Anda di halaman 1dari 17

1

1. Pendahuluan
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam
setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun modern. Menurut ILO
(2003), setiap hari rata-rata 600 ribu orang meninggal akibat sakit dan kecelakan
kerja atau 2,2 juta orang per tahun. Sebanyak 350.000 orang per tahun diantaranya
meninggal akibat kecelakaan kerja. Di Indonesia jumlah kecelakaan kerja
mencapai angka 58.600 pada tahun 2008 dan mencapai angka 54.398 pada tahun
2009. Berdasarkan data pada PT Jamsostek pada tahun 2010, kecelakaan kerja
mencapai angka 49.919 kasus dan diantaranya sebanyak 7.965 meninggal dunia
yang diantaranya mungkin terjadi pada pekerja shift. Menurut Sumamur (1993)
secara umum terdapat dua golongan penyebab kecelakaan kerja yaitu
tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unfase human
acts) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unfase condition). Dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan, faktor manusia menempati posisi yang sangat
penting terhadap terjadinya kecelakaan kerja yaitu antara 80 - 85%.
Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan
manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi
50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Kelelahan bisa
terjadi oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu sebab fatique adalah
gangguan tidur (sleep distribution) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh
kekurangan waktu tidur dan gangguan pada circadian rhythms akibat shift kerja
(Wicken,et al, 2004). Sudah dipercaya bahwa sebagian besar dari pekerja yang
bekerja pada shift malam memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami kecelakaan
kerja dibandingkan mereka yang bekerja pada shift normal (shift pagi).
PT. XX adalah perusahaan manufaktur pembuatan spare part sepeda
motor bermerk HONDA. Dipilihnya PT. XX ini memiliki jumlah jam kerja yang
cukup panjang dengan jumlah karyawan sebanyak 170 karyawan tetap, dan untuk
memenuhi pesanan dari para customer PT. XX mengejar target produksi dengan
memberlakukan pola kerja 2 shift (12 jam kerja per shift) dengan tujuan
mengefisiensikan antara tenaga kerja dan upah yang diberikan kepada para
pekerja. Jam kerja normal pada shift pagi dimulai dari pukul 08.00-16.00 dengan
jumlah istirahat pukul 12.00-13.00, namun untuk dapat memenuhi target produksi,
sering dilakukan lembur hingga pukul 8 malam (untuk shift pagi). Shift malam
dimulai dari pukul 20.00-04.00 dengan waktu istirahat pukul 00.00-01.00. Sistem
kerja shift tersebut meggunakan sistem rotasi, artinya karyawan yang bekerja di
shift pagi akan bekerja di shift malam pada minggu berikutnya dalam jangka
waktu 1 minggu. Shift kerja ini hanya berlaku pada bagian departemen produksi,
namun tidak semua departemen produksi yang bekerja dengan shift kerja. Dari 5
departemen produksi hanya 4 departemen produksi yang diberlakukan sistem
shift kerja, yaitu departemen press, departemen welding, departemen cutting, dan
departemen turret.
2

Berdasarkan hasil rekapitulasi dari penyebaran kuesioner yang diberikan


terhadap beberapa karyawan yang bekerja dengan sistem shift kerja, mereka
mengakui adanya keluhan-keluhan fisik diantaranya sakit pada bagian tubuh
tertentu, misalnya sakit pada bagian leher, pinggang, bahu dan punggung.
Keadaan lingkungan pada malam hari juga menjadi kendala bagi para karyawan,
suhu dingin yang dirasakan karyawan membuat rasa kantuk lebih terasa pada saat
bekerja di malam hari. Shift kerja dipandang sebagai tuntutan yang memakan
individu. Jika sistem shift kerja tidak dikelola dengan baik oleh perusahaan, akan
berdampak gangguan fisiologis dan pada akhirnya akan mengurangi produktifitas
para pekerja. Melalui metode identifikasi dari hasil rekapitulasi penyebaran
kuesioner dampak shift kerja dan keluhan fisik terhadap para karyawan
diharapkan bisa meminimalisasi keluhan keluhan yang terjadi pada pekerja yang
bekerja dengan sistem shift kerja dan dapat merumuskan strategi yang baik dalam
menentukan sistem shift kerja.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi keluhan keluhan
yang dirasakan para pekerja yang bekerja dengan sistem shift kerja,
meminimalisasi keluhan keluhan yang terjadi pada pekerja yang bekerja dengan
sistem shift kerja dan merumuskan strategi kerja yang baik dalam menentukan
sistem shift kerja dengan metode identifikasi dari hasil rekapitulasi penyebaran
kuesioner.

B. Batasan Masalah
Batasan masalah ini digunakan agar masalah yang diteliti dapat lebih
terarah dan terfokus, sehingga penelitian dapat dilakukan sesuai dengan apa yang
direncanakan. Batasan masalah ini adalah sebagai berikut :
- Penelitian dilakukan di PT.
- Populasi dan sampel adalah karyawan dibagian departemen produksi PT.
XX yang bekerja dengan sistem shift kerja yang berjumlah 80 orang per
shift.
- Penelitian yang dilakukan berupa uji denyut nadi dan kuesioner yang
disebarkan pada karyawan dibagian departemen produksi yang bekerja
dengan sistem shift kerja.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi keluhan keluhan yang dirasakan para pekerja yang bekerja
dengan sistem shift kerja, meminimalisasi keluhan keluhan yang terjadi pada
pekerja yang bekerja dengan sistem shift kerja dan merumuskan strategi kerja
yang baik dalam menentukan sistem shift kerja dengan metode identifikasi dari
hasil rekapitulasi penyebaran kuesioner.

