Anda di halaman 1dari 36

Laporan kasus retensi urin, susp.

striktur uretra & sistitis 1


Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Traktus urinarius bagian bawah memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai tempat
untuk menampung produksi urine dan fungsi ekskresi. Fungsi kandung kemih normal
memerlukan aktivitas yang terintegrasi antara system saraf otonom dan somatic. Jaras
neural yang terdiri dari berbagai reflex fungsi detrusor dan sfingter meluas dari lobus
frontalis ke medulla spinalis bagian sacral, sehingga penyebab neurogenik dari gangguan
kandung kencing dapat diakibatkan oleh lesi pada berbagai derajat.
Retensi urin merupakan suatu keadaan darurat urologi yang paling sering
ditemukan dan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Retensi urin adalah
ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang terkumpul di dalam buli-buli
sehingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui. Salah satu penyebab terjadinya retensi
urin yang sering terjadi adalah striktur uretra.
Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita,
uretra mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra
juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra pria
berbentuk pipa yang menyerupai alat penyiram bunga.
Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya
jaringan fibrotic pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam
berkemih, mulai dari aliran kemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat
mengalirkan urin keluar tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat
menyebabkan banyak komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.
Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian
dunia tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, karena uretra
pria uretra lebih panjang. Segala sesuatu yang melukai uretra dapat menyebabkan
striktur. Orang dapat lahir dengan striktur uretra juga meskipun hal tersebut jarang
terjadi.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 2
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada striktur uretra selain pemeriksaan fisik
adalah pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi yang digunakan untuk melihat
adanya lokasi penyempitan pada uretra adalah uretrografi, sedangkan untuk melihat
lokasi dan panjang penyempitan adalah bipolar uretrocystografi.

1.2 Tujuan
Laporan kasus ini dibuat untuk membantu memahami anatomi dan fisiologi sistem
urogenital pria dan retensi urin akibat adanya striktur pada urethra

1.3 Maksud
Menambah wawasan mengenai penyakit striktur urethra
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 3
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan fisiologi traktus urinarius


Organ urinaria terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, vesica urinaria dan uretra,
sedangkan organ reproduksi pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis,
prostat dan penis.
Kecuali testis, epididimis, vas deferens, penis dan uretra, sistem urogenitalia terletak di rongga
retroperitoneal dan terlindung oleh organ lain yang mengelilinginya.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 4
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

A. GINJAL
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi
ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem
saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi, bergantung pada jenis kelamin, umur serta ada
tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada autopsy klinis didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa
rata-rata adalah 11,5cm x 6cm x 3,5cm. Beratnya bervariasi antara 120-170gram, atau kurang
lebih 0,4% dari berat badan.
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa
ginjal dan di luar kapsula ini terdapat jaringan lemak perirenal. Ginjal kanan dikelilingi oleh
hepar, kolon dan duodenum. Sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pancreas,
jejunum dan kolon.
Ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah yang terletak di bagian
belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum melekat langsung pada dinding belakang
abdomen. Setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian
ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Setiap ginjal
terdiri atas 1-4 juta nefron. Selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Fungsi yang lainnya
adalah ginjal dapat menyaring limbah metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air dari
darah, membantu mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin D dan Kalsium.
Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam melalui suatu proses majemuk
yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan sekresi. Filtrasi terjadi dalam
glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah terbentuk. Tubulus nefron, terutama tubulus
kontortus proksimal berfungsi mengabsorpsi dari substansi-substansi yang berguna bagi
metabolisme tubuh, sehingga dengan demikian memelihara homeostatis lingkungan dalam.
Dengan cara ini makhluk hidup terutama manusia mengatur air, cairan intraseluler, dan
keseimbangan osmostiknya
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 5
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

Vaskularisasi ginjal
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari
aorta abdominalis, sedangkan darah dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena
cava inferior

B. URETER
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urine
dari pielum ginjal ke dalam vesica urinaria. dengan panjang 25-30 cm, dengan penampang
0,5 cm. Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di
titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kendung kemih. BSK
dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik
ureter).
Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan fibrosa),
lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam merupakan lapisan
mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesica urinaria).
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter
adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan menutup sehingga dapat
mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih yang
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 6
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan di tampung dan terkumpul di dalam kandung
kemih.

C. Vesika Urinaria
Kandung kemih merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya dilapisi oleh
membran mukosa dan terletak di depan organ pelvis lainnya sebagai tempat menampung
air kemih yang dibuang dari ginjal melalui ureter yang merupakan hasil buangan
penyaringan darah. Dalam menampung air kemih kandung kemih mempunyai kapasitas
maksimal yaitu untuk volume orang dewasa lebih kurang adalah 30-450 ml.
Kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan mengkerut.
Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih terletak pada pelvis dan ketika
lebih dari setengah terdistensi maka kandung kemih akan berada pada abdomen di atas
pubis. Dimana ukurannya secara bertahap membesar ketika sedang menampung jumlah
air kemih yang secara teratur bertambah. Apabila kandung kemih telah penuh, maka akan
dikirim sinyal ke otak dan menyampaikan pesan untuk berkemih. Selama berkemih,
sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan membuka dan
akan diteruskan keluar melalui uretra. Pada saat itu, secara bersamaan dinding kandung
kemih berkontraksi yang menyebabkan terjadinya tekanan sehingga dapat membantu
mendorong air kemih keluar menuju uretra.

