Anda di halaman 1dari 18

Modul Pengelolaan Laboratorium

1. Kebijakan tentang pengelolaan Lab Ipa


1.1 Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
1. Memahami arti laboratorium
2. Mengetahui syarat menjadi tenaga laboratorium
3. Memahami apa saja yang diperlukan untuk mengelola laboratorium
4. Memahami pentingnya mengelola lab dengan baik
5. Mengaplikasikan teknik pengelolaan lab dengan benar
1.2 Pendahuluan
Laboratorium atau lebih sering disingkat dengan nama Lab,
merupakan salah satu tempat yang memiliki peran penting di sekolah. Siswa
mampu mengembangkan pemahamannya akan suatu teori yang didapatnya di
kelas akibat adanya kegiatan praktik di lab. Selain itu, keterampilannya dalam
menyiapkan berbagai alat dan bahan untuk keperluan praktikum juga terasah
dengan baik. Tidak hanya itu, kewaspadaan dan kehati-hatian selama
praktium pun lebih meningkat selama beraktivitas di laboratorium. Lab tidak
hanya membelajarkan siswa secara kognitif tapi mampu pula mengasah aspek
psikomotorik dan afektifnya.
Pentingnya arti laboratorium bagi pembelajaran, khususnya pada
pembelajaran bidang IPA membuatnya harus dikelola sedemikian rupa. Tidak
sembarang orang bisa mengoperasional laboratorium dengan tepat dan benar.
Dibutuhkan sosok pengelola lab yang cakap dan kompeten untuk mengelola
lab agar siap digunakan sebagai sarana belajar bagi siswanya. Apa saja yang
diperlukan untuk mengelola lab? Siapakah yang bisa mengelola lab?
Bagaimana cara mengelola lab? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pada
pembahasan selanjutnya akan disajikan penjelasan seputar laboratorium yakni
1) Arti laboratorium; 2) syarat menjadi tenaga laboratorium; dan 3) cara
pengelolaan laboratorium.
1.3 Materi
A. Mengenal Laboratorium
Secara sederhana laboratorium dapat diartikan sebagai sebuah tempat
yang digunakan untuk melakukan berbagai aktifitas ilmiah yang bertujuan
membuktikan suatu teori, menemukan teori baru dan melakukan simulasi
sebuah teori yang telah diterima kebenarannya. Semua kegiatan ilmiah
tersebut kebanyakan dilakukan didalam sebuah ruangan yang luasnya kurang
lebih 100 m2 dan dipenuhi berbagai alat-alat dan bahan-bahan khas
laboratorium. Namun, apakah semua laboratorium berada didalam sebuah
ruang tertutup seperti itu? Jawabannya tentu tidak, laboratorium ada pula
yang berada pada ruangan terbuka seperti kebun biologi yang ada disekolah.
Akan tetapi, pembahasan pada modul ini dibatasi pada laboratorium yang
berada pada ruang tertutup.
Decaprio (2013:16) mendefinisikan laboratorium sebagai tempat bagi
sekelompok orang untuk menyelaraskan antara teori dan praktik dari berbagai
macam disiplin ilmu melalui berbagai macam riset, pengamatan, pelatihan
dan pengujian ilmiah. Sedangkan Hasdianah (2012:60) menyatakan
laboratorium sebagai tempat untuk melakukan berbagai uji dan pemeriksaan
terhadap suatu bahan secara terperinci. Secara ringkas Sitorus dan Ani
(2013:1) mendefinisikan laboratorium sebagai tempat melakukan berbagai
percobaan dan penelitian. Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa laboratorium, khususnya laboratorium sekolah adalah tempat untuk
melakukan berbagai macam kegiatan baik berupa praktikum maupun
penelitian dan aktifitas ilmiah lainnya agar dapat membuktikan, menguji dan
menemukan sebuah teori.
Laboratorium merupakan salah satu sarana pembelajaran yang
membantu proses belajar mengajar (mulyasa, 2010:37). Beberapa fungsi
laboratorium dalam pembelajaran dijabarkan oleh decaprio (2013:17) sebagai
berikut:
1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik serta mampu menjadi sarana
untuk menyatukan keduanya;
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah;
3. Mampu memupuk keberanian peneliti/praktikan untuk mencari hakikat
