Menetapkan siswa dalam kelompok

Siswa-siswa dalam kelas di kelompokkan menjadi beberapa kelompok

yang terdiri empat sampai lima orang yang memiliki latar belakang dan

tingkat prestasi akademik yang berbeda. Beberapa petunjuk membentuk

kelompok kooperatif:

a. Merangking siswa berdasarkan prestasi akademik dalam kelas.

b. Menentukan jumlah kelompok dan tiap kelompok terdiri dari empat

sampai lima orang.

c. Membagi kelompok dengan komposisi tingkat prestasi yang seimbang.

3. Menentukan skor awal

Skor awal ini merupakan skor rata-rata siswa individual pada semester

sebelumnya/tes sebelumnya.

b. Tahap pembelajaran

Tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD dimulai dengan kegiatan guru

mempersiapkan materi pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian

xxvii
informasi baik secara verbal ataupun dalam bentuk tes. Selanjutnya siswa

diorganisasikan dalam kelompok-kelompok belajar untuk bersama-sama

menyelesaikan tugas atau LKS.

c. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

meliputi evaluasi dilakukan setelah siswa selesai melaksanakan kegiatan

pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang telah dipelajari dalam

kelompok. Hasil tes individu menjadi dasar skor kelompok dan akhirnya menjadi

dasar pemberian penghargaan.

Dalam menentukan kelompok mana yang akan diberi penghargaan,ada tiga

kriteria penghargaan yaitu:

a. Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik.

b. Kelompok dengan rata-rata skor 20 sebagai kelompok hebat.

c. Kelompok dengan rata-rata skor 25 sebagai kelompok super hebat

d. Untuk kelompok super dan kelompok hebat dapat diberikan penghargaan

tertentu sesuai dengan kebijaksanaan guru.

Dari kajian diatas menunjukkan bahwa pembelajran kooperatif tipe STAD

merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Perbedaan model

pembelajaran kooperatif tpe STAD ini terletak pada adanya tes perkembangan

individu dan adanyapemerian penghargaan kelompok.

xxviii
1.3.5. Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam

pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa

manusia adalah makhluk sosial. Dengan bekerja sama maka kelangsungan hidup

dapat terpenuhi. Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak

diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk

menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan ataupun Slavin

(1998:136,137) mengatakan adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama

di kelas yaitu ramai, gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan

penggunaan waktu yang tidak efektif. Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam

interaksi siswa yang produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita

harus berharap agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan berbicara

dalam kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan, bagaimanapun akan

mengganggu guru dan mengganggu fungsi kelompok dan kelas lainnya.

Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang terisolasi secara

sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam terisolir dari siswa-siswa

lainnya. Belajar bersama mengharuskan mereka berbicara, mendengarkan dan

membantu lainya untuk belajar. Proses biasanya dibuat lehih rumit oleh

keheterogenan kelompok tersebut. Perilaku yang salah, biasanya timbul karena

adanya ketidaktahuan siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam

pembelajaran kooperatif.

Hal ini yang menimbulkan peningkatan masalah manajemen pada siswa

sehingga memerlukan solusi untuk masalah potensial yang menantang, pemikiran

xxix
lebih, penyusunan dan pengawasan agenda dan pengawasan siswa dengan hati-

hati. Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa yang

bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk melakukan aktivitas

kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat dalam mengawasi kinerja guru

selama pembelajaran kelompok tidak efektif. Selain masalah-masalah yang

kemungkinan terjadi, menurut wina sanjaya (2010: 249) kelemahan-kelemahan

yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk

memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.

b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak

dapat berlatih belajar mandiri.

c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target

pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.

d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran

secara cepet.

e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah

menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya

Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, pembelajaran kooperatif

juga memiliki keuntungan (Wina Sanjaya, 2010: 249). Keuntungan ini meliputi:

a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran

yang sedang dibahas.

xxx
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa

dibantu oleh anggota kelompoknya.

c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,

belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang

bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.

d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang

tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan

teman sebaya.

e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan

dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu

pengetahuannya.

g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk

memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi kelemahan-

kelemahan, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tidak digunakan untuk pelajaran

Akuntansi setiap hari. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan satu bulan hanya

beberapa kali. Untuk mengejar materi dapat dilakukan pembelajaran ceramah.

Sedangkan dari keuntungan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk

xxxi
mampu bekerja sama, bersosialisasi antar teman, belajar untuk saling berbagi

pengetahuan dengan sesama anggota kelompoknya.

1.4. Pembelajaran Konvensional

1.4.1. Pengertian Pembelajaran konvensional/Ceramah

Pembelajaran ceramah merupakan pembelajaran yang paling lama

digunakan dalam sejarah pendidikan dan masih digunakan dalam proses

pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode ini merupakan sebuah metode

yang sangat mudah dilakukan oleh guru. Pada hakekatnya ceramah adalah suatu

metode pembelajaran dimana guru berada di depan kelas, memimpin, menentukan

dan jalannya pelajaran serta mentransfer segala rencana yang akan diberikan pada

siswa (Wiryohandoyo,dkk 1998:32). Sedangkan pengertian metode ceramah

adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penjelasan lisan

secara langsung terhadap siswa. Surakhmad (1994:98) juga mengungkapkan

bahwa metode ceramah ialah bentuk interaksi seseorang terhadap sekelompok

pendengar.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang

disebut metode ceramah adalah suatu metode penyajian pelajaran yang dilakukan

oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa

guna mentransfer segala ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

xxxii
1.4.2. Pelaksanaan Pembelajaran konvensional Ceramah

Kenyataan menunjukan bahwa sekalipun banyak kekurangan, hingga

kini metode ini tetap digunakan. Ini berarti tidak selamanya metode ini jelek.

