Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan
mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi
suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sistem Pembayaran
merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu
pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut
sangat beragam, mulai dari penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada
penggunaan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga berikut aturan
mainnya. Kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di
Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang
Bank Indonesia.

Dalam menjalankan mandat tersebut, Bank Indonesia mengacu pada empat prinsip
kebijakan sistem pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan
perlindungan konsumen.

Aman berarti segala risiko dalam sistem pembayaran seperti risiko likuiditas, risiko
kredit, risiko fraud harus dapat dikelola dan dimitigasi dengan baik oleh setiap
penyelenggaraan sistem pembayaran.

Prinsip efisiensi menekankan bahwa penyelanggaran sistem pembayaran harus dapat


digunakan secara luas sehingga biaya yang ditanggung masyarakat akan lebih murah
karena meningkatnya skala ekonomi.

Kemudian prinsip kesetaraan akses yang mengandung arti bahwa Bank Indonesia
tidak menginginkan adanya praktik monopoli pada penyelenggaraan suatu sistem
yang dapat menghambat pemain lain untuk masuk.

Terakhir adalah kewajiban seluruh penyelenggara sistem pembayaran untuk


memperhatikan aspek-aspek perlindungan konsumen.

Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang,
kelancaran sistem pembayaran diejawantahkan dengan terjaganya jumlah uang tunai
yang beredar di masyarakat dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut
clean money policy.

1
Secara garis besar Sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu Sistem
pembayaran tunai dan Sistem pembayaran non-tunai. Perbedaan mendasar dari kedua
jenis sistem pembayaran tersebut terletak pada instrumen yang digunakan. Pada
sistem pembayaran tunai instrumen yang digunakan berupa uang kartal, yaitu uang
dalam bentuk fisik uang kertas dan uang logam, sedangkan pada sistem pembayaran
non-tunai instrumen yang digunakan berupa Alat pembayaran menggunakan kartu
(APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota Debit, maupun uang elektronik.

Uang kertas dan uang logam terdiri dari beberapa pecahan dengan masing-masing
tahun emisinya sebagai berikut: Pecahan uang kertas dan uang logam beserta gambar

1.2. Rumusan Masalah


a. Alat pembayaran non tunai
b. Manfaat/Dampak dari sistem pembayarn non tunai
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebank Sentralan
b. Sebagai media pembelajaran mahasiswa
1.4. Manfaat penulisan
Adapun Manfaat penulisan ini adalah agar dapat mengetahui, paham, dan
menganalisis bagaimana permasalahan politik dumping dan premi.

2
BAB II
Pembahasan
2.1. Manfaat Pembayaran non Tunai

a) Menghemat Pengeluaran Negara

Transaksi tunai merupakan salah satu faktor pendukung tidak efektinya pengeluaran
negara. Yura Djalins, Kepala Divisi Kebijakan dan Pengembangan Sistem
Pembayaran BI mengungkapkan bahwa Bank Indonesia (BI) harus mengeluarkan
dana sebesar Rp 3 triliun/tahun untuk mengelola uang tunai mulai dari mencetak,
menyimpan, mendistribusikan, dan memusnahkan uang. Selain itu, transaksi
menggunakan uang tunai juga dihindari oleh perbankan di Indonesia karena biayanya
yang mahal. Transaksi menggunakan uang tunai memerlukan biaya tambahan untuk
penghitungan, pengamanan dan pencatatannya. Hal ini berdampak pada
pembengkakan biaya operational perbankan sehingga bank harus menaikkan bunga
kredit untuk menambah pemasukannya. Jika kita menggunakan transaksi non tunai
untuk segala pembayaran, tentunya kita akan turut membantu menghemat
pengeluaran negara.

b) Transaksi Tunai yang Merepotkan

Jika bertransaksi tunai, sebagai pedagang atau penyedia layanan harus menyiapkan
uang kembalian yang cukup. Bayangkan, dalam sehari saja Jasa Marga harus
menyediakan uang 2M untuk uang kembalian. Untuk menyiapkan uang kembalian
ini, juga memakan waktu sehingga membuat transaksi berjalan lama. Tidak hanya itu
saja, sebagai pembeli kita juga harus menyiapkan uang pas jika tidak mau ribet.
Belum lagi jika kita ingin membeli barang yang harganya relatif mahal, kita harus
menyiapkan uang tunai yang jumlahnya tidak sedikit. Tambah ribet lagi kan.
Sedangkan membawa uang tunai dengan jumlah besar tidaklah aman dan rawan
tindakan kriminalitas. Namun jika kita menggunakan transaksi non tunai, kita tidak
perlu menyiapkan uang pas dan pedagang atau penyedia layanan pun tidak perlu
menyiapkan kembalian karena transaksi langsung memotong nominal di dalam
chip/server/atm.Transaksi non tunai lebih praktis dan aman karena pembeli tidak
perlu membawa uang cash sekalipun harga barang yang dibeli relatif mahal.
Maksimum transaksi berbeda tiap bank. Namun rata-rata jumlah nominal maksimum
adalah 1-5 juta/transaksi dan 20juta tiap bulannya.

3
Selain itu transaksi pembayaran non-tunai juga lebih cepat bila dibandingkan tunai
karena tidak perlu menunggu proses menghitung dan pemberian kembalian.

c) Mencegah Perederan Uang Palsu

Transaksi non tunai juga meminimalisir peredaran uang palsu karena tidak
menggunakan uang cash yang mudah dipalsukan atau dilipatgandakan. Jika semakin
banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan transaksi non-tunai, tentunya akan
memberi angin segar kepada pedagang karena tidak perlu khawatir lagi menerima
pembayaran menggunakan uang palsu.

d) Transaksi Tunai Rawan Salah Hitung

Transaksi menggunakan uang tunai rawan terjadi salah hitung. Hal ini berkaiatan
dengan kelemahan manusia yang ceroboh dan tidak teliti. Apalagi jika transaksi
melibatkan uang tunai dalam jumlah yang besar. Penerima uang cenderung terburu-
buru dalam menghitungnya sehingga ada kemungkinan salah dalam penghitungan.

e) Meminimalisir Korupsi

Transaksi yang dilakukan secara lengkap dan transparan ini tentu saja mengurangi
praktek manipulasi dan korupsi. Pihak yang berwenang bisa bekerja sama dengan
bank apabila mencurigai adanya transaksi ilegal atau aliran dana hasil korupsi karena
data pengirim dan penerima serta nominalnya terekam jelas di bank.

f) Lemahnya Pencatatan Transaksi Tunai

Selain itu, dengan pembayaran tunai tidak ada pencatatan transaksi atau pencatatan
dilakukan secara manual. Pencatatan manual membutuhkan waktu yang lebih lama
dari pada pencatatan atau rekam transaksi yang dilakukan bank. Tidak adanya
pencatatan ini memberi efek yang cukup besar yaitu tidak akuratnya perencanaan
keuangan dan yang lebih parah membuka peluang transaksi yang tidak transparan
seperti korupsi atau penyuapan.Berbeda jika kita menggunakan transaksi non tunai,
pencatatan dilakukan secara otomatis saat transaksi. Sehingga tidak perlu ada
pencatatan lagi secara manual. Pencatatan dilakukan secara lengkap sehingga
perencanaan keuangan lebih akurat. Dengan adanya pencatatan yang lengkap dan
akurat, semua data transaksi terekam di database bank sehingga semua transaksi
dilakukan secara transparan.

4
2.2. Alat Pembayaran Non Tunai

Jenis-jenis Pembayaran Nontunai

a. Berbasis warkat (paper based)


b. Berbasis kartu (card based) dan elektronik (electronic based).

Warkat adalah surat berharga yang dikeluakan oleh suatu bank sebagai instrumen
penarikan dana nasabah yang memiliki fasilitas Rekening Giro/Rekening Koran.

Instrumen berbasis warkat yang umum digunakan perbankan antara lain:

1. Cek

Cek adalah surat perintah pembayaran tidak bersyarat untuk membayarkan sejumlah
uang yang tertulis pada cek kepada orang yang namanya tertera pada cek.

Ciri-ciri Umum Cek:

a. Tidak dapat dibatalkan.


b. Dapat dibayar secara tunai dan pemindahbukuan.
c. Pencairan dana dapat dilakukan dalam tenggang waktu 70 hari sebelum dan
sesudah tanggal penarikan.
d. Dapat dipindahtangankan dengan cara endorsemen.

Jenis-jenis Cek

a. Cek atas unjuk/pembawa, merupakan cek yang dibayarkan kepada orang yang
menunjukkan/membawa cek tersebut.
b. Cek atas nama, merupakan cek yang dibayarkan kepada orang yang namanya
tertera pada cek tersebut.

Ciri-ciri Cek atas unjuk:

a. Item bayarlah kepada (nama dan nomor rekening) dikosongkan.


b. Item pembawa tidak dicoret.

Ciri-ciri Cek atas nama:

a. Item bayarlah kepada diisi dengan nama perorangan/perusahaan atau nomor


rekening.
b. Item pembawa dicoret.

5
2. Bilyet Giro

Bilyet Giro adalah surat perintah pembayaran bersyarat kepada bank penerbit agar
memindahbukukan sejumlah dana kepada pihak penerima yang nama dan nomor
rekeningnya disebutkan, pada bank penerima dana.

Jenis-jenis Bilyet Giro

Bilyet giro ditinjau dari jenisnya ada 2, yaitu:

a. Bilyet Giro untuk setoran atau tarikan kliring

Bilyet giro jenis ini mempunyai ciri-ciri bahwa bank penerbit dengan bank penerima
dana berbeda, tetapi berada dalam satu kota (satu wilayah kliring).

b. Bilyet Giro untuk inkaso keluar atau inkaso masuk

Pengertian Inkaso adalah suatu layanan perbankan dalam jasa penagihan yang
dilakukan oleh cabang pembayar (cabang bank di mana nasabah mengajukan
permohonan inkaso) kepada pihak yang tertagih melalui cabang bank tertagih
(cabang bank di mana dana nasabah ditarik) yang berada di luar wilayah kliring.

Ciri-ciri Bilyet Giro

a. Dapat dibatalkan oleh tertarik setelah lewat waktu 70 hari dari tanggal efektif;

b. Tidak dapat diambil secara tunai, melainkan hanya dapat dipindahbukuan ke


rekening penerima.

c. Tidak dapat dipindahtangankan dengan endorsemen.

3. Nota Kredit

Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk membayar sejumlah dana pada
bank lain atau nasabah yang menerima warkat tersebut.

Nota Kredit merupakan dokumen yang dihantar untuk mengurangkan hutang


pembeli.

6
Dokumen ini akan dihantar apabila pembeli memulangkan bekas kosong, pembeli
memulangkan barang kerana rosak atau silap jenama dan jika ada kesilapan dalam
pengiraan invois.

Nota Kredit disediakan oleh penjual dan dihantar kepada pembeli.

Penjual menyimpan dokumen salinan dan pembeli menyimpan dokumen asal.

4. Nota Debit

Nota Debit adalah warkat yang dipergunakan untuk menagih sejumlah dana pada
bank lain untuk dimasukkan ke rekening nasabah bank yang menyampaikan warkat
tersebut.

Instrumen pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan elektronik

1. Kartu Kredit

kartu yang dikeluarkan oleh pihak bank dan sejenisnya untuk memungkinkan
pembawanya membeli barang-barang yang dibutuhkannya secara hutang.

berikut karakteristik antara lain :

Logo Bank. Tampilan kartu kredit yang pertama yang ada di bagian depan kartu
adalah logo bank yang mengeluarkan kartu kredit tersebut.

Nomor Kartu Kredit. Setiap kartu kredit akan dilengkapi dengan nomor kartu kredit
yang unik dan pastinya berbeda dengan kartu kredit lainnya. Untuk nomor kartu
kredit di Indonesia akan berjumlah 16 digit yang akan terbagi dalam 4 kelompok
dengan jarak yang sengaja direnggangkan. Biasanya 4 digit pada nomor kartu kredit
itu menandakan jenis kartu dan bank yang menerbitkannya.

Nama Pemilik Kartu Kredit. Semua jenis kartu kredit akan tercetak nama pemilik
kartu kredit, namun untuk cetak nama pada kartu kredit ini harus mendapat
persetujuan dari nasabah kartu kredit tersebut.

Masa Berlaku Kartu Kredit. Semua jenis kartu kredit yang diterbitkan pasti akan
memiliki masa berlakunya. Rata-rata masa berlaku kartu kredit ini sekitar 3 tahun,
namun itu tergantung dari kebijakan dari bank yang mengeluarkan kartu kredit
tersebut.

7
Logo Perusahaan Pembayaran Internasional. Kartu kredit akan dilengkapi dengan
logo perusahaan-perusahaan pembayaran internasional.

Chip Kartu Kredit. Chip merupakan alat pengaman kartu kredit. Untuk saat ini semua
jenis kartu kredit yang dikeluarkan di Indonesia diwajibkan untuk memiliki chip
sebagai pengamanan kartu kredit.

2. Kartu ATM/Debit

ATM merukan alat elektronik yang diberikan oleh bank yang kepada pemilik
rekening yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara elektronis seperti mengecek
saldo, mentransfer uang dan juga mengambil uang dari mesin ATM tanpa perlu
dilayani seorang teller.

3. Kartu Prabayar

kartu prabayar adalah kartu prabayar memungkinkan Anda untuk melakukan


pembelian tanpa uang tunai atau cek. Tidak seperti kartu kredit, Anda tidak dapat
berhutang dengan kartu prabayar, dan tidak seperti kartu debit, kartu prabayar tidak
terkait dengan rekening bank. Kartu prabayar memiliki saldo nol sampai Anda
menambah uang ke dalamnya.

4. Kartu Isi Ulang

Kartu Isi Ulang adalah jenis kartu pra bayar yang paling umum di Indonesia dan
memungkinkan Anda untuk menambah dana setelah pembelian awal Anda.

8
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

9
Daftar pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pembayaran

http://sucidwdmynt.blogspot.co.id/2016/05/jenis-jenis-alat-pembayaran-non-
tunai_1.html

http://www.kompasiana.com/niaayua/transaksi-non-tunai-tak-ada-ruginya-banyak-
manfaatnya_557912c0a623bdc251175738

10

Anda mungkin juga menyukai