Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR PENGESAHAN

__________________________________________________________________

Judul Kegiatan : Penilaian balita dengan dugaan gizi kurang


Pelaksana Kegiatan : dr.Dedy Arifianto
Jenis Kegiatan : Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Kode Kegiatan : F4

Menyetujui,
Dokter Pendamping Pelaksana Kegiatan

dr. Wahyu Widiyanti dr. Dedy Arifianto


NIP.19780716 200501 2 009
1. Latar Belakang
Unsur gizi merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan
SDM yang berkualitas yaitu manusia yang sehat, cerdas, dan produktif.
Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan
berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya menimbulkan gangguan
pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas
ketika dewasa. Pertumbuhan dapat terganggu karena tidak tercapainya surplus
nitrogen (Atmojo dan Surjono, 1998).
Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting karena anak usia di
bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi
(Suharjo, 2003). Jika gizi kurang tidak segera ditangani maka dikhawatirkan akan
berkembang menjadi gizi buruk.
Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku (reference). Baku
antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah Baku World Health
Organization- National Centre for Health Statistics (WHO-NCHS) (Depkes RI,
2000). Penggolongan status gizi pada tabel indeks berat badan menurut umur dan
berat badan menurut tinggi badan didasarkan kepada deviasi standar (DS). Dari
indeks berat badan menurut umur (BB/U), status gizi dapat digolongkan menjadi
empat kelas yaitu gizi buruk (BB/U < -3 DS), gizi kurang (-3 DS < BB/U < -2
DS), gizi baik (-2 DS < BB/U < +2 DS), dan gizi lebih (BB/U > +2 DS). Status
gizi berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) juga dibagi
menjadi empat kelas , yaitu kurus sekali (BB/TB < -3 DS), kurus (-3 DS < BB/TB
< -2 DS), normal (2 DS < BB/TB < +2 DS), dan gemuk (BB/TB > +2 DS).
Pada tahun 2007 prevalensi anak balita yang mengalami gizi kurang dan
pendek masing-masing 18,4 persen dan 36,8 persen sehingga Indonesia
termasuk di antara 36 negara di dunia yang memberi 90 persen kontribusi
masalah gizi dunia (UN-SC on Nutrition 2008). Walaupun pada tahun 2010
prevalensi gizi kurang dan pendek menurun menjadi masing-masing 17,9
persen dan 35,6 persen, tetapi masih terjadi disparitas antar provinsi yang
perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di wilayah rawan
(Riskesdas 2010).
Masalah gizi sangat terkait dengan ketersediaan dan aksesibilitas pangan
penduduk. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2009 jumlah penduduk sangat
rawan pangan (asupan kalori <1.400 Kkal/orang/hari) mencapai 14,47 persen,
meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, yaitu 11,07 persen.
Rendahnya aksesibilitas pangan (kemampuan rumah tangga untuk selalu
memenuhi kebutuhan pangan anggotanya) mengancam penurunan konsumsi
makanan yang beragam, bergizi-seimbang, dan aman di tingkat rumah tangga.
Pada akhirnya akan berdampak pada semakin beratnya masalah kurang gizi
masyarakat, terutama pada kelompok rentan yaitu ibu, bayi dan anak.
Untuk mengatasi fenomena tersebut kebijakan pangan dan gizi disusun
melalui pendekatan lima pilar pembangunan pangan dan gizi yang meliputi (1)
perbaikan gizi masyarakat; (2) aksesibilitas pangan; (3) mutu dan keamanan
pangan; (4) perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan (5) kelembagaan
pangan dan gizi. Kebijakan tersebut adalah peningkatan status gizi masyarakat
terutama ibu dan anak melalui ketersediaan, akses, konsumsi dan keamanan
pangan, perilaku hidup bersih dan sehat termasuk sadar gizi, sejalan dengan
penguatan mekanisme koordinasi lintas bidang dan lintas program serta
kemitraan.
Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok
Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan
gizi, peningkatan surveilans gizi, pemberdayaan usaha perbaikan gizi
keluarga/ masyarakat, serta penanggulangan beberapa masalah gizi yang
mencakup kurang energi protein, anemia akibat kekurangan zat besi,
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), serta keadaan kurang vitamin
A. Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan harian, bulanan,
semesteran (6 bulan sekali) dan tahunan (setahun sekali) serta beberapa
kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan
masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.

2. Tujuan
Memantau tumbuh kembang anak
Mendeteksi adanya masalah gizi melalui KMS
Meningkatkan kesadaran ibu untuk mengikuti kegiatan posyandu

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan penilaian balita dugaan Gizi Kurang :
Hari / tanggal : Jumat/ 21 Oktober 2016
Waktu : 10.00 11.00
Tempat: Puskesmas Sitiarjo, Kab. Malang

4. Evaluasi
I. IDENTITAS PENDERITA
1. Nama Penderita : An. A
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tanggal Lahir / Umur : 23 September 2012/ 4 tahun 1 bulan
4. Alamat : Sendang biru RT.01 RW.04

II. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Bapak : Bpk. Y/44 thn
Nama Ibu Kandung : Ibu S/ 37 thn

III.RIWAYAT KELAHIRAN & KEHAMILAN


An.A adalah anak kedua dari 2 bersaudara. An.A lahir secara normal di
puskesmas dengan usia kehamilan cukup bulan. Riwayat persalinan anak A
tidak diketahui karena ayahnya lupa, sedangkan saat ini ibunya menjadi TKI
di luar negeri.

IV. RIWAYAT IMUNISASI, PENYAKIT, DAN STATUS GIZI


1. Menurut ayahnya An.A tiap kali imunisasi di posyandu ikut, akan tetapi ayah
lupa imunisasi apa saja yang telah diberikan.
2. Anak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Anak saat ini mengkonsumsi
susu formula dan makanan rumah tangga lainnya. Susu formula diberikan
sebanyak 2 botol sehari, lainnya diberikan air putih atau air teh.
3. Anak terlihat sedikit kurus dan sering batuk -pilek.

4. Penilaian status gizi berdasarkan kurva WHO NCHS


BB PB Status gizi
Bulan
(kg) (cm) BB/U TB/U BB/TB
Oktober -2 (-3) SD -2 (-3) SD - 1 (-2) SD
12 92
2016 (gizi kurang) (rendah) (kurus)

V. RIWAYAT KELUARGA DAN SOSIAL EKONOMI


1. An. A saat ini tidak diasuh oleh ibunya dikarenakan ibunya menjadi TKI.
Sekarang anak A tinggal dengan ayahnya dan kakaknya yang berusia 9
tahun.
2. Orang tua dalam kondisi keuangan yang sulit
3. Higene dan sanitasi rumah dan lingkungan sekitarnya buruk..
4. Ayah masih kurang memahami pengetahuan tentang gizi

MASALAH YANG DITEMUKAN


An. A tergolong dalam balita gizi kurang. Perekonimian yang kurang
memadai menjadi masalah mendasar dalam keluarga ini. Serta karena Tn.Y
mengasuh sendiri kedua anaknya sehingga, perhatiannya menjadi kurang
terhadap anaknya, dikarenakan Tn. Y juga bekerja sebagai nelayan. Selain itu,
sanitasi dan higiene di lingkungan rumah buruk.

RENCANA TINDAK LANJUT


Memberikan konseling, informasi dan edukasi kepada orang tua tentang
pola makan dan gizi makanan, pentingnya imunisasi, serta pentingnya
pemantauan tumbuh kembang anak melalui kegiatan posyandu.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai