Anda di halaman 1dari 47

ILMU PENYAKIT SARAF

CASE REPORT
ISCHIALGIA

Pembimbing:
dr. Fitriyani, Sp.S

Oleh:
Kautsar Ramadhan
1218011090

KEPANITERAAN KLINIK SMFPENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
BAB I
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama :Tn. Tonawi
Umur :49 tahun
Alamat : Way Laga, Bandarlampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Status : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 26 Mei 2017
Tanggal Anamnesis :27 Mei 2017
Dirawat yang ke : 1 (pertama)

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pinggang sejak 5 hari yang lalu
Keluhan Tambahan : Nyeri pada kaki kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM) dengan keluhan utama
nyeri pinggang kiri sejak 5 hari yang lalu yang memberat sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri dirasakan pertama kali saat os pulang dari
bekerja yaitu buruh angkut di Pelabuhan Panjang. Pada awalnya nyeri dirasa
tidak terlalu berat dan os masih melakukan pekerjaan seperti biasa. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hanya dirasakan di bagian pinggang saja.
Namun sejak 2 hari SMRS nyeri mulai menjalar ke kaki kiri dan terasa hebat
sehingga os menjadi sulit untuk berjalan sangat mengganggu aktifitasnya.
Nyeri dirasakan jika os menggerakkan kaki kirinya ataupun duduk. Keluhan
kesemutan ataupun kebas, kejang, nyeri kepala, mual, muntah dan demam
disangkal.Riwayat trauma disangkal.

1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit hipertensi,
jantung, ginjal dan kencing manis disangkal. Riwayat trauma dan kejang
sebelumnya disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit serupa dengan pasien. Riwayat
darah tinggi, kencing manis, dan sakit jantung pada keluarga juga disangkal.

Riwayat Pengobatan
Os mengaku sebelum dirawat pada bagian yang sakit dilakukan urut tetapi
tidak ada perbaikan.

Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki riwayat kebiasaan merokok, satu bungkus perhari. Riwayat
konsumsi minuman beralkohol disangkal.

Riwayat Sosioekonomi
Pasien seorang buruh angkut dengan jenis pekerjaan berat dan kasar.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi :81 x/menit,
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8o C
Gizi : BB= 60 kg, TB= 155 cm. IMT: 24.9 (Normoweight)

2
Status Generalis
- Kepala
Rambut : Hitam,lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik
Telinga : Liang lapang, simetris, serumen minimal
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Kering, lidah putih (-), sianosis (-)

- Leher
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
JVP : tidak ada peningkatan
Trakhea : di tengah

- Toraks
(Cor)
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula
sinistra
Perkusi : Redup,batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur(-),gallop(-)
(Pulmo)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris
Palpasi : Fremitus taktil kanan = fremitus taktil kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada lesi, benjolan (-)
Palpasi : Teraba lemas, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
massa (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar.
Perkusi : Timpani

3
Auskultasi : Bising usus (+), 8x/menit

- Extremitas
Superior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik
Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik.

Status Neurologis
- Saraf Kranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung : normal

N.Opticus (N.II)
- Tajam penglihatan : 6/60 6/60 bedside
- Lapang penglihatan : normal
- Tes warna : normal
- Fundus oculi : tidak dilakukan

N.Occulomotorius, N.Trochlearis, N.Abdusen (N.III N.IV N.VI)


Kelopak Mata
- Ptosis : (-/-)
- Endophtalmus : (-/-)
- Exopthalmus : (-/-)

Pupil
- Ukuran : (3 mm / 3 mm)
- Bentuk : (Bulat / Bulat)
- Isokor/anisokor : Isokor
- Posisi : (Sentral / Sentral)
- Refleks cahaya langsung : (+/+)
- Refleks cahaya tidak langsung : (+/+)

4
Gerakan Bola Mata
- Medial : normal
- Lateral : normal
- Superior : normal
- Inferior : normal
- Obliqus superior : normal
- Obliqus inferior : normal
- Refleks pupil akomodasi : normal / normal
- Refleks pupil konvergensi : normal / normal

N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus : normal
- Ramus maksilaris : normal
- Ramus mandibularis : normal
Motorik
- M. masseter : normal
- M. temporalis : normal
- M. pterygoideus : normal
Refleks
- Refleks kornea : (+/+)
- Refleks bersin : +

N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam : simetris
- Tertawa : simetris
- Meringis : simetris
- Menutup mata : simetris
Pasien disuruh untuk
- Mengerutkan dahi : simetris

5
- Menutup mata kuat-kuat : simetris
- Mengembungkan pipi : simetris

Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan

N.Acusticus (N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran : normal/normal
- Tinitus : (-/-)

N.vestibularis
- Test vertigo : (-)
- Nistagmus : (-)

N.Glossopharingeus dan N.Vagus (N.IX dan N.X)


- Suara bindeng/nasal : (-)
- Posisi uvula : di tengah
- Palatum mole : normal
- Arcus palatoglossus : normal
- Arcus palatoparingeus : normal
- Refleks batuk : tidak dilakukan
- Refleks muntah : tidak dilakukan
- Peristaltik usus : Normal, Bising usus 8x/menit
- Bradikardi : (-)
- Takikardi : (-)

N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus : normal
- M.Trapezius : normal

6
N.Hipoglossus (N.XII)
- Atropi : (-)
- Fasikulasi : (-)
- Deviasi : (-)

- Tanda Perangsangan Selaput Otak


Kaku kuduk : (-)
Kernig test : (-/+)
Laseque test : (-/+)
Brudzinsky I : (-/-)
Brudzinsky II : (-/-)

- Sistem Motorik Superior ka/ki Inferior ka/ki


Gerak (Aktif/Aktif) (Aktif/Pasif)

Kekuatan otot 5/5 5/4

Klonus (-/-) (-/-)


Atropi (-/-) (-/-)
Refleks fisiologis Biceps (+/+) Pattela (+/+)
Triceps (+/+) Achiles (+/+)

Refleks patologis Hoffman Trommer (-/-)


Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-)
Oppenheim (-/-)
Schaefer (-/-)
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)

- Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan

7
- Rasa raba : normal
- Rasa nyeri : normal
- Rasa suhu panas : tidak dilakukan
- Rasa suhu dingin : tidak dilakukan

Proprioseptif / rasa dalam


- Rasa sikap : normal
- Rasa gerak : normal
- Rasa getar : tidak dilakukan
- Rasa nyeri dalam : normal

Fungsi kortikal untuk sensibilitas


- Steriognosis : normal
Koordinasi
Tes telunjuk hidung : normal
Tes pronasi supinasi : normal

- Susunan Saraf Otonom


Miksi : normal
Defekasi : normal
- Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : baik
C. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Pelvik posisi AP tanggal 27 Mei 2017 (UGD RSAM)
Kesan: Foto lumbosakral dalam batas normal
Eritrosit: 5,2 juta/L
Hematologi (30/1/2017) Hematokrit: 39%
Hb: 13,7 g/dL Trombosit: 292.000/L
Leukosit: 6700/L MCV: 75 fL

8
MCH: 26 pg Batang 0%
MCHC: 35 g/dL Segmen 67%
Limfosit 28%
Hitung jenis Monosit 5%
Basofil: 0% LED: 43 mm/jam
Eosinofil: 0%

D. Resume
Os datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM) dengan keluhan
utama nyeri pinggang sejak 5 hari yang lalu yang memberat sejak 2
harisebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri dirasakan pertama kali saat os
pulang dari bekerja yaitu buruh angkut di Pelabuhan Panjang. Pada awalnya
nyeri dirasa tidak terlalu berat dan os masih melakukan pekerjaan seperti
biasa. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hanya dirasakan di bagian
pinggang saja. Namun sejak 2 hari SMRS nyeri mulai menjalar ke kaki kiri
dan terasa hebat sehingga os menjadi sulit untuk berjalan sangat mengganggu
aktifitasnya. Nyeri dirasakan jika os menggerakkan kakinya kirinya ataupun
duduk. Selain keluhan nyeri, os tidak menguluhkan hal lain. Keluhan
kesemutan ataupun kebas, kejang, nyeri kepala, mual, muntah dan demam
disangkal.Riwayat trauma disangkal.
Pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6. Tanda vital didapatkan tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 81 x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,8o C, gizi
normoweight. Pada status generalis didapatkan batas jantung normal.
Kekuatan otot ekstremitas superior dekstra/sinistra 5/5, inferior 5/4, klonus (-
), atrofi (-). Didapatkan refleks fisiologi pada kedua lengan dan kedua tungkai
dalam batas normal. Refleks patologi Laseque dan Kernig pada tungkai
inferior kiri positif. Pemeriksaan Nervus kranialis dalam batas normal.

1
E. Diagnosis
Diagnosis klinis : Ischialgia
Diagnosis topis : Vertebrae lumbalis
Diagnosis etiologi : Radikulopati lumbaris

F. Diagnosis Banding
- Hernia nukleus pulposus
- Spondilosis lumbalis
- Spondilositesis lumbalis
- Tumor Spinal cord

G. Penatalaksanaan
1. Umum
- Bed rest, mobilisasi ringan
- Hindari faktor resiko (trauma, aktifitas berat)
- Menjaga berat badan ideal
2. Medikamentosa
- IVFD RL gtt xx/ mnt
- Amitriptilin 25 mg (0-0-1/2)
- Ranitidin 50 mg/12 jam
- Natrium diklofenak 2x50 mg
- Vitamin B kompleks 2x1

H. Prognosa
- Quo ad vitam = bonam
- Quo ad functionam =bonam
- Quo ad sanationam = dubia ad bonam

1
FOLLOW UP

TANGGAL CATATAN TINDAKAN


27/04/2017 S/ Os mengeluh nyeri pinggang yang Th/
menjalar sampai ke kaki kiri dan sulit - IVFD RL gtt xx/ mnt
- Amitriptilin 25 mg (0-0-1/2)
untuk berjalan dan duduk karena nyeri - Natrium diklofenak 2x50 mg
- Vitamin B kompleks 2x1
O/ Status present
KU : tampak sakit sedang Rencana:
Foto ro lumbal-sakralis
Kes : compos mentis
TD : 100/80 mmHg Hematologi
Nadi : 81 x/menit
RR : 22 x/menit Hb: 13,7 g/dL
o Leukosit: 6700/L
T : 36,8 C Eritrosit: 5,2 juta/L
Hematokrit: 39%
Reflek Fisiologis : Trombosit: 292.000/L
Bisep (+/+) Patella (+/+) MCV: 75 fL
Trisep (+/+) Achilles (+/+) MCH: 26 pg
MCHC: 35 g/dL
Reflek Patologis : Kernig sign (-/+) Hitung jenis
Lasseque sign (-/+) - Basofil: 0%
- Eosinofil: 0%
- Batang 0%
Pemeriksaan N. Kranial I-XII: Dalam
- Segmen 67%
Batas Normal - Limfosit 28%
- Monosit 5%
Extremitas : LED: 43 mm/jam
Superior ka/ki Inferior ka/ki

Gerak : (aktif/aktif) (aktif/pasif)

Kekuatan otot : 5/5 5/4

Sensorik (+/+ ) / (+/+)

A/ischialgia e.c radikulopati lumbaris

2
TANGGAL CATATAN TINDAKAN
29/05/2017 S/ Os mengeluh nyeri pinggang yang Th/
menjalar sampai ke kaki kiri dan sulit - IVFD RL gtt xx/ mnt
- Amitriptilin 25 mg (0-0-1/2)
untuk berjalan dan duduk karena nyeri. - Ranitidin 50 mg/12 jam
- Natrium diklofenak 2x50 mg
- Vitamin B kompleks 2x1
O/ Status present
KU : tampak sakit sedang Foto Ro:
Kes : compos mentis -Lengkungan tulang
TD : 110/80 mmHg belakang dalam batas
normal.
Nadi : 89 x/menit - Tidak tampak lithesis
RR : 19 x/menit - Tidak tampak massa
o
T : 36,6 C
Rencana:
Fisioterapi
Reflek Fisiologis :
Bisep (+/+) Patella (+/+)
Trisep (+/+) Achilles (+/+)

Reflek Patologis : Kernig sign (-/+)


Lasseque sign (-/+)

Pemeriksaan N. Kranial I-XII: Dalam


Batas Normal

Extremitas :
Superior ka/ki Inferior ka/ki

Gerak : (aktif/aktif) (aktif/Pasif)

Kekuatan otot : 5/5 5/4

Sensorik (+/+ ) / (+/+)

A/ ischialgia e.c radikulopati lumbaris

3
TANGGAL CATATAN TINDAKAN
30/05/2017 S/ Os mengeluh nyeri pinggang yang Th/
- IVFD RL gtt xx/ mnt
menjalar sampai ke kaki kiri dan sulit - Amitriptilin 25 mg (0-0-1/2)
untuk berjalan dan duduk karena nyeri - Ranitidin 50 mg/12 jam
berkurang. - Natrium diklofenak 2x50 mg
- Vitamin B kompleks 2x1
O/ Status present
KU : tampak sakit sedang Pasien dipulangkan dan
Kes : compos mentis dilanjutkan dengan rawat
TD : 120/80 mmHg jalan.
Nadi : 89 x/menit
RR : 19 x/menit
T : 36,6oC

Reflek Fisiologis :
Bisep (+/+) Patella (+/+)
Trisep (+/+) Achilles (+/+)

Reflek Patologis : Kernig sign (-/+)


Lasseque sign (-/+)

Pemeriksaan N. Kranial I-XII : Dalam


Batas Normal

Extremitas :
Superior ka/ki Inferior ka/ki

Gerak : (aktif/aktif) (aktif/aktif)

Kekuatan otot : 5/5 5/4

Sensorik (+/+ ) / (+/+)

A/ ischialgia e.c radikulopati lumbaris

4
BAB II
ANALISIS KASUS

1. Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat?


Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan kesimpulan
bahwa diagnosis dari pasien ini adalah Ischialgia e.c radikulopati lumbaris.

Os datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM) dengan keluhan


utama nyeri pinggang sejak 5 hari yang lalu yang memberat sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri dirasakan pertama kali saat os
pulang dari bekerja yaitu buruh angkut di Pelabuhan Panjang. Pada
awalnya nyeri dirasa tidak terlalu berat dan os masih melakukan pekerjaan
seperti biasa. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hanya dirasakan di
bagian pinggang saja. Namun sejak 2 hari SMRS nyeri mulai menjalar ke
kaki kiri dan terasa hebat sehingga os menjadi sulit untuk berjalan sangat
mengganggu aktifitasnya.Nyeri dirasakan jika os menggerakkan kakinya
ataupun duduk. Selain keluhan nyeri, os tidak mengeluhkan hal lain.
Keluhan kesemutan ataupun kebas, kejang, nyeri kepala, mual, muntah
dan demam disangkal.Riwayat trauma disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekuatan motorik ekstremitas superior


maksimal (5/5), kekuatan motorik ekstremitas inferior (5/4). Reflek
fisiologis dalam batas normal. Reflek patologis ditemukan tanda positif
pada pemeriksaan kernig sign dan lasseque sign pada ekstremitas inferior
kiri. Sensorik tidak didapatkan kesan hipestesi diseluruh bagian tubuh.
Berdasarkan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa adanya gangguan
pada sistem saraf yang menginervasi bagian pinggang sampai dengan
ekstremitas inferior yaitu sistem saraf cabang dari vertebrae lumbalis.

Radikulopati lumbal sering juga disebut Skiatika. Radikulopati adalah


suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan struktur
radiks akibat proses patologis yang dapat mengenai satu atau lebih radiks

5
saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal.1 Radikulopati lumbal
merupakan bentuk radikulopati pada daerah lumbal yang disebabkan oleh
iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal. Pada radikulopati lumbal,
keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) sering didapatkan.2

Radikulopati sering ditandai oleh satu atau lebih dari gejala berikut:6
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral
dekat vertebra hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti
pola dermatomal dan diperhebat oleh gerakan, batuk, mengedan, atau
bersin.
2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit
sepanjang distribusi dermatom radiks yang bersangkutan.
4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan.
Refleks tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan
menurun atau bahkan menghilang.

Gambar 1. Pola distribusi dermatom1, 2


Pada pemeriksaan penunjang yaitu berdasarkan rontgen vertebrae yang
pertama didapatkan kesan dalam batas normal.

6
2. Apakah penatalaksanaan pasien pada kasus ini sudah tepat?
Tatalaksana dari kasus ini adalah IVFD RL gtt xx/ mnt, amitriptilin 25 mg
(0-0-1/2) peroral, Ranitidin 50 mg/12 jam IV, natrium diklofenak 2x50 mg,
dan vitamin B kompleks 2x1.

Pada pasien ini didapatkan terapi cairan parenteral berupa ringer laktat,
sebenarnya hal tersebut bukan lah hal yang tepat, mengingat kondisi os
yang masih dalam keadaan umum baik dan bisa mendapatkan asupan
secara peroral. Pemberian amitriptilin pada kasus ini bertujuan agar
membuat os menjadi lebih nyaman beristirahat pada malam hari.
Amitriptilin merupakan golongan antidepresan trisiklik generasi kedua,
cara kerja obat ini adalah dengan cara menghambat ambilan
neurotransmitter, ambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke
terminal saraf prasinaptik. Dengan menghambat jalan utama pengeluaran
neurotransmitter, obat ini akan meningkatkan konsentrasi monoamin
dalam celah sinaptik, menimbulkan efek antidepresan. Penggunaan
amitriptilin pada kasus ini mungkin tidaklah begitu dibutuhkan mengingat
efek samping yang mungkin dapat terjadi adalah efek antimuskarinik,
kardiovaskular, dan hipotensi ortostatik. Pemberian vitamin B kompleks
pada kasus ini bertujuan untuk membantu dalam mengurangi nyeri dan
juga peradangan. Oleh karena itu, pemberian vitamin B kompleks pada
kasus ini sudah tepat.3

Kerusakan sel akibat peradangan terjadi pada membran sel, menyebabkan


leukosit melepaskan enzim lisosom, asam arakidonat kemudian dilepaskan
dari senyawa prekursor, dan berbagai eikosanoid disintesis. Melalui jalur
siklooksigenase (COX) dalam metabolisme arakidonat menghasilkan
prostaglandin yang memiliki berbagai macam efek peradangan dan
merupakan mediator utama nyeri. Penggunaan obat anti-inflamasi non
steroid (OAINS) bertujuan untuk mengurangi nyeri, selain itu beberapa
obat OAINS juga memiliki efek anti-inflamasi sehingga dapat digunakan
untuk terapi, baik kondisi peradangan akut maupun kronis. Pada kasus
terapi analgesi yang diberikan berupa natrium diklofenak yang bekerja

7
dengan cara menghambat siklo-oksigenase. Natrium diklofenak sering
digunakan untuk pengobatan jangka lama artritis rematoid, osteoartritis,
dan spondilitis ankilosa. Natrium diklofenak lebih poten daripada
indometasin atau naproksen. Penggunaan natrium diklofenak sebagai
analgesi dan antiinflamasi sudah tepat pada kasus ini. Kemudian,
pemberian ranitidin sebagai golongan H2 inhibitor pada kasus ini bertujuan
untuk mencegah kekambuhan riwayat penyakit asam lambung os serta
mengatasi efek samping dari natrium diklofenak yang diberikan yaitu
masalah saluran cerna.4, 5

3. Bagaimana prognosis dari pasien ini?


Prognosis ad vitam pada kasus ini bonam, karena keadaan pasien pada saat
datang yang masih dalam keadaan umum yang baik. Prognosis ad
fungsionam adalah bonam dikarenakan keterbatasan os pada kasus ini
terbatas pada keluhan utama berupa nyeri. Apabila nyeri dapat diatasi,
maka keterbatasan tersebut dapat diatasi. Prognosis sanationam adalah
dubia ad bonam dikarenakan penyakit radikulopati lumbaris memiliki
banyak faktor penyebab seperti kompresi, inflamasi, ataupun proses
degeneratif. Seiring dengan pertambahan usia pasien, hal tersebut bukan
akan meningkatkan derajat kesehatan pasien, tetapi akan semakin
meningkatkan faktor resiko penyakit ini.

4. Apakah diagnosis banding dari kasus ini?

Diagnosis banding dari kasus ini adalah hernia nukleus pulposus (HNP).
Herniated nucleus pulposus atau herniasi diskus, disebut juga ruptured,
prolapsed atau protruded disc, diketahui sebagai penyebab terbanyak back
pain dan nyeri tungkai berulang. Herniasi nukleus merupakan tonjolan
yang lunak, tetapi suatu waktu mengalami perubahan menjadi
fibrokartilago, akhirnya menjadi tonjolan kalsifikasi. HNP kebanyakan
terjadi diantara vertebra L5-S1, jarang terjadi pada L4-L5, L3-L4, L2-L3,
L1-L2, dan vertebra torakal. Kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 20-
64 tahun. Nukleus pulposus yang menonjol melalui annulus fibrosus yang

8
robek biasanya terjadi pada satu sisi dorsolateral atau sisi lainnya
(terkadang pada bagian dorsomedial) akan menyebabkan penekanan pada
satu atau lebih radiks saraf.6

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Radikulopati lumbal sering juga disebut Skiatika. Radikulopati adalah suatu
keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan struktur radiks akibat
proses patologis yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola
gangguan bersifat dermatomal.1 Radikulopati lumbal merupakan bentuk
radikulopati pada daerah lumbal yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari
radiks saraf lumbal. Pada radikulopati lumbal, keluhan nyeri punggung bawah
(low back pain) sering didapatkan.7

3.2 Anatomi

Gambar 2. anatomi vertebra

10
Kolumna vertebralis dibentuk oleh serangkaian 33 vertebra :8
7 servikal
12 thorakal
5 lumbal
5 Sakral
4 coccygeus

Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang
terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri
dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan
dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus
articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut
membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung
disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang
belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui
celah yang disebut foramen intervertebrale.9

11
Gambar 3.anatomi lumbal

3.2.1Persarafan10
Fungsi Otot Saraf
Nervus Femoralis
Fleksi dan endorotasi pinggul, L1 L3
M. iliopsoas
Fleksi dan endorotasi tungkai bawah, L2 L3
M. sartorius
Ekstensi tungkai bawah pada tungkai L2 L4
M. quadriseps femoris
lutut

Nervus Obturatorius
Aduksi Paha M. pektineus L2 L3
M. aduktor longus L2 L3
M. aduktor brevis L2 L4
M. aduktor magnus L3 L4
M. grasilis L2 L4
Aduksi dan Eksorotasi Paha M. obturator eksternus L3 L4

12
Nervus Glutealis Superior
Abduksi dan endorotasi paha M. gluteus dan L4 S1
Fleksi tungkai atas pada pinggul: minimus L4 L5
abduksi dan endorotasi M. tensor fasia lata L5 S1
Eksorotasi paha dan abduksi M. piriformis
Nervus Glutealis Superior
Ekstensi paha dan pinggul, eksorotasi M. gluteus maksimus L4 S2
paha M. obturator internus L5 S1
Mm. Gemeli
M. quadratus L4 S1
Nervus Skiatikus
Fleksi tungkai bawah M. biseps femoris L4 S2
M. semitendinosus L4 S1
M. semimembranosus L4 S1
Nervus Peronealis Profunda
Dorsofleksi dan supinasi kaki M. tibialis anterior L4 L5
Ekstensi kaki dan jari-jari kaki M. ekstensor digitorum L4 S1
Ekstensi jari kaki II V longus
Ekstensi ibu jari kaki M. ekstensor digitorum
Ekstensi ibu jari kaki brevis
M. ekstensor halusis longus
M. ekstensor halusis brevis

Plexus Lumbalis
Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 1 4, seringkali juga turut
dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis thoracalis XII.Plexus ini
berada pada dinding dorsal cavum abdominis, ditutupi oleh m.psoas major.
Dari plexus ini dipercabangkan :
1. n.iliohypogastricus
2. n.ilioinguinalis
3. n.genitofemoralis
4. n.cutaneus femoris lateralis

13
5. n.obturatorius
6. n.femoralis
Percabangan-percabangan tersebut tadi mempersarafi dinding cavum
abdominis di bagian caudal, regio femoris bagian anterior dan regio
cruralis di bagian medial.

Gambar 4. Plexux Lumbalis

1. N.iliohypogastricus
Saraf ini berpusat pada medulla spinalis segmen thoracalis XII L
1, berjalan di sebelah ventral m.quadratus lumborum, menembusi
aponeurosis m.transversus abdominis di bagian posterior di sebelah
cranialis crista iliaca. Ketika berada di antara m.transversus
abdominis dan m.obliquus internus abdominis saraf ini
mempercabangkan ramus cutaneus lateralis dan ramus cutaneus
anterior. Selanjutnya ramus cutaneus anterior berjalan menembusi

14
m.obliquus internus abdominis, menembusi aponeurosis m.obliquus
externus abdominis kurang lebih 2 cm di sebelah cranial anulus
inguinalis superficialis, melayani kulit pada regio pubica.
Saraf ini memberi cabang motoris untuk m.obliquus internus
abdominis dan m.transversus abdominis.
2. N.ilioinguinalis
Nervus ini berpusat pada medulla spinalis L 1, berada di sebelah
ventral dari m.quadratus lumborum, berjalan sejajar dengan
n.iliohypogasticus (di sebelah caudalnya), menembusi aponeurosis
m.transversus abdomins, berada di antara m.transversus abdominis
dan m.obliquus internus abdominis, menembusi otot ini dan berada di
antara m.obliquus internus abdominis dan m.obliquus externus
abdominis. Selanjutnya mengikuti funiculus spermaticus berjalan di
dalam canalis inguinalis, dan melayani kulit pada regio femoris di
bagian proximal dan medial, radix penis serta scrotum bagian ventral
sebagai rami scrotales anteriores pada pria dan pada wanita
mempersarafi mons pubis dan labium majus sebagai rami labiales
anteriores.
Saraf ini mempercabangkan serabut motoris untuk m.obliquus
internus abdominis dan m.transversus abdominis. N.ilioinguinalis
kadang-kadang bersatu dengan n.iliohypogastricus.
3. N.genitofemoralis
Berpusat pada medulla spinalis L 1 2, berjalan ke caudal,
menembusi m.psoas major setinggi vertebra lumbalis 3 atau 4,
ditutupi oleh fascia transversa abdominis dan peritoneum, dan di
sebelah ventral dari m.psoas major saraf ini bercabang dua menjadi
ramus genitalis (= n.spermaticus externus) dan ramus femoralis (=
n.lumboinguinalis).
N.spermaticus externus berjalan ke distal, di sebelah medial dari
nervus lumboinguinalis, masuk ke dalam anulus inguinalis internus,
berjalan melalui canalis inguinalis dan berada di bagian dorsal
funiculus spermaticus (pada wanita mengikuti ligamentum teres

