Anda di halaman 1dari 15

Skala Pengukuran Statistik

Pengukuran adalah proses hal mana suatu angka atau simbol dilekatkan pada karakteristik
atau properti suatu stimuli sesuai dengan aturan/prosedur yang telah ditetapkan (Imam
Ghozali, 2005). Misal, orang dapat diganbarkan dari beberapa karakteristik: umur, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, tingkat pendapatan, dll. Ada 4 skala pengukuran.

1. Skala nominal
Skala nominal merupakan skala yang merupakan kategori atau kelompok dari suatu
subyek. Misal, variabel jenis kelamin responden dikelompokkan menjadi dua, L/P, masing-
masing diberi kode 1 dan 2. Angka ini hanya berfungsi sebagai label kategori, tanpa memiliki
nilai instrinsik dan tidak memiliki arti apa pun. Lambang- lambang tersebut tidak memiliki
sifat sebagaimana bilangan pada umumnya, sehingga pada variabel dengan skala nominal
tidak dapat diterapkan operasi matematika standar: pengurangan, penjumlahan, perkalian, dll.
Uji statistik yang sesuai dengan skala nominal adalah uji yang mendasarkan pada jumlah
seperti modus dan distribusi frekuensi.

2. Skala ordinal
Skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran menunjukkan urutan atau
tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik yang dipelajari. Misal, kita ingin
mengetahui preferensi responden terhadap merek indomie goreng: merek Sarimi, Indomie,
Mie Sedap, Gaga Mie kemudian responden diminta untuk melakukan ranking terhadap merek
mie goreng dengan memberi angka 1 untuk merek yang paling disukai, angka 2 untuk
rangking kedua, dst. Rangkuman hasil sbb:

Merek mie goreng Rangking


Indomie 1
Mie Sedap 2
Sarimi 3
Gaga Mie 4

Tabel ini menunjukkan bahwa merek Indomie lebih disukai daripada Mie Sedap, merek Mie
Sedap lebih disukai daripada Sarimi, dsb. Walaupun perbedaan angka antara preferensi satu
dengan lainnya sama, namun kita tidak dapat menentukan besarnya nilai preferensi dari suatu
merek terhadap merek lainnya. Uji statistik yang sesuai adalah modus, median, distribusi
frekuensi dan statistik non-parametrik seperti rank order correlation.

3. Skala Interval
Skala pengukuran mempunyai sifat seperti skala ordinal (memiliki urutan tertentu), ditambah
satu sifat khas, yaitu adanya satuan skala (scale unit). artinya, perbedaan karakteristik antara
obyek yang berpasangan dengan lambang bilangan satu dengan lambang bilangan berikutnya
selalu tetap. Jika dalam pengukuran preferensi responden terhadap merek indomie goreng
tersebut diasumsikan bahwa urutan kategori menunjukkan preferensi yang sama, maka kita
dapat mengatakan bahwa perbedaan indomie goreng merek urutan ke 1 dengan 2 adalah sama
dengan perbedaan merek 2 dengan lainnya. Namun demikian, kita tidak bisa mengatakan
bahwa merek yang mendapat ranking 5 nilainya lima kali preferensi daripada merek 1. Uji
statistik yang sesuai adalah semua uji statistik kecuali uji yang mendasarkan pada rasio
seperti koefisien variasi.

4. Skala rasio
Skala rasio adalah skala yang menghasilkan data dengan mutu yang paling tinggi.
Perbedaan skala rasio dengan skala interval terletak pada keberadaan nilai nol (based value).
Pada skala rasio, nilai nol bersifat mutlak, tidak seperti pada skala interval. Data yang
dihasilkan oleh skala rasio adalah data rasio. Tidak ada pembatasan terhadap alat uji statistik
yag sesuai

Skala Pengukuran
Untuk memilih uji statistik yang akan digunakan dalam menganalisa data maka tipe data
memegang peranan yang penting. Jenis data pada gilirannya akan menentukan jenis uji
statistik yang digunakan. Dalam statistik, data merupakan karakteristik, symbol atau angka
dari sebuah variabel yang diukur. Pengukuran hanya dilakukan terhadap variabel yang dapat
didefinisikan seperti minat, kinerja ataupun sikap. Agar hasil penelitian tidak memberikan
interpretasi yang berbeda maka definisi operasional terhadap variabel yang diteliti perlu
dijelaskan terlebih dahulu.

Data dalam statistik secara umum dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu:

1. Data nominal yaitu data yang didapat dari hasil perhitungan dan berbentuk kategori
misalnya laki-laki-perempuan, tua-muda. Jika laki-laki disimbolkan dengan 1 dan perempuan
disimbolkan dengan 2, maka bukan berarti perempuan lebih baik atau lebih banyak dua kali
lipat dari laki. Data ini tidak bisa diberikan perlakuan matematika seperti penjumlahan
ataupun perkalian. Yang termasuk data nominal juga adalah data ordinal.

2. Data kontinu yaitu data yang didapat dari hasil pengukuran. Data hasil pengukuran
diperoleh dari tes, kuesioner ataupun alat ukur lain yang sudah terstandar misalnya
timbangan, panjang ataupun skala psikologis yang lain. yang termasuk data kontinum ini
adalah interval dan rasio.
Data didapatkan dari perhitungan dan pengukuran. Pengukuran adalah penggunaan aturan
untuk menetapkan bilangan pada obyek atau peristiwa. Dengan kata lain, pengukuran
memberikan nilai-nilai variabel dengan notasi bilangan. Aturan penggunaan notasi bilangan
dalam pengukuran disebut skala atau tingkat pengukuran (scales of measurement).Secara
lebih rinci, dalam statistik terdapat 4 skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval dan
rasio.

Skala nominal adalah skala mengelompokkan obyek atau peristiwa dalam berbentuk
kategori. Skala nominal diperoleh dari pengukuran nominal yaitu suatu proses
mengklasifikasian obyek-obyek yang berbeda kedalam kategori-kategori berdasarkan
beberapa karakteristik tertentu.
Karakteristik data nominal adalah
1. Kategori data bersifat mutually eksklusif (setiap obyek hanya memiliki satu kategori)
2. Kategori data tidak disusun secara logis

Skala ordinal adalah jenis skala yang menunjukkan tingkat. Skala ini biasanya dipergunakan
dalam menentukan ranking seseorang dibandingkan dengan yang lain. misalnya ranking
siswa dikelas dibuat dari nilai tertinggi sampai nilai terendah. Ranking pertama dan kedua
tidak memiliki jarak rentangan yang sama dengan rankin kedua dan ketiga. Contoh lain skala
ordinal adalah nilai mahasiswa dalam bentuk huruf, A, B, C, D dan E. skala ordinal memiliki
karakteristik:
1. Kategori data bersifat mutually eksklusif (setiap obyek hanya memiliki satu kategori)
2. Kategori data tidak disusun secara logis
3. Kategori data disusun berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan besarnya karakteristik
yang dimiliki
Skala interval adalah skala yang yang memiliki jarak yang sama antar datanya akan tetapi
tidak memiliki nol mutlak. Nol mutlak artinya tidak dianggap ada. Salah satu cirri matematis
yang dimiliki skala interval adalah penjumlahan. Dengan demikian, kita dapat membuat
operasi penambahan atau pengurangan. Misalnya, jarak pada temperature tertentu. Jarak
antara 250F dengan 500F sama dengan jarak 750F dengan 1000F. akan tetapi, skala suhu ini
tidak memiliki titik nol mutlak sehingga kita tidak bisa melakukan operasi perkalian dan
pembagian. Untuk itu maka ada satu lagi skala yaitu skala rasio.

Skala rasio adalah skala pengukuran yang memiliki nol mutlak sehingga dapat dilakukan
operasi perkalian dan pembagian. Misalnya berat badan, tinggi badan, pendapatan dan lain
sebagainya.

Skala Pengukuran Variabel


16 KomentarPosted by smartstat pada Februari 20, 2010

Fokus dari desain penelitian dan analisis statistik adalah studi tentang variabel. Pada saat
Anda ingin mempelajari suatu fenomena, langkah pertama adalah mendefinisikan fenomena
yang diteliti tersebut, dalam hal ini adalah menentukan variabel-variabel yang kita amati dan
selanjutnya menentukan bagaimana cara Anda mengukur variabel tersebut. Proses tersebut
dikenal dengan istilah definisi operasional. Jelas disini bahwa untuk memahami suatu
fenomena, kita harus memahami dulu istilah variabel dan skala pengukuran. Apabila
Anda tidak menentukan secara jelas cara pengukuran variabel yang ingin Anda pelajari, pada
akhirnya Anda akan mengalami kebingungan dalam menentukan desain penelitian yang tepat
serta dalam menentukan prosedur analisis statistik yang sesuai.

Indeks Artikel

 Nominal
 Ordinal
 Interval
 Rasio
 Ringkasan
 Flow Chart
 Contoh terapan
Sebagai contoh Fenomena di bidang pertanian. Pada saat Anda mengikuti perlombaan
Lomba Lintas Lembah dan Bukit, Tanpa sengaja Anda memperhatikan pertumbuhan
beberapa tanaman, pada lokasi tertentu ada tanaman yang tumbuh dengan subur dan ada juga
yang merana, he2… Mungkin muncul pertanyaan baru? Kenapa tanaman yang tumbuh di
tanah tersebut tumbuh dengan subur sementara di tempat lainnya tidak demikian? Setelah
Anda perhatikan dengan seksama, ternyata pada lokasi yang tanamannya tumbuh dengan
subur ditemukan banyak mengandung bahan organik yang berasal dari pupuk kandang. Anda
bisa menyimpulkan bahwa tanaman subur karena tersedianya hara yang cukup dari pupuk
kandang. Namun muncul lagi pertanyaan baru.., apakah semua jenis pupuk kandang
pengaruhnya sama terhadap pertumbuhan tanaman? Nah ini baru ide baru.., dan Anda berniat
untuk mempelajari pengaruh dari pemberian berbagai jenis pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman. Langkah pertama adalah menentukan variabel apa saja yang
akan dipelajari. Jelas disini ada dua kategori variabel, yaitu variabel penyebab dan variabel
akibat. Variabel penyebab dikenal dengan variabel bebas atau Faktor dan variabel akibat
adalah variabel terikat (Respons). Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel-variabel
tersebut. Misalnya variabel bebasnya adalah jenis pupuk kandang (ayam, domba, sapi) dan
variabel terikatnya yang akan di amatinya (respons) adalah kandungan hara di dalam tanah
(N, P, K), serapan hara oleh tanaman (N, P, K), pertumbuhan tanaman (diwakili oleh variabel
Tinggi tanaman), dan hasil tanaman. Setelah variabelnya ditentukan, selanjutnya adalah
menentukan bagaimana cara pengukurannya? Misalnya, indikator yang akan dijadikan
pewakil dari karakteristik hasil tanaman adalah berat biji. Bagaimana cara
mengukurnya? Cara mengukur berat biji tersebut termasuk pada penentuan skala
pengukuran dari variabel berat biji tanaman.

Pengukuran adalah dasar dari penyelidikan ilmiah. Segala sesuatu yang kita lakukan
dimulai dengan pengukuran objek yang akan kita pelajari. Pengukuran adalah pemberian
angka atau kode pada suatu obyek.

Terdapat empat Jenis Skala Pengukuran yaitu Nominal, Ordinal, Interval, Ratio. Skala
yang paling rendah adalah Nominal dan yang tertinggi adalah Skala Rasio. Skala pengukuran
yang lebih tinggi akan memiliki karakteristik skala pengukuran di bawahnya. Misalnya, skala
Rasio akan memiliki karakteristik Nominal, Interval, dan Ordinal.

Variabel Nominal/Skala Nominal

Variabel nominal merupakan variabel dengan skala pengukuran yang paling rendah
tingkatannya dan hanya bisa digunakan untuk klasifikasi kualitatif atau kategorisasi.
Artinya, variabel tersebut hanya dapat diukur dari segi apakah karakteristik suatu objek bisa
dibedakan dari karekateristik lainnya, tetapi kita tidak dapat mengukur atau bahkan
mengurutkan peringkat kategori tersebut. Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa jenis
kelamin ke 2 orang tersebut berbeda, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Di sini kita
bisa membedakan karakteristik keduanya, tetapi kita tidak bisa mengukur dan mengatakan
mana yang “lebih” atau mana yang “kurang” dari kualitas yang diwakili oleh variabel
tersebut. Kita hanya bisa memberikan kode/label pada kedua karakteristik tersebut, misalnya
angka 0 untuk perempuan dan angka 1 untuk laki-laki. Kode/label angka tersebut bisa saja di
tukar. Kode di sana hanya berfungsi sebagai pembeda antara kedua objek dan tidak
menunjukkan urutan atau kesinambungan. Angka 1 tidak menunjukkan lebih tinggi atau lebih
baik di banding 0.

Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala nominal hanya tanda “=” atau “≠”.

Contoh-contoh variabel nominal lainnya adalah:

 jenis tanah,  kota,  Nomor


 varietas,  Golongan darah KTP/SIM/Kartu
Pelajar
 ras,  Jenis penyakit
 warna,  Agama
 bentuk,  Suku
Variabel Ordinal/ Skala Ordinal

Variabel ordinal memungkinkan kita untuk mengurutkan peringkat dari objek yang kita
ukur. Dalam hal ini kita bisa mengatakan A “lebih” baik dibanding B atau B “kurang” baik
dibanding A, namun kita tidak bisa mengatakan seberapa banyak lebihnya A dibanding B.
Dengan demikian, batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang
dapat dibandingkan hanyalah apakah nilai tersebut lebih tinggi, sama, atau lebih rendah
daripada nilai yang lain, namun kita tidak bisa mengatakan berapa perbedaan jarak (interval)
diantara nilai-nilai tersebut. Contoh umum variabel ordinal adalah status sosial ekonomi
keluarga. Sebagai contoh, kita tahu bahwa kelas menengah ke atas lebih tinggi status sosial
ekonominya dibanding kelas menengah ke bawah, tapi kita tidak bisa mengatakan berapa
lebihnya atau mengatakan bahwa kelas menengah ke atas 18 % lebih tinggi. Pemberian
simbol/kode angka pada skala ordinal, selain berfungsi untuk membedakan karakteristik antar
objek juga sudah menetukan urutan peringkat dari objek tersebut.

Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<”
dan “>”. Misal kode angka untuk kelas bawah = 0, menengah = 1, dan atas = 2. Angka 0
berbeda dengan 1 ataupun 2 (operator aritmetk: = dan ≠), 0 lebih rendah dibanding 1
(operator aritmetk: < dan >),

Contoh:

 Tingkat pendidikan atau kekayaan  Tingkat kesembuhan


 Tingkat keparahan penyakit  Derajat keganasan kanker

Variabel Interval/ Skala Interval

Variabel Interval tidak hanya memungkinkan kita


untuk mengklasifikasikan, mengurutkan peringkatnya, tetapi kita juga
bisa mengukur dan membandingkan ukuran perbedaan diantara nilai. Sebagai contoh, suhu,
yang diukur dalam derajat Fahrenheit atau Celcius, merupakan skala interval. Kita dapat
mengatakan bahwa suhu 50 derajat lebih tinggi daripada suhu 40 derajat, demikian juga suhu
30 derajat lebih tinggi dibanding dengan suhu 20 derajat. Perbedaan selisih suhu antara 40
dan 50 derajat nilainya sama dengan perbedaan suhu antara 20 dan 30 derajat, yaitu 10
derajat. Jelas disini bahwa pada skala interval, selain kita bisa membedakan
(mengkategorikan), mengurutkan nilainya, juga bisa di hitung berapa
perbedaannya/selisihnya dan jarak atau intervalnya juga dapat dibandingkan. Perbedaan
antara kedua nilai pada skala interval sudah punya makna yang berarti, berbeda dengan
perbedaan pada skala ordinal yang maknanya tidak berarti. Misalnya, perbedaan antara suhu
40 dan 50 derajat dua kali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan antara suhu 30 dan 35.
Dengan demikian, selain sudah mencakup sekala nominal, juga sudah termasuk skala ordinal,
tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematik, oleh karena batas-batas
variasi nilai pada interval adalah arbiter (angka nolnya tidak absolut).

Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala ordinal adalah tanda “=”, “≠”, “<”,
“>”, “+”, “-”. Misal suhu: 30 +10 = 40 derajat.

Contoh Skala Interval lainnya:

 Tingkat kecerdasan (IQ)


 Beberapa indeks pengukuran tertentu

Variabel Rasio/ Skala Rasio

Variabel rasio sangat mirip dengan variabel interval; di samping sudah memiliki semua
sifat-sifat variabel interval, juga sudah bisa diidentifikasi titik nol mutlak, sehingga
memungkinkan menyatakan rasio atau perbandingandi antara kedua nilai, misalnya x
adalah dua kali lebih y. Contohnya adalah berat, tinggi, panjang, usia, suhu dalam skala
kelvin. Sebagai contoh, berat A = 70 kg, berat B =35 kg, Berat C = 0 kg. Disini kita bisa
membandingkan rasio, misalnya kita bisa mengatakan bahwa berat A dua kali berat B. Berat
C = 0 kg, artinya C tidak mempunyai bobot. Angka 0 di sini jelas dan berarti dan angka 0
menunjukkan nilai 0 mutlak. Memang agak sedikit susah dalam membedakan antara skala
interval dengan rasio. Kuncinya adalah di angka 0, apakah nilai nol tersebut mutlak (berarti)
atau tidak? Sebagai contoh, suhu bisa berupa skala interval tapi bisa juga skala rasio,
tergantung pada skala pengukuran yang digunakan. Apabila kita menggunakan skala Celcius
atau Fahrenheit, termasuk skala interval, sedangkan apabila Kelvin yang digunakan, suhu
termasuk skala rasio. Mengapa? Karena suhu 0 derajat Kelvin adalah mutlak! Kita tidak saja
dapat mengatakan bahwa suhu 200 derajat lebih tinggi daripada suhu 100 derajat, tetapi kita
juga sudah dapat menyatakan dengan pasti bahwa rasionya benar dua kali lebih tinggi.

Operator aritmetika yang bisa digunakan pada skala rasio adalah tanda “=”, “≠”, “<”, “>”,
“+”, “-”, “x” dan “÷”.

Misal nilai Berat A 70 kg, berat B = 35 kg.

 Operator aritmetik “=”, “≠”, kita bisa mengatakan Berat A berbeda dengan Berat B (A ≠
B);
 Operator aritmetik “<”, “>”: A lebih berat dibanding B (A > B),
 Operator Aritmetik “+”, “-”: Beda antara berat A dengan B = 35 kg (A – B = 70 – 35 =
35) kg,
 Operator aritmetik “x” dan “÷”:A dua kali lebih berat dibanding B ( A = 2xB).
Contoh:

 Waktu, panjang, tinggi, berat, usia


 Kadar zat dan jumlah sel tertentu
 Dosis obat, dll
Skala interval tidak memiliki karakteristik rasio. Kebanyakan prosedur analisis data
statistik tidak membedakan antara data yang diukur dalam skala interval dan rasio.

Ringkasan skala pengukuran:

Skala Definisi Level Operasi Contoh


Aritmetik

Nominal Data Kategori  Mutually =, ≠  Jenis Kelamin


exclusive  Wana Kulit

Ordinal Data yang  Mutually =, ≠  Status sosial ekonomi


hanya bisa exclusive <, > keluarga
diurutkan dari  Urutanny  Peringkat Kelas
kecil ke besar a  Pangkat/Jabatan/Golonga
atau sebaliknya Pasti/Jelas n

Interval Selain mencakup  Mutually =, ≠,  Suhu (Celsius & Fahrenheit)


karakateristik exclusive <, >,  IQ (tingkat kecerdasan)
Nomina dan +, -
 Urutannya
Ordinal, juga Pasti
sudah bisa
 Jarak
dilakukan operasi
antara
penjumlahan
kode sama
karena jarak
antara datanya
sudah jelas.
Tidak
mempunyai nilai
nol mutlak

Ratio Mencakup  Mutually =, ≠,  Suhu (Kelvin)


karakteristik exclusive <, >,  Waktu
Interval dan +, -
 Urutanny  Panjang
mempunyai
a Pasti  Berat
nilai nol mutlak
 Jarak x, ÷  Tinggi
antara
kode sama
 Terdapat
nilai nol
mutlak

Hubungan antara skala pengukuran dengan jenis datanya (kuantitatif dan kualitatif)
Skala pengukuran Kualitatif Kuantitatif