D. URETRA
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan
berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri
dari uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika
merupakan saluran terlebar dengan panjang 3 cm, dengan bentuk seperti kumparan yang
bagian tengahnya lebih luas dan makin ke bawah makin dangkal kemudian bergabung
dengan uretra membranosa. Uretra membranosa merupakan saluran yang paling pendek
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 7
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

dan paling dangkal. Uretra kavernosa merupakan saluran terpanjang dari uretra dengan
panjang kira-kira 15 cm.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 8
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

RETENSI URINE

A. DEFINISI
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.

B. ETIOLOGI
1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis.
Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya,
misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis,
misalnya miningokel, tabes dorsalis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa
sakit yang hebat.
2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM
atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
3. Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan leher vesika, batu kecil dan tumor.
4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat,kelainan patologi uretra,
trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
5. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparat
antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin (Pseudoefedrin
hidroklorida = Sudafed), preparat penyekat adrenergic (Propanolol), preparat
antihipertensi (hidralasin).

C. PATOFOSIOLOGI
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit
yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan.
Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, faktor obat dan faktor lainnya seperti
ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa
dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalis
menyebabkan kerusakan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 9
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau
menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor
karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher
vesika, striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat
dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi
proses BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga
menyebabkan produksi urine menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi
urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, perianal,
spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik.
Dari semua faktor di atas menyebabkan urine mengalir lambat kemudian terjadi
poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi
bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa
kateterisasi urethra.

D. TANDA DAN GEJALA


1) Diawali dengan urine mengalir lambat.
2) Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
3) Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
4) Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
5) Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada kasus Retensio Urine adalah
1. Anamnesa.
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Dari data yang
dilaporkan, didapatkan dari anamnesa kita sudah dapat sekitar 80% dari diagnose
utama. Pada pasien dengan retensi urin keluhan yang dapat kita dapatkan adalah:
keinginan untuk berkemih namun tidak bisa, kemih yang tertahan atau keluar sedikit-
sedikit, rasa sakit hebat pada region suprapubik
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 10
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

2. Pemeriksaan fisik
Pada umumnya vesica urinaria dapat teraba akibat distensi dari vesika urinaria..
Batas dapat dilihat atau dirasakan.
Pada pemeriksaan genitalia externa mungkin saja teraba adanya batu di uretra
anterior, batu di meautus uretra externum, atau terlihat darah akibat adanya cedera
uretra
Pemeriksaan colok dubur ditujukan untuk mencari adanya hyperplasia prostat /
karsinoma prostat.
3. Pemeriksaan penunjang:
a. specimen urine
b. uroflowmetri
pencatatan tentang pancaran urin selama miksi secara elektronik.
Bertujuan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemih bawah yang
tidak invasive. Dari uroflowmetri dapat diperoleh informasi mengenai
volume miksi pancaran maksimum, pancaran rata-rata, waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai pancaran maksimum dan lamanya pancaran
4. Pemeriksaan radiologi.
a. foto polos abdomen
merupakan pemeriksaan uroradiologis termudah. Ini merupakan
radiographi pendahuluan umum dalam pemeriksaan radiologis yang lebih
canggih seperti urographi intravena dan biasanya dilakukan dengan posisi
supine.
Pada pasien dengan retensi urin, pada pemeriksaan foto polos
abdomen dapat memperlihatkan bayangan buli-buli penuh dan mungkin
terlihat bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli apabila karena
batu pada saluran kemih.
b. uretrografi
adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras. Bahan kontras
dimasukkan langsung melalui klem broadny yang dijepitkan pada glans
penis. Gambaran yang mungkin terjadi adalah:
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 11
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

- jika terdapat striktur uretra akan tampak adanya penyempitan


atau hambatan kontras pada uretra
- Trauma uretra tampak sebagai extravasasi kontras keluar
dinding uretra
- Tumor uretra atau batu non opak pada uretra tampak sebagai
filling defect pada uretra

c. Ureterosistoskopi
Pemeriksaan ini secara visual dapat mengetahui keadaan uretra prostatika
dan buli-buli. Terlihat adanya pembesaran, obstruksi uretra dan leher buli-
buli, batu buli-buli dan divertikel buli-buli. Uterosiskoskopi dikerjakan
pada saat akan dilakukan tindakan pembedahan untuk menentukan perlu
dilakukannya tindakan bedah lanjutan. Disamping itu pada kasus-kasus
yang disertai dengan hematuria atau dugaan adanya karsinoma buli-buli
sistoskopi sangat membantu dalam mencari lesi pada buli-buli.

d. Ultrasonografi
Prinsip pemeriksaan ultrasonografi adalah menangkap gelombang bunyi
ultra yang dipantulkan oleh organ-organ (jaringan) yang berbeda
kepadatannya. Pemeriksaan ini tidak invasive dan tidak menimbulkan efek
radiasi. USG dapat membedakan antara masa padat (hiperekoik) dan masa
kistik (hipoekoik).

F. PENATA LAKSANAAN
a. Kateterisasi urethra.
b. Drainage suprapubik.
c. Pungsi vesika urinaria
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 12
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

STRIKTUR URETRA

Penyakit striktur uretra telah ditemukan sejak dahulu, sejak Yunani Kuno menulis tentang
pembuatan drainase vesica urinaria dengan berbagai kateter. Striktur uretra adalah penyempitan
lumen uretra disertai dengan menurunnya elastisitas jaringan uretra akibat digantinya jaringan
uretra dengan jaringan ikat yang kemudian mengerut. Sering terjadi pada pars bulbaris lebih
kurang 60-70%, karena sebagian besar striktur uretra terjadi karena trauma di daerah perineal
yang disebut straddle injury.

Patofisiologi

Uretra masculine dibagi menjadi 2 bagian, yaitu

1. Uretra posterior, dibagi lagi menjadi


- Pars prostatica : bagian uretra yang melewati prostat
- Pars membranacea : bagian uretra setinggi musculus spinchter uretra
(diafragma pelvis). Bagian ini paling rentan terhadap trauma
2. Uretra anterior, dibagi menjadi:
- Pars bulbaris : terletak di proksimal, merupakan bagian uretra yang
melewati bulbus penis
- Pars cavernosa/ spongiosa: bagian uretra yang melewati corpus spongiosum penis
- Pars glandis : bagian uretra di glans penis. Uretra ini sangat pendek dan
epitelnya sudah berupa epitel squamosa, sedangkan bagian uretra lain dilapisi oleh
epitel kolumnar berlapis.

Umunya 3 bagian uretra anterior ini sering disebut bersama sebagai uretra pars
cavernosa karena ketiganya terletak dalam corpus spongiosum/ cavernosum penis.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 13
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

Striktur uretra dapat terjadi karena:

1. Congenital.
Hal ini jarang terjadi, misalnya
a. Meatus yang kecil pada meatus ektopik pada pasien hipospadia
b. Divertikula kongenital
2. Trauma. (penyebab paling sering), disebabkan oleh fraktur pelvis, trauma uretra anterior,
kateterisasi, prostatektomi, dan tindakan sistoskopi
3. Infeksi.
Uretritis dengan sebab spesifik atau non spesifik, intinya radang kronis menyebabkan
proses fibrosis yang menyempitkan lumen uretra
4. Tumor. Tumor menyebabkan penyumbatan uretra.

Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan terbentuknya
jaringan sikatriks pada uretra. Jaringan sikatriks pada lumen menimbulkan hambatan aliran
urin sehingga terjadi retensi urin.

Derajat penyempitan uretra

1. Ringan : Jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang : Jika terdapat oklusi 1/3 -1/2 diameter lumen uretra
3. Berat : Jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra

Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum
yang dikenal dengan spongiofibrosis

Gejala Klinis

1. Pancaran air kecing melemah


2. Pancaran air kencing bercabang
3. Frekuensi
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 14
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

4. Overflow incontinence (inkontinensia paradoxal)


5. Dysuria
6. Hematuria
7. Nyeri suprapubik

Diagnostik

a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tidak jelas karena memang letaknya di uretra, vesica urinaria dapat
teraba karena ada retensio urin. VU terlihat menonjol di atas simfisis pubis.
b. Pemeriksaan radiologi
- Uretrosistografi
Pemeriksaan uretrosistografi ini diindikasikan setelah terjadi trauma, bila terdapat
darah dalam urine serta dicurigai terjadi fraktur pelvis. Pemeriksaan tidak
dilakukan bila terdapat infeksi uretra yang akut. Pada uretrosistografi bahan
kontras dimasukkan dengan semprit yang ujungnya sesuai dengan meatus uretra
externa, diisi sampai kontras masuk ke vesica urinaria

Pada gambaran uretrosistografi, striktur uretra menyebabkan dilatasi uretra


bagian distal dari obstruksi. Jika penyebabnya adalah peradangan, meskipun
segmen yg terkena pendek tetapi seluruh uretra akan mengecil. Jika sebabnya
adalah trauma. Segmen yang terkena lebih pendek dan lebih terlokalisasi
dibandingkan dengan akibat radang sedangkan bagian lain tampak normal. Pada
fraktur pelvis, yang kena adalah uretra pars membranosa, trauma karena
instrument tersering pada uretra yang normalnya menyempit.