Namun yang penting adalah bagaimana usaha kita membuat metode ceramah

lebih efektif dan bervariasi. Untuk mewujudkannya ada beberapa hal yang

dapat dilakukannya:

1. Guru harus benar-benar menunjukkan pengawasan yang baik terhadap

materi pelajaran yang disajikan.

2. Pengunaan cermah hendaknya dikombinasikan dengan metodemetode

lain secara variasi seperti demontrasi, diskusi, tanya jawab, atau

penugasan. Hal ini akan membuat siswa dapat ikut aktif.

3. Menggunakan media yang jelas dan menarik seperti papan tulis, papan

planel, bagan, OHP.

4. Terangkan petunjuk-petunjuk didektik dalam ceramah seperti adanya

persepsi yang memadai, memotivasi belajar siswa, mengorelasikan

bahan yang sedang dibahas dengan kejadian, masalah dan kenyataan lain

seperti perpustakaan, laboratorium, perpustakaan dan sebagainya

Dalam mengunakan metode ceramah yang baik, terdapat beberapa langkah

yang perlu ditempuh sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

xxxiii
a. Menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah siswa belajar

melalui metode ceramah.

b. Tentukan dan kuasai pokok-pokok materi atau garis besar materi yang

akan di ceramahkan.

c. Sebaiknya pokok-pokok materi ceramah ditulis dalam alat bantu

pengajaran seperti papan tulis, papan planel, atau transparansi di OHP.

2. Pelaksanaan Ceramah

a. Memulai ceramah

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan metode

ceramah.

2. Mengemukakan garis besar atau pokok-pokok materi yang akan di

bahas.

3. Mengadakan apersepsi dengan memancing pengalaman siswa yang

relevan dengan teori yang akan dibahas.

b. Menyajikan Materi Baru

1. Perhatian siswa agar tetap terarah selama penyajian berlangsung.

2. Penyajikan materi secara sistematis, agar siswa mudah mengikuti.

3. Rangsanglah agar siswa aktif dengan memberikan kempatan berfikir,

bertanya, diskusi kecil, dan mengerjakan soal latihan

4. Berikan feedbeck atau balikan kepada siswa.

5. Guru memotivasi siswa belajar dengan cara menciptakan suasana yang

menyenangkan.

c. Penutupan Ceramah

xxxiv
1. Menarik kesimpulan yang dilakukan oleh guru atau siswa.

2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menanggapi kembali mata

pelajaran yang telah disampaikan guru denganmenghubungkan dengan

topik lain.

3. Siswa diberi soal aplikasi atau tugas tertentu yang merupakan

rangsangan agar siswa belajar.

4. Melaksanakan penilaian akhir untuk mengetahui sejauh mana tujuan

instruksional telah tercapai. (Sudirman,dkk 1992: 116-118)

1.4.3. Keuntungan dan Kelemahan Metode konvensional/Ceramah

Metode ceramah sebagai metode pembelajaran secara langsung dan lisan yang

dilakukan oleh guru pada siswanya, mempunyai keuntungan dan kelemahan

sebagai berikut:

1. Kelebihan metode ceramah

a. Metode ceramah murah dan dapat dilakukan oleh guru dengan hanya

bermodalkan suara saja.

b. Materi yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokokpokoknya oleh

guru dalam waktu singkat.

c. Guru dapat menjelaskan dengan menonjolkan bagian-bagian materi yang

penting.

d. Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih sederhana.

2. Kelemahan-kelemahan ceramah

xxxv
a. Adanya penyamaan kemampuan siswa, padahal kenyataannya kemampuan

siswa berbeda.

b. Jika penggunaan mono teknik akan mematikan daya indra yang lain.

c. Bersifat satu arah (berpusat pada guru) sehingga hanya merupakan transfer

ilmu.

d. Memungkinkan terjadinya bahaya verbalisme yaitu siswa hafal susunan

kata-kata atau kalimat tanpa memahami maknanya.

e. Siswa kurang perhatian.

f. Hasil pelajaran kurang mantap karena metode ceramah yang terdiri atas

rentetan ucapan guru yang sedemikian rupa serta waktu yang beruntun

akan memaksa siswa menangkap secara semaunya. (Sudirman,dkk

1992:133)

1.5. Tinjauan tentang Motivasi Belajar


Motivasi berasal motif yang artinya adalah segala dayang yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Jika siswa tidak melakukan yang seharusnya

didalam kelas seperti yang dilakukan temannya perlu diselidiki penyebabnya.

Penyebab dapat bermacam-macam dan antara siswa yang satu dengan yang lain

bisa berbeda. Melalui motivasi diharapkan siswa memiliki keinginan dan minat

serta bersedia melakukan sesuatu (Sagala, 2006: 152)


Menurut asal katanya motivasi berasal dari bahsa latin movere yang berarti

mengerakkan. Motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau

menimbulan perilaku tertentu dan yang memberikan arah dan ketahanan

(persistence)pada tingkah lau tersebut. Misalnya mengurangi kebebosanan,

xxxvi
memilih bahan yang menarik, memperjelas sasaran dan berbagi kesempatan

(Sagala, 2006: 153)

Fungsi dasar motivasi dalam kehidupan yaitu:


1. Mendorong manusia untuk berbuat sehingga motivasi berfungsi

sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy


2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hedak dicapai
3. Menyeleksi perbuatan yang harus dijalankan guna mencapai

tujuanyang dimaksud dan mengesampingkan perbuatan-perbautan

yang tidak beranfaat.


