Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………................……………………………..

Bab I. Pendahuluan ................………….............…………………………

Bab II. Tinjauan Pustaka ………………………….............…………………… 4

Bab III. Hasil Observasi ……………………………….............……………… 6

Bab IV. Pembahasan ……………………………………..............…………8

Bab V. Kesimpulan dan Saran..................................................…........

………… 9

DAFTAR

PUSTAKA ..........................................................................................10

0
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan unsur penting bagi pembangunan ekonomi dan produktifitas


sumber daya manusia Indonesia. Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga
negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa
jaminan kesehatan bagi masyarakat adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah.
Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan
Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945
tersebut dengan mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat
Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau.
Bila kita melihat di lingkup yang lebih kecil yaitu pekerjaan, agar setiap pekerja dapat
produktif secara optimal maka kesehatan pekerja juga menjadi kewajiban dari tempat
kerjanya/perusahaannya. Pemerintah telah mengatur tentang pentingnya hak pekerja atas
kesehatan seperti yang dapat dilihat di UU N0.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal
86 dan 87 tentang perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja dan
kewajiban untuk menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3).
Salah satu langkah penerapan SMK3 adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan.
Fasilitas dan tingkat pelayanan kesehatan bagi pekerja bisa berbeda bagi tiap
perusahaan sesuai dengan besar kecilnya perusahaan tersebut , formal atau informal. Apapun

1
bentuk pelayanan kesehatayan yang disediakan baik bersifat internal maupun external
(outsource), perusahaan tentu harus membuat sistem pembiayaan kesehatan.
Didalam makalah ini akan dijelaskan mengenai sistem pembiayaan kesehatan di RS X
Mangkajang dalam melaksanakan program kesehatan kerja untuk karyawannya.

1. Tujuan
Tujuan Umum
Memberikan gambaran mengenai sistem pembiayaan kesehatan di RS X di
Mangkajang.

Tujuan Khusus
1. Mengetahui sistem pembiayaan di RS X Mangkajang
2. Memberikan rekomendasi terhadap pelaksanaan pembiayaan kesehatan yang selama
ini sudah diterapkan di RS X Mangkajang

2. Manfaat
1. Memberikan gambaran tentang sistem pembiayaan kesehatan RS X Mangkajang
2. Memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
sistem pembiayaan kesehatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pembiyaan Kesehatan

Biaya Kesehatan ialah besarnya dana yang harus di sediakan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat. (Azrul Azwar : 1996)
Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur
tentang besarnya alokasi dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat. (Helda : 2011)
Sedangkan, Subsistem Pembiayaan Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara
terpadu dan saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Macam-macam Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional


Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2 sistem yaitu:

1. Fee for Service ( Out of Pocket )

Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan layanan, dimana
pencari layanan kesehatan berobat lalumembayar kepada pemberi pelayanan kesehatan
(PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan berdasarkan atas pelayanan
yang diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang
diterima. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada sistem
pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan World Health Organization di

3
tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia masih bergantung pada sistem Fee
for Service dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti sistem Health Insurance (WHO, 2009).
Kelemahan sistem Fee for Service adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan
kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency Relationship, dimana PPK
mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien
yang besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang
ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke
pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk meningkatkan volume
pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.
2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak
asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health insurance ini dapat berupa
sistem kapitasi dan sistem Diagnose Related Group (DRG sistem).
Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana PPK
menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk pelayanan yang telah ditentukkan per
periode waktu. Pembayaran bagi PPK dengan sistem kapitasi adalah pembayaran yang
dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran
di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unitcost) tertentu.
Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat). Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda
jauh dengan sistem kapitasi di atas. Pada sistem ini, pembayaran dilakukan dengan melihat
diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam penanganan pasien
dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit.
Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan
pasien, sisa dana akan menjadi pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari sistem Health Insurance adalah dapat terjadinya underutilization
dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang diberikan kepada pasien untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta tidak banyak bergabung
dalam sistem ini, maka resiko kerugian tidak dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan,
terdapat kelebihan sistem ini berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive market),
mendapat kepastian dana di tiap awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur sehingga
mengurangi terjadinya multidrug dan multidiagnose. Dan sistem ini akan membuat PPK lebih
kearah preventif dan promotif kesehatan.

4
BAB III
HASIL OBSERVASI

A. Gambaran Rumah Sakit


RS X Mangkajang berlokasi di jalan Pulau Panjang No. 276 Kelurahan Gunung Panjang,
Mangkajang Kecamatan Tanjung Redeb, Kabupaten Berau Propinsi Kalimantan Timur.
Dengan 170 Tempat tidur, dokter umum 20 orang, dokter spesialis 17 orang dan 3 orang
dokter gigi, total jumlah kayawan sekitar kurang lebih 400 orang mencakup perawat, teknisi,
administrasi, kebidanan, farmasi dan pegawai non kesehatan.
B. Sistem Pembiayaan Kesehatan.
Sistem pembiayaan kesehatan karyawan di RS X Mangkajang mewajibkan karyawan
memiliki BPJS. Karyawan yang mendapatkan jaminan pembiayaan kesehatan adalah seluruh
staf, dokter umum, dokter spesialis full time. Sedangkan dokter part time dan tenaga
outsourcing hanya mendapatkan discount tertentu jika mendapatkan pelayanan kesehatan di
RS tersebut, kecuali jika management menetapkan lain
Sumber dana biaya kesehatan berasal dari perusahaan dan disusun dalam perencanaan
budget kesehatan karyawan setiap tahun. Penerima fasilitas kesehatan ini hanya terdiri dari
karyawan dan anggota keluarganya (istri dan 3 orang anak) .
Adapun fasilitas pemeliharaan kesehatan yang ditanggung oleh RS X Mangkajang
karyawannya adalah :
a. Pengobatan Rawat Jalan
1. Pengobatan oleh Dokter Umum (Dokter Perusahaan dan Dokter Umum
lainnya)
2. Pengobatan oleh Dokter Spesialis (bila diperlukan)
Fasilitas rawat jalan yang dilaksanakan oleh dokter perusahaan atau dokter umum lainnya
diluar jam kerja pagi diberikan kepada semua karyawan ada ketentuan tertentu seperti: gratis
biaya konsultasi dokter dan administrasi. Sesuai yang ditetapkan dalam BPJS

b. Pengobatan Rawat Inap


Setiap karyawan dan anggota keluarga yang sakit tapi memerlukan rawat inap, RS X
Mangkajang akan memberikan jaminan rawat inap sesuai dengan golongan BPJS masing-
masing karyawan.

5
c. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium dan Radiologi)
Jika memang diperlukan pemeriksaan tersebut, maka perusahaan akan menjamin semua
pemeriksaan penunjang tersebut sesuai dengan penyakitnya.

Jika ada yang sakit, sebagai penyedia jasa kesehatan setiap pengobatan rawat jalan,
pengobatan rawat inap, maupun pemeriksaan penunjang dilakukan sendiri oleh RS tersebut.
Sehingga pemberian pelayanan kesehatan dan pengontrolan pembiayaan kesehatannya dapat
dilakukan dengan mudah.
Selain menerima pelayanan kesehatan yang dikelola sendiri oleh RS tersebut, semua
karyawan tetap juga mendapatkan Pelayanan BPJS tenaga kerja yang meliputi program
jaminan hari tua, jaminan kematian dan pertanggungan atas kecelakaan kerja. Biaya BPJS
tenaga kerja ditetapkan sebesar 6,24% dari gaji karyawan. Setiap bulan karyawan
menanggung sendiri premi BPJS tenaga kerja sebesar 2 % dan selebihnya 4.24% ditanggung
oleh perusahaan.
Meskipun sudah terdapat program pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah
Sakit X Mangkajang terhadap para karyawan dan keluarganya, pihak Rumah Sakit tersebut
juga saat ini sedang dalam tahap awal melaksanakan upaya-upaya promotif dan preventif,
agar derajat kesehatan dari karyawannya tetap terjaga, walaupun dinilai belum maksimal.