2. Tinjauan Pustaka
3

Pekerja adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain, karena adanya
pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan waktu. Jam
Kerja dalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari
dan/atau malam hari. Shift kerja adalah pembagian waktu kerja berdasarkan waktu
tertentu yang diupayakan oleh perusahaan untuk memaksimalkan produktivitas.
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan
oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
Sistem shift merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang
untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan
pekerjaan. Sistem shift digunakan sebagai suatu cara yang paling mungkin untuk
memenuhi tuntutan akan kecendrungan semakin meningkatnya permintaan
barang-barang produksi. Sistem ini dipandang akan mampu meningkatkan
produktifitas suatu perusahaan yang menggunakannya.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam
setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun modern. secara umum
terdapat dua golongan penyebab kecelakaan kerja yaitu tindakan/perbuatan
manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unfase human acts) dan keadaan
lingkungan yang tidak aman (unfase condition). Salah satu faktor penyebab utama
kecelakaan kerja yang disebabkan manusia adalah stress dan kelelahan (fatique).
Kelelahan bisa terjadi oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu sebab
fatique adalah gangguan tidur (sleep distribution) yang antara lain dapat
dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada circadian rhythms
akibat shift kerja. sudah dipercaya bahwa sebagian besar dari pekerja yang bekerja
pada shift malam memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja
dibandingkan mereka yang bekerja pada shift normal (shift pagi). Permasalahan
kesehatan ini antara lain ganguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, dan gangguan gastrointestimal. Segala gangguan kesehatan yang tersebut,
ditambah dengan tekanan stress yang besar dapat secara otomatis meningkatkan
resiko terjadinya kecelakaan pada para pekerja terutama pekerja shift malam.
Shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan kerja dan kesehatan tenaga kerja.
Hal ini berhubungan dengan irama sirkadian.Fungsi tubuh seperti suhu tubuh,
kemampuan mental denyut nadi dan lain-lain pada siang hari meningkat dan pada
malam hari untuk pemulihan.

3. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini langkah langkah yang dilakukan adalah : melakukan
studi pendahuluan, studi literatur, merumuskan masalah, menetapkan tujuan dan
batasan masalah, melakukan pengumpulan data dengan survei dan observasi,
pengolahan data dengan pengujian kuesioner, analisis hasil identifikasi dari hasil
rekapitulasi penyebaran kuesioner dan membuat kesimpulan dan saran untuk
perbaikan.

4. Pengumpulan dan Pengolahan Data


Dalam penelitian mengenai shift kerja ini diperlukan kuesioner dampak shift
kerja yang bertujuan untuk mengetahui keluhan pekerja yang dikarenakan
4

dampak dari shift kerja dan kuesioner nordic body map yang bertujuan untuk
mengetahui apakah shift kerja berpengaruh terhadap keluhan fisik. Kuesioner
penelitian ini disebarkan di PT. XX beralamat di Jl. Raya Perancis, Pergudangan
75 Blok D No. 9 Tangerang 11810. Populasi adalah pekerja yang bekerja dengan
sistem shift kerja di bagian produksidi PT. XX, dan jumlah sampel yang diambil
sebanyak 80 responden yang bekerja shift pagi dan shift malam. Besarnya
sampel penelitian ini ditentukan berdasar kriteria pekerja tetap atau masa kerja
di atas satu tahun. Kriteria tersebut menjadi pertimbangan, karena pekerja
yang telah bekerja di atas satu tahun telah terbiasa melakukan pekerjaan
dengan sistem shift.
Kuesioner dampak shift kerja merupakan kuesioner yang dirancang
sendiri berdasarkan variabel- variabel dampak shift kerja yang dikemukakan
oleh Attwood, Joseph, dan Danz- Reece (2004), sehingga perlu dilakukan
uji validasi dan uji reliabilitas sebelum disebarkan. Variabel-variabel dalam
kuesioner dampak shift kerja yaitu performansi, kesehatan dan psikososial.
Sedangkan untuk kuesioner nordic body map merupakan kuesioner yang sudah
umum digunakan dalam pengukuran penelitian, dalam hal ini peneliti
mengadopsi dari Tirtayasa, Adiputra, dan Djestawana (2003). Kuesioner
nordic body map menggunakan tabel nordic yang menjelaskan bagian-bagian
tubuh yang secara umum sering dirasakan sakit oleh pekerja, mulai dari leher
bagian atas hingga ujung kaki. Skala kuesioner yang digunakan adalah skala
likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

A. Pretest Kuesioner
Sebelum menyebarkan kuesioner sebenarnya, perlu dilakukan
penyebaran kuesioner pretest yaitu sampel penyebaran kuesioner untuk
mengetahui apakah responden mengetahui maksud dari pernyataan yang
diajukan. Pretest kuesioner hanya dilakukan untuk kuesioner dampak shift
kerja karena kuesioner tersebut merupakan kuesioner hasil rancangan
sendiri sehingga perlu dilakukan pretest kuesioner untuk apakah kuesioner
hasil rancangan tersebut telah valid dan reliabel atau belum. Jumlah kuesioner
yang disebarkan adalah sebanyak 30 responden kepada pekerja produksi di PT.
XX secara random.

B. Uji Validasi
Uji validitas adalah untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut
memiliki taraf kesesuaian atau ketepatan dalam melakukan pengukuran.

C. Uji Reliabilitas
Selanjutnya berdasarkan kuesioner pretest dilakukan uji
reliabilitas. Keandalan (reliability) didefinisikan sebagai seberapa jauh
pengukuran bebas dari varian kesalahan acak (free from random error
variance). Reliabilitas dapat juga dikatakan sebagai tingkat kepercayaan
hasil suatu pengukuran. Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk
menunjukkan kestabilan dan kekonsistenan alat ukur dalam mengukur
5

konsep yang ingin diukur. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan


software SPSS 17.0. Nilai koefisien reliabilitas (Alpha Cronbach) berkisar
antara 0 hingga 1. Makin besar koefisien ini maka makin besar keandalan alat
ukur yang digunakan. Jika nilai koefisien reliabilitas (Alpha Cronbach) 0.7
maka ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan sudah handal.

D. Pengukuran Denyut Nadi


Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan menggunakan alat
Pulsemeter terhadap 5 orang responden. Pengukuran dilakukan pada saat
sebelum bekerja, saat bekerja, dan setelah bekerja dengan tujuan untuk
melihat perbandingan rata-rata denyut nadi sebelum bekerja, saat bekerja,
dan setelah bekerja. Jam kerja yang diberlakukan di perusahaan adalah 8 jam
per hari. Sampel yang di ambil pada pengukuran denyut nadi ini adalah 5
orang responden. Hal ini dikarenakan keterbatasan izin dari
perusahaan. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka dipilih
departemen yang memiliki beban kerja yang paling berat dibandingkan
departemen lainnya yaitu departemen press. Departemen produksi ini
mengharuskan pekerja bekerja dalam keadaan berdiri serta terus-menerus
melakukan perputaran tubuh dari waktu ke waktu untuk mengambil bahan
baku. Oleh karena itu, untuk pengukuran denyut nadi dilakukan pada pekerja
di departemen produksi bagian press dengan jumlah pekerja tetap sebanyak
60 pekerja. Bagian ini dipilih karena lingkungan kerja pada bagian ini
dipengaruhi oleh lingkungan yang panas dan kondisi kerja yang lebih
berat dibandingkan departemen yang lain. Pengukuran dilakukan pada shift
pagi pukul 08.00-16.00 selama 2 hari (Selasa dan Kamis) dan pada shift
malam selama 2 hari pukul 20.00-04.00 (Minggu malam dan Selasa Malam).
Pengukuran hanya dilakukan pada waktu kerja aktual yaitu selama 8 jam
kerja untuk tiap shift kerja. Sedangkan untuk jam kerja lembur tidak termasuk
dalam bagian pengukuran, karena jam kerja lembur di perusahaan hanya
berlaku pada saat-saat tertentu. Selain itu penggunaan waktu kerja lembur
yang tidak menentu menjadikan alasan untuk tidak dilakukannya pengukuran
pada jam kerja lembur.

5. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil rekapitulasi penyebaran kuesioner dampak shift kerja
kepada responden PT. XX didapatkan hasil bahwa shift kerja berdampak pada
performansi, kesehatan, dan psikososial.

A. Dampak Shift Kerja Terhadap Performansi


Performansi kerja seseorang dapat berpengaruh dikarenakan kelelahan
atau kurangnya istirahat. Dalam kasus ini, performansi seseorang
terpengaruh karena pergantian shift kerja yang terjadi pada tiap minggunya.
Seorang pekerja yang bekerja pada shift pagi dan minggu berikutnya
bekerja pada shift malam, maka pekerja tersebut akan melakukan adaptasi
pada lingkungan sekitar setiap minggunya. Permasalahan yang banyak terjadi
6

adalah adaptasi setiap orang berbeda-beda, banyak diantaranya memerlukan


waktu lama untuk beradaptasi terhadap lingkungan baru. Keluhan responden
shift pagi yang berpengaruh terhadap performansi kerja pekerja adalah
responden menyatakan biasa saja dalam melakukan pekerjaan dengan
kecepatan yang sama tiap jamnya. Keluhan tersebut disebabkan kurangnya
konsentrasi yang diakibatkan oleh rasa kantuk. Rasa kantuk tersebut
diakibatkan karena pergantian shift. Pekerja yang sebelumnya bekerja pada
shift malam akan sulit beradaptasi untuk bekerja pada shift pagi. Berdasarkan
hasil wawancara, pekerja dapat beradaptasi pada jam kerja shift pagi setelah hari
ke 3 shift pagi. Bagi pekerja yang bekerja dengan sistem shift rotasi, fungsi
tubuh mereka terus beradaptasi dengan lingkungan sekitar setiap minggunya.
Menurut Kuswadji (1997), tubuh manusia sebenarnya mudah menyesuaikan
dengan keadaan luar, sebagaimana dengan keluar masuknya matahari.
Perbedaan dengan siklus tubuh manusia hanya satu jam per hari. Itu adalah
masa maksimal. Pada pekerja shift ada perbedaan selama 8 jam. Ini
tentu saja memerlukan penyesuaian selama 8 hari. Dengan kata lain jika
seorang pekerja sudah bekerja malam selama satu minggu, maka dia sudah
menjadi manusia malam. Jika setelah itu diubah lagi menjadi pekerja siang, dia
perlu penyesuaian seminggu pula. Sedangkan keluhan pada performansi yang
dirasakan oleh responden shift malam adalah sebagai berikut:
1. Responden menyatakan tidak mampu untuk melakukan suatu tindakan
dengan tepat jika terjadi masalah dalam pekerjaan,
2. Responden menyatakan tidak dapat melakukan tindakan yang cepat jika
terjadi kesalahan dalam pekerjaan,
3. Responden menyatakan tidak dapat menerima arahan pekerjaan dari atasan
dengan baik,
4. Responden menyatakan terkadang tidak dapat mengingat tugas yang
diberikan dengan benar,
5. Responden menyatakan terkadang tidak mampu menyampaikan informasi
pekerjaan terhadap rekan kerja dengan benar, dan
6. Responden menyatakan terkadang tidak mampu melakukan perencanaan
dalam pekerjaan.
Keluhan yang dirasakan pada shift malam lebih banyak dirasakan
oleh responden. Hal ini disebabkan karena tuntutan bekerja shift menyebabkan
gangguan pada circadian rhythm dan pada metabolisme tubuh kita. Tidak
semua orang dapat menyesuaikan diri dengan sistem kerja shift. Kerja shift
membutuhkan banyak sekali penyesuaian waktu, seperti waktu tidur, waktu
makan dan waktu berkumpul bersama keluarga. Secara umum, semua fungsi
tubuh berada dalam keadaan siap digunakan pada siang hari. Sedangkan pada
malam hari adalah waktu untuk istirahat dan pemulihan sumber daya
(energi). Itulah sebabnya mengapa orang yang bekerja pada shift malam sering
merasa mengantuk dan kelelahan saat bekerja. Kelelahan dan insomnia
adalah keluhan yang umum bagi para pekerja shift. Kelelahan ini akan
menurunkan daya konsentrasi, motivasi, daya ingat dan reaksi mental yang
dapat mempengaruhi semua aspek kinerja. Selain itu, pekerjaan yang
memerlukan kewaspadaan dan tugas monoton lainnya juga akan terpengaruh,
7

karena pada saat bekerja malam hari, seseorang tidak dapat


mempertahankan kewaspadaan dan perhatiannya. Menurut Singleton (1972)
pada shift malam, konsentrasi atau konsistensi menurun dari waktu ke
waktu karena perubahan dari shift pagi ke shift malam. Tubuh pekerja masih
memerlukan adaptasi maksimal selama 8 hari akibat bekerja dari shift pagi.
Penurunan konsentrasi ini terjadi karena selama malam fungsi fisiologi
tubuh benilai rendah. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja pada
malam hari dan maksimum terjadi pada shift malam.