4. Pendorong dalam pencapaian prestasi
Menurut jenisnya motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Berikut akan dijelaskan masing-masing motivasi tersebut :


1. Motivasi intrinsik (motivasi internal)
Motivasi intrinsic adalah motivasi yang tercakup didalam situasi belajar

dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering disebut

motivasi murni, motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri siswa

sendiri. Motivasi intrinsik adalah motivsi yang hidup didalam diri anak dan

berguna dalam situasi belajar fungsional. Dalam hal ini pujian, hadiah dan

sebagainya sangat tidak berpengaruh pada motivasi belajar anak.


Siagian (2004: 76) mengemukan bahwa motivasi intrinsik dimiliki siswa,

cirri-cirinya antara lain:


1. Tekun dalam menghadapi tugas atau bekerja secara continue dalam
waktu lama.
2. Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak putus asa,
3. Tidak cepat puas dengan prestasi yang diperolehnya,
4. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah belajar,
5. Lebih senang bekerja mandiri,
6. Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin,
7. Dapat mempertanggung jawabkan pendapatnya,
8. Sering mencari dan memecahkan masalah.

Motivasi intrinsic dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang

didalamnya ada aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu

xxxvii
dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.

Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi ini akan memiliki tujuan menjadi

orang terdidik, berpengetahuan luas, menjadi orang yang ahli dalam suatu bidang,

dan mencapai prestasi yang diinginkannya.

2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh factor-faktor

dari luar situasi belajar. Di sekolah motivasi intinsik diperlukan karena tidak

semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya. Oleh

karena itu, motivasi belajar pelu ditingkatkan oleh guru sehingga peserta didik

akan mau dan ingin belajar (Sagala, 2006: 102).


Dalam proses belajar mengajar siswa yang memiliki motivasi instrinsik ini

memerlukan perhatian khusus dai guru. Siswa yang memiliki motivsi seperti ini

tergantung kepada keharusan-keharusan yang diberikan guru untuk mendorong

mereka dalam belajar atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.


Dari penjelasan-penjelasan dmuka dapat disimpulkan bahwa hakikat

motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar

untuk menadakan perubahan tingkah laku.

1.6. Akuntansi Perusahaan Dagang

1.6.1. Karakteristik Perusahaan Dagang

Pencatatan transaksi di perusahaan jasa pada prinsipnya sama dengan

pencatatan di perusahaan dagang. Namun perbedaan yang ada disebabkan adanya

karekteristik yang tidak terdapat pada perusahaan jasa. Pada perusahaan dagang

kegiatan usaha yang dilakukan berupa usaha pembelian barang dagangan dengan

tujuan untuk dijual belikan tanpa adanya pemprosesan terlebih dahulu. Untuk itu

karekteristik yang dimiliki oleh perusahaan dagang tapi tidak dimiliki oleh

xxxviii
perusahaan jasa adalah seperti kegiatan pembelian, penjualan, persediaan barang

dagangan. Pendapatan dari perusahaan dagang adalah selisih antara harga

penjualan barang dikurangi harga pembelian yang pada akhirnya dapat dihitung

untung atau ruginya.

1.6.2. Transaksi Perusahan Dagang

1. Pembelian

Transaksi pembelian dalam perusahaan dagang yang paling spesifik adalah

pembelian barang dagangan, pembelian peralatan dan perlengkapan. Pembelian

barang dagangan secara kridit dicatat pada akun pembelian, sedangkan pembelian

peralatan dan perlengkapan akan dicatat dalam akun perlengkapan dan akun

peralatan.bukti pencatatan transaksi pembelian adalah kwitansi dan faktur asli.

a. Pembelian secara kontan yaitu pembelian yang pembayarannya segera

setelah barang diterima dengan bukti kwintansi.

b. Pembelian secara kridit yaitu pembelian yang pembayaranya dilakukan

beberapa hari setelah barang diteriama dengan bukti faktur.

2. Potongan pembelian

Potongan pembelian adalah potongan yang diberikan penjual pada

pembeli, karena pembeli membayar utangnya dalam jangka waktu yang potongan,

misalnya: 2/10, n/30 artinya pembelian akan memperoleh 2% bila membayar

dalam waktu 10 hari atau kurang dalam jangka waktu kridit 30 hari. Bukti
xxxix
pencatatan potongan pembelian ini biasanya berupa kuitansi pembayaran yang

didalamnya dijelaskan potongan diterima.

a. Waktu pembayaran utang tanpa memperoleh potongan

b. Waktu membayar utang memperoleh potongan

c. Retur pembelian dan pengurangan harga

Retur pembelian adalah pengembalian barang yang dibeli kepada penjual

karena barang tersebut tidak sesuai dengan pesanan atau rusak. Jika barang tidak

dikembalikan biasanya pembeli meminta pengurangan harga. Baik barang

dikembalikan atau meminta pengurangan harga akan dicatat dalam harga akan

dicatat dalam rekening retur pembelian dan pengurangan harga. Bukti pencatatan

retur pembelian adalah berupa nota debit.

4. Beban angkut pembelian

Beban angkut pembelian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan

dengan pengiriman barang tersebut sampai ke tempattujuan. Biaya angkut oleh

pembeli dicatat dalam rekening biaya angkut pembelian.

5. Penjualan

Saat perusahaan dagang menjual barang dagangannya,kegiatan ini akan

menghasilkan pendapatan sejumlah harga barang yang dibebankan kepada

pembeli. Hasil pendapatan penjualan barang dagang akan dicatat dalam akun

penjualan. Bukti pencatatan transaksi ini adalah faktur atau kwitansi tembusan

(bukti kas masuk).

xl
a. Penjualan secara kontan adalah penjualan dengan pembayaran tunai.

b. Penjualan secara kridit adalah penjualan dengan pembayaran

kemudian.