6
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan model dan sistem pembiayaan kesehatan karyawan perusahaan yang ada,
maka banyak pilihan yang dapat dipilih oleh perusahaan sesuai dengan kemampuan dan
kondisi dari perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa masing-masing sistem
pembiayaan itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sesuai dengan
karakteristiknya yang unik.
Program pembiayaan kesehatan terhadap karyawan di RS X Mangkajang menjadi
tanggung jawab pihak BPJS dengan fasilitas kesehatan mengacu di Rumah Sakit tempat para
karyawan bekerja. Karyawan yang mendapatkan jaminan pembiayaan kesehatan adalah
seluruh staf, dokter umum, dokter spesialis full time. Sedangkan dokter part time dan tenaga
outsourcing hanya mendapatkan discount tertentu jika mendapatkan pelayanan kesehatan di
RS tersebut, kecuali jika management menetapkan lain.
Karena perusahaan tersebut bergerak dibidang jasa palayanan kesehatan yaitu Rumah
Sakit, maka pemberian pelayanan kesehatan langsung diberikan perusahaan/Rumah Sakit
tersebut seperti pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, dan pemeriksaan
penunjang(laboratorium & radiologi).
Selain jaminan pemeliharaan kesehatan, RS X Mangkajang juga memberikan bantuan
premi BPJS tenaga kerja untuk jaminan di hari tua, jaminan kematian dan jaminan
kecelakaan kerja, sesuai dengan peraturan dari pemerintah.
Sistem jaminan pemeliharaan kesehatan karyawan RS X Mangkajang dirasakan masih
sangat minimal walaupun dalam praktek sehari-hari sudah mulai dilakukan usaha kesehatan
yang sifatnya promotif dan preventif.

7
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan :
Sistem pembiayaan kesehatan pada RS X masih dirasa kurang. Walaupun bekerja
sama dengan BPJS masih dirasakan kurang bagi karyawan.
RS tersebut juga memberikan jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, dan
jaminan kematian pada setiap karyawannya yang dikelola oleh PT BPJS tenaga kerja.
Namun demikian, masih terdapat beberapa kekurangan yang ada dalam peningkatan
derajat kesehatan karyawannya yaitu usaha promotif dan preventif dirasakan masih belum
maksimal.

Rekomendasi:
Meninjau kembali pemberian BPJS dan menambah biaya untuk kesehatan para
pekerja. Disarankan melakukan program preventif yang tidak dicover oleh asuransi seperti
pemberian vaksin pada petugas kesehatan dan peningkatan asupan gizi karyawan.

8
DAFTAR PUSTAKA
 Lucy Stefani, Delfi. 2013. Pembiayaan Kesehatan, (Online),
http://delfistefani.wordpress.com/2013/06/19/makalah-pembiayaan-kesehatan/.
 Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan
 Murti, Bhisma. 2010. Strategi untuk Mencapai Cakupan Universal Pelayanan Kesehatan
di Indonesia, (Online)
 Helda, 2011. Pembiayaan Kesehatan, (Online),
http://heldaupik.blogspot.com/2011/11/pembiayaan-kesehatan.html?m=1,
 Sulastomo, 2000.Manajemen Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
 Aswar, Azrul. 1998.Administrasi Kesehatan. Jakarta:Bina Aksara.
 Tanpa nama, 2010.Pertemuan Pembahasan Definisi Anggaran Kesehatan,
(Online),http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=fi1&keyIdHead=36
 Ghufron, Ali dkk.2008.Kesmas : Administrasi dan Praktik.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai