dari yang namanya Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK). Jika kita tidak menggunakan TIK dalam kehidupan sehari-hari maka kita akan diberi gelar orang yang Tertinggal Zaman oleh teman-teman kita sendiri. Apakah anda pernah mengalami hal ini? Dan pernahkah anda berpikir bagaimana jika di zaman ini tidak ada yang namanya TIK? Hm...Cukup dijawab di dalam hati masing- masing ya... Menggunakan TIK dengan benar, dapat menjadi orang yang CAKRA. Disini, CAKRA kepanjangan dari Cerdas, Aktif, Kreatif dan Rajin. Artinya TIK dapat menjadi media pendidikan/ pembelajaran dimana kita dapat melihat begitu mudahnya seorang pelajar mendapatkan informasi tentang pelajaran apapun yang ia inginkan dalam waktu kapan pun mereka ingin belajar. Dengan demikian, informasi yang diterima melalui TIK akan membuat seseorang cerdas dan aktif dalam belajar. Motivasi belajar yang tercipta akan membuat seseorang menjadi kreatif dan rajin. Jadi, sekaranag tergantung pelajarnya, apakah ingin menjadi anak yang CAKRA atau tidak. Teknologi informasi dan komunikasi dapat mempengaruhi kekuatan dan cara belajar pebelajar. Adapun manfaat diantaranya adalah memberikan pengalaman dalam kelancaran penggunaan digital (pengaturan keterlibatan, pengetahuan dan transfer ruang kelas ke dunia nyata); partisipasi komprehensif; pengalaman realistis; pengalaman belajar; hubungan sensorik; lingkungan digital dapat meningkatkan pendidikan dengan tiga cara yaitu persfektif, jarak belajar dan transfer ilmu. Penggunaan media sosial sebagai sarana belajar pebelajar dapat menjadi alternatif mengikuti perkembangan teknologi, misalnya dengan menggunakan twitter dan FB untuk meningkatkan proses belajar pebelajar. Selain itu, diharapkan pembelajaran melalui media sosial ini pebelajar dapat saling tukar informasi dan hubungan sosial antara pebelajar dan guru dapat terjalin dengan baik. Lingkungan belajar informal seperti televisi, radio, video games dan internet memberikan keterampilan kognitif bagi pebelajar. Masalah sosial yang sering muncul di masyarakat seperti kekerasan menjadi ancaman bila pebelajar tidak pandai menseleksi apa yang digunakannya. Tentu hal ini akan berdampak pada munculnya perilaku agresif, ketidakadilan gender dalam peluang pengembangan keterampilan visual spasi. Perlu adanya adaptasi dalam pendidikan formal dengan perubahan ini, melalui berkolaborasi dengan lingkungan belajar informal, sehingga diperoleh manfaat positif dari kekuatan kecerdasan visual spasi melalui keterampilan kognitif misalnya dari segi kosakata abstrak, kesadaran, refleksi, pemecahan masalah induktif, berpikir kritis, dan imajinasi. Siaran televisi dapat mempengaruhi sikap, pengetahuan dan gerak penontonnya. Siaran televisi mampu menghipnotis setiap penonton yang menikmati siaran tersebut. Penikmat mampu mempraktekkan apa yang didengar dan dilihat dari siaran televisi. Penonton mampu meniru dengan baik siaran yang ditontonnya. Tanpa disadari siaran yang identik dengan berita kriminal akan membentuk penontonnya untuk berjiwa kriminal. Siaran yang menampilkan tontonan yang sedih-sedih atau termehek-mehek akan membentuk karakter penontonnya yang melankolis. Tentu hal ini menjadi tantangan bagi penanggungjawab siaran televisi untuk menyajikan siaran yang menarik dan mendidik. Televisi edukasi (TVE) merupakan media belajar yang mendidik bagi pebelajar. Informasi yang disampaikan selain memberikan pemahaman kognitif, juga menumbuhkan sikap yang baik bagi pebelajar dalam motivasi belajar serta mendorong keinginan bagi sipebelajar untuk menerapkan apa yang dilihat dan di dengar di lingkunagn belajar khususnya sebagai siswa di sekolah. Melalui siaran bernuansa pendidikan yang mengedukasi dibarengi dengan penampilan gambar yang unik TVE dapat menjadi tontonan yang menarik dan mendidik. Hal ini akan membuka pemikiran positif penonton tentang topik yang dilihat dengan berpikir kritis. Sudah pasti media ini dapat menjadi sumber belajar yang menarik, dimana melalui kemasan audio visual yang ditampilkan akan memotivasi belajar penikmat yaitu penonton. Beberapa sekolah memiliki peraturan yang melarang siswa membawa hp, termasuk sekolah saya. Hal ini ditetapkan dan diberlakukan pasti melalui pertimbangan yang matang dengan melihat sisi negatif dan positifnya. Kemungkinan sisi negatif nya lebih banyak ditemukan dibandingkan yang positif, makanya peraturan ini ditetapkan dan diberlakukan. Namun untuk pelajaran tertentu, kami diperbolehkan membawa hp ketika belajar di sekolah dengan terlebih dahulu meminta izin dari guru piket atau menitip hp tersebut ke guru piket sehingga hp tidak disita atau ditahan karena melakukan pelanggaran di sekolah. Ketika belajar dengan guru yang mengizinkan membawa hp, maka hp dikeluarkan dan digunakan untuk belajar. Bila dihubungkan dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, tentu hal ini tidak mendukung sekali, hal ini akan membuat siswa ketinggalan informasi atau justru membatasi gerak siswa dalam memperoleh sumber belajar. Inilah dilema antara peraturan sekolah dan tuntutan kemajuan zaman. Mata pelajaran Biologi merupakan pembelajaran yang komplek. Terkadang informasi yang diperoleh melalui buku sangat terbatas, apalagi jenis buku biologi di sekolah sangat sedikit. Tentu hal ini memberikan kendala buat saya dan teman-teman dalam belajar. Maka, guru kami menginstruksikan untuk memanfaat media internet menggunakan hp untuk menjadi sumber belajar lain guna memperkaya kosakata memahami tema tertentu dalam pelajaran biologi. Selain itu, terkadang kami membutuhkan hp untuk belajar biologi misalnya kamera untuk mempublikasikan hasil belajar yang telah dilakukan, misalnya memvisualkan hasil belajar tentang sel. Akan lebih menarik bila fokus yang diperoleh menggunakan mikroskop cahaya di foto menggunakan kamera hp dibandingkan dengan menggambar sendiri hasil yang diperoleh tersebut. Disini sudah ada suasana belajar yang beda dan menarik yang tidak ditemukan dalam mata pelajaran lain. Tidak semua sumber di internet dapat dipercaya keakuratannya. Siswa juga diajarkan untuk bijak memilah-milah sumber belajar yang layak digunakan. Keingintahuan yang tidak didasari dengan pengetahuan yang benar justru akan menyesatkan penikmat sumber internet. Dengan demikian siswa diajarkan untuk teliti dan hati-hati mengutif sumber yang layak dijadikan acuan belajar. Hm...sudah tentu disini siswa diajarkan untuk memiliki sifat ilmiah dalam belajar. Secara sadar belajar akan lebih menarik jika dipadukan dengan media lain yang mendukung dalam belajar. Misalnya memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Penampilan yang menarik akan memotivasi keinginan untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai topik yang dibicarakan di kelas. Bagusnya manfaat TIK dalam pelajaran sehari-hari jangan sampai kita menyalahgunakan fungsi TIK. Dengan TIK kita bisa melakukan sesuatu dengan cepat, bukan berarti kita bisa meraih kesuksesan dengan instan, melainkan dengan kerja keras. Dan ingat! Secanggih-canggihnya zaman kita saat ini, pasti tetap kita membutuhkan yang namanya kertas. Begitu pula dengan kehidupan, meskipun kita dapat memenuhi semua apa yang kita inginkan pasti kita akan tetap membutuhkan orang lain. Mari sama-sama CAKRA bersama teknologi informatika dan komunikasi. Teruslah belajar dengan menggunkaan sumber belajar yang benar. Orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Dengan terus belajar kita akan menjadi pemilik masa depan. Pilihan ada ditangan kita, so... pilihlah yang tidak merusak masa depan... ;-) Sukses selalu ya teman sekalian. Salam DWI EKO HERDYANSYAH, SMA Negeri 7 Tanjung Jabung Timur Jambi.