6. Potongan penjualan

Potongan penjualan adalah potongan yang diberikan penjual kepada

pembeli karena pembeli membayar utang dalam jangka waktu potongan penjualan

yang dibuat. Potongan yang akan diberikan akan dicatat dalam akun potongan

penjualan dengan bukti dengan bukti pencatatan berupa kwitansi tembusan atau

bukti kas masuk yang didalamnya dijelaskan jumlah potongan harga.

a.Waktu penerimaan pelunasan piutang tidak diberi potongan

b. Waktu penerimaan pelunasan piutang memberikan potongan

7. Rektur penjualan dan pengurangan harga

Retur penjaulan adalah pengembalian barang yang dijual oleh pembeli

kepada penjual barang karena barang yang dipesan tidak sesui dengan pesanan

atau rusak. Biasanya jika barang tidak dikembalikan,pembeli meminta

pengurangan harga. Bukti pencatatan rektur penjualan dan pengurangan harga

adalah nota kridit

8. Beban angkut penjualan

Beban angkut penjualan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan

dengan pengiriman barang yang dijual. Biasanya ini dicatat dalam rekening biaya

angkut penjualan atau biaya pengiriman. Bukti pencatatan adalah faktur atau

kuitansi bukti kas keluar.


xli
9. Persediaan barang dagangan

Persediaan barang dagangan adalah barang-barang dagangan yang ada

dalam persediaan yang sedang menunggu untuk dijual. Penataan dilakukan pada

akun persediaan barang dagangan. Bukti pencatatan untuk persedian barang dalah

bukti memorial. Cara pencatatan besarnya persediaan ada dua sistem:

a. Sistem periodik (periodik system)

Penentuan besarnya persedian dilakukan dengan mengadakan perhitungan

secara fisik terhadap persediaan barang yang ada pada akhir periode.

b. Sistem terus menerus (Perpetual System)

Sistem ini adalah pencatatan yang terus menerus mengikuti perubahan atas

persediaan dari awal periode.

10. Harga pokok penjualan

Harga pokok penjualan adalah harga beli ditambah dengan biayabiaya

yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh barang tersebut.

xlii
Skema I: Transaksi perusahaan Dagang

Pembelian ( D)

Beban angkut
pembelian (D)

Return
Pembelian Pembelian (K)

Potongan
Pembelian (K)

Persediaan
Perusahaan Barang Barang
dagangan (D)
dagang dagangan

Penjualan
Penjualan
(K)

Return
Penjualan (
D)

Potongan
Penjualan
(D)

Beban
Angkut
Penjualan
(D)

xliii
1.6.3. Syarat-syarat Pembayaran

Untuk setiap transaksi jual beli yang dilakukan secara kridit selalu diikuti

dengan jumlah syarat yang mengikat kedua belah pihak, begitu juga pada

transaksi pembelian jual beli secara tunai. Syarat-syarat ini berhubungan dengan

potongan tunai yaitu pada potongan pembelian dan potongan penjualan dan juga

jangka waktu kridit. Syarat-syarat yang sering dipakai adalah:

1. Misalnya: 2/10, n/30

Artinya adalah potongan sebesar 2% akan diberikan apabila pembeli

melunasi harga barang paling lambat 10 hari setelah tanggal transaksi,

sehingga pada jangka waktu kridit nominal yang diberikan adalah 30 hari.

2. EOM (End Of Month)

Artinya adalah harga bersih faktur harus dilunasi paling lambat akhir bulan

dan bila lebih dari akhir bulan penjual tidak memberikan potongan tunai

pada pembeli.

xliv
Misal n/10, EOM : Artinya adalah harga bersih faktur harus dilunasi paling

lambat 10 hari setelah akhir bulan,tanpa mendapat potongan tunai.

1.6.4. Syarat Penyerahan Barang

Syarat penjualan pada akta jual beli sering disebut adanya syarat

penyerahan. Syarat penyerahan merupakan kesepakatan penjual dengan pembeli

yang berhubungan dengan tempat barang yang akan diserahkan setelah terjadi

kecocokan harga. Beberapa syarat penyerahan yang biasa terjadi dalam dunia

usaha yaitu:

1. Prangko gudang jual (FOB Shipping Poin)

Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan pihak

pembeli atau dengan kata lain barang diserahkan di gudang penjual.

2. Prangko gudang pembeli (FOB Destination Point)

Artinya semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan penjual.

3. CIF (Cost Freight And Insurance)

Artinya pihak penjual menanggung biaya pengiriman barang dan premi

asuransi atas barang tersebut.

2.5 Kerangka Berpikir

xlv
Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan yang sangat

penting untuk menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan penerapan konsep

diri. Keberhasilan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan dapat tercermin

dari peningkatan mutu lulusan yang dihasilkannya. Untuk itu perlu adanya peran

aktif seluruh komponen pendidikan terutama siswa yang berfungsi sebagai input

sekaligus calon output dan juga guru sebagai fasilitator.

Guru yang berfungsi sebagai fasilitator diharapkan mampu memanfaatkan

potensi yang dimiliki oleh siswa untuk dapat digunakan dalam belajar. Fungsi

fasilitator akan berhasil jika dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan

berdasarkan langkah-langkah yang sistimatis dan luwes, yang memungkinkan

terjadinya revisi terhadap tujuan, bahan, ataupun strategi belajar mengajar melalui

proses umpan balik yang diperoleh dari hasil evaluasi.

