PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO melaporkan bahwa sejak pertengahan 1995, jumlah komulatif penderita
AIDS sebanyak 20 juta. 18,5 juta orang dewasa dengan separuhnya adalah kaum
wanita, dan 1,5 juta adalah anak-anak. 50% dari penderita AIDS adalah kaum
remaja /kaum muda dalam kelompok berusia 15-24 tahun.
Sejak 1 Januari 1996 WHO melaporkan jumlah penderita AIDS sebanyak 41 juta
HIV/AIDS didunia. Dengan 35,4 juta remaja dan dewasa, 15,5 jutawanita, dan 5,6
juta anak-anak. Sedangkan untuk tahun 2000 ini WHO memperkirakan jumlah
HIV akan mencapai 30-40 juta dan jumlah AIDS 12-18 juta.
Pendemi HIV/AIDS regonal asia tenggara pada tahun 1994 secara komulatif
ditemukan 3745 AIDS, sedangkan sudah diperkirakan lebih dari 2 jura dari 11
negara termasuk Indonesia, dan jumlah tersebut akan menjadi 3,5 juta ditahun
1995
Kasus HIV/AIDS di Dunia semakin meningkat, baik akibat seks bebas baik
dikalangan heteroseksual atau homoseksual, akibat penyalahgunaan Napza
khususnya Napza suntik, Ibu rumahtangga. Dengan semakin banyaknya pengidap
HIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), maka akan semakin banyak pula
informasi yang dibutuhkan bagi mereka agar dapat menjalani kehidupan sehari-
hari dapat lebih baik.
Lebih dari 60 juta orang dalam 20 tahun terakhir terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Dari jumlah itu, 20 juta orang meninggal karena
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Tahun 2001, UNAIDS (United
Nations Joint Program on HIV/AIDS) memperkirakan, jumlah Orang Hidup
Dengan HIV/AIDS (ODHA) 40 juta,
Untuk mengetahui penyakit akibat AIDS, penduduk dunia membutuhkan waktu
lama sekali. Tahun 1926, beberapa ilmuwan menganggap, HIV menyebar dari
monyet ke manusia sekitar tahun 1926-1946. HIV merupakan bagian dari
kelompok virus yang disebut Lentivirus yang banyak ditemukan pada primata
nonmanusia. Secara kolektif, Lentivirus diketahui sebagai virus monyet yang
dikenal dengan nama Simian Immunodeficiency Virus (SIV).
Februari 1999, peneliti dari University of Alabama di Amerika Serikat (AS) meneliti
jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus SIV
yang nyaris sama dengan HIV-1. Simpanse itu berasal dari sub-kelompok simpanse
yang disebut pan troglodyte yang terdapat di Afrika Tengah BaratTahun 1982, para
ilmuwan menemukan sindrom yang dikenal sebagai GayRelated Immune
Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan
kaum gay. Dari situ mulai jelas bahwa penurunan daya tahan tubuh disebabkan
unsur yang menular, kemungkinan virus yang menyebar melalui darah. GRID juga
mempengaruhi wanita dan pria pengguna narkotika yang heteroseksual.
Tahun 1983, dokter di Institut Pasteur Prancis memisahkan virus baru penyebab
AIDS. Virus itu terkait dengan limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-
LAV).
Tahun 1984, Pemerintah AS mengumumkan bahwa Dr Robert Gallo dari National
Cancer Institute (NCI) memisahkan retrovirus penyebab AIDS dan diberi nama
HTLV 111. Tahun 1986, suatu panitia internasional menyatakan bahwa virus LAV
dan HTLV-III adalah sama sehingga nama virus itu diganti menjadi HIV.
HIV Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987. Seorang
wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali.
Penyebaran Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir tahun 1987,
ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap
AIDS. Sejak 1987 hingga Desember 2001, dari 671 pengidap AIDS, sebanyak 280
orang meninggal.