- Uretrosistografi bipolar

Kontras bisa di atas (pool atas lewat vesica urinaria) ataupun di bawah (pool
bawah lewat uretra). Sehingga panjang dan juga ketebalan striktur dapat
diketahui. Dikatakan striktur total bila sampai tidak ada kontras yang tersisa pada
striktur.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 15
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

Keuntungan dari uretrosistografi bipolar:

Mengetahui persis panjang striktur


Mengetahui total penyempitan
Mengetahui persis lokasinya

- Micturating Cystouretrography

Pemeriksaan radiografi vesica urinaria dan uretra setelah pengisian medium


kontras dan selama miksi. Vesika urinaria diisi melalui kateter dengan medium
kontras yang larut air kurang lebih 200ml. VU perlu diperiksa dari posisi anterior,
lateral dan oblique untuk menemukan adanya fistula, divertikel atau rupture.
Indikasi: vesicoureteric reflux, mempelajari kelainan VU
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 16
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

SISTITIS

Definisi

Adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering disebabkan oleh infeksi
(bacteria). Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah e.coli, enterococci, proteus dan
stafilokokus aureus yang masuk ke buli-buli terutama melalu uretra. Sistitis akut mudah terjadi
jika pertahanan local tubuh menurun yaitu pada diabetes mellitus atau trauma local minor seperti
pada saat senggama.

Wanita lebih sering mengalami serangan sistitis daripada pria karena uretra wanita yang
pendek daripada pria. Di samping itu getah cairan prostat pada pria mempunyai zat bakterisidal
sehingga relative tahan terhadap infeksi saluran kemih. Diperkirakan bahwa paling sedikit 10-
20% wanita pernah mengalami serangan sistitis selama hidupnya dan kurang lebih 5% dalam
satu tahun pernah mengalami serangan ini.

Inflamasi pada buli-buli juga dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti pada detergen,
yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam handuk, deodorant yang disemprotkan ke vulva
atau obat-obatan yang dimasukan ke intravesika untuk terapi kanker buli-buli (siklofosfamid)

Gambaran Klinis

Reaksi infamasi menyebabkan mukosa buli-buli menjadi kemerahan (eritrema), edema


dan hipersensitif sehingga jika buli-buli terisi urine, akan mudah terangsang untuk segera
mengeluarkan isinya, hal ini menimbulkan gejala frekuensi. Kontraksi buli-buli akan
mengakibatkan rasa nyeri/ sakit di daerah suprapubik dan eritema mukosa buli-buli mudah
berdarah dan menimbulkan hematuria. Tidak seperti gejala pada infeksi saluran kemih atas,
sistitis jarang disertai demam, mual, muntah, badan lemah dan kondisi umum yang menurun.
Jika disertai dengan demam dan nyeri pinggang perlu dipikirkan adanya penjalaran infeksi
saluran kemih atas.

Pemeriksaan urine berwarna keruh, berbau dan pada urinalisis terdapat piuria, hematuria
dan bakteriuria. Kultur urin sangat penting untuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi. Jika
sistitis sering mengalami kekambuhan perlu dipikirkan adanya kelainan lain pada buli-buli
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 17
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

(keganasan, urolithiasis) sehingga diperlukan pemeriksaan pencitraan (IVP, USG, atau


sistoskopi).

Terapi

Pada uncomplicated sistitis cukup diberikan terapi dengan antimikroba dosis tunggal atau
jangka pendek (1-3hari). Tetapi jika hal ini tidak memungkinkan, dipilih antimikroba yang masih
cukup sensitive terhadap kuman e.coli antaralain: nitrofurantoin, trimetoprim, sulfametoksazol,
atau ampisillin.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 18
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (PENCITRAAN)

Pemeriksaan radiologi untuk memeriksa traktus urinarius adalah sebagai berikut:

- Foto polos abdomen


- USG
- IVP (intravenous pyelography)
- Uretrography
- Cystography
- CT-scan
- Sistoskopi

Intravenous Pyelography

Merupakan suatu tipe X-Ray yang memvisualisasi ginjal dan ureter setelah injeksi
intravena bahan kontras. Setelah injeksi, kontras bergerak melalui ginjal, ureter dan vesica
urinaria. Foto ini diambil dalam beberapa interval waktu untuk melihat pergerakan ini. IVP dapat
memperlihatkan ukuran, bentuk, dan struktur ginjal, ureter dan VU. Juga untuk mengevaluasi
fungsi ginjal, deteksi penyakit ginjal, batu ureter dan VU, pembesaran prostat, trauma dan tumor.

Indikasi IVP:

- Flank pain
- Hematuria
- Frekuensi
- Dysuria
- Suspected renal calculus
- Renal tumor

Kontras yang digunakan

- Conray (Meglumine iothalamat 60%)


Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 19
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

- Urografin 60 (76mg%)
- Urografin 60-70%

Resiko pemeriksaan

- Resiko paparan radiasi sangat rendah


- Paparan radiasi saat kehamilan dapat menyebabkan kecacatan
- Dapat menyebabkan alergi terhadap kontras
- Dapat menyebabkan gagal ginjal
- Komplikasi lain yang berkaitan dengan kontras

Persiapan

- Pemeriksaan ureum kreatinin (kreatinin maks 2)


- Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan kolon dari
feses yang menutupi daerah ginjal.
- Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan untuk
mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
- Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok (untuk
menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan)
- Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk mendistensikan
lambung dengan gas
- Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavament
- Skin test subkutan

Penatalaksanaan

1. Pasien diminta mengosongkan kandung kemih


2. Dilakukan foto BNO
3. Injeksi kontras secara iv
4. Diambil foto pada menit ke 5, 15, 30-45, post miksi
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 20
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

Menit Uraian
0 Foto polos Abdomen
5 menit Fase nefrogram: Melihat kontur ginjal, fungsi
ekskresi ginjal, dan sistem PCS
15 menit Fase pielogram: kontras sudah mengisi PCS
dan ureter
30/45 menit Fase sistogram: untuk melihat VU, menilai
dinding, filling defect, identasi, additional
shadow, ekstravasasi kontras
Post Miksi Pasien diinstruksikan untuk buang air kecil,
setelah itu difoto untuk melihat fungsi
pengosongan

Kelebihan IVP:

1. Mendapatkan informasi yang terperinci untuk membantu mendiagnosa dan terapi pada
kelainan-kelainan di organ traktus urinarius
2. IVP merupakan prosedur invasive yang minimal dengan jarang terjadinya komplikasi
3. IVP merupakan proses radiology yang cepat, tanpa rasa sakit dan lebih murah

Kerugian IVP:

Bila terjadi komplikasi dari bahan kontras yang diberikan.


Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 21
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

URETHROGRAPHY

Pemeriksaan radiografi pada urethra dengan menggunakan media kontras positif, untuk
melihat struktur dan kelainan pada urethra. Biasa dilakukan pada laki-laki dan jarang pada
wanita.

Indikasi

- Congenital: divertikel, striktura, duplikasi, uretra tambahan


- Striktur: akibat radang atau trauma
- Fistula: uretritis gonorea, iatrogenic, keganasan/ peradangan rectum
- Batu: dari VU atau ureter
- Tumor

Kontrindikasi

- Alergi kontras
- Infeksi uretra akut
- Hamil
- Post operasi uretra
- Inflamasi berat pada uretra, vesika urinaria, prostat

Persiapan

- Informed concent
- Tidak perlu perubahan diet dan aktivitas
- Mengganti pakaian dengan pakaian khusus

Cara pemeriksaan:

1. Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan, setelah disuruh buang air kecil
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 22
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

2. Uretra yang akan diperiksa dibersihkan dengan antiseptic, kateter fleksibel dimasukkan
pada ujung penis (OUE) sedalam 1-2cm.
3. Kontras (urografin) 150-200ml dimasukan melalui kateter sampai VU
4. Foto diambil pada saat pengisian kontras dengan posisi AP, oblik kanan dan kiri. Tujuan
proyeksi oblique adalah untuk memperlihatkan saluran uretra dengan ukuran paling
panjang yang bebas dari superimposisi, memperjelas adanya extravasasi ke daerah lain.

Komplikasi

- Trauma ureter karena kateterisasi


- Rupture uretra iatrogenic
- Rupture urethrocavernosa

Interpretasi hasil:

Striktur utetra

- Radang : meskipun segmen yang radang pendek, seluruh uretra mengecil


- Trauma : segmen yang mengalami trauma tampak lebih pendek dan lokalisasi,
bagian lain tampak normal
- Fraktur pelvis: yang terlibat adalah uretra pars membranosa
- Trauma iatrogenic: yang terkena bagian uretra yang normalnya menyempit.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 23
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

SISTOGRAFI

Adalah teknik atau prosedur pemeriksaan urinary bladder setelah memasukan media kontras
melalui kateter dengan menggunakan sinar X untuk menegakkan diagnose. Tujuan :
menampilkan struktur kandung kemih, struktur infravesika dan organ sekitarnya. Persiapan:
rectum dikosongkan kecuali pada keadaan akut. Indikasi: Tumor VU, rupture VU, divertikel,
neurogenic bladder, hipertrofi prostat, sistitis kronis, tumor disekitar VU. Kontraindikasi : infeksi
saluran kemih akut.

Teknik :

1. Kateterisasi (dengan balon folley/ tanpa balon. Ukuran tergantung keadaan biasa 16
atau 18F), transuretra dan cara pungsi suprapubik
2. Kandung kencing dikosongkan
3. Menggunakan kontras dengan kepekatan 15-20% dalam larutan Nacl fisiologis
sebanyak 150-250cc
4. Foto dibuat dengan posisi AP oblik.

Lain lain : kontras dapat berupa single atau double contrast dengan yodium atau udara

SISTOGRAPHY VOIDING

Sering disebut sebagai voiding cystourethrography (VCUG) atau mictio cystouretrography


(MCUG)

Indikasi: evaluasi vesiko uretra secara anatomi dan fungsional. Biasanya dilakukan pada anak-
anak dengan ISK berulang untuk mencari causa primer.

Teknik :

1. Terlebih dahulu dibuat foto polos abdomen


2. Kontras dimasukkan melalui kateter atau feeding tube
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 24
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

3. Jumlah kontras: (usia (tahun)+2) x 30ml


4. Setelah itu dibuat foto pada saat pasien miksi
5. Foto oblique penting untuk deteksi refluks grade 1

Grade I : refluks hanya sampai ureter


Grade II : refluks hingga pelvis renalis et calyx, pelvis renalis normal, calyx masih
terlihat tajam, tanpa dilatasi ureter
Grade III : seperti grade II + dilatasi ureter ringan dengan/tanpa perubahan ujung
fornix calyx menjadi tumpul
Grade IV : dilatasi ureter sedang dan berliku-liku, pelvis, calyx et fornix calyx
derajat tumpul sedang
Grade V : dilatasi berat dan berliku-liku dari ureter, pelvis renalis, calyx et fornix
calyx tumpul derajat berat-> gambaran papil pada calyx hilang.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 25
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

SISTOSKOPI

Sistoskopi adalah prosedur pemeriksaan dengan sebuah tabung fleksibel berlensa yang
disebut sistoskop, yang dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih dan kemudian untuk
mempelajari kelainan dalam kandung kemih dan saluran kemih bawah.

Cara pemeriksaan:

1. Pasien dalam posisi litotomi


2. Masukkan jeli larut air sekitar 10cc ke uretra
3. Masukan sheath secara gentle ke dalam vesica urinaria
4. Buli dikembangkan secara optimal dengan mengisi sterilized water for irrigation sekitar
350cc.
5. Mulai melakukan penilaian

Komplikasi

1. Urosepsis
2. Perforasi kandung kemih
3. Perforasi bladder neck
4. Perforasi uretra
5. Trauma uretra yang dapat menyebabkan striktur di masa depan.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 26
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

USG (ULTRASONOGRAFI)

USG traktur urinarius merupakan pemeriksaan yang relatif mudah, cepat, aman, tanpa
persiapan, tidak mempunyai efek samping dan relative murah. Pemeriksaan ini tanpa persiapan
dan tidak menggunakan obat-obatan untuk diminum atau disuntikkan pada pasien guna
membantu pemeriksaan.

Organ-organ traktus urinarius yang dapat diperiksa dengan USG adalah ginjal kanan dan
kiri, vesica urinaria dan prostat. USG sangat spesifik untuk membedakan massa kistik atau solid,
bila terdapat batu maka tanda khas yang terlihat adalah acoustic shadow, bila terdapat cairan
maka tanda khas yaitu posterior enchance.

USG ginjal digunakan untuk mengetahui bentuk, ukuran, gerakan ginjal dan hubungan
ginjal dengan jaringan sekitarnya.

Indikasi pemeriksaan USG Ginjal:

1. Radang pada traktus urinarius atau urinary tract infection


2. Teraba massa pada abdomen dan pinggang
3. Kadar creatinin yang tinggi
4. Sakit yang hebat pada daerah pinggang
5. Kencing darah (hematuria)
6. Jumlah urine berkurang atau sedikit
7. Hydronefrosis
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 27
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

Kerugian dari USG adalah operator dependent, dan jika pasien gemuk pemeriksaan agak
sulit dilakukan (tergantung alat transducer).

Gema yang dihasilkan:

- Anechoic: bebas gema, yang terlihat adalah warna hitam. Contoh: cairan (posterior
enchancement)
- Hipoechoic: tampak warna abu-abu. Terdapat pada struktur yang kurang padat.
Contoh: limfonodi
- Hiperechoic: tampak putih, terdapat pada struktur padat, contoh: tulang, tumor, batu
(acoustic shadow)

CT SCAN

Pemeriksaan CT urografi adalah pemeriksaan CT scan pada saluran kencing (traktus


urinarius) sebelum dan sesudah pemberian media kontras intravena untuk mendeteksi berbagai
kelainan yang ada di daerah saluran kencing (traktus urinarius).