Metode mengajar adalah sebuah teknik yang digunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat proses belajar mengajar. Dengan

pemilihan metode pembelajaran yang baik akan muncul interaksi edukatif.

Interaksi edukatif ini timbul bila aktivitas siswa lebih besar dibandingkan dengan

aktivitas guru. Untuk mencapai proses belajar yang idial, hendaknya digunakan

variasi dalam mengunakan metode pembelajaran.

Mata pelajaran Akuntansi di SMK adalah bersifat wajib bagi siswa yang

memilih akuntansi sebagai jususan yang pilihannya. Ruang lingkup pelajaran

Akuntansi di kelas satu meliputi pengertian dasar dan siklus Akuntansi perusahaan

dagang. Dalam mempelajari siklus Akuntansi, pokok bahasan pencatatan transaksi

xlvi
merupakan bagian yang sangat penting yang harus dipahami oleh siswa. Hal ini

disebabkan karena jika pada tahap ini siswa tidak bisa melakukan pencatatan

transaksi ke dalam jurnal secara baik, maka siswa akan mengalami kesulitan pada

tahap Akuntansi berikutnya. Bila dibandingkan dengan catatan Akuntansi lainnya,

pencatatan dalam jurnal diharapkan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak

akan terjadi suatu transaksi lupa tercatat.

Pembelajaran kooperatif akan membantu mengembangkan tingkah laku

kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara mereka. Suatu kelas yang

mengunakan setting kelas kooperatif, siswanya lebih banyak belajar dari teman-

teman satu kelompok daripada dari guru. Konsekuensinya pengembangan

komunikasi yang efektif seharusnya tidak ditinggalkan demi kesempatan belajar

itu. Pembelajaran kooperatif secara bersama-sama membantu siswa dalam

pembelajaran akademik mereka. Siswa lebih memiliki kemungkinan mengunakan

tingkat berfikir yang lebih tinggi selama ataupun setelah diskusi dalam kelompok

kooperatif tipe STAD daripada mereka yang belajar secara individual atau

kompetitif. Materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode yang lama.

Pembelajaran klasikal yang selama ini digunakan adalah mengunakan

pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional terdiri dari metode

ceramah yang divariasikan dengan metode latihan, metode diskusi, metode tanya

jawab dan lain-lain. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-

betul dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta

memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaan. Pemilihan metode

pembelajaran yang dianggap baik diharapkan mampu meningkatkan prestasi

xlvii
belajar yang baik pada siswa. Peningkatan prestasi belajar ini dilihat dari

kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Dengan

menggunakan alat ukur berupa hasil tes.

Pembelajaran Akuntansi di kelas I SMK diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis transaksi keuangan yang

terjadi, kemudian dapat membedakan apakah transaksi tersebut masuk sisi debet

atau kridit dan pada akhirnya dapat memasukkan transaksi-tansaksi tersebut ke

dalam kolom-kolom jurnal khusus. Pembelajaran Akuntansi sangat cocok bila

diterapkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui pembelajaraan

kooperatif tipe STAD, diharapkan siswa akan memiliki keterampilan bekerjasama,

selain itu juga diharapkan akan timbul keterampilanketerampilan bersosialisasi,

keterampilan berbagi, keterampilan berperan serta dalam kelompok dan

keterampilan pembangun identitas kelompok dan rasa kesetiakawanan antar

anggota.

Keterampilan bersosialisasi, dalam hal ini melibatkan suatu perilaku yang

menjadikan sebuah hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang

bekerjasama dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, tanpa

mempersoalkan adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki tiap-tiap individu.

Sedangkan keterampilan berbagi, meliputi hal berbagi waktu dan bahan. Hal ini

akan mencegah kemungkinan siswa untuk merasa dirinya menjadi bos atas siswa

lainnya, berbicara tanpa henti dan mengerjakan sendiri seluruh pekerjaan

kelompoknya.

xlviii
Keterampilan berbagi pada nantinya mengarahkan siswa untuk menguasai

keterampilan berperan serta dalam kelompok. Keterampilan berperan serta dalam

kelompok bertujuan melatih agar sejumlah siswa tidak mendominasi kegiatan

kelompoknya, sedangkan sebagian siswa lainnya bersikap pasif. Langkah yang

diajarkan dalam kelompok kooperatif tipe STAD adalah menyakinkan agar siswa-

siswa yang pemalu dimasukkan dalam kelompok yang terdiri dari siswa yang

mempunyai keterampilan sosial yang baik, sehingga diharapkan mereka nantinya

mampu belajar menampilkan tanggungjawab yang sama dalam melaksanakan

tugas dan akan membentuk identitas kelompok yang tangguh dan rasa

kesetiakawanan antar anggota.

Penguasaan keterampilan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

seperti keterampilan bekerjasama, bersosialisasi, berbagi, berperan serta aktif

dalam kelompok dan membengun investigasi kelompok dan rasa kesetiakawanan

anggota harus selalu dipupuk untuk dapat meningkatkan keberhasilan

pembelajaran Akuntansi. Penguasaaan keterampilan tersebut, akan mendorong

setiap anggota kelompok untuk saling bergantung satu dengan yang lainnya

melalui tugas-tugas kelompoknya, sehingga setiap butir soal dalam pokok bahasan

Akuntansi dapat dipecahkan secara bersama-sama.