Jumlah HIV/AIDS di Indonesia sampai akhir 1996, terdapat 449 kasus dengan
341 HIV dan 108 AIDS, terdapat di 16 propensi di Indonesia. Wanita yang terkena
sebanyak 122 orang, WNI sebanyak 304 orang, Heteroseksual 276 orang, homoseks
dan biseks 84 orang, drag user 4 orang, perinatal 1 dan 80 tidak diketahui cara
tranmisinya. Menurut golongan umur, diindonesia ternyata yang paling banyak
terserang AIDS adalah usia 20-29 tahun yaitu 120 orang, bayi yang berumur kurang
dario 1 tahun dan 50 orang belum diketahui umurnya.
Rate kasus Aids secara nasional sampai dengan 30 September adalah per 8,15 per
100 ribu penduduk (dengan berdasarkan data BPS penduduk Indonesia sebesar
227.132.350 jiwa) dengan
Kasus Aids tertinggi terdapat di provinsi Papua (17,9 kali angka nasional), Bali (5,3
kali angka nasional), DKI Jakarta (3,8 kali angka nasional), Kep. Riau (3,4 kali
angka nasional), Kalimantan Barat (2,2 kali angka nasional), Maluku (1,8 kali angka
nasional), Papua Barat (1,3 kali angka nasional), Kep. Bangka Belitung (1,4 kali
angka nasional), Riau (1,0 kali angka nasional), DI Yogyakarta dan Sulawesi Utara
(1,0 kali angka nasional) DI Yogyarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Utara
(1,0 kali angka nasional) [data dari BPS dan P2PL].
Data dari DepartemenKesehatanRepublik Indonesia hinggaJuni 2012
melaporkanbahwajumlah orang yang terinfeksi HIV dariJanuarisampaiJuni 2012
adalah 9.883 orang, sedangkanjumlah AIDS adalah 2.224 orang.
Kasuskematianpadatahun 2012 karena HIV/AIDS dilaporkan 5623 orang. Di
sisilain, data dari KAP (Key Affected Population), menunjukkanbahwalaki-laki
yang berhubunganseksdenganlaki-laki (LSL) yang terinfeksi HIV/AIDS
meningkatmenjadi 13% padatahun 2008. Departemenkesehatantahun 2008
menyebutkan, darikumulatif 15.210 penderita HIV/AIDS 54% adalahremaja. Hal
serupaterjadi di Malang dimanaprevalensi HIV/AIDS sangatsignifikan. Data IBBS
2007, menyatakanbahwaprevalensi HIV/AIDS padakomunitas LSL sebesar
5,6%. Selainitu, prevalensiSifilissebesar 4%, prevalensiGonoredubursebesar 14,9%,
danprevalensi Chlamydia rektal 21,3%. (Dampak Self Stigma
terhadapPerilakuBeresikoPenularan HIV/AIDS pada GWL Muda di Malang,
Indonesia, 2013)
Didaapatkan pada salah satu Puskesmas wilayah tangerang selatan yang
menyediakan layanan VCT bahwa jumlah Homoseksual khususnya LSL
(LakiSeksdenganLaki-laki) mengalamipeningkatan. Dari Bulan Januari-Mei 2015
sudah terjaring 30 orang LSL yang positif HIV. LSL tersebut memiliki variasi
pekerjaan dan berdasarkan KTP di ketahui tidak hanya berasal dari wilayah
tangerang itu sendiri.
B. Masalah
1. Apa definisi Virus
2. Apa definisi HIV AIDS
3. Apa itu LSL
4. Apa penyebab HIV meningkat dikalangan LSL
C. Tujuan
1. Diketahuinya definisi virus
2. Diketahuinya definisi HIV AIDS
3. Diketahuinya definsi LSL
4. Diketahuimya Penyebab peningkatan HIV dikomunitas LSL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian VIRUS
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular
untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam
nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi
semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein atau
kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam
daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariotia(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilahbakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota(bakteridan organisme lain yang tidak berinti sel).Virus sering
diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan
fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena
karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik
pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu
burung), atau tanaman (misalnya virus mozaik tembakau/TMV).
Struktur Virus
D. Penularan HIV
HIV hidup disemua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh
tertentu, yaitu:
1. Darah
2. Air Mani
3. Cairan vagina
4. Air susu Ibu (ASI)
Selain itu, AIDS dapat menular dengan cara sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV
2. Transfusi darah yang mengandung virus HIV
3. Melalui alat suntik, akupuntur, tato, dan alat tindik yang sudah di pakai orang
yang mengidap virus AIDS
4. Hubungan pranatal, yaitu pemindahan virus dari ibu hamil yang mengidap
virus AIDS kepada janin yang dikandungnya.
3. Fase Ketiga
Mulai muncul gejala-gejala penyakit terkait dengan HIV seperti,
a. Keringat dingin berlebihan pada waktu malam
b. Diare terus menerus
c. Perkembangan kelenjar getah bening
d. Flu tidak sembuh-sembuh
e. Nafsu makan berkurang
f. Berat badan terus menurun , yaitu 100% dari berat badan awal waktu 1 bulan
4. Fase Keempat
Pada fase ini kekebalan tubuh berkurang dan timbul penyakit tertentu yang
disebut infeksi oportunistik sepeti:
a. Kanker kulit yang disebut dengan sarcoma kaporsi
b. Infeksi paru-paru (TBC)
c. Infeksi usus yang menyebabkan diare terus-menerus
d. Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, sakit kepala, dan sariawan.
e. Penurunan berat badan lebih dari 100%
Fase ketiga dan keempat disebut dengan fase AIDS
G. Gejala-Gejala AIDS
Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV, maka virus tersebut akan hidup
dalam tubuhnya, tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit namun
terlihat betapa sehat, aktif, produktif seperti biasa. Karena gejala-gejala AIDS
tampak setelah + 3 bulan. Adapun gejala-gejala AIDS itu sendiri adalah :
1. Berat badan turun dengan drastis.
2. Demam yang berkepanjangan(lebih dari 38 0C)
3. Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa
sebab.
4. Mencret atau diare yang berkepanjangan.
5. Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau KAPOSI
SARKOM).
6. Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
7. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
Semua itu adalah gejala-gejala yang dapat kita lihat pada penderita AIDS, yang lama-
kelamaan akan berakhir dengan kematian.
J. Pengobatan HIV/AIDS
AIDS tidak ada obatnya! Ini salah! Saat ini sudah ada obat yang dapat menekan
jumlah HIV, virus penyebab aids,di tubuh kita. Dengan penggunaan obat ini,
diharapkan jumlah virus HIV akan sangat berkurang di dalam tubuh kita. Supaya
obat itu dapat bekerja secara aktif, kita harus memakai sedikitnya kombinasi tiga
obat sekaligus. Kombinasi obat ini dikenal sebagai terapi antiretroviral atau ART.
Apabila seseorang sudang menggunakan ART , maka orang tersebut harus
menggunakan ART terus menerus seumur hidup agar tetap aktif. ART tidak dapat
memberantas HIV dari seluruh tubuh kita, jadi tidak dapat menyembuhkan dari
infeksi HIV.
1. Terapi Itu bekerja
Awal mengapa pria dapat berubah haluan menjadi LSL, ternyata ada lebih
dari satu alasan. Bailey et al (dalam Crookss & Baur, 2006) mengemukakan
beberapa sudut pandang mengenai mengapa seseorang menjadi homoseksual.
Pertama, dari sudut pandang genetis. Ada yang mengatakan bahwa seorang gay
memiliki faktor biologis, seperti hormon, yang mendukung dirinya
memilikiketertarikanseksualterhadapsesamalelaki.
Para tokoh yang memiliki sudut pandang psikoanalisis atau dapat disebut kaum
Freudian, menyetujui bahwa bayi adalah Polymorphus Perverse, yaitu arah dari
seksualitas bayi sama sekali tidak memiliki perbedaan baik laki-laki ataupun
perempuan. Bayi mengarahkan seksualitasnya menuju objek yang 'pantas' dan
dianggap 'tidak pantas'. Misalnya bagi bayi laki-laki, secara tidak sadar, bayi
tersebut mengarahkan seksualitasnya menuju objek seperti lubang kunci, gelas,
dan benda-benda lain yang secara simbolis melambangkan seksualitas
perempuan. Apabila terjadi kesalahan dalam mengarahkan seksualitasnya, maka
ada kemungkinan bahwa homoseksualitas akan terjadi.
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) merupakan
survei berbasis populasi yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics
bagian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang dirancang
untuk mengumpulkan informasi mengenai kesehatan dan gizi rumah tangga
penduduk AS. Survei ini tidak termasuk penghuni penjara, tempat penampungan
tunawisma, fasilitas perawatan jangka panjang, dll. NHANES mencakup jumlah
peserta yang banyak, yang mengombinasikan wawancara dan uji fisik, dan telah
dilakukan setiap tahun sejak tahun 1970, dan memberikan gambaran kesehatan
masyarakat AS dari waktu ke waktu.
Dalam analisis ini, peneliti CDC bertujuan untuk menggambarkan
karakteristik demografis dan perilaku dan prevalensi HIV dan HSV-2 yang
biasanya menyebabkan herpes kelamin di antara laki-laki yang berhubungan
seks dengan laki-laki (LSL); namun mereka mengidentifikasikan diri mereka
sendiri.
Sebagai bagian dari survei NHANES selama 2001-2006, 4.319 orang berusia 18-
59 tahun diwawancarai tentang perilaku seksual mereka dengan menggunakan
pelaporan diri dengan dibantu oleh komputer, dan diuji untuk antibodi terhadap
HIV dan HSV-2.
Dari 4.319 orang yang diwawancarai, 5,2% melaporkan pernah
berhubungan seks dengan pria lain.
LSL memiliki kemungkinan dua kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki
yang berhubungan seks dengan perempuan untuk melakukan hubungan seks
sebelum berusia 15 tahun (31,9% vs 17,3%, masing-masing). LSL juga secara
bermakna lebih mungkin dibandingkan pria heteroseksual untuk memiliki lebih
dari 10 pasangan dalam seumur hidup (73,6% vs 40,8, masing-masing).
Prevalensi HIV di antara MSM adalah 9,1%. Prevalensi HSV-2 dalam kelompok
ini adalah 18,4%.Hanya 44,5% dari LSL melaporkan orientasi seksual mereka
sebagai LSL atau homoseksual.LSL melaporkan memiliki pasangan seksual
seumur hidup yang lebih banyak dan memiliki prevalensi HIV lebih tinggi (16,5%)
dibandingkan LSL yang diidentifikasi sebagai biseksual atau heteroseksual saja.
Berdasarkan temuan ini, para peneliti menyimpulkan, Dalam sampel
berdasarkan populasi dari laki-laki di Amerika Serikat, perilaku hubungan seks
dengan sesama jenis dan orientasi homoseksual merupakan penanda yang kuat
untuk risiko yang tinggi untuk infeksi HIV.
Mengingat sebagian besar LSL tidak menggambarkan diri mereka sebagai gay
atau homoseksual, studi ini menunjukkan bahwa HIV dan pencegahan penyakit
menular seksual dan kampanye pengujian harus menargetkan orang yang tidak
mengidentifikasi dengan atau bersosialisasi dalam komunitas LSL, di samping
yang berfokus pada LSL. Laki-laki biseksual mungkin dapat diidentifikasi sebagai
LSL dan juga mungkin memerlukan penjangkauan.