Pemeriksaan CT urografi dapat menilai fungsi ginjal, ureter dan VU sekaligus secara non
invasif dan saat ini masih merupakan pilihan utama untuk evaluasi kasus kolik ginjal/ ureter,
hematuria, deteksi adanya batu maupun tumor pada traktus urinarius.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 28
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

Indikasi CT urografi:

- Nyeri pinggang (mendeteksi adanya batu atau penyebab lain yang menyebabkan nyeri
pinggang, seperti appendicitis atau torsio kista ovarium)
- Infeksi traktur urinarius : mendeteksi kemungkinan adanya abses renal atau
perirenal, pyelonefritis emfisematosus atau tuberculosis atau pada kasus-kasus infeksi
yang tidak memperlihatkan respons baik terhadap pemberian antibiotika. Penyebab
lain yang juga menjadi sumber infeksi berulang adalah adanya batu yang
menimbulkan persisten infeksi atau pyuria
- Trauma: pada kasus trauma, CT merupakan modalitas pilihan karena mampu
mengidentifikasi gradasi trauma dan sangat sensitive untuk deteksi adanya kontusio
renal, laserasi atau hematoma, sampai pada kondisi yang sangat berat seperti fraktur
renal, oklusi arteri renalis, atau avulse uteropelvic junction.
- Persiapan tindakan bedah
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 29
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

BAB III

LAPORAN KASUS

I . ANAMNESA

A . Identitas Pasien

Identitas Pasien

Nama : Tn. M

Usia : 65 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Sedayu RT/RW 02/02

Pekerjaan : Karyawan swasta

Pendidikan : SMA

No. Reg. CM : 187353

Tanggal Periksa : 23 Desember 2015

B . Keluhan utama : Sulit buang air kecil

C . Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang pada tanggal 21 Desember 2015 ke IGD RSUD Semarang dengan keluhan
tidak bisa buang air kecil selama lebih dari 15 jam. Keluhan ini mulai muncul 2 minggu
sebelumnya. Pasien mengeluh kencingnya terputus-putus, pancarannya melemah, dan hanya
sedikit kencing yang keluar. Pasien mengeluh tidak puas setelah buang air kecil. Pasien juga
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 30
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

merasakan seperti ada benjolan di perut bagian bawah yang kadang muncul dan kadang hilang
dan terasa nyeri. Nyeri dirasakan memberat apabila pasien ingin berkemih. Pasien mengaku
belum pernah ke dokter dan belum mengkonsumsi obat sebelumnya. Pasien mengaku riwayat
BAB normal. Riwayat demam, mual, dan muntah disangkal. Riwayat trauma pada daerah perut
dan selangkangan disangkal. Riwayat menggunakan selang kencing sebelumnya disangkal
pasien.

D . Riwayat Penyakit Dahulu

o Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya


o Riwayat menderita infeksi saluran kemih disangkal
o Riwayat menderita batu saluran kemih disangkal
o Riwayat darah tinggi disangkal
o Riwayat penyakit gula disangkal
o Riwayat asma disangkal
o Riwayat alergi disangkal
o Riwayat penyakit jantung disangkal
o Riwayat penyakit ginjal disangkal
o Riwayat operasi disangkal

E . Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.

F . Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan anak ke-1 dari 6 bersaudara. Pasien sudah menikah, memiliki 2 orang
anak, saat ini tinggal bersama istri dan ke-2 anaknya. Pasien bekerja sebagai karyawan swasta.
Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS - PBI.
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 31
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

II . Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan pada 23 Desember 2015, didapatkan

A . Kesadaran : Kompos Mentis / GCS E4 M6 V5 ( 15 )

B . Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

C . Status Gizi : Berat badan 53kg, Tinggi badan 155cm, IMT = 22,06

normoweight

D . Tanda Vital :

Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg

Nadi : 80 kali / menit

Laju Napas : 20 kali / menit

Suhu : 36,4 o C

E . Mata : Konjungtiva Anemis ( - / - ), Sklera Ikterik ( - / - )

F . Hidung : Sekret ( - ), Nafas cuping hidung ( - )

G . Telinga : Normotia, nyeri tarik aurikula -/-, nyeri tekan tragus -/-, nyeri

tekan mastoid -/-, sekret -/-, serumen -/-, abses retroaurikula -/-

H . Mulut : Tidak ada bibir kering dan sianosis

I. Thorax : Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing,

Bunyi Jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

J. Punggung : Tidak tampak kelainan


Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 32
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

K. Ekstremitas :

Akral dingin : - / -

Akral Sianosis : - / -

Refleks Fisiologis : + / +

Refleks Patologis : - / -

L . Abdomen :

Inspeksi : membujur

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, Nyeri tekan suprapubik (+)

III . Pemeriksaan Penunjang

A . Laboratorium

HEMATOLOGI 22/ 12/ 2015 Kesan


Hemoglobin 14,8 g/dL Normal
Hematokrit 42,5 % Normal
Leukosit 6.400 /Ul Normal
Trombosit 275 x 103/uL Normal
Gula Darah Sewaktu 110 Normal
Ureum/ kreatinin 22,4 / 1,1 Normal
Kolesterol total 110 Normal
Trigliserid 50 Normal
HbsAg Negatif Normal
Kesan : normal
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 33
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

B . Pemeriksaan Radiologis

Pasien menjalani pemeriksaan uretrosistografi, hasilnya adalah sebagai berikut :

Interpretasi hasil :

Pada foto polos tidak tampak opasitas patologis, tak tampak dilatasi dan distensi usus. Tak
tampak free air.