B. Dampak Shift Kerja Terhadap Kesehatan


Shift kerja menunjukan keterkaitan langsung dengan kesehatan.
Gangguan kesehatan yang dimaksud adalah gangguan kesehatan mental
dan fisik. Pada gangguan kesehatan mental akan berpengaruh terhadap
emosi, motivasi kerja dan mood kerja. Sedangkan pada gangguan kesehatan
fisik akan berpengaruh terhadap nafsu makan, pencernaan, dan kualitas dan
kuantitas tidur. Pada penelitian ini terdapat persamaan keluhan dampak shift
kerja terhadap kesehatan antara shift pagi dan shift malam, persamaan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Terkadang merasa mudah marah,
2. Terkadang mudah tersinggung dan
3. Pernah kehilangan nafsu makan.
Pada shift pagi dan shift malam terdapat persamaan keluhan. Hal
ini menunjukkan bahwa pada shift pagi maupun shift malam pekerja mengalami
keluhan mental. Keluhan mental yang dimaksud adalah adanya rasa cemas,
sedih, marah, kesal, khawatir, rendah diri, kurang percaya diri dan lain-
lain. Hal ini dapat diakibatkan dari ketidakpuasan pekerja karena
kurangnya sosialisasi bersama keluarga yang diakibatkan perputaran shift
kerja, atau kurangnya waktu istirahat setelah terjadinya pergantian shift kerja
dan jenis kerja yang monoton yang membuat pekerja merasa bosan, mudah
tersinggung dan mudah marah. Sedangkan keluhan lainnya yang hanya
dirasakan pada shift malam diantaranya adalah :
1. Tidak bisa berusaha bekerja keras untuk mencapai hasil kerja yang baik,
2. Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu,
3. Tidak senang dalam melakukan pekerjaan,
4. Tidak dapat tidur nyenyak, dan
5. Tidur kurang dari 8 jam.
Keluhan yang dirasakan pada shift malam lebih banyak dirasakan oleh
responden dibandingkan pada shift pagi. Emosi akan meningkat dan motivasi
kerja akan menurun bagi pekerja yang bekerja di malam hari. Menurunnya
motivasi kerja ini disebabkan kelelahan yang timbul karena kurangnya
istirahat. Bagi para pekerja giliran malam, masalah timbul pada kebiasaan
tubuh. Pekerja malam mengakali dengan tidur di pagi hingga siang hari
untuk mengganti kebutuhan tidur 8 jam perhari. Masalahnya, tubuh harus
dibuat melawan siklus alami yakni bekerja berdasar cahaya terang dan
beristirahat saat gelap malam. Pekerja yang bekerja pada shift malam terpaksa
harus istirahat pada siang hari, ketika kondisi tubuhnya terbangun, dan
8

begitu juga sebaliknya. Tidur pada siang hari biasanya lebih pendek
dibandingkan dengan tidur pada malam hari, dan kualitas tidur pada siang hari
tidak sebaik tidur pada malam hari karena pengaruh cahaya matahari dan
kebisingan. Dampak dari rendahnya kualitas dan kuantitas tidur ini dapat
memicu kantuk pada saat bekerja. Pada saat seseorang mengantuk, maka
ia akan dengan mudah kehilangan konsentrasi sehingga dapat memicu emosi
dan motivasi kerja seseorang. Hal lain yang harus diwaspadai adalah
akumulasi dari dampak kantuk yang akan terasa setelah beberapa hari. Bukti
dari para ahli menunjukkan pengalihan jam tubuh alami mempengaruhi ritme
jantung, sehingga memicu perubahan hormonal dan metabolisme. Pengalihan
itu ternyata meningkatkan resiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
C. Dampak Shift Kerja Terhadap Psikososial
Faktor-faktor psikososial dapat mempengaruhi performansi kerja
dan kepuasan kerja. Masalah dan gangguan pada umumnya terkait dengan
tiga faktor: jadwal shift kerja, perbedaan individu, dan kehidupan pribadi dan
sosial pekerja. Dengan adanya pergeseran jadwal shift kerja, kehidupan
pribadi dan kehidupan sosial seorang pekerja akan terganggu. Pada peneilitan
ini terdapat persamaan keluhan dampak shift kerja terhadap psikososial antara
shift pagi dan shift malam, persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Terkadang tidak memiliki waktu untuk melakukan hobi,
2. Terkadang tidak memiliki kesempatan berkumpul dengan keluarga,
3. Terkadang tidak memiliki waktu untuk berekreasi,
4. Terkadang tidak memiliki waktu untuk berbincang dengan rekan kerja yang
berbeda shift, dan
5. Terkadang tidak dapat ikut serta dalam kegiatan sosial.
Pada shift pagi keluhan yang dirasakan responden memiliki
persamaan dengan keluhan yang dirasakan pada shift malam. Namun tingkat
keluhan yang dirasakan lebih besar pada shift malam. Hal tersebut diakibatkan
dari perputaran shift kerja yang memberi pengaruh terhadap pekerja baik pada
shift pagi maupun pada shift malam. Ketika para pekerja adalah bagian dari
sistem perputaran jadwal shift, mereka merasa sulit untuk mengembangkan
dan mempertahankan interaksi sosial dengan teman-teman yang kebetulan
berada di pergeseran berbeda karena proses rotasi. Oleh karena itu, pekerja
tersebut dapat mengalami isolasi sosial. Selain itu, perputaran shift kerja
mempengaruhi terhadap tingkat sosialisasi pekerja karena interaksinya
terhadap lingkungan menjadi terganggu, seperti aktivitas sosial bersama
keluarga, teman serta berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi, pendidikan, dan
masyarakat. Dampak sosial tersebut akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja
pekerja. Sedangkan keluhan lainnya pada shift malam yang tidak dirasakan
pada shift pagi adalah responden tidak memiliki waktu untuk mengobrol
dengan keluarga seusai bekerja. Pada shift malam, pekerja memiliki waktu
yang lebih sedikit untuk melakukan interaksi sosial. Seperti yang telah
diungkapkan sebelumnya, bahwa pekerja shift terkadang tidur saat kegiatan
sosial berlangsung. Hal ini menyebabkan pekerja sulit memberikan waktunya
pada keluarga, berkumpul dengan teman atau berinteraksi dengan masyarakat
untuk mendapatkan nilai sosial yang besar.
9

Berdasarkan hasil rekapitulasi penyebaran kuesioner nordic body map kepada


responden PT. XX didapatkan hasil sebagai berikut :
A. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Fisik
Secara fisiologis, kelelahan yaitu penurunan kekuatan otot yang
disebabkan oleh kehabisan tenaga dan peningkatan sisa-sisa metabolisme.
Kelelahan terjadi karena beberapa hal, misalnya melakukan aktifitas monoton,
beban kerja dan waktu kerja yang berlebihan, lingkungan kerja, fasilitas
kerja, keadaan psokologis dan keadaan gizi. Sebagian besar kecelakaan kerja
ada kaitannya dengan kelelahan kerja. Untuk meminimasi kelelahan, ada
baiknya memperhatikan kondisi kerja terlebih dahulu, terutama pada saat shift
malam. Lama shift kerja tidak terlalu panjang, dan penyiapan yang baik sebelum
tugas malam dengan memperhatikan kondisi kerja, agar penyakit akibat kerja
dan kecelakaan kerja dapat menurun.
Keluhan fisik yang sering dirasakan pekerja setelah bekerja adalah
sebagai berikut :
1. Responden sering merasa sakit di bagian lengan atas kanan
2. Responden sering merasa sakit di bagian pergelangan tangan kiri
3. Responden sering mearsa sakit di bagian pergelangan tangan kanan
4. Responden sering merasa sakit di bagian paha kiri
5. Responden sering merasa sakit di bagian paha kanan
6. Responden sering merasa sakit di bagian betis kiri
7. Responden sering merasa sakit di bagian betis kanan
8. Responden sering merasa sakit di bagian pergelangan kaki kiri
9. Responden sering merasa sakit di bagian pergelangan kaki kanan
10. Responden sering merasa sakit di bagian kaki kiri
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap nordic body map
kuesioner, responden merasakan keluhan fisik pada segmen tubuh yang sama
baik pada shift pagi maupun pada shift malam. Hal ini menunjukkan
bahwa shift kerja tidak mempengaruhi permasalahan pada keluhan fisik,
namun dapat diakibatkan dari jenis pekerjaan dan beban kerja pada shift pagi
maupun shift malam adalah sama.
Dari keluhan-keluhan yang dirasakan responden diatas, berdasarkan
nilai persentase diatas 50%, keluhan yang paling banyak dirasakan responden
adalah pada bagian betis kiri dan betis kanan dan juga pada bagian kaki kiri
dan kaki kanan. Hal ini dikarenakan banyaknya pekerjaan yang mengharuskan
responden berdiri selama melakukan pekerjaannya. Departemen produksi
yang mengharuskan pekerja berdiri secara terus-menerus diantaranya adalah
pada bagian press, cutting, swearjing, turret. Keluhan-keluhan yang dirasakan
pekerja tersebut sebaiknya diatasi dengan memperbaiki posisi kerja pekerja.
Pihak perusahaan harus dapat meminimasi keluhan yang dirasakan pekerja.
Keluhan tersebut apabila dibiarkan akan menjadi rasa sakit yang
berkepanjangan bagi pekerja. Khususnya pada shift malam, dimana fungsi
fisiologi sedang mengalami pemulihan, sehingga pekerja shift malam sangat
rentan terhadap keluhan fisik. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah
dengan mengatur cara kerja dan posisi kerja pekerja. Untuk dapat melakukan
10

perbaikan ini maka perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut sehingga
dapat membantu meringankan cara kerja pekerja di PT. XX

B. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Denyut Nadi


Pengukuran denyut nadi merupakan salah satu cara untuk
mengetahui kelelahan kerja bagi pekerja shift. Rata-rata denyut nadi seorang
pekerja yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat kelelahan dan beban
kerja yang dialami pekerja tersebut tinggi. Secara umum semua fungsi tubuh
meningkat pada siang hari, mulai melemah pada sore hari dan menurun pada
malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan. Kondisi melemahnya fungsi
tubuh ini, ditambah dengan tuntutan tanggung jawab pekerjaan yang
menumpuk dapat mengakibatkan kelelahan. Selain itu, kemungkinan adanya
lingkungan fisik yang terlalu menekan, kurangnya kontrol yang dirasakan
akibat melemahnya fungsi tubuh dan kurangnya hubungan interpersonal skill
pada shift malam menjadi penyebab melemahnya fungsi tubuh.Dalam penelitian
ini, pengukuran denyut nadi dilakuan pada saat sebelum bekerja, saat bekerja,
dan saat setelah bekerja. Hasil pengukuran denyut nadi tersebut kemudian diuji
hipotesis ANOVA untuk mengetahui apakah terdapat pebedaan signifikan
antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift malam.

1. Pengukuran Denyut Nadi Saat Sebelum Bekerja


Hasil pengujian hipotesis ANOVA, menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift
malam saat sebelum bekerja. Meskipun demikian, bila dilihat secara grafik
rata-rata denyut nadi pada shift malam masih menunjukkan hasil yang lebih
besar dibandingkan dengan shift pagi. Hal ini disebabkan pada saat sebelum
bekerja, khususnya pada shift malam pekerja telah melakukan aktifitas
diluar pekerjaan sebelum ia mulai bekerja. Hal lainnya juga dapat
disebabkan dari perbedaan lingkungan yang terjadi di pagi hari dan di
malam hari, atau dapat diakibatkan dari keadaan mental pekerja yang tidak
siap untuk bekerja pada malam hari.

2. Pengukuran Denyut Nadi Saat Bekerja


Hasil pengujian hipotesis ANOVA, menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift malam saat
bekerja. Pada umumnya, tubuh manusia bersistirahat pada malam hari
sehingga denyut nadi mengalami penurunan untuk recovery, namun bagi
pekerja shift yang bekerja pada malam hari menyebabkan pengaturan
sirkulasi dalam tubuh manusia untuk bekerja lebih pada malam hari yang
menyebabkan denyut nadi pada shift malam mengalami peningkatan karena
memaksakan untuk bekerja. Pada shift malam, tingkat kelelahan saat bekerja
lebih tinggi, hal tersebut dapat dilihat pada grafik denyut nadi bahwa rata-
rata denyut nadi pada shift malam lebih besar dari pada rata-rata denyut
nadi pada shift pagi. Intensitas lamanya bekerja juga dapat mempengaruhi
kerja denyut nadi. Oleh karena itu, perancangan jadwal shift kerja yang baik
perlu dilakukan.
11

3. Pengukuran Denyut Nadi Saat Setelah Bekerja


Hasil pengujian hipotesis ANOVA, menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift malam saat
setelah bekerja. Rata-rata denyut nadi pada saat setelah bekerja pada shift
pagi maupun shift malam menunjukkan hasil yang hampir mendekati rata-
rata denyut nadi pada saatsebelum bekerja. Bila dilihat secara grafis, rata-
rata denyut nadi pada shift pagi dan shift malam cukup berdekatan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada shift pagi maupun pada shift malam, pekerja
mempunyai tingkat recovery yang sama. Dari hasil pengukuran denyut
nadi, baik pada saat sebelum bekerja, saat bekerja, dan saat setelah
bekerja, bila dilihat secara grafik denyut nadi pada shift malam lebih
besar dibandingkan dengan denyut nadi pada shift pagi. Hal ini
menunjukkan bahwa pada malam hari fungsi fisiologi tubuh manusia
tidak dapat melakukan pekerjaan seperti halnya pada saat pagi atau
siang hari. Selain itu pengaruh-pengaruh dari luar menjadi fakor
penyebab denyut nadi di malam hari labih tinggi dibandingkan di pagi
hari ataupun siang hari. Seperti pengaruh dari lingkungan, kondisi
kesehatan, dan kondisi psikis menjadi salah satu faktor penyebab denyut nadi
di malam hari lebih besar dibandingkan di pagi hari.
Namun, meski secara grafik menunjukkan bahwa denyut nadi pada
shift malam lebih besar dari pada denyut nadi pada shift pagi, rata-rata
denyut nadi ini menunjukkan bahwa tingkat pekerjaan responden masih
dalam kategori pekerjaan ringan hingga sedang yaitu berada diantara 60-
100 detak/menit (sumamur, 1989). Hal ini menunjukkan bahwa jenis
pekerjaan yang ada masih bisa diterima oleh fisik pekerja baik pada shift
pagi maupun pada shift malam.

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, tidak menunjukkan adanya beban


kerja yang berat bagi pekerja shift. Tapi apabila merujuk kepada hasil
kuesioner dampak shift kerja, terdapat keluhan- keluhan yang
mengindikasikan bahwa sistem shift kerja di PT. XX perlu dilakukan
perbaikan. Keluhan-keluhan yang banyak dirasakan oleh pekerja adalah pada
variabel kesehatan dan psikososial. PT. XX memiliki 2 jadwal shift kerja, yaitu
shift pagi dan shift malam. Perputaran jadwal shift kerja dilakukan setiap
satu minggu. Jumlah jam kerja yang tersedia adalah 8 jam kerja per
harinya, namun terkadang dengan jadwal yang tidak pasti, pekerja dikenakan
lembur sehingga jam kerja yang diterima oleh pekerja melebihi dari 8 jam
kerja. Dengan jadwal shift kerja tersebut, pekerja shift di PT. XX akan
mengalami kesulitan beradaptasi pada lingkungan kerja setiap minggunya.
Ketika mereka sudah terbiasa dengan pekerjaan pada malam hari, mereka akan
mengalami kesulitan ketika berpindah pada shift pagi pada minggu
berikutnya. Jadwal shift kerja lama dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jadwal Shift Kerja Lama
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Total
12

S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R Pagi Malam Off Shift


1 Grup 1 P P P P P O M M M M M M O O P P P P P O M M M M M M O O P P P 13 12 6 25
2 Grup 2 M M M M M O O P P P P P O M M M M M M O O P P P P P O M M M M 10 15 6 25

Keterangan : P (Pagi) M (Malam) O (Off)

Perbaikan yang diberikan adalah mencoba mengusulkan perubahan jadwal


shift kerja menjadi 3 shift kerja dengan pola 2-2-2 (Pola Metropolitan),
dengan jadwal jam kerja shift pagi dimulai pada pukul 07.00 dan berakhir pada
pukul 15.00, jadwal jam kerja shift sore dimulai pada pukul 15.00 dan berakhir
pada pukul 23.00, jadwal jam kerja pada shift malam dimulai pada pukul 23.00
dan berakhir pada pukul 07.00. Dengan jumlah pekerja yang ada di PT. XX
memungkinkan untuk membuat jadwal shift kerja menjadi 3 shift kerja.
Diharapkan dengan jadwal shift kerja yang baru tersebut dapat mengurangi
keluhan-keluhan dari dampak shift kerja. Dengan pergantian jadwal shift kerja
yang dilakukan setiap 2 hari sekali dan diberikan libur setelah bekerja pada
shift malam, memungkinkan pekerja untuk dapat berisitrahat dengan cukup
setelah melakukan aktivitas di malam hari. Selain itu, dengan sistem shift
kerja tersebut tidak perlu lagi diberikan jam kerja lembur karena proses
produksi telah berlangsung selama 24 jam sehingga dengan demikian secara
tidak langsung juga dapat mengurangi upah pekerja. Usulan jadwal shift kerja
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Usulan Jadwal Shift Kerja Baru