kebenaran ilmiah suatu objek keilmuan;
4. Menambah keterampilan dan keahlian dalam menggunakan alat-alat
laboratorium;
5. Memupuk rasa ingin tahu peneliti/praktikan akan berbagai macam cabang
ilmu;
6. Memupuk dan membina rasa percaya diri peneliti/praktikan;
7. Menjadi sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah melalui
kegiatan praktik;
8. Menjadi sarana belajar bagi peneliti/praktikan.
Penjabaran singkat seputar fungsi laboratorium ini diharapkan dapat
memberikan satu gambaran awal bagi pengelola laboratorium, untuk dapat
menyiapkan lab sedemikian rupa agar dapat digunakan oleh penggunanya.
Pada sub bahasan selanjutnya akan dijabarkan seputar hal-hal yang harus
dimiliki oleh seorang pengelola laboratorium
B. Tenaga Laboratorium
Laboratorium merupakan salah satu sarana prasana pembelajaran di
sekolah. Sebagai sebuah sarana pembelajaran, laboratorium sebaiknya
dikelola dengan baik agar dapat memfasilitasi kegiatan belajar. Siapakah yang
bertanggung jawab untuk mengelola sebuah laboratorium? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, mari kita cermati Permen DIKNAS Nomor 26 Tahun
2008 Pasal 1. Bedasarkan perintah menteri tersebut, tenaga laboratorium yang
bertanggung jawab penuh akan semua kegiatan yang ada di dalam
laboratorium adalah kepala laboratorium, teknisi laboratorium dan laboran.
Kepala laboratorium merupakan kepala pengelola dan penanggung
jawab atas segala kegiatan dan segala yang ada di dalam laboratorium. Ia
memiliki komando utama atas semua hal yang ada di laboratorium setelah
kepala sekolah. Siapa sajakah yang bisa menjadi seorang kepala
laboratorium? Kepala laboratorium bisa berasal dari guru yang telah
memenuhi kualifikasi sesuai syarat yang dikeluarkan menteri pendidikan
dalam permen diknas Nomor 26 tahun 2008. Selain guru, teknisi dan laboran
pun bisa menjadi seorang kepala laboratorium asalkan ia telah memenuhi
syarat menjadi seorang kepala laboratorium.
Apa sih syarat menjadi seorang kepala laboratorium? Terdapat
beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ada guru yang ingin menjadi kepala
laboratorium. Syaratnya ialah:
1. Pendidikan minimal sarjana (s1);
2. Berpengalaman minimal 3 tahun menjadi pengelola praktikum;
3. Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah;
Sedangkan jika seorang teknisi dan laboran yang ingin menjadi Kepala
laboratorium, syaratnya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan minimal diploma tiga (D3);
2. Berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi;
3. Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah;
Teknisi laboratorium merupakan tenaga laboratorium yang
bertanggung jawab dalam hal-hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan di
laboratorium diluar hal yang menjadi subtansi kegiatan praktikum. Decaprio
(2013:55) menyatakan bahwa teknisi laboratorium memiliki tugas untuk
mengendalikan dan menginventarisasi segala kegiatan yang berlangsung di
laboratorium. Teknisi laboratorium bertanggung jawab atas kelengkapan
administrasi laboratorium, kelancaran praktikum dan mengusulkan pengadaan
alat/bahan praktikum. Adapun kualifikasi yang harus dipenuhi untuk menjadi
teknisi laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Minimal lulusan program diploma dua;
2. Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah;
Laboran merupakan tenaga laboratorium yang bertanggung jawab
dengan hal-hal yang bersifat subtantif dengan kegiatan praktikum.
Keberadaan laboran selama kegiatan praktikum berlangsung amat penting.
Laboran bertanggung jawab agar setiap kegiatan praktikum berlangsung
secara efisien, efektif dan lebih produktif. Cakupan tugas laboran ialah
seputar pengerjaan administrasi laboratorium, penyiapan alat/bahan,
penjagaan kebersihan laboratorium dan menjadi pendamping guru saat
praktikum berlangsung. Adapun kualifikasi yang harus dipenuhi menjadi
laboran adalah sebagai berikut:
1. Minimal lulusan diploma satu;
2. Memiliki sertifikat laboran sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau
lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah;
C. Pengelolaan Laboratorium IPA
Apa yang dimaksud dengan pengelolaan laboratorium? Untuk
mendefinisikan dua kata tersebut, kita dapat mencermati arti kata per kata.
Pertama pengelolaan, Sobri dkk. (2009:3) menyatakan pengelolaan dalam
bidang pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengendalian dan
pengembangan segala usaha untuk pengaturan dan pendayagunaan sumber
daya manusia, sarana dan prasarana agar tercapainya tujuan pendidikan. Kata
kedua Laboratorium, memiliki arti sebagai tempat yang menjadi pusat
berbagai aktifitas ilmiah seperti praktikum atau penelitian untuk menguji,
membuktikan dan menemukan sebuah teori baru. Jadi, pengelolaan
laboratorium merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang secara
sistematis, dimulai dari merencanakan, mengoorganisasi, memotivasi,
mengendalikan dan mengembangkan sumber daya manusia yang terlibat dan
berbagai peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk kelancaran praktikum di
laboratorium.
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bahasan sebelumnya,
laboratorium adalah sarana pembelajaran sains berbasis praktik. Selama
melaksanakan kegiatan pembelajaran di laboratorium, kita akan berhubungan
dengan berbagai alat-alat dan bahan-bahan kimia yang jarang kita temui
dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan dari alat dan bahan tersebut justru
berbahaya untuk kehidupan kita, jika tidak digunakan secara hati-hati. Oleh
sebab itu, kita perlu mengelola setiap kegiatan yang berlangsung di
laboratorium dengan sebaik-baiknya. Pengelolaan laboratorium yang baik,
tidak hanya membuat proses belajar menjadi aman dan menyenangkan tetapi
juga dapat menghindarkan semua pihak dari kecelakan dan cidera selama
melakukan aktifitas ilmiah di laboratorium.
Masih ingatkah kalian akan peristiwa kecelakaaan kerja yang terjadi
di laboratorium kimia kualitatif UI pada tanggal 16 maret 2015 yang lalu?
Walau tim labor mengakui telah menjalankan kegiatan sesuai dengan SOP
yang ada, kecelakaan kerja akibat kelalaian praktikan masih saja bisa terjadi.
Coba bayangkan, apa yang akan terjadi jika laboratorium tersebut tidak
dikelola dengan baik, mungkin tidak hanya 14 orang mahasiswa saja yang
terluka, bisa saja gedung dan seluruh berkas penting yang ada di laboratorium
tersebut juga bisa hangus terbakar. Dan tragedi kebakaran laboratorium yang
pernah terjadi di UGM pada tahun 1995 pun akan terulang kembali. Dengan
pengelolaan laboratorium yang baik, setidaknya kita bisa meminimalisir
dampak dari kecelakaan saat bekerja di laboratorium,
Pengelolaan laboratorium yang baik membutuhkan adanya kerjasama
antar berbagai pihak yang menggunakan laboratorium. Pihak-pihak yang
dimaksud adalah pengelola laboratorium, petugas laboratorium dan praktikan
atau peneliti yang menggunakan laboratorium. Setiap pihak yang terlibat
langsung dengan kegiatan laboratorium, menurut Sitorus dan Ani (2013:2)
harus mengenal perangkat-perangkat manajemen laboratorium seperti
berikut:
1. Tata ruang
2. Peralatan yang terkalibrasi
3. Infrastruktur
4. Administrasi laboratorium
5. Organisasi laboratorium
6. Fasilitas pendanaan
7. Inventarisasi dan keamanan
8. Pengamanan laboratorium
9. Disiplin yang tinggi
10. Keterampilan SDM
11. Peraturan dasar
12. Penangkalan masalah umum dan jenis-jenis pekerjaan

Pengelolaan laboratorium menurut Decaprio (2013:60), membutuhkan


enam unsur pokok. Ke enam unsur pokok tersebut ialah:
1. Perencanaan
Unsur pertama ini penting dilaksanakan pengelola lab sebelum
memulai kegiatan inti pengelolaan laboratorium. Hal ini disebabkan karna
setiap kegiatan di laboratorium tidak bisa dilakukan secara mendadak.
Perencanaan merupakan langkah awal yang dilakukan agar semua
kegiatan di dalam laboratorium dapat berjalan dengan lancar, efektif dan
efisien. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam perencanaan adalah seputar
teknis pelayanan praktikum, jadwal praktikum, keberadaan alat lab,
bahan-bahan yang akan dibutuhkan dan pembagian tugas untuk setiap
pihak yang terlibat dalam penggunaan dan pengelolaan laboratorium.
2. Pengaturan
Merupakan upaya yang dilakukan pengelola laboratorium agar setiap
tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan praktikum dapat berjalan
sesuai dengan harapan. Terdapat dua hal pokok yang dilakukan dalam
pengaturan laboratorium, yakni pengaturan fisik laboratorium dan
pengaturan setiap kegiatan praktikum. Keduanya dilakukan agar setiap
kegiatan praktikum dapat berjalan dengan tertib dan tetap memperhatikan
aspek keselamatan kerja praktikan.
Pengaturan fisik laboratorium merupakan kegiatan yang dilakukan
pengelola untuk mengatur tata letak serta penempatan alat-alat dan bahan-
bahan laboratorium. Pengelola laboratorium sebaiknya memperhatikan
tiga aspek pengelolaan fisik, yakni keselamatan, efektivitas dan efisien,
serta kemudahan pengawasan. Jadi, pengaturan tata letak ruangan, alat
dan bahan praktikum harus memperhatikan keselamatan praktikan,
kemudahan akses setiap alat dan bahan oleh praktikan serta kemudahan
pengelola untuk mengawasi setiap kegiatan praktikum.
Pengaturan kegiatan praktikum merupakan kegiatan pengaturan yang
dibuat oleh pengelola agar setiap orang yang bekerja di laboratorium
mengetahui batasan-batasan yang harus ditaati. Pengaturan ini mencakup
keberadaan struktur organisasi, penjadwalan, deskripsi kerja pekerja
laboratorium, tata tertib, prosedur penggunaan alat, petunjuk praktikum
dan prosedur keselamatan kerja. Agar setiap kegiatan praktikum berjalan
lancar, pengaturan ini perlu dilakukan. Itulah sebabnya, mengapa kita
sering kali melihat tata tertib laboratorium dengan jelas di setiap
laboratorium yang terkelola dengan baik.
3. Pendataan
Pendataan merupakan segala kegiatan yang berhubungan dengan
pendokumentasian komponen fisik laboratorium. Pendataan ini dilakukan
terhadap semua hal yang terkait dalam laboratorium, dimulai dari
peralatan, bahan, kegiatan praktikum, peserta, tenaga pengajar, sponsor,
mitra kerja hingga masalah keuangan. Kegiatan pendataan ini berguna
untuk memantau jumlah alat dan bahan, alat yang rusak dan menjadi
dasar untuk memprioritaskan kebutuhan di masa yang akan datang.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan segala upaya yang dilakukan secara terus-
menerus untuk menjaga dan memelihara agar laboratorium dapat berjalan
dengan baik. Kegiatan ini dilakukan secara periodik. Pengelola
laboratorium diminta jeli untuk melakukan perawatan pada alat-alat
laboratorium, agar tetap berfungsi normal seperti saat pertama kali datang
ke laboratorium. Terdapat beberapa hal pokok yang harus diperhatikan
oleh seorang pengelola laboratorium yakni kondisi alat laboratorium dan
aksesorisnya, listrik, gas, pemadam kebakaran dan keadaan ruangan
laboratorium secara umum.
5. Pengamanan
Pengamanan merupakan segala upaya yang dilakukan pengelola
laboratorim agar pengguna laboratorium dan siapapun yang berada
dilaboratorium berada dalam keadaan yang aman. Pengamanan ini
dilakukan untuk memperkecil terjadinya kecelakaan kerja selama kegiatan
praktikum berlangsung. Kecelakaan kerja selama kegiatan laboratorium
bisa saja terjadi kapan saja. Oleh sebab itu, pengelola laboratorium
sebaiknya menyiapkan berbagai alat yang bisa digunakan sebagai
pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan kerja. Keselamatan kerja
merupakan hal yang paling utama ketika berkeja di laboratorium.
6. Pendanaan
Unsur terakhir dari pengelolaan laboratorium adalah pendanaan. Kegiatan
pendanaan terhadap laboratorium akan membantu lancarnya penyediaan
alat, bahan dan operasional dari laboratorium itu sendiri. Sumber dana
untuk pengelolaan laboratorium bisa didapat dari berberapa sumber yakni
biaya praktikum peserta, uang pendaftaran bagi setiap orang yang ingin
belajar, sponsor dan anggaran khusus dari lembaga yang menaungi
laboratorium. Pengelolala laboratorium diminta pula dapat melakukan
analisis kebutuhan dan menentukan prioritas, agar penggunaan dana lebih
efisien dan efektif.
1.4 Penutup
Laboratorium merupakan sarana prasarana pembelajaran sains yang
berbasis praktik. Banyak kecelakaaan kerja selama di laboratorium terjadi
akibat tidak adanya satu sistem pengelolaan laboratorium yang benar.
Padahal, pengelolaan yang baik akan mendatangkan rasa aman dan nyaman
untuk berkarya di lingkungan laboratorium sehingga kita bisa mulai menanti
hadirnya penemu-penemu Indonesia di masa yang akan datang.
1.5 Latihan
1. Apa yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan laboratorium?
2. Jelaskan mengapa pengelolaan laboratorium penting dilakukan?
3. Jelaskan syarat menjadi seorang kepala laboratorium?
4. Jelaskan enam hal pokok yang harus dilakukan dalam pengelolaan
laboratorium!
5. Jelaskan perbedaan pengaturan fisik dan pengaturan kegiatan
laboratorium!
1.6 Panduan Kerja Mandiri
Penyusunan Tata Tertib Lab IPA di Sekolah
Tata tertib laboratorium IPA merupakan salah satu bentuk pengaturan
kegiatan praktikum. Keberadaan tata tertib laboratorium IPA sangat
diperlukan agar pengelolaan lab lebih mudah dilakukan. Berikut adalah
beberapa tahapan yang bisa dijadikan acuan untuk menyusun tata tertib.
1. Analisislah keadaan laboratorium berdasarkan SWOT
2. Isilah tabel hasil analisis SWOT terhadap keadaan laboratorium
S W O T
(Kelebihan) (Kekurangan) (Peluang) (halangan)

3. Dengan memperhatikan tabel analisis tersebut, mulailah untuk


menjabarkan tiap item hasil analisis dalam sebuah tata tertib.
Contoh:
4. Urutkan dari tata tertib yang ringan hingga yang berat

Daftar Pustaka
Decaprio,R. 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah IPA, Bahasa,
Komputer dan Kimia. Yogyakarta: Diva-Press.
Hasdianah. 2012. Panduan Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit.
Yogyakarta: Nuha Medika-Press.
Mulyasa.2010.Implementasi Kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kemandirian guru dan kepala sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Sitorus, M. Dan Ani S. 2013. Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium
Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sobri, Asep J. dan Charul R. 2009.Pengelolaan Pendidikan.Yogyakarta: Multi
Pressindo.
2. Kompetensi Managerial
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
1. Mengetahui arti kompetensi manajerial
2. Memahami pentingnya memiliki kompetensi managerial bagi tenaga
laboratorium
3. Mengaplikasikan kompetensi managerial sebagai kepala laboratorium
Pendahuluan
Materi
-arti kompetensi manajerial
Kompetensi manajerial adalah .
-pentingnya kompetensi manajerial bagi laboran
Pentingnya kompetensi ini adalah karena kompetensi ini dapat membantu
seorang kepala lab menjadi pribadi yang lebih baik.. ce ile,,,
-penjabaran kompetensi manajerial bagi kepala laboratorium
Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium sekolah/madrasah
Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan seorang kepala lab dalam
merencanakan dan mengembangkan laboratorium skolah/madrasah yakni
1. Menyusun rencana pengembangan laboratorium
2. Merencanakan pengelolaan laboratorium
3. Mengembangkan sistem administrasi laboratorium
4. Menyusun prosedur operasi standar (POS) kerja laboratorium
Mengelola kegiatan laboratorium sekolah dan madrasah
Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan kepala laboratorium dalam
mengelola kegiatan laboratorium sekolah/madrasah, yakni
1. Mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan guru
2. Menyusun jadwal kegiatan laboratorium
3. Memantau pelaksanaan kegiatan laboratorium
4. Mengevaluasi kegiatan laboratorium
5. Menyusun laporan kegiatan laboratorium
Membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah/madrasah
Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan kepala laboratorium dalam
membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah/madrasah, yakni
1. Merumuskan rincian tugas teknisi dan laboran
2. Menentukan jadwal kerja teknisi dan laboran
3. Mensupervisi teknisi dan laboran
4. Membuat laporan secara periodik
Memantau sarana dan prasarana laboratorium sekolah/madrasah
Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan kepala laboratorium dalam
memantau sarana dan prasarana laboratorium sekolah/madrasah, yakni
1. Memantau kondisi dan keamanan bahan serta alat laboratorium
2. Memantau keamanan bangunan laboratorium
3. Membuat laporan bulanan dan tahunan tentang kondisi dan
pemanfaatan laboratorium
Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium
sekolah/madrasah
Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan kepala laboratorium dalam
mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium
sekolah/madrasah yakni
1. Menilai kinerja teknisi dan laboran laboratorium
2. Menilai hasil kerja teknisi dan laboran
3. Menilai kegiatan laboratorium
4. Mengevaluasi program laboratorium untuk perbaikan selanjutnya
Penutup
Latihan
Daftar Pustaka
3. Kompetensi Kepribadian
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Pendahuluan
Materi
-arti kompetensi kepribadian
-pentingnya kompetensi kepribadian bagi kepala laboratorium
-penjabaran kompetensi kepribadian bagi laboraturium
Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, dan berakhlak mulia
Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan kepala laboratorium untuk
menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, dan berakhlak
mulia, yakni
1. Bertindak secara konsisten sesuai dengan norma agama, hukum, sosial
dan budaya nasional Indonesia
2. Berperilaku arif
3. Berperilaku jujur
4. Menunjukkan kemandirian
5. Menunjukkan rasa percaya diri
6. Berupaya meningkatkan kemampuan diri
Menunjukkan komitmen terhadap tugas
Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan kepala laboratorium untuk
menunjukkan komitmen pada tugasnya, yakni
1. Berperilaku disiplin
2. Beretos kerja yang tinggi
3. Bertanggung jawab terhadap tugas
4. Tekun, teliti, dan hati-hati dalam melaksanakan tugas
5. Kreatif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan tugas
profesinya
6. Berorientasi pada kualitas
Penutup
Latihan
Daftar Pustaka
4. Kompetensi sosial
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Pendahuluan
Materi
-arti kompetensi sosial
-pentinngya kompetensi sosial bagi kepala laboratorium
-penjabaran kompetensi sosial bagi kepala laboratorium
Bekerja sama dalam pelaksanaan tugas
Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan kepala laboratorium agar dapat
bekerjasama dalam pelaksanaan tugasnya, yakni
1. Menyadari kekuatan dan kelemahan baik diri maupun staf
2. Memiliki wawasan tentang pihak lain yang akan diajak kerjasama
3. Bekerjasama dengan berbagai pihak secara efektif
Berkomunikasi secara lisan dan tulisan
Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan kepala laboratorium agar dapat
berkomunikasi secara lisan dan tulisan, yakni
1. Berkomunikasi dengan berbagai pihak secara santun, empatik, dan
efektif
2. Memanfaatkan berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK)
Penutup
Latihan
Daftar pustaka
5. Pengantar karya tulis ilmiah hasil kajian/inovasi lab
5.1 Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
1. Mengetahui jenis-jenis karya tulis
2. Memahami sistematika penulisan karya tulis
3. Memahami syarat penulisan sebuah judul
4. Memahami teknik penyajian tiap bab dalam karya tulis ilmiah
5. Merancang penulisan karya tulis ilmiah

5.2 Pendahuluan
Mengapa pendidik perlu menulis karya ilmiah? Bukankah tugas utama
pendidik adalah membelajarkan siswanya? Mengapa pula seorang kepala
laborotorium harus repot-repot menulis? Bukankah tugas utamanya adalah
mengelola laboratorium saja? Jawabannya sederhana, menulis memiliki
sejuta manfaat baik itu untuk penulisnya maupun untuk orang-orang
disekeliling penulis. Hariyadi dkk. (2013:7) menyatakan bahwa hasil
pemikiran yang dituangkan dalam bentuk karya tulis memiliki peluang yang
besar untuk mengetuk pintu-pintu yang sulit ditembus dengan cara
komunikasi biasa. Dengan kata lain, karya tulis mampu menjadi sarana
penyampaian pesan yang ampuh untuk berbagai kalangan yang ada di dunia.
Dunia tulis menulis bukan lah dunia yang asing bagi kalangan
pendidik. Disadari atau tidak setiap pendidik telah terbiasa untuk menulis,
minimal menulis bahan ajar yang akan diajarkan di kelasnya. Kemampuan
menulis ini jika terus diasah akan bisa mengubah pendidik biasa menjadi
pendidik yang luar biasa. Begitu pula dengan kepala laboratorium,
profesionalisme seorang kepala laboratorium akan semakin meningkat jika
diiringi dengan kemampuan menulisnya. Sudah saatnya dunia pendidikan
Indonesia diramaikan oleh karya-karya dari pendidiknya.
Apa sih manfaatnya menulis? Menulis punya banyak manfaat baik
untuk penulis maupun untuk orang-orang di sekelilingnya. Pertama, menulis
bisa menjadi satu sarana untuk berbagi pengetahuan. Buah pemikiran yang
dituangkan dalam bentuk karya tulis akan terus bermanfaat untuk pembaca
bahkan setelah penulisnya telah lama meninggal. Kedua, melalui kegiatan
menulis, penulis akan semakin tertantang untuk mengembangkan
pengetahuan yang dimilikinya. Ketiga, penulis yang aktif menulis karya
ilmiah memiliki kesempatan untuk mengembangkan karirnya dengan cepat.
Hal ini sesuai dengan Permen PAN dan RB nomor 16 tahun 2009 pasal 17,
dinyatakan bahwa guru diperkenankan untuk naik pangkat jika telah membuat
publikasi ilmiah. Sudah saatnya kita sebagai pendidik kembali aktif untuk
menulis karya ilmiah. Ada banyak inspirasi dan kajian-kajian yang bisa kita
angkat menjadi bahan tulisan. Ayo menulis!
5.3 Materi
A. Jenis-jenis karya tulis
Apa yang terlintas dipikiran Anda saat mendengar mengenai karya
tulis ilmiah? Setidaknya akan terlitas mengenai setumpuk tulisan yang
tersusun secara sistematis atau sebuah tulisan yang kaya akan teori atau
setumpukan kertas yang menyajikan sebuah gebrakan baru untuk dunia
pendidikan. Kunandar (2009:27) mencoba mendefinisikan Karya tulis sebagai
buah pemikiran yang dapat dibuktikan secara empiris dan dituangkan dalam
bentuk tulisan yang mengikuti aturan ilmiah. Jadi dapat kita simpulkan, karya
tulis ilmiah merupakan tulisan hasil pemikiran manusia yang telah diuji
secara empiris dan penulisannya mengikuti aturan ilmiah.
Karya tulis itu banyak jenisnya. Namun, jenis karya tulis yang biasa
ditulis oleh pendidik dan dapat digunakan untuk persyaratan naik jabatan
terdapat kurang lebih ada 8 jenis. Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun
2009 dalam lampiran menyatakan terdapat beberapa jenis karya tulis ilmiah
yang wajib dibuat guru untuk menjadi prasyarat kenaikan pangkat dan bukti
telah mengembangkan profesi keguruannya yakni
1. Karya tulis ilmiah berupa laporan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilakukan di kelasnya.
2. Karya tulis ilmiah berupa laporan penelitian eksperimen yang dilakukan
di kelasnya.
3. Karya tulis ilmiah berupa laporan penelitian deskriptif
4. Karya tulis ilmiah berupa laporan kegiatan nyata yang dilakukan
dikelasnya
5. Karya tulis ilmiah berupa gagasan ilmiah dalam bidang pendidikan formal
dan pembelajaran pada satuan pendidikannya
6. Karya tulis ilmiah berupa prasaran yang disajikan pada forum ilmiah
7. Karya tulis ilmiah berupa buku pembelajaran/pendidikan
8. Karya tulis ilmiah berupa modul pembelajaran
Jenis-jenis karya tulis tersebut bisa menjadi alternatif pilihan bagi pendidik
dan kepala laboratorium khususnya. Pilihlah jenis karya tulis yang akan anda
tulis, agar mudah mengatur strategi menulis selanjutnya. Ayo menulis!
B. Sistematika penulisan karya tulis
Karya tulis merupakan hasil tulisan yang dibuat secara sistematis.
Karya tulis dibuat dengan memperhatikan aspek-aspek penulisan karya tulis
yang baku. Penulis perlu memperhatikan bagaimana cara penyajian data yang
kita punya dalam sebuah sistematika penulisan yang benar. Tiap jenis karya
tulis ilmiah memiliki cara tersendiri dalam hal penyajiannya. Namun, secara
umum tiap karya tulis memiliki kesamaan sistematika penulisan karya tulis.
Kuncoro (2009: 119) menyatakan bahwa penulis perlu memahami sistematika
penulisan karya tulis. Adapun sistematika penulisan yang perlu diperhatikan
adalah kerangka tulisan dan aspek koherensi antar kalimat dan antarparagraf.
Kerangka tulisan adalah pola urutan dari seluruh karya tulis yang akan
dibuat. Tujuan kerangka tulisan dibuat adalah agar hasil karya tulis yang kita
hasilkan tersaji dengan rapi, ramping, enak dipandang dan enak dibaca.
Kerangka tulisan pada dasarnya terdiri atas empat bagian yang
meliputi dalam iqbal 2009
1. Judul yang mencerminkan tema
2. Lead (pendahuluan) yang memancing minat dan gairah
3. Tubuh ramping dan dinamis
4. Penutup yang bergaya pamit

Kuncoro (111), koherensi (hubungan antar kalimat dengan kalimat dan antar
paragraf) merupakan aspek yang penting diperhatikan dalam menulis naskah
karya ilmiah. Penulis yang baik mampu mengumpulkan idenya bagaikan
rantai yang saling terkait satu sama lain. Bila kaitan ini tidak ada, hubungan
antat kalima dan paragraf akan menjadi tidak jelas dan struktur argumen akan
tercerai berai. Makna utama yang diharapkan penulis akan dimengerti
pembaca akan sulit tercapai.
Penulis yang cerdas tau kapan harus memulai paragraf baru. Ketidakpahaman
penulis kapan harus memulai sebuah paragraf baru, sering membuatnya
terjebak pada paragraf yang tidak koheren sehinggu sulit dimengerti oleh
pembaca. Tanpa koherensi argumen dan gagasan penulis akan sulit dipahami
pembaca.
Ingat, (kuncoro:112) menyatakan bahwa kita membutuhkan paragraf baru
apabila kita ingin mengenalkan suatu gagasan baru atau menggeser fokus
perhatian. Setiap paragraf hanya memimiliki satu kalimat pokok yang
nantinya dikembangkan menjadi sebuah paragraf, kalimat pokok dapat berada
di awal paragraf atau diakhir paragraf..
Teknik menyusun koherensi antarkalimat dan paragraf adalah
1. sajikan kalimat topik secara konsisten diawal atau diakhir
2. cetak tebal atau miring kalimat topik, untuk membantu fokus pembaca
dan menolong penulis agar tidak mengembangkan paragraf melebihi
kalimat pokok
3. bisa juga antarparagraf diberikan kata pertama, kedua, ketiga dan
keempat
4. tutup paragraf terakhir dengan kesimpulan

Ada beberapa prinsip dalam menyampaikan gagasan dalam artikel ilmiah


(murray dan hughes, 2008: bab3)
1. Hindari menggunakan kalimat kompleks dan panjang, Gunakan kalimat
yang pendek dan to the point (langsung)
2. Sesuaikan tingkat formalitas dengan jenis tulisan

C. Menuliskan judul-syarat judul (kuncora)

D. merancang kerangka tulisan ilmiah


Penulis harus mencoba membuat kerangka tulisan yang lebih lengkap dan
menyeluruh sebelum memulai untuk menulis. Penulisa dapat melakukan riset
sederhana dengan melihat kerangka tulisan sejenis dengan yang akan ditulis
penulis. Naskah kita akan dipertimbangkan jika naskah kita lebih baik, lebih
tajam, lengkap dan mudah dipahami dengan naskah yang telah beredar
sebelumnya.
Kerangka tulisan merupakan satu kesatuan yang utuh yang menjawab,
menguraikan, atau menjelaskan topik-judul secara lengkap.
Kerangka yang baik, langsung dapat digunakan menjadi daftar isi naskah dan
sekaligus berfungsi untuk mulai menulis naskah, bagian demi bagian atau bab
demi bab. Jika ditengah perjalanan menulis, menemukan ide baru yang
relevan, penulis dapat menambahkannya kedalam kerangka tulis sebelumnya.
Begitu juga sebaliknya, jika ditengah penulisan naskah terdapat beberapa
bagian kerangka yang tidak relevan, bagian tersebut dapat dihapus. Kerangka
masih bisa terus berkembang dan berubah seiring penekanan-penekanan
tersendiri dari setiap bagian sepanjang berjalannya proses menulis(leo,57-58)
Leo, 58
Rambu-rambu kerangkan tulisan
1. kerangka tulisan merupakan gambaran umum isi buku yang berupa judul-
judul
E. Pengembangan penulisan tiap bab dalam karya tulis ilmiah (leo, 2010:69),
mengenal bentuk penulisan dan fungsinya dalam tiap bab
F. Cara penyajian tiap bab dalam K.I (leo, 2010:79)
5.4 Penutup
5.5 Latihan
5.6 Panduan Kerja Mandiri
Membuat Rancangan Karya Tulis Ilmiah
aaa
Daftar pustaka
Hariyadi, B. dkk. 2013. Menulis itu mencerdaskan: Cara mudah membuat
karya tulis ilmiah. Yogyakarta: Diandra Creative-Press.
Kunandar. 2009. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai
pengembangan profesi guru. Jakarta: Rajawali-Press.
Kuncoro, M. 2009. Mahir Menulis: Kiat Jitu menulis artikel opini, kolom dan
resensi buku. Jakarta: Erlangga.
Leo, S. 2010. Kiat Jitu Menulis dan menerbitkan buku. Jakarta: Erlangga.
Wibowo, W. 2012. Menulis Buku Ajar Perguruan Tinggi. Jakarta: Bidik-
Phronesis Publishing.

Anda mungkin juga menyukai