Seluruh keberhasilan ataupun kegagalan anggota kelompok adalah

tanggungjawab bersama seluruh anggota kelompok. Seluruh anggota kelompok

dituntut dapat saling bahu membahu membantu bila ada anggota kelompoknya

yang belum mengerti tentang pokok bahasan pencatatan transaksi perusahaan

dagang seperti bagaimana cara menganalisis setiap transaksi yang terjadi, belum

xlix
mampu membedakan setiap sisi debet dan kridit dan mengalami kesulitan dalam

memasukkan setiap transaksi ke kolom-kolom jurnal khusus.

Salah satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam proses belajar adalah

motivasi belajar siswa. Motivasi sebagai factor inner (batin) berfungsi

menimbulkan, mendasari, menagrahkan perbuatan belajar. Motivsi dapat

menentukan baik tidaknya dalam pencapaian tujuan sehingga semakin besar

motivasi semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya

akan semakin giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah giat membaca

buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk menyelesaikan masalah.

Sebalinya meeka yang motivasinya lemah tampak tidak acuh, mudah putus asa,

perhatian tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu teman, dan sering

meninggalkan pelajaran sehingga banyak mengalami kesulitan belajar.

Skema 2 : Kerangka Berpikir

Motivasi belajar
tinggi

KELOMPOK Pembelajaran Hasil


SISWA kooperatif tipe Belajar
TREATMEN l
STAD (Nilai)
Motivasi belajar
rendah

Bandingkan

Motivasi
belajar tinggi
Pembelajran
KELOMPOK Hasil
SISWA konvensional Belajar
KONTROL
(Nilai)

Motivasi
belajar rendah

1.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini untuk di uji adalah :

1.7.1. Terdapat perbedaaan antara rata-rata hasil belajar siswa yang dibelajarkan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan rata-rata

hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

konvensional
1.7.2. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi

tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah.


1.7.3. Terdapat perbedaaan rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang yang

memiliki motivasi tinggi dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe

STAD bila dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran konvensional.

li
1.7.4. Terdapat perbedaaan rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang memiliki

motivasi rendah dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD

bila dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran

konvensional.
1.7.5. Terdapat interaksi antara penggunaan model dan motivasi terhadap hasil

belajar siswa.

lii
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi

eksperimen. Metode ekperimen merupakan observasi dibawah kondisi buatan

(artificial condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur sendiri oleh

peneliti. (Nasir, 1983; 74). Rancangan ini digunakan karena dianggap efktif untuk

menguji variabel tergantung. Dalam desain penelitian ini dilakukan didalam kelas

sebagaimana adanya. Penelitian ini memberikan perlakuan pada dua kelas, yaitu

satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas eksperimen diajarkan

menggunakan model kooperatif tipe STAD sedangkan pada kelas kontrol diajar

menggunakan model konvensional/ ceramah.

Skema 6 : Tahap-tahap Pembelajaran Kelompok Kontrol

Guru membuat kondisi belajar yang baik sebelum PBM dimulai dan
mempersiapkan materi yang diajarkan

Guru menjelaskan materi didepan kelas

Guru memberi tugas latihan dan soal

Guru memberikan tugas latihan soal

Guru melakukan evaluasi

Perhitungan skor individu


Sumber : Sudirman (1992:115)
46
Skema 4 : Tahap-tahap Pembelajaran Kelompok Eksperimen.

liii
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok

Guru menerangkan konsep pelajaran

Guru memberi tugas untuk dibahas oelh kelompok dan guru mengingatkan siswa
agar siswa tetap bekerja sama dalam satu kelompok sampai tugas selesai dan
bekerja dengan keterampilan kooperatif yang dikembangkan

Kelompok I Kelompok II Kelompok III dst

Guru mengumpulkan tugas siswa dan memberi kunci


jawaban soal latihan

Guru memberikan Soal mandiri

Hasil pekerjaan ditukarkan dengan anggota tim lain

Guru melakukan evaluasi

Penghitungan skor Penghitungan skor kelompok


individu dan memberi skor keompok

Sumber : Hartati (1998: 11-12)

Sesuai dengan hipotesis-hipotesis yang akan diuji maka penelitian ini

dirancang dengan eksperimen faktorial (2x2). Dengan menggunakan rancangan

liv
ini, hipotesis-hipotesis yang diajukan dapat diuji sekaligus yaitu pengujian

pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD, pengaruh motivasi belajar siswa

dan pengaruh interaksi kedua variabel tersebut.

Variabel yang dimanipulasi dalam penelitian ini adalah penggunaan

pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pendekatan pembelajaran

konvensional. Masing-masing pendekatan ini di diberlakukan pada kelas

eksperimen yang memiliki motivasi belajar berbeda. Dengan demikian terdapat 4

kkelompok belajar yaitu (1) penggunaan model kooperatif tipe STAD untuk siswa

yang memiliki motivasi belajar tinggi, (2) penggunaan model kooperatif tipe

STAD untuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, (3) penggunaan

pendekatan pembelajaran konvensional untuk siswa yang memilki motivsi belajar

tinggi, dan (4) pengunaan pendekatan pembelajaran konvensional untuk siswa

yang memiliki motivasi belajar rendah.

Prosedur penelitian diawali dengan menentukan kelas, penyebaran angket,

pemberian perlakuan, dan postes. Tuckman dalam tesisnya M. Tohir (2010:47)

menyatakan bahwa untuk menghindari interaksi antara prates dengan perlakuan

yang mungkin akan berpengaruh pada postes, maka prosedur penelitian dapat

tidak menggunakan prates.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yaitu dilakukan di SMK Negeri 1 Kota Jambi.

Penelitian dikelas XI mata pelajaran akuntansi. Penulis meneliti tentang pengaruh

lv
pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi terhadap hasil

belajar siswa.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007 : 80). Sedangkan

menurut Arikunto (1998 : 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Sedangkan subjek penelitian merupakan suatu yang kedudukannya sangat sentral

karena subjek penelitian ini data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati

oleh peneliti.