Kontras water-soluble dimasukkan melalui kateter sistostomi ke vesika urinaria, tampak


kontras lancar mengisi struktur vesika urinaria. Vesika urinaria tampak elongated, dinding
vesika urinaria tampak ireguler. Tak tampak filling deffect, additional shadow, maupun
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 34
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

indentasi. Kemudian kontras water-soluble dimasukkan ke uretra melalui ostium uretra


eksternum. Tampak kontras lancar mengisi struktur uretra anterior (pars penile dan bulbosa)
dan uretra posterior (pars membranasea dan prostatica), dengan ada tahanan minimal saat
memasukkan kontras. Dinding uretra anterior tampak ireguler, tak tampak jelas adanya filling
deffect, tak tampak additional shadow maupun indentasi.

Kesan : Gambaran sistitis dengan bentuk vesika urinaria mulai elongated.


Striktur uretra anterior.

RESUME

Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 65 tahun yang datang ke IGD RSUD Kota
Semarang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil selama lebih dari 15 jam. Keluhan ini mulai
muncul 2 minggu sebelumnya. Pasien mengaku kencingnya terputus-putus, pancarannya
melemah, hanya sedikit kencing yang keluar, dan tidak puas setelah buang air kecil. Pasien juga
merasakan seperti ada benjolan di perut bagian bawah yang semakin lama semakin membesar
dan kadang terasa nyeri. Nyeri dirasakan memberat apabila pasien ingin berkemih.

Pada pemeriksan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan
palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan suprapubik.

Pada pemeriksaan radiologi uretrosistografi didapatkan kesan gambaran sistitis dengan


bentuk vesika urinaria mulai elongated; striktur uretra anterior.

Diagnosis banding:

o Striktur urethra

o Sistitis kronik

o BPH
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 35
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

o Batu saluran kemih

o Tumor buli

Diagnosis kerja:

Sistitis kronik dengan striktur uretra

Tata Laksana :

A. Non Farmakologis : bed rest

B. Farmakologis :

inf. RL 20 tpm

Inj. Cefotaxim 3x1

Inj. Ketorolac 3x1

C. Operatif : sistostomi

D. Usulan pemeriksaan lanjutan : pemeriksaan urin rutin

Prognosis :

o Quo ad vitam : dubia


o Quo ad functionam : dubia ad malam
o Quo ad sanationam : dubia ad malam
Laporan kasus retensi urin, susp. striktur uretra & sistitis 36
Niko Hizkia Simatupang/406151007/ FKUNTAR

DAFTAR PUSTAKA

1. Stefanidis CJ, Siomou E. Imaging strategies for vesicoureteral reflux diagnosis.


Nephrology 2007;22:937-947

2. Marks SD, Gordon I, Tullus K. Imaging in urinary tract infections : time to reduce
investigations. Pediatr Nephrol 2008;23:9-17

3. Dacher JN, Hitzel A, Avni FE, Vera P. Imaging Strategies in urinary tract infection. Eur
Radiol 2005;15:1283-1288

4. Stephen Chapmen, Richard Nakielny. A Guide to Radiological Procedure. W.B Sauders,


2002

5. Johansen TEB. The role of imaging in urinary tract infection. World J Urol 2004;22:392-
398

6. Carty H, Wright N. Imaging in nephrology. In:Webb N, Postlethwaite R, (eds). Clinical


Nephrology 3rd ed.2003. Oxford University Press, New York. p.113-134

7. Kapur J, Stringer DA. Diagnostic Imaging and Intervention : A Guide for Clinicians. In
Chiu MC, Yap HK (eds). Practical Nephrology : an Update of Current Practice. 2005.
Medcom Limited, Hong Kong. p.15-29

8. Hiorns MP. Diagnostic Imaging. Dalam : Thomas DFM, Duffy PG, Rickwood AMK,
eds. Essential Urology. 2nd ed. 2008. Informa Healthcare, London

9. Wu HY, Bellah R. Radiographic Evaluation of Urinary Tract. Diunduh dari


http://emedicine.medscape.com/article/1016549

10. Purnomo BB. 2007. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua. Jakarta: CV Sagung Seto

11. Lumen N, Hoebeke P, Willemsen P, De Troyer . Etiology of uretheral disease in the 21st
century. Journal of Urology 2009; 182 (3): 938-7.

12. Agung Wistara, dkk. 2010. Journal diagnosis dan penanganan striktur uretra. Bali:
Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai