………… 9
DAFTAR
PUSTAKA ..........................................................................................10
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
bentuk pelayanan kesehatayan yang disediakan baik bersifat internal maupun external
(outsource), perusahaan tentu harus membuat sistem pembiayaan kesehatan.
Didalam makalah ini akan dijelaskan mengenai sistem pembiayaan kesehatan di RS X
Mangkajang dalam melaksanakan program kesehatan kerja untuk karyawannya.
1. Tujuan
Tujuan Umum
Memberikan gambaran mengenai sistem pembiayaan kesehatan di RS X di
Mangkajang.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui sistem pembiayaan di RS X Mangkajang
2. Memberikan rekomendasi terhadap pelaksanaan pembiayaan kesehatan yang selama
ini sudah diterapkan di RS X Mangkajang
2. Manfaat
1. Memberikan gambaran tentang sistem pembiayaan kesehatan RS X Mangkajang
2. Memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
sistem pembiayaan kesehatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Biaya Kesehatan ialah besarnya dana yang harus di sediakan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat. (Azrul Azwar : 1996)
Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur
tentang besarnya alokasi dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat. (Helda : 2011)
Sedangkan, Subsistem Pembiayaan Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara
terpadu dan saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan layanan, dimana
pencari layanan kesehatan berobat lalumembayar kepada pemberi pelayanan kesehatan
(PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan berdasarkan atas pelayanan
yang diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang
diterima. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada sistem
pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan World Health Organization di
3
tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia masih bergantung pada sistem Fee
for Service dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti sistem Health Insurance (WHO, 2009).
Kelemahan sistem Fee for Service adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan
kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency Relationship, dimana PPK
mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien
yang besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang
ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke
pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk meningkatkan volume
pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.
2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak
asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health insurance ini dapat berupa
sistem kapitasi dan sistem Diagnose Related Group (DRG sistem).
Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana PPK
menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk pelayanan yang telah ditentukkan per
periode waktu. Pembayaran bagi PPK dengan sistem kapitasi adalah pembayaran yang
dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran
di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unitcost) tertentu.
Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat). Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda
jauh dengan sistem kapitasi di atas. Pada sistem ini, pembayaran dilakukan dengan melihat
diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam penanganan pasien
dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit.
Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan
pasien, sisa dana akan menjadi pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari sistem Health Insurance adalah dapat terjadinya underutilization
dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang diberikan kepada pasien untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta tidak banyak bergabung
dalam sistem ini, maka resiko kerugian tidak dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan,
terdapat kelebihan sistem ini berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive market),
mendapat kepastian dana di tiap awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur sehingga
mengurangi terjadinya multidrug dan multidiagnose. Dan sistem ini akan membuat PPK lebih
kearah preventif dan promotif kesehatan.
4
BAB III
HASIL OBSERVASI
5
c. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium dan Radiologi)
Jika memang diperlukan pemeriksaan tersebut, maka perusahaan akan menjamin semua
pemeriksaan penunjang tersebut sesuai dengan penyakitnya.
Jika ada yang sakit, sebagai penyedia jasa kesehatan setiap pengobatan rawat jalan,
pengobatan rawat inap, maupun pemeriksaan penunjang dilakukan sendiri oleh RS tersebut.
Sehingga pemberian pelayanan kesehatan dan pengontrolan pembiayaan kesehatannya dapat
dilakukan dengan mudah.
Selain menerima pelayanan kesehatan yang dikelola sendiri oleh RS tersebut, semua
karyawan tetap juga mendapatkan Pelayanan BPJS tenaga kerja yang meliputi program
jaminan hari tua, jaminan kematian dan pertanggungan atas kecelakaan kerja. Biaya BPJS
tenaga kerja ditetapkan sebesar 6,24% dari gaji karyawan. Setiap bulan karyawan
menanggung sendiri premi BPJS tenaga kerja sebesar 2 % dan selebihnya 4.24% ditanggung
oleh perusahaan.
Meskipun sudah terdapat program pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah
Sakit X Mangkajang terhadap para karyawan dan keluarganya, pihak Rumah Sakit tersebut
juga saat ini sedang dalam tahap awal melaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif,
agar derajat kesehatan dari karyawannya tetap terjaga, walaupun dinilai belum maksimal.
6
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan model dan sistem pembiayaan kesehatan karyawan perusahaan yang ada,
maka banyak pilihan yang dapat dipilih oleh perusahaan sesuai dengan kemampuan dan
kondisi dari perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa masing-masing sistem
pembiayaan itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sesuai dengan
karakteristiknya yang unik.
Program pembiayaan kesehatan terhadap karyawan di RS X Mangkajang menjadi
tanggung jawab pihak BPJS dengan fasilitas kesehatan mengacu di Rumah Sakit tempat para
karyawan bekerja. Karyawan yang mendapatkan jaminan pembiayaan kesehatan adalah
seluruh staf, dokter umum, dokter spesialis full time. Sedangkan dokter part time dan tenaga
outsourcing hanya mendapatkan discount tertentu jika mendapatkan pelayanan kesehatan di
RS tersebut, kecuali jika management menetapkan lain.
Karena perusahaan tersebut bergerak dibidang jasa palayanan kesehatan yaitu Rumah
Sakit, maka pemberian pelayanan kesehatan langsung diberikan perusahaan/Rumah Sakit
tersebut seperti pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, dan pemeriksaan
penunjang(laboratorium & radiologi).
Selain jaminan pemeliharaan kesehatan, RS X Mangkajang juga memberikan bantuan
premi BPJS tenaga kerja untuk jaminan di hari tua, jaminan kematian dan jaminan
kecelakaan kerja, sesuai dengan peraturan dari pemerintah.
Sistem jaminan pemeliharaan kesehatan karyawan RS X Mangkajang dirasakan masih
sangat minimal walaupun dalam praktek sehari-hari sudah mulai dilakukan usaha kesehatan
yang sifatnya promotif dan preventif.
7
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan :
Sistem pembiayaan kesehatan pada RS X masih dirasa kurang. Walaupun bekerja
sama dengan BPJS masih dirasakan kurang bagi karyawan.
RS tersebut juga memberikan jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, dan
jaminan kematian pada setiap karyawannya yang dikelola oleh PT BPJS tenaga kerja.
Namun demikian, masih terdapat beberapa kekurangan yang ada dalam peningkatan
derajat kesehatan karyawannya yaitu usaha promotif dan preventif dirasakan masih belum
maksimal.
Rekomendasi:
Meninjau kembali pemberian BPJS dan menambah biaya untuk kesehatan para
pekerja. Disarankan melakukan program preventif yang tidak dicover oleh asuransi seperti
pemberian vaksin pada petugas kesehatan dan peningkatan asupan gizi karyawan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Lucy Stefani, Delfi. 2013. Pembiayaan Kesehatan, (Online),
http://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/.
Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan
Murti, Bhisma. 2010. Strategi untuk Mencapai Cakupan Universal Pelayanan Kesehatan
di Indonesia, (Online)
Helda, 2011. Pembiayaan Kesehatan, (Online),
http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1,
Sulastomo, 2000.Manajemen Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Aswar, Azrul. 1998.Administrasi Kesehatan. Jakarta:Bina Aksara.
Tanpa nama, 2010.Pertemuan Pembahasan Definisi Anggaran Kesehatan,
(Online),http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=fi1&keyIdHead=36
Ghufron, Ali dkk.2008.Kesmas : Administrasi dan Praktik.Jakarta:EGC