Bahkan wilayah tangerang terdapat puskesmas yang menyediakan layanan
VCT bahwa jumlah Homoseksual khususnya LSL (Laki Seks dengan Laki-laki)
mengalami peningkatan. Dari Bulan Januari-Mei 2015 sudah terjaring 30 orang
LSL yang positif HIV.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Peningkatan kasus HIV AIDS dikalangan kaum LSL kian meningkat, hal
tersebut tentu saja menyebabkan suatu masalah kesehatan masyarakat khususnya
masyarakat Indonesia. Tidak semua orang mampu membedakan Laki laki
berperilaku seksual normal dengan Laki laki yang memiliki perilaku LSL. Perilaku
seksual tidak normal ini tidak bisa dinilai damari penampilan atau diukur dari sudut
pandang pendidikan, maupun agama. Karena pada kenyataannya laki laki yang
memiliki perilaku LSL berasal dari beragam sisi.
Masalah kesehatan masyarakat bila dihubungkan dengan perilaku LSL yang
semakin meningkat disebabkan para LSL ini juga mampu menularkan dan
menyebarkan luaskan virus HIV. Hal tersebut dikarenakan:
(a) Hubungan intim tanpa kondom dengan Wanita Pekerja Seksual (WPS ) langsung
(WPS di lokasi pelacuran) dan WPS tidak langsung (anak sekolah, ABG, ayam
kampus, pemijar, cewek pub, cewek disko, cewek karaoke, cewek panggilan, cewek
gratifikasi dak seks, dll.).
(b) Hubungan tanpa kondom dengan waria
(c) Hubungan intim tanpa kondom dengan laki-laki
(d) Hampir para LSL memiliki multipartner
(e) Sebagian LSL berperilaku heteroseksual
(f) Mobilitas mereka cukup tinggi, Dan di manapun mereka berada, aktivitas seksual
selaluterjadi.
(g)Kebiasaan untuk mengkonsumsi minuman keras sebelum dan saat melakukan
hubungan seksual, membuat mereka tidak mampu mengontrol diri, sehingga perilaku
seksual yang mereka lakukan berisiko terhadap penularan IMS dan HIV
(h) Kebiasaan mereka untuk mengobati sendiri apabila terkena IMS, namun masih
tetap melakukan hubungan seksual yang berisiko, sehingga terbuka bagi penularan
IMS dan HIV.
Seperti dikatakan sebelumnya bahwa kaum LSL sebagian besar multipartner bahkan
ada pula yang biseks. Para LSL yang memiiliki multipartner perlu mendapat perhatian
, karena para LSL tersebut tidak mengetahui apakah pasangan seksualnya sudah
terinfeksi HIV atau belum. Terlebih lagi apabila LSL tersebut memiliki pasangan
perempuan , misalnya Istri lalu LSL tersebut berhubungan intim dengan istrinya,
maka istrinya juga tertular, dan apabila istrinya hamil maka si bayi nya pun bs
tertular. Sehingga itu dapat memperluas penyebaran kasus HIV.
Untuk itu penting kiranya pemutusan rantai penularan HIV sehingga
kesehatan masyarakat terkait hal ini dapat meningkat. Cara untuk memutus rantai
penularan antara lain ;
Bagi yang beresiko tertular HIV selayaknya wajib melakukan pemeriksaan
atau mendatangi klinik VCT, dan wajib pula melindungi pasangannya dari
penularan.
Pendampingan komitmen menjadi hal penting karena kesulitan penanganan
ODHA adalah jangkauan sulit yang cenderung menghilang karena stigma.
Komitmen memaatuhi pengobatan , tidak menyembunyikan statusnya pada
kondisi yang disepakati dan tidak beraterilaku asusila yang menjadi sumber
penularan yang memperberat kondisinya serta berperan membantu memutus
rantai penularan.
Seorang istri yang curiga suaminya terinfeksi HIV dapat mengajukan
pemeriksaan HIV untuk mengetahui status suami dan dirinya dengan tetap
menjaga kerahasiaan.
Melakukan upaya pencegahan HIV , pada anak sekolah, remaja dan
masyarakat umum diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi.
Melakukan upaya Penanggulangan HIV duselenggarakan oleh pemerintah,
masyarakat dan LSM.
Penyediaan layanan bagi ODHA secra holistik, komprehensif, dan integratif
Hal ini dapat berjalan dengan baik, apabila ada kerjasama dari individu terkait,
limgkungan keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat dan intansi terkait.
BAB IV
A. Kesimpulan
Dalam analisis ini, peneliti CDC bertujuan untuk menggambarkan karakteristik
demografis dan perilaku dan prevalensi HIV dan HSV-2 yang biasanya
menyebabkan herpes kelamin di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan
laki-laki (LSL)
Dari 4.319 orang yang diwawancarai, 5,2% melaporkan pernah
berhubungan seks dengan pria lain.
LSL memiliki kemungkinan dua kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki
yang berhubungan seks dengan perempuan untuk melakukan hubungan seks
sebelum berusia 15 tahun (31,9% vs 17,3%, masing-masing). LSL juga secara
bermakna lebih mungkin dibandingkan pria heteroseksual untuk memiliki lebih
dari 10 pasangan dalam seumur hidup (73,6% vs 40,8, masing-masing). Prevalensi
HIV di antara MSM adalah 9,1%. Prevalensi HSV-2 dalam kelompok ini adalah
18,4%.Hanya 44,5% dari LSL melaporkan orientasi seksual mereka sebagai LSL
atau homoseksual. LSL melaporkan memiliki pasangan seksual seumur hidup yang
lebih banyak dan memiliki prevalensi HIV lebih tinggi (16,5%) dibandingkan LSL
yang diidentifikasi sebagai biseksual atau heteroseksual saja
Data dari DepartemenKesehatanRepublik Indonesia hinggaJuni 2012
melaporkanbahwajumlah orang yang terinfeksi HIV dariJanuarisampaiJuni 2012
adalah 9.883 orang, sedangkanjumlah AIDS adalah 2.224 orang.
Kasuskematianpadatahun 2012 karena HIV/AIDS dilaporkan 5623 orang. Di
sisilain, data dari KAP (Key Affected Population), menunjukkanbahwalaki-laki
yang berhubunganseksdenganlaki-laki (LSL) yang terinfeksi HIV/AIDS
meningkatmenjadi 13% padatahun 2008. Departemenkesehatantahun 2008
menyebutkan, darikumulatif 15.210 penderita HIV/AIDS 54% adalahremaja. Hal
serupaterjadi di Malang dimanaprevalensi HIV/AIDS sangatsignifikan. Data IBBS
2007, menyatakanbahwaprevalensi HIV/AIDS padakomunitas LSL sebesar
5,6%. Selainitu, prevalensiSifilissebesar 4%, prevalensiGonoredubursebesar 14,9%,
danprevalensi Chlamydia rektal 21,3%. (Dampak Self Stigma
terhadapPerilakuBeresikoPenularan HIV/AIDS pada GWL Muda di Malang,
Indonesia, 2013).
Kalangan LSL sangat rentan terhadap virus HIV, Kelompok LSL terdiri dari
pria yang berpotensi melakukan hubungan seks beresiko tinggi menularkan HIV.
Hal tersebut diseabkan karena komunitas LSL mayoritas multipartner dan
Mobilitas mereka cukup tinggi di manapun mereka berada, aktivitas seksual selalu
terjadi. Dalam rangka mengurangi peningkatan prevalensi kasus HIV perlu kiranya
dilakukan usaha pemutusan rantai penularan seperti :
B. Saran
1. Individu
Diharapkan adanya kesadaran dari individu untuk deteksi dini HIV khusunya
bagi yang memiliki factor resiko
2. Masyarakat
Diharapakan adanya dukungan dari lingkungan masyarakat dalam memutus
perilaku LSL dan memutus penularan HIV khususnya bagi para tokoh agama
dan tokoh masyarakat
3. Pemerintah
Diharapkan dukungan baik secara moril dan spiritual bagi instansi terkait
guna memutus rantai penularan HIV
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization (WHO). 2010. The Department of Family and Community Health,
World Health Organization,