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas dua semester

dua jurusan akuntansi SMKN 1 Jambi yang terdiri dari 3 kelas dengan total siswa

keseluruhan 123 oang. Pembagian kelas ini terdiri dari 1 kelas unggul dan 2 kelas

regular.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 1999:73). Sedangkan menurut Arikunto (1988:117)

sampel adalah waktu populasi yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan cara

penelitian melaksanakan proses pembelajaran pada dua kelompok siswa yang

berbeda. Satu kelompok siswa dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan kelompok lainnya dibelajarkan dengan model

konvensional. Proses pembelajaran pada masing-masing kelas dilakukan sebanyak

lvi
8 kali pertemuan. Satu kali tatap muka berlangsung 90 menit. Diakhir proses

pembelajaran, dilakukan tes pada masing-masing kelas untuk mengetahui hasil

belajar siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas regular. Satu kelas

eksperimen dan satu kelas Kontrol.

3.4. Variabel Penelitian

Sugiyono (2004: 32) mendefenisikan variabel penelitian sebagai suatu

atribut, sifat, atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Menurut Sugiono (2004:33) Variabel penelitian ada lima macam yaitu : 1)

variabel bebas (dependen variable); 2) variabel terikat (independent variable);

3)Valiabel moderator; 4) variabel intervening; 5) variabel kontrol.

Dalam penelitian terdapat empat variabel yang diamati yaitu: variabel

bebas, variabel moderator, variabel terikat dan variabel Kontrol. Berikut

penjelasan masing-masing variabel yang diamati tersebut:

1. Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung

pada variabel lainnya. Biasanya disimbolkan dengan X. Variabel itu

digunakan untuk meramalkan atau menerangkan nilai variabel yang

lain (Hasan, 2001: 227). Dalam penelitian ini variabel bebasnya

adalah: Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD

2. Varibel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat

atau memperlemah) hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen. Biasanya variabel ini disebut juga dengan

lvii
variabel dependen kedua dilambnagkan dengan X2. Dalam penelitian

ini yaitu motivasi belajar siswa. Variabel ini dibedakan menjadi

duatingkatan, yaitu:

a. Motivasi belajar tinggi

b. Motivasi belajar rendah

3. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel output atau

variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel

bebas. Dilambangkan dengan Y dalam penelitian ini yaitu hasil belajar

siswa.

4. Variabel kontrol yaitu variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak

dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol untuk

melihat perbandingan dari hasil yang diperoleh siswa. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran konvensional atau

ceramah sebagai variabel kontrolnya.

Hubungan variabel bebas dan variabel terikat dapat digambarkan dengan

model sebagai berikut :

Pembelajaran
Kooperatif tipe
STAD (X1) Hasil Belajar (Y)

Motivasi Belajar
Siswa (X2)

3.5. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang paling baik adalah yang efektif dan

efisien yaitu metode yang dapat menghasilkan informasi yang lengkap dan valid,

lviii
dilakukan dengan cepat, sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan waktu

(Sugiyono, 2004:61). Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan pengisian

angket, tes pilihan ganda dan studi pustaka. Angket terdiri dari sejumlah

pertanyaan tertulis yang harus dijawab responden untuk memperoleh data

motivasi belajar siswa. Tes pilihan ganda dipakai untuk menguji kompetensi

tingkat kemampuan berpikir. Studi pustaka merupakan data-data yang berasal dari

buku-buku yang bersankutan dengan masalah yang diteliti.

3.6. Instrumen Penelitian


Menurut Arikunto (2002; 136) instrument adalah alat atau fasilitas yang

digunakan untuk memperoleh data agar hasilnya menjadi lebih baik. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrument yaitu:


1. Observasi, merupakan tahap awal yang digunakan dalam melakukan

penagtan langsung pada objek yang dieliti


2. Angket/kuesioner, adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002:128).


3. Tes tertulis pilihan ganda, merupakan tes yang terdiri dari pokok soal

dan pilihan jawaban. Tes pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji

penguasaan kompetensi mulai dari tingkat berfikir rendah seperti

pengetahuan dan pemahaman sampai pada tingkat berfikir tinggi

seerti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Majid, 2007:196)


4. Studi pustaka yang digunakan sebagai bahan refleksi dari masalah

yang diteliti.
3.7. Validitas dan Reabilitas Instrumen
3.7.1. Validitas Instrumen Penelitian
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004: 109). Menurut Suharsimi Arikunto

lix
(1996:160) teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas adalah dengan

menggunakan teknik produk moment dengan rumus:

lx
Ket:
rxy : Koefisien Validitas Soal
Y1 : Skor Butir Soal
X1 : Skor Total Butir Soal
n : Banyaknya siswa
Kriteria pengukuran validitas adalah:
0,80 < r11 1,00 = validitas sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 = validitas tinggi
0,40 < r11 0,60 = validitas cukup
0,20 < r11 0,40 = validitas rendah
0,00 < r11 0,20 = validitas sangat rendah
Dalam pemberian interprestasi terhadap rxy disesuaikan dengan tabel r Product

Moment dengan taraf signifikansi 5%.