Nominal √

Ordinal √

Interval √

Ratio √

Flowchart untuk menentukan skala pengukuran variabel

Bagan Alir Skala Pengukuran Variabel


Contoh Penerapan:

Jenis Perilaku/ Ujian Peringkat Huruf


Kelamin Sikap Mutu

(L-P) (20-80) (0-100) (1-11) (A-F)

Barb P 80 100 1 A

Chris L 48 96 2.5 A

Bonnie P 74 96 2.5 A

Robert L 35 93 4 A

Jim L 79 92 5 A

Tina P 60 89 7 B

Ron L 55 89 7 B

Jeff L 56 89 7 B

Brenda P 74 88 9 B

Mark L 56 82 10 B

Mike L 65 75 11 C

Skala pengukuran: nominal interval rasio ordinal ordinal

Skala pengukuran variabel penting untuk penentuan uji statistik yang sesuai: skala
nominal dan ordinal hanya bisa menggunakan uji statistik non parametrik, sedangkan
skala interval dan rasio bisa menggunakan statistik parametrik.
Skala Pengukuran Statistik
Ada 4 macam skala pengukuran yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala
rasio.

1. Skala nominal
Adalah skala yang semata-mata hanya untuk memberikan indeks, atau nama saja dan tidak
mempunyai makna yang lain. Contoh:
Data Kode (a) Kode (b)
Yuni 1 4
Desi 2 2
Ika 3 3
Astuti 4 1
Keterangan: Kode 1 sampai dengan 4 (a) semata-mata hanyalah untuk memberi tanda saja,
dan tidak dapat dipergunakan sebagai perbandingan antara satu data dengan data yang lain.
Kode tersebut dapat saling ditukarkan sesuai dengan keinginan peneliti (menjadi alternatif b)
tanpa mempengaruhi apa pun.

2. Skala ordinal
Adalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data,
tetapi tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak. Contoh:
Skala Kecantikan Skala Kecantikan
Data
(a) (b)
Yuni 4 10
Desi 3 6
Ika 2 5
Astuti 1 1
Skala kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni paling cantik (dengan skor tertinggi
4), dan Astuti yang paling tidak cantik dengan skor terendah (1). Akan tetapi, tidak dapat
dikatakan bahwa Yuni adalah 4 kali lebih cantik dari pada Astuti. Skor yang lebih tinggi
hanya menunjukkan skala pengukuran yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan
kelipatan. Selain itu, selisih kecantikan antara Yuni dan Desi tidak sama dengan selisih
kecantikan antara Desi dan Ika meskipun keduanya mempunyai selisih yang sama (1). Skala
kecantikan pada (a) dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa mempengaruhi hasil
penelitian.
Skala nominal dan skala ordinal biasanya mempergunakan analisis statistik non parametrik,
contoh: Korelasi Kendall, Korelasi Rank Spearman, Chi Square dan lain-lain.

3. Skala interval
Skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara satu pengukuran dengan pengukuran
yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol mutlak. Contoh:
Nilai Mata Kuliah Skor Nilai Mata Kuliah
Data
(a) (b)
Yuni A 4
Desi B 3
Ika C 2
Astuti D 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan 4, B setara dengan 3, C setara
dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara nilai A dan B adalah sama dengan selisih
antara B dan C dan juga sama persis dengan selisih antara nilai C dan D. Akan tetapi, tidak
boleh dikatakan bahwa Yuni adalah empat kali lebih pintar dibandingkan Astuti, atau Ika dua
kali lebih pintas dari pada Astuti. Meskipun selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol
mutlak.
4. Skala rasio
Adalah skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan
mempunyai nilai nol mutlak. Contoh:
Data Tinggi Badan Berat badan
Yuni 170 60
Desi 160 50
Ika 150 40
Astuti 140 30
Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya setiap satuan pengukuran mempunyai
satuan yang sama dan mampu mencerminkan kelipatan antara satu pengukuran dengan
pengukuran yang lain. Sebagai contoh; Yuni mempunyai berat badan dua kali lipat berat
Astuti, atau, Desi mempunyai tinggi 14,29% lebih tinggi dari pada Astuti.

Skala pengukuran interval dan rasio biasanya dikenai alat statistik parametrik

Anda mungkin juga menyukai