15
uteri). Saraf ini mempersarafi m.cremasterdan kulit scrotum.
N.lumboinguinalis berjalan ke distal dan berada di sebelah ventral
m.psoas major, berada di sebelah lateral n.spermaticus externus,
berjalan bersama-sama dengan a.iliaca externa melewati tepi caudal
ligamentum inguinale, selanjutnya berada di sebelah lateral
a.femoralis dan sebagian menembusi fascia cribriformis (pada fossa
ovalis) dan sebagian lagi menembusi fascial lata, mempersarafi kulit
regio femoralis cranio-anterior.
4. Ramus cutaneus femoris lateralis.
Berasal dari medulla spinalis L 2 3, menampakkan diri pada tepi
lateral m.psoas major, yaitu kira-kira pada bagian tengah otot
tersebut, menyilang m.iliacus secara oblique menuju ke spina iliaca
anterior superior, lalu berjalan melalui tepi caudal ligamentum
inguinale, menembusi fascia lata di bagian proximal m.sartoris,
melayani kulit regio femoris di bagian antero-lateral sampai setinggi
patella. Selain itu terdapat juga cabang-cabang (r.posterior) yang
mempersarafi regio femoris di bagian latero-posterior, yaitu mulai
dari trochanter major.
5. N.obturatorius
Dibentuk oleh nervus spinalis L 2 - 4, bersifat motoris untuk
mm.adductores. Menampakkan diri pada tepi medial m.psoas major,
menyilang di sebelah dorsal vasa iliaca, berada di sebelah lateral vasa
hypogastrica dan ureter, mengikuti dinding lateral pelvis minor
menuju ke foramen obturatorium. Selanjutnya berjalan melalui
canalis obturatorius dan tiba pada daerah mm.adductores; saraf ini
mempercabangkan ramus superficialis n.obturatorius (= ramus
anterior) yang berada di sebelah ventral m.adductor brevis dan
mempersarafi m.adductor longus, m.gracialis, m.adductor brevis serta
kulit di daerah femoris medialis (= n.cutaneus femoris medialis) dan
cabang lainnya adalah r.profundus n.obturatorius (= r.posterior) yang
terletak di sebelah dorsal m.adductor brevis, mempersarafi
m.obturator externus dan m.adductor magnus.

16
6. N.Femoralis
Merupakan cabang yang terbesar dari plexus lumbalis, dibentuk
oleh nervus spinalis L 2 - 4, menampakkan diri pada tepi lateral
bagian distal m.psoas major, berjalan di antara m.psoas major dan
m.iliacus, ditutupi oleh fascia iliaca, berada di bagian caudal dari
ligamentum inguinale, di sebelah lateral arteria femoralis yaitu
melalui lacuna musculorum, dan memberi cabang-cabang motoris
untuk m.iliacus, m.pectineus dan m.sartorius.
Cabang yang lain adalah rami cutanei femoris anteriores yang
menembusi fascia lata di sebelah ventral m.sartorius dan
mempersarafi kulit di bagian ventral regio femoris sampai setinggi
patella.
Cabang yang ketiga disebut n.saphenus yang merupakan cabang
yang terbesar dan terpanjang dari n.femoralis, mempersarafi regio
crunalis di bagian medial, berjalan di sebelah profunda m.sartorius,
menyilang di sebelah anterior arteria femoralis, tiba di sebelah medial
dari a.femoralis, berjalan di dalam canalis adductorius, lalu
menembusi membrana vasto adductoria dan terletak di antara
m.sartorius dan m.adductor magnus, menembusi fascia lata di antara
tendo m.sartorius dan m.gracialis, berjalan ke caudal bersama-sama
dengan vena saphena magna sampai di 1/3 bagian distal crus.

Plexus Sacralis
Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 4 S 3 (S 4) dan
berada di sebelah ventral m.piriformis, dipisahkan dari vasa iliaca interna
serta ureter oleh suatu lembaran fascia (= fascia pelvis parietalis).
Biasanya a.glutea superior berjalan di antara n.spinalis L 5 dan S 1;
a.glutea membentuk plexus lumbalis dan juga turut membentuk plexus
sacralis).Plexus sacralis melayani struktur pada pelvis, regio glutea dan
extremitas inferior.
Dari plexus sacralis dipercabangkan :
1. n.gluteus superior

17
2. n.gluteus inferior
3. n.cutaneus femoris posterior
4. nn.clunium inferiores mediales
5. N.Ischiadicus
6. rr.musculares

Gambar 5. Plexus Sacralis

1. N.gluteus superior
Dibentuk oleh n.spinalis Lumbalis 4 Sacral 1, berjalan melalui
foramen suprapiriformis, di sebelah cranialis m.piriformis bersama-
sama dengan vasa glutea superior.Bersifat motoris untuk m.gluteus
medius, m.gluteus minimus dan m.tensor fascia latae.
2. N.gluteus inferior
Dibentuk oleh n.spinalis L 5 S 2, meninggalkan pelvis melalui
foramen infrapiriformis di sebelah caudalis m.piriformis, berjalan di
sebelah profunda m.gluteus maximus, dan memberi innervasi untuk
otot tersebut.

18
3. N.cutaneus femoris posterior
Dibentuk oleh n.spinalis Sacralis 1 3, berjalan melalui foramen
infrapiriformis bersama-sama dengan vasa glutea inferior, berada di
sebelah medial dari n.ischiadicus, ditutupi oleh m.gluteus maximus,
meninggalkan otot tersebut pada tepi caudalnya, lalu berjalan
descendens pada bagian superficial caput longum m.biceps femoris,
berada di sebelah profunda fascia lata, dan mencapai regio poplitea.
Selanjutnya menampakkan diri bersama-sama dengan vena saphena
parva.Saraf ini bersifat sensibel untuk kulit perineum, bagian
posterior regio femoris dan regio cruralis. Dari saraf ini
dipercabangkan : q nn.clunium inferiores laterals q rr.perineales,
yang dipercabangkan pada tepi caudal m.gluteus maximus, berjalan
ke arah medial menyilang origo otot-otot hamstring menuju ke
perineum, dan mempersarafi kulit pada regio femoris bagian medio-
cranial serta kulit genitalia externa.
4. N.Ischiadicus
Saraf ini adalah saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang
mempersarafi kulit regio cruralis dan pedis serta otot-otot di bagian
dorsal regio femoris, seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh
persendian pada extremitas inferior. Berasal dari medulla spinalis L 4
S 3, berjalan melalui foramen infra piriformis, berada di sebelah
lateral n.cutaneus femoris posterior, berjalan descendens di sebelah
dorsal m.rotator triceps, di sebelah dorsal m.quadratus femoris, di
sebelah ventral caput longum m.biceps femoris, selanjutnya berada di
antara m.biceps femoris dan m.semimembranosus, masuk ke dalam
fossa poplitea. Lalu saraf ini bercabang dua menjadi N.Tibialis dan
N.Peronaeus Communis.Rami musculares dipercabangkan untuk
mempersarafi m.biceps femoris caput longum.semitendinosus,
m.semimembranosus dan m.adductor magnus. Rami musculares ini
dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus sehingga bagian di
sebelah medial n.ischiadicus disebut danger side dan bagian di
sebelah lateral disebut safety side.

19
5. Rami musculares
Cabang-cabang ini berjalan melalui foramen infra piriformis,
mempersarafi m.piriformis, mm.gemelli superior et inferior,
m.obturator internus, m.quadratus femoris. Sebenarnya plexus sacralis
adalah bagian dari plexus lumbosacralis, yang dibentuk oleh
rr.anteriores .spinalis segmental lumbal, sacral dan coccygeus.

Gambar 6.Pola dermatom1


Pola dermatom berguna untuk mengingat bahwa :1
- selangkangan, lumbal ke-1
- sisi medial lutut, lumbal ke-3
- jari kaki besar, lumbal ke-5
- jari kaki kecil (kelingking), sakrum ke-1
- belakang paha, sakrum ke-2

20
- area genitor-anal, sakrum ke-3, 4, dan 5

3.3 Epidemiologi7
Melalui survei epidemiologi menunjukkan insiden radikulopati setiap
tahunnya mencapai 83 per 100.000 orang. Individu dengan radikulopati berusia
antara 13 sampai 91 tahun, dimana pria (18,2%) lebih sering terkena dibanding
wanita (13,6%). Sekitar 80% penduduk di negara industri pekerja yang
mengangkat beban berat & duduk dalam jangka waktu lama. Sekitar 20% terjadi
pada orang tua.

3.4 Etiologi7
Terdapat faktor-faktor penyebab terjadinya radikulopati lumbal, yaitu
disebabkan oleh iritasi atau kompresif radiks saraf daerah lumbal.Proses
Kompresif merupakan kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga
mengakibatkan radikulopati adalah :
a. Herniated nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus
b. Fraktur kompresif
c. Skoliosis
d. Spondilosis
e. Spondilolistesis dan Spondilolisis
f. Stenosis Spinal

3.5 Patofisiologi
Proses Kompresif pada Lumbal Spinalis7
Pergerakan antara vertebral L4-L5 dan L5-S1 lebih leluasa sehingga
lebih sering terjadi gangguan. Vertebra lumbalis memiliki beban yang
besar untuk menahan bagian atas tubuh sehingga tulang, sendi, nukleus,
dan jaringan lunaknya lebih besar dan kuat. Pada banyak kasus, proses
degenerasi dimulai pada usia lebih awal seperti pada masa remaja
dengan degenerasi nukleus pulposus yang diikuti protusi atau ekstrasi
diskus. Secara klinis yang sangat penting adalah arah protusi ke

21
posterior, medial, atau ke lateral yang menyebabkan tarikan malah
robekan nukleus fibrosus.
Protusi diskus posterolateral diketahui sebagai penyebab kompresi dari
radiks. Protusi diskus dapat mengenai semua jenis kelamin dan
berhubungan dengan riwayat trauma sebelumnya. Bila proses ini
berlangsung secara progresif dapat terbentuk osteofit. Permukaan sendi
menjadi malformasi dan tumbuh berlebihan, kemudian terjadi
penebalan dari ligamentum flavum.
Pada pasien dengan kelainan kanal sempit, proses ini terjadi sepanjang
vertebra lumbalis, sehingga menyebabkan kanalis menjadi tidak bulat
dan membentuk trefoil axial shape. Pada tahap ini prosesnya
berhubungan dengan proses penuaan. Stenosis kanalis vertebra lumbalis
sering mengenai laki-laki pekerja usia tua.
Sendi faset (facet joint), nukleus, dan otot juga dapat mengalami
perubahan degeneratif dengan atau tanpa kelainan pada diskus.

Gambar 7. Permasalahan pada diskus

22
A. Herniated nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus6
Herniated nucleus pulposus atau herniasi diskus, disebut juga ruptured,
prolapsed atau protruded disc, diketahui sebagai penyebab terbanyak back
pain dan nyeri tungkai berulang. Herniasi nukleus merupakan tonjolan yang
lunak, tetapi suatu waktu mengalami perubahan menjadi fibrokartilago,
akhirnya menjadi tonjolan kalsifikasi.HNP kebanyakan terjadi diantara
vertebra L5-S1, jarang terjadi pada L4-L5, L3-L4, L2-L3, L1-L2, dan
vertebra torakal.Kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 20-64 tahun.
Laki-laki memiliki dua kali lipat kemungkinan untuk menderita HNP
dibandingkan wanita. Nukleus pulposus yang menonjol melalui annulus
fibrosus yang robek biasanya terjadi pada satu sisi dorsolateral atau sisi
lainnya (terkadang pada bagian dorsomedial) akan menyebabkan penekanan
pada satu atau lebih radiks saraf.

Gambar 8. Herniasis diskus

B. Fraktur Kompresif6
Pada fraktur yang bersifat kompresif, bila terjadi penekanan pada radiks
atau penyempitan pada foramen intervertebral yang dapat mengenai satu
atau lebih radiks saraf akan menimbulkan defisit neurologi.

23
Gambar 9. Fraktur Kompresif
C. Skoliosis6
Skoliosis umumnya terjadi pada orang dewasa dengan keluhan utama
nyeri punggung.Keadaan ini sering berhubungan dengan lengkungan lumbal
dan torakolumbal. Nyeri tersebut disebabkan oleh adanya proses degeneratif
pada sendi faset lengkungan itu sendiri.

Gambar 10. Scoliosis

24
D. Spondilosis6
Spondilosis merupakan penyakit degeneratif pada tulang belakang. Bila
usia bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang
belakang, yang terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta
penonjolan ke semua arah dari annulus fibrosus. Annulus mengalami
kalsifikasi dan perubahan hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus
vertebra, membentuk osteofit atau spur atau taji. Dengan penyempitan
rongga intervertebra, sendi intervertebra dapat mengalami subluksasi dan
menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat juga ditimbulkan oleh
osteofit.
Nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilosis.Disestesia tanpa
nyeri dapat timbul pada daerah distribusi radiks yang terkena, dapat disertai
kelumpuhan otot dan gangguan refleks.Terjadi pembentukan osteofit pada
bagian yang lebih sentral dari korpus vertebra yang menekan medulla
spinalis.Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila
terdapat stenosis kanal lumbal.Gejalanya berupa sindrom kauda ekuina
dengan paraparesis, defisit sensorik pada kedua tungkai, serta hilangnya
kontrol sfingter.Sindrom pseudoklaudikasi (klaudikasi neurologik) dapat
terjadi dimana pasien mengeluh nyeri pinggang dan tungkai saat berdiri atau
berjalan, dan akan menghilang bila berbaring.

Gambar 11. Spondilosis

25
E. Spondilolitesis6
Spondilolistesis adalah pergeseran ke arah depan dari satu korpus
vertebra terhadap korpus vertebra dibawahnya. Hal ini paling sering terjadi
pada spondilolisis, yaitu suatu kondisi dimana bagian posterior unit vertebra
menjadi terpisah, menyebabkan hilangnya kontinuitas antara prosesus
artikularis superior dan inferior. Spondilolistesis diduga disebabkan oleh
fraktur arkus neural segera setelah lahir, walaupun ini jarang simtomatis
sampai dewasa; usia rata-rata pasien yang mencari pengobatan adalah 35
tahun. Lokasi yang paling sering dari keterlibatan adalah L5, yang
mengalami subluksasi terhadap sakrum. Yang lebih jarang ialah terjadi
akibat penyakit degeneratif tulang belakang, ini biasanya meliputi L5 atau
L4.
Gejala paling sering adalah nyeri punggung bawah, biasanya dimulai
pada usia yang lebih dini dan perlahan-lahan memburuk, yang diperkuat
oleh gerakan ekstensi. Tetapi, nyeri dapat timbul mendadak bila ada cedera.
Nyeri tungkai akibat kompresi radiks saraf kurang sering ditemukan. Bila
deformitas berat maka kauda ekuina dapat terkena kompresi.

Gambar 12. Grade spondilolitesis

F. Stenosis Spinal9
Stenosis spinal merupakan penyempitan kanal medulla spinalis yang
mungkin terjadi secara kongenital atau menyempit karena penonjolan
annulus, hipertrofi sendi faset, atau ligamen longitudinal posterior yang
tebal atau mengeras, sehingga menekan saraf yang mengandung beberapa
radiks.
Penyempitan kanalis lumbalis dapat disebabkan oleh pedikel yang
pendek karena kongenital, lamina dan sendi faset yang tebal, kurva

26
skoliosis, dan lordotik. Kebanyakan kasus merupakan idiopatik dan sering
terjadi pada usia pertengahan dan usia tua.

Gambar 13. Stenosis spinal

G. Tumor Medula Spinalis11


Pada umumnya tumor spinal yang melibatkan medula spinalis dan
kolumna vertebralis dikelompokkan berdasarkan lokasinya menjadi:
Tumor intramedular: berasal dari medula spinalis
Tumor intradura ekstramedular: lesi yang berada dalam kantung
duramater tetapi di luar medula spinalis
Tumor ekstradural: berada di luar duramater yaitu berasal dari
jaringan tulang vertebrae, jaringan lunak paravertebrae dan
metastasis dari organ lain

Manifestasi klinis yang ditemui pada pasien adalah rasa nyeri, diawali
dengan yang terlokalisir pada tulang vertebrae yang berlanjut menjalar
(radikuler).

27
Gambar 14. Tumor medula spinalis
3.6 Karakteristik
Radikulopati sering ditandai oleh satu atau lebih dari gejala berikut:7
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat
vertebra hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola
dermatomal dan diperhebat oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.
2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit
sepanjang distribusi dermatom radiks yang bersangkutan.
4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan. Refleks
tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun
atau bahkan menghilang.

Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu
pada servikal, torakal, atau lumbal).Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif
di radiks posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya
dirasakan sepanjang lengan.Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan
sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena nyerinya menjalar sepanjang
perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer.Radikulopati setinggi segmen
torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih rigid daripada segmen servikal
maupun lumbal.Jika terjadi radikulopati setinggi segmen torakal, maka akan
timbul nyeri pada lengan, dada, abdomen, dan panggul.1

28
Pada Radikulopati Lumbal terdapat nyeri punggung bawah disertai nyeri
pada kaki, tapi nyeri pada kaki lebih menjadi pertanda daripada nyeri punggung
bawah. Berikut gejala umum yang biasa muncul:2
Nyeri punggung bawah.
Sakit terus-menerus pada satu sisi pantat atau kaki, tapi jarang kedua
sisi kanan dan kiri
Nyeri yang berasal dari pinggang atau pantat dan berlanjut di
sepanjang jalur saraf siatik di bagian belakang paha dan ke tungkai
bawah dan kaki
Nyeri yang biasanya digambarkan sebagai tajam.
Beberapa pengalaman sensasi mati rasa atau kelemahan, atau tusukan-
tusukan bawah kaki
Sakit parah yang dapat membuat sulit untuk berdiri atau duduk, nyeri
yang terasa lebih baik ketika pasien berbaring.

Gambar 15. Penjalaran Nyeri radikulopati lumbal

29
3.7 Manifestasi Klinis
Secara umum, manifestasi klinis radikulopati adalah sebagai berikut :
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat
vertebra hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola
dermatomal. Nyeri bersifat tajam dan diperhebat oleh gerakan, batuk,
mengedan, atau bersin.
2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit
sepanjang distribusi dermatom radiks yang bersangkutan.
4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan.
5. Refleks tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan
menurun atau bahkan menghilang.
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu
pada servikal, torakal, atau lumbal).Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif
di radiks posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya
dirasakan sepanjang lengan. Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan
sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena nyerinya menjalar sepanjang
perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer. Radikulopati setinggi segmen
torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih rigid daripada segmen servikal
maupun lumbal. Jika terjadi radikulopati setinggi segmen torakal, maka akan
timbul nyeri pada lengan, dada, abdomen, dan panggul.

Manifestasi klinis radikulopati pada daerah lumbal antara lain :


Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka, menjalar ke bokong, paha, hingga ke
betis, dan kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan Valsava maneuvers (seperti
: batuk, bersin, atau mengedan saat defekasi).
Pada ruptur diskus intervertebra, nyeri dirasakan lebih berat bila penderita
sedang duduk atau akan berdiri. Ketika duduk, penderita akan menjaga
lututnya dalam keadaan fleksi dan menumpukan berat badannya pada
bokong yang berlawanan. Ketika akan berdiri, penderita menopang dirinya
pada sisi yang sehat, meletakkan satu tangan di punggung, menekuk tungkai
yang terkena (Minors sign).Nyeri mereda ketika pasien berbaring.

30
Umumnya penderita merasa nyaman dengan berbaring telentang disertai
fleksi sendi coxae dan lutut, dan bahu disangga dengan bantal untuk
mengurangi lordosis lumbal. Pada tumor intraspinal, nyeri tidak berkurang
atau bahkan memburuk ketika berbaring.
Gangguan postur atau kurvatura vertebra. Pada pemeriksaan dapat
ditemukan berkurangnya lordosis vertebra lumbal karena spasme involunter
otot-otot punggung. Sering ditemui skoliosis lumbal, dan mungkin juga
terjadi skoliosis torakal sebagai kompensasi. Umumnya tubuh akan condong
menjauhi area yang sakit, dan panggul akan miring, sehingga sendi coxae
akan terangkat. Bisa saja tubuh penderita akan bungkuk ke depan dan ke
arah yang sakit untuk menghindari stretching pada saraf yang bersangkutan.
Jika iskialgia sangat berat, penderita akan menghindari ekstensi sendi lutut,
dan berjalan dengan bertumpu pada jari kaki (karena dorsifleksi kaki
menyebabkan stretching pada saraf, sehingga memperburuk nyeri).
Penderita bungkuk ke depan, berjalan dengan langkah kecil dan semifleksi
sendi lutut disebut Neris sign.
Ketika pasien berdiri, dapat ditemukan gluteal fold yang menggantung dan
tampak lipatan kulit tambahan karena otot gluteus yang lemah. Hal ini
merupakan bukti keterlibatan radiks S1.
Dapat ditemukan nyeri tekan pada sciatic notch dan sepanjang n.iskiadikus.
Pada kompresi radiks spinal yang berat, dapat ditemukan gangguan sensasi,
paresthesia, kelemahan otot, dan gangguan refleks tendon. Fasikulasi jarang
terjadi.
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya terletak di posterolateral dan
mengakibatkan gejala yang unilateral. Namun bila letak hernia agak besar
dan sentral, dapat menyebabkan gejala pada kedua sisi yang mungkin dapat
disertai gangguan berkemih dan buang air besar.