3.7.2. Reliabilitas Instrumen Penelitian


Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002: 154). Instrumen yang dapat

dipercaya yang reliable akan mneghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Pada

angket motivasi butir-butir instrumen memiliki rentang 1-5 maka untuk menguji

realibilitas instrumen adalah dengan menggunakan rumus alpha. Rumusnya

adalah sebagai berikut :

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya soal atau banyaknya pertanyaan
b2 = jumlah varians butir

t2 = varian total
Setelah dilakukan penskoran lalu ditabulasikan dan kemudian dimasukkan

kedalam rumus alpha. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui reliabitas angket

motivasi adalah sebagai berikut:


0,80 < r11 1,00 = reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 = reliabilitas tinggi

lxi
0,40 < r11 0,60 = reliabilitas cukup
0,20 < r11 0,40 = reliabilitas rendah
0,00 < r11 0,20 = reliabilitas sangat rendah

3.8. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji hipotesis-

hipotesis yang dikemukan pada bab I adalah:

1. Analisis uji Prasyarat pengujian hipotesis :


a. Uji normalitas dengan menggunakan SPSS (Kolmogorov Smirnov Z).

Merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data

bewrdistribusi normal atau tidak .


b. Uji homogenitas varian dengan menggunakan SPSS (One Sample

Kolmogorov Smirnov Test). Merupakan uji yang digunakan untuk

mengetahui kedua data (eksperimen dan control tersebut homogen)

2. ANAVA dua jalur 2x2 dan Uji tukey digunakan untuk menguji analisis

pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

motivasi terhadap hasil belajar siswa


Hipotesis dalam ANAVA dua arah terdiri dari:
1. Berkaitan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
Ho : tidak terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap

hasil belajar akuntansi siswa.


H1 : terdapat pengaruh pembelajaran koopertif tipe STAD terhadap hasil

belajar akuntasni siswa


Ho : A1 = A2
Ho : A1 A2

2. Berkaitan dengan motivasi belajar siswa


Ho: tidak terdapat pengaruh motivasi belajar siwa terhadap hasil belajar

akuntansi siswa
H1: terdapat pengaruh motivasi terhadap hasil belajar akuntansi siswa.
Ho : B1 = B2

lxii
H1 : B1 B2

3. Berkaitan dengan interaksi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan motivasi belajar siswa interaksi AxB


Ho : artinya interaksi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi

belajar siswa tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar

akuntansi siswa kelas X SMK N 1 Jambi


H1 : artinya interaksi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi

belajar siswa berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar akuntansi

siswa kelas X SMK N 1 Jambi


Ho : A x B = 0
H1 : A x B 0
Hipotesis dalam uji Tukey terdiri dari :
1. Kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
Ho : tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD terhadap hasil belajar akuntasni pada keompok siswa yang

memiliki motivasi belajar tinggi.


H1 : terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap hasil belajar akuntasni pada keompok siswa yang memiliki

motivasi belajar tinggi.


Ho : A1B1 = A2B1
H1 : A1B1 A2B1

2. Kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah


Ho : tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD terhadap hasil belajar akuntasni pada keompok siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah.


H1 : terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap hasil belajar akuntasni pada keompok siswa yang memiliki

motivasi belajar rendah.


Ho : A1B2 = A2B2
H1 : A1B2 A2B2

lxiii
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang


Pendidikan. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI 2006

Arikunto. 1998. Pengertian Pengaturan Realibilitas. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta

Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar. Jakarta:


Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hartati, Sri. 1998. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata
Pelajaran IPA : Edukasi..

http://dinulislamjamilah.wordpress.com/2010/04/12/metode-pengumpulan-data/
diakses tanggal 07 februari 2012

http://eprints.undip.ac.id/17165/1/SNA11Mutamimah.pdf diakses tanggal 12


februari 2012

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17468/3/Chapter%20II.pdf
diakses tanggal 10 Februari 2012

http://jagalempe.blogspot.com/2012/02/pengertian-motivasi-belajar.html diakses
tanggal 07 februari 2012

http://www.bloggermajalengka.com/2011/09/pengertian-belajar-dan-

pembelajaran.html diakses tanggal 13 januari 2012

http://www.pustakaskripsi.com/analisis-metode-pembelajaran-kooperatif-tipe-
stad-dan-pengaruhnya-terhadap-upaya-peningkatan-hasil belajar
-akuntansi- dalam-pokok-bahasan-pencatatan-transaksi-

lxiv
perusahaan-dagang-mata-pelajaran-akuntansi-3136.html diakses
tangal 07 november 2011

http://www.scribd.com/doc/33398692/5/Pengertian-Motivasi-Belajar diakses
tanggal 01februari 2012

Ibrahim, Nurdin. September 2001. Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka
Tanjung Sari Sumedang Jawa Barat. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. Tahun ke 7- No. 031: 485-

Kauchak, P Donald. 1998. Learning and Teaching : Riset and Based Method.
Amerika Serikat Aviacom Company.

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung:Remaja Rosdakarya

Moechtar. 1991. Dasar-Dasar Akuntansi. Surabaya: Institut Dagang Muchtar

Nasir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nursasmito, Irfan. Zaki Baridwan. 1984. Intermediate Accounting. Yogyakarta:


BPFE

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sagala, saiful. 2006.Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta .

Siagian, Sondang. 2004.Teori motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice.


Boston: Allyn and Bacon.
Soedijarto. 1997. Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu. Jakarta:Balai
Pustaka

Sudirman, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

lxv
Sudjana, N. 1990. Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung:Sinar Baru

Sugiyono. 2007. Pengertian Teknik Sampling. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono.2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Tohir, M. Pengaruh PenerapanPendekatan Kontekstual dan Motivasi Belajar


Terhadap Hasil Belajar Menulis Surat Siswa SMP N 22 Kota
Jambi. Tidak dipublikasikan

Wallace, Waler. 1990. Metoda Logika Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

lxvi

Anda mungkin juga menyukai