No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Total
S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R Pagi Sore Malam Off Shift
1 Grup 1 P P S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O 8 8 8 7 24
2 Grup 2 S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P 7 8 8 8 23
3 Grup 3 M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P P S S M M O O P P S 8 7 8 8 23

Keterangan : P (Pagi) M (Malam) O (Off)

Dipilihnya jadwal shift kerja dengan pola 2-2-2 (Pola Metropolitan) adalah
untuk mempersingkat sisitem rotasi shift kerja. Dengan mempersingkat rotasi
shift kerja maka dapat mempersingkat pula tingkat adaptasi pekerja ketika
dilakukan pergantian jadwal shift kerja dari malam ke pagi. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, menurut Kuswadji (1997), perbedaan siklus
tubuh manusia hanya satu jam per hari. Itu adalah masa maksimal. Pada
pekerja shift ada perbedaan selama 8 jam. Ini tentu saja memerlukan
penyesuaian selama 8 hari. Dengan kata lain jika seorang pekerja sudah
bekerja malam selama satu minggu, maka dia sudah menjadi manusia malam.
Jika setelah itu diubah lagi menjadi pekerja siang, dia perlu penyesuaian
seminggu pula. Dengan diberlakukannya pola shift kerja 2-2-2, pekerja dapat
melakukan penyesuaian pada saat libur setelah bekerja malam.
13

Berdiri merupakan salah satu postur alami manusia yang sebenarnya tidak
menimbulkan bahaya kesehatan tertentu. Tapi jika dilakukan dalam jangka
waktu yang lama hal ini akan mempengaruhi kondisi tubuh, sama seperti
halnya bahaya terlalu lama duduk. Bekerja dalam posisi berdiri untuk jangka
waktu panjang secara teratur bisa menyebabkan kaki sakit, pembengkakan
kaki, varises, kelelahan otot umum, nyeri pinggang serta kekakuan pada leher
dan bahu. Hal ini karena tubuh dipengaruhi oleh pengaturan daerah kerja
sehingga membatasi posisi-posisi tubuh pekerja dalam beraktivitas. Akibatnya
tubuh pekerja hanya memiliki sedikit kebebasan bergerak dan menjadi lebih
kaku. Kurangnya fleksibilitas tubuh akan menyebabkan masalah kesehatan.
Bekerja dalam posisi berdiri pada jangka panjang akan menimbulkan
ketidaknyamanan dan akhirnya jika berlangsung terus menerus bisa
mengakibakan masalah kesehatan yang parah dan kronis. Terlalu lama berdiri
membuat otot menjadi kaku sehingga secara efektif bisa mengurangi suplai
darah ke otot-otot. Akibatnya aliran darah berkurang sehingga mempercepat
timbulnya kelelahan dan menyebabkan nyeri pada otot-otot punggung, kaki dan
leher (otot-otot ini digunakan untuk mempertahankan posisi tubuh). Pekerja
tidak hanya merasakan ketegangan otot tapi juga ketidaknyamanan lainnya
seperti berkumpulnya darah di kaki, serta berdiri terlalu lama mengakibatkan
radang pembuluh darah. Peradangan ini dari waktu ke waktu berkembang
menjadi varises kronis dan menyakitkan. Selain itu juga bisa menyebabkan sendi
di tulang belakang, pinggul, lutut dan kaki menjadi seperti terkunci yang
nantinya memicu terjadinya penyakit rematik degeneratif akibat kerusakan
pada tendon dan ligamen (struktur yang mengikat otot tulang). Meski begitu
beberapa hal bisa dilakukan pekerja untuk mengurangi dampak yang tidak
menyenangkan, yaitu sebagai berikut
a. Menggunakan alas kaki yang nyaman.
b. Jika memang harus menggunakan sepatu bertumit sebaiknya pilihlah tinggi
sepatu yang kecil atau di bawah 5 cm.
c. Usahakan untuk duduk disela-sela waktu kerja atau setidaknya ketika ada
waktu istirahat melakukan peregangan secara teratur misalnya setidaknya 30
menit atau 1 jam, peregangan dilakukan untuk mengurangi tekanan pada
kaki, bahu, leher dan kepala.

6. Kesimpulan dan Saran


Dari hasil pembahasan dan analisis, maka kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, identifikasi keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh pekerja adalah sebagai berikut:
a. Dampak shift kerja dirasakan oleh pekerja yang bekerja pada shift
pagi dan shift malam. Tetapi, pekerja yang bekerja pada shift
malam lebih banyak merasakan keluhan dampak shift kerja
dibandingkan saat bekerja shift pagi. Keluhan-keluhan tersebut
dirasakan oleh pekerja terhadap performansi, kesehatan dan
14

psikososial pekerja.
b. Pada keluhan fisik (nordic body map), tidak ada perbedaan antara
keluhan fisik pada segmen tubuh yang dirasakan responden pada
shift pagi dengan keluhan yang dirasakan responden pada
shift malam. Hal ini menunjukkan bahwa shift kerja tidak
mempengaruhi permasalahan pada keluhan fisik, namun dapat
diakibatkan dari cara kerja, jenis pekerjaan, dan beban kerja pada
shift pagi maupun shift malam yang sama.
c. Pengukuran beban kerja dilakukan dengan mengukur denyut nadi
pekerja, pada saat bekerja shift pagi dan shift malam. Hasil
pengukuran dari denyut nadi terdapat perbedaan antara shift pagi
dan shift malam. Secara grafik menunjukkan bahwa pekerja shift
malam memiliki rata-rata denyut nadi yang lebih besar dibandingkan
pekerja shift pagi. Pada saat sebelum bekerja, shift pagi memiliki
nilai rata-rata denyut nadi sebesar 75,6 detak/menit dan pada
shift malam memiliki nilai rata-rata denyut nadi sebesar 79,8
detak/menit. Pada saat bekerja, shift pagi memiliki nilai rata- rata
denyut nadi sebesar 82,3 detak/menit dan shift malam memiliki
nilai rata-rata denyut nadi sebesar 90,7 detak/menit. Pada saat
setelah bekerja, shift pagi memiliki nilai rata-rata denyut nadi
sebesar 81,4 detak/menit dan pada shift malam memiliki nilai rata-
rata denyut nadi sebesar 84,7 detak/menit.
d. Pada hasil pengujian hipotesis ANOVA terhadap pengukuran
denyut nadi, saat sebelum bekerja dan setelah bekerja didapat nilai F
(sig) > dari nilai , yaitu 0.144 > 0.05 dan 0.172 > 0.05. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift
malam saat sebelum bekerja dan setelah bekerja. Sedangkan pada
saat bekerja didapat nilai F (sig) < dari nilai , yaitu 0.001 < 0.05.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara denyut nadi shift pagi dengan denyut nadi shift
malam. Tetapi denyut nadi pekerja tersebut masih tergolong ke
dalam tingkat pekerjaan ringan hingga sedang yaitu berada
diantara 60-100 detak/menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa
jenis pekerjaan yang ada masih bisa diterima oleh fisik pekerja
baik pada shift pagi maupun pada shift malam.
2. Strategi perbaikan cara kerja segmen fisik untuk mengurangi
dampak terhadap keluhan fisik. Untuk mengurangi dampak keluhan fisik
tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pekerja,
yaitu sebagai berikut:
a. menggunakan alas kaki yang nyaman.
b. Jika memang harus menggunakan sepatu bertumit sebaiknya
pilihlah tinggi sepatu yang kecil atau di bawah 5 cm.
c. Usahakan untuk duduk disela-sela waktu kerja atau setidaknya ketika
ada waktu istirahat melakukan peregangan secara teratur misalnya
setidaknya 30 menit atau 1 jam, peregangan dilakukan untuk
15

mengurangi tekanan pada kaki, bahu, leher dan kepala.

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan untuk perbaikan


ataupun pengembangan penelitian ini kedepannya dan juga untuk PT. XX
sebagai perusahaan tempat dilakukannya penelitian ini. Saran yang ingin
disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Saran untuk perusahaan.
a. Hendaknya perusahaan lebih memperhatikan kondisi pekerja,
khususnya pekerja yang menggunakan sistem shift kerja agar
kondisi kesehatan dan kebutuhan pribadi dalam bersosialisasi tetap
dapat terpenuhi.
b. Perlu dilakukankan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki cara
kerja pekerja di PT. XX
c. Sebaiknya perusahaan memberikan izin penuh bagi setiap
mahasiswa yang akan melakukan penelitian, karena penelitian
yang dilakukan tersebut dapat membantu perbaikan dan
perkembangan bagi perusahaan.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya.
a. Menyadari kurang optimalnya penelitian mengenai shift kerja ini
yang dikarenakan keterbatasan izin penelitian dari pihak
perusahaan, maka diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat
melakukan penelitian secara optimal, seperti misalnya melakukan
penyebaran kuesioner dengan jumlah responden yang lebih luas,
sehingga keluhan - keluhan yang dirasakan oleh pekerja dan
perbandingan denyut nadi pekerja dapat terlihat lebih jelas lagi.
b. Untuk mengetahui keberhasilan dari strategi yang dirancang, maka
perlu implementasi dari strategi tersebut. Setelah itu
membandingkan dampak yang dirasakan pekerja antara sebelum
perbaikan dan sesudah perbaikan.

Daftar Pustaka

Alkamil Irfan (2011). Bahaya kerja Larut dan Shift Malam Bagi
Tubuh.
http://irfanalkamil.wordpress.com/2011/01/16/bahaya-kerja-larut-dan-
shift-malam-bagi-tubuh/

Antara, News (2010). Angka Kecelakaan Kerja Tahun Turun.


http://apindo.or.id/index.php/berita-a-artikel/kliping/371-angka-
kecelakaan-kerja-%20ahun-2010-turun

Aschoff J, Hoffman K, dan Pohl H. (1975). Re-entrainment of Circadian


Rhythms
After Phase-shift of The Zeitgeber. Chronobiologia. 2:23-78.
16

Asad, M. (1987). Hubungan Faktor Umur, Pendidikan, Masa Kerja dan


Kepuasan Kerja terhadap Produktifitas Kerja pada Petugas Dinas Luar
Asuransi
Penelitian Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta

Depdikbud. (1996). Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Pusat


Kesegaran
Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Guyton (1990), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III. EGC.
Jakarta

Josling, Leanne (2005). Shift Work and Ill-Health. World Socialist


Website:
http://www.wsws.org/articles/1999/sep1999/shift-s06_prn.shtml.
Accessed: May 18, 2005.

Kuswadji, S. (1997). Pengaturan Tidur Pekerja Shif., Cermin Dunia Kedokteran


No.116/1997, 48 52. Jakarta

Kantor Hukum (2010). Risiko di Balik Pekerjaan yang Menuntut Banyak


Berdiri.
http://www.kantorhukum-lhs.com/2.php?id=Risiko-di-Balik-Pekerjaan-
yang-Menuntut-Banyak-Berdiri

Sumamur, P. K. (1993). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.


Haji
Masagung. Jakarta.

Tarwaka (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Produktivitas.
Ed 1, Cet 1. UNIBA PRESS. Surakarta.
17

Anda mungkin juga menyukai