3.8 Diagnosa
Pemeriksaan Fisik1
1. Tes Lasegue (Straight Leg Raising Test)
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :

31
a. Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya.
b. Secara pasif, satu tungkai yang sakit diangkat lurus, lalu dibengkokkan
(fleksi) pada persendian panggulnya (sendi coxae), sementara lutut ditahan
agar tetap ekstensi.
c. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan lurus (ekstensi).
d. Fleksi pada sendi panggul/coxae dengan lutut ekstensi akan menyebabkan
stretching nervus iskiadikus (saraf spinal L5-S1).
e. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat atau lebih
sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.
f. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan di sepanjang nervus iskiadikus
sebelum tungkai mencapai sudut 70 derajat, maka disebut tanda Lasegue
positif (pada radikulopati lumbal).

2. Modifikasi/Variasi Tes Lasegue (Bragards Sign, Sicards Sign, dan


Spurlings Sign)
Merupakan modifikasi dari tes Lasegue yang mana dilakukan tes Lasegue
disertai dengan dorsofleksi kaki (Bragards Sign) atau dengan dorsofleksi ibu
jari kaki (Sicards Sign).Dengan modifikasi ini, stretching nervus iskiadikus
di daerah tibial menjadi meningkat, sehingga memperberat nyeri.Gabungan
Bragards sign dan Sicards sign disebut Spurlings sign.

Lasegues Sign (SLRs Test)

32
a) Bragards sign b) Spurlings sign
Gambar 16. Tes lasseque dan modifikasinya

3. Tes Lasegue Silang atau OConell Test


Tes ini sama dengan tes Lasegue, tetapi yang diangkat tungkai yang sehat.
Tes positif bila timbul nyeri radikuler pada tungkai yang sakit (biasanya perlu
sudut yang lebih besar untuk menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang
sakit).

4. Nerve Pressure Sign


Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
a. Lakukan seperti pada tes Lasegue (sampai pasien merasakan adanya
nyeri) kemudian lutut difleksikan hingga membentuk sudut 20 derajat.
b. Lalu, fleksikan sendi panggul/coxae dan tekan nervus tibialis pada
fossa poplitea hingga pasien mengeluh adanya nyeri.
c. Tes ini positif bila terdapat nyeri tajam pada daerah lumbal, bokong
sesisi, atau sepanjang nervus iskiadikus.
Naffziger Tests
Tes ini dilakukan dengan menekan kedua vena jugularis selama 2
menit. Tekanan harus dilakukan hingga pasien mengeluh adanya rasa
penuh di kepalanya. Kompresi vena jugularis juga dapat dilakukan

33
dengan sphygmomanometer cuff, dengan tekanan 40 mmHg selama 10
menit. Dengan penekanan tersebut, dapat mengakibatkan tekanan
intrakranial meningkat. Meningkatnya tekanan intrakranial atau
intraspinal, dapat menimbulkan nyeri radikular pada pasien dengan
space occupying lesion yang menekan radiks saraf. Pada pasien ruptur
diskus intervertebra, akan didapatkan nyeri radikular pada radiks saraf
yang bersangkutan.Pasien dapat diperiksa dalam keadaan berbaring
atau berdiri.

Gambar 17. Naffziger test

3.9 Pemeriksaan Penunjang9, 12


1. Radiografi atau Foto Polos Roentgen
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya
kelainan structural.

2. MRI dan CT-Scan


MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk
mendeteksi kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat
mengidentifikasi kompresi medulla spinalis dan radiks saraf, juga
dapat digunakan untuk mengetahui beratnya perubahan
degenerative pada diskus intervertebra. MRI memiliki keunggulan

34
dibandingkan dengan CT-Scan, yaitu adanya potongan sagital dan
dapat memberikan gambaran hubungan diskus intervertebra dan
radiks saraf yang jelas,sehingga MRI merupakan prosedur skrining
yang ideal untuk menyingkirkan diagnose banding gangguan
structural pada medulla spinalis dan radiks saraf.
CT-Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang
vertebra dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk
herniasi diskus intervertebra. Namun demikian, sensitivitas CT-
Scan tanpa myelography dalam mendeteksi herniasi masih kurang
bila dibandingkan dengan MRI.

3. Myelography
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang detail, terutama
elemen osseus vertebra. Myelography merupakan proses yang invasif,
karena melibatkan penetrasi pada ruang subarakhnoid. Secara umum
myelogram dilakukan sebagai tes preoperative dan seringkali dilakukan
bersamaan dengan CT-Scan.

4. Nerve Conduction Study (NCS) dan Electromyography (EMG)


NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau
untuk menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf,
atau saraf tunggal.Selain itu, pemeriksaan ini juga membantu
menentukan lokasi kompresi radiks saraf.Namun bila diagnosis
radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, maka pemeriksaan
elektrofisiologis tidak dianjurkan.

5. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor
rematoid, fosfatase alkali/asam, dan kalsium.
b. Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.

35
3.10 Penatalaksanaan9
1. Terapi Non Farmakologi
a. Akut :
Imobilisasi
Pengaturan berat badan, posisi tubuh, dan aktivitas
Pemijatan
Traksi (tergantung kasus)
Pemakaian alat bantu (misalnya korset atau tongkat)
b. Kronik
Terapi psikologis
Latihan kondisi otot
Rehabilitasi vokasional
Pengaturan berat badan, posisi tubuh, dan aktivitas

2. Terapi Farmakologi
NSAIDs
Analgesik
Antikonvulsan

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Richard S. Snell. (2005). Clinical Neuroanatomy 6th Edition.


2. http://www.psine-health.com/conditions/sciatica/what-you-need-know-
about-sciatica. Sciatica. diakses 1Februari 2017, pukul : 22.10 WIB
3. Kopruszinski, CM., Reis, RC., Chicorro, JG. (2012). B vitamins relieve
neuropathic pain behaviors induced by infraorbital nerveconstriction in rats.
Elsevier
4. Katzung, BG. (2012). Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 10. Jakarta: EGC
5. Mycek, MJ., Harvey, RA., Champe, PC. (2001). Farmakologi Ulasan
Bergambar edisi 2. Jakarta: EGC.
6. Kapita Selekta Kedokteran. (2000). Fakultas Kedokteran UI. Edisi Ketiga
7. Adams and Victors. (2007). Principle of Neurology 8th Edition
8. Hartanto.huriawati. dkk. (2002). Kamus Kedokteran Dorland edisi ke 29.
Jakarta: EGC.
9. http://emedivine.medscape.com/article/95025-overview.
LumbosacralRadikulopathy. diakses 2 Februari 2017, pukul : 01.30 WIB
10. Richard S. Snell. (2006). Anatomi Klinik. 6th Edition
11. Satyanegara. (2010). Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. Gramedia
12. http://www.medicinenet.com/stiatica/page2.htm Sciatica. diakses 2Maret
2017, pukul : 02.15 WIB

37

Anda mungkin juga menyukai