Anda di halaman 1dari 24

Kata Pengantar

Om Swastiastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas sistem perkemihan .
Tugas ini kami susun sebagai tugas akademik pada semester lima.

Adapun tujuan penulisan tugas adalahuntuk mencapai tingkat kelulusan pada


semester tiga. Penulisan tugas ini merupakan suatu standar pemberian nilai pada mata
pelajaran yang bersangkutan selain itu penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui Asuhan
keperawatan tentang Infeksi Traktus Urinarius Bawah (Uretritis).

Materi yang kami gunakan di dalam tugas ini kami dapatkan dari beberapa sumber
seperti buku ,browsing dan di internet.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna.Maka dari itu,
penyampaian kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Sebagai bahan koreksi
untuk penyempurnaan penulisan tugas ini.

Kami juga berharap agar tugas ini bermanfaat bagi pembaca agar pembaca
mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai Asuhan keperawatan tentang Infeksi Traktus
Urinarius Bawah ( Uretritis). Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

OM SANTHI SANTHI SANTHI OM

Rabu, 21 September 2012

Penulis

ii | A s k e p U r e t h r i t i s
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 2
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 3
D. MANFAAT ..................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
A. KONSEP DASAR PENYAKIT ..................................................................................... 4
I. PENGERTIAN ............................................................................................................ 4
II. EPIDEMIOLOGI ......................................................................................................... 4
III. ETIOLOGI................................................................................................................... 5
IV. FAKTOR PREDISPOSISI .......................................................................................... 5
V. PATOFISIOLOGI ....................................................................................................... 6
VI. KLASIFIKASI ............................................................................................................ 7
VII. GEJALA KLINIS ....................................................................................................... 7
VIII. PEMERIKSAAN FISIK ............................................................................................ 8
IX. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .............................................................................. 9
X. PROGNOSIS ............................................................................................................... 9
XI. THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN .......................................................... 10
XII. PENATALAKSANAAN....................................................................................... 10
XIII. KOMPLIKASI ................................................................................................... 10
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................... 11
I. PENGKAJIAN .......................................................................................................... 11
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................................................... 12
III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ...................................................... 12
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN .................................................................. 18

iii | A s k e p U r e t h r i t i s
V. EVALUASI ............................................................................................................... 19
BAB III .................................................................................................................................... 20
PENUTUP................................................................................................................................ 20
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 20
B. SARAN ......................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

iv | A s k e p U r e t h r i t i s
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gangguan ginjal dan traktus urinarius bervariasi dari infeksi yang mudah
ditangani sampai gangguan yang mengancam kehidupan yang memerlukan
penggantian organ atau penanganan jangka panjang dengan dialysis. Kemajuan
teknologi dan farmakoterapeutik akhir akhir ini telah memperbaiki diagnostic dan
penanganan yang mungkin untuk gangguan ini. Selain itu gangguan ini yang dahulu
memerlukan intervensi bedah dan penyembuhan dalam waktu lam, sekarang dapat
ditangani dengan teknik nonbedah dan non invasif.

Di Indonesia Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai
untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur
lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria
dengan angka populasi umum, kurang lebih 5 15 %.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat
dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,
1998) Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra
dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam
cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria
jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius
(http://www.dakdem.com/berita/berita).

1|Askep Urethritis
Infeksi traktus urinarius (UTI) disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala.
Tempat yang sering mengalami infeksi adalah kandung kemih (sistitis),tetapi urethra
(urethritis), prostat (prostatitis), dan ginjal (pielonefritis) juga dapat terkena.
Normalnya, traktus urinarius di atas uretra adalah steril.

Factor resiko yang umum dari UTI mencakup ketidakmampuan atau kegagalan
kandung kemih untuk mengosongkan isinya secara lengkap, penurunan mekanisme
pertahanan alamiah dari pejamu, peralatan yang dipasang pada traktus
urinarius,seperti kateter dan prosedur sitoskopi. Pasien pada populasi tertentu lebih
rentan untuk terpajan UTI disbanding yang lain. Pasien diabetes sangat beresiko
karena peningkatan kadar glukosa dalam urine menyebabkan suatu infeksi akibat
lingkungan dari traktus urinarius. Kehamilan dan gangguan neurologi juga
meningkatkan resiko UTI karena kondisi ini menyebabkan pengosongan kandung
kemih yang tidak lengakap dan statis urine.

Bakteriuria mengacu pada adanya bakteri dalam urine. Infeksi pada setiap
bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapa bulan atau bahkan tahun tanpa
gejala. Kurang lebih 900.000 pasien rawat inap mengalami UTI nosocomial setiap
tahun. Pada sedikitnya 80 % kasus infeksi traktus urinarius didapat dari rumah sakit
ini, maka peralatan yang dipasang pada traktus urinarius atau keteterisasi merupakan
factor pencetus. Dua sampai empat persen pasien pasien ini selanjutnya akan
mengalami sepsis akibat bakteri gram- negative. Lebih dari 250.000 kasus
pielonefritis akut terjadi di Amerika Serikat setiap tahun, dan 100.000 pasien dengan
gangguan ini memerlukan hospitalisasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit infeksi traktus urinarius bawah (urethritis)?
2. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit urethritis?
3. Bagaimanakah penatalaksanaan dari penyakit urethritis?
4. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi traktus urinarius
bawah ( urethritis ) ?

2|Askep Urethritis
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan penyakit traktus urinarius bawah
(urethritis).
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit urethritis.
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit urethritis.
4. Untuk mengetahui, memahami, dan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan infeksi traktus urinarius bawah (urethritis).

D. MANFAAT
1. Mengetahui yang dimaksud dengan penyakit traktus urinarius bawah (urethritis).
2. Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit urethritis.
3. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit urethritis.
4. Mengetahui, memahami, dan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan infeksi traktus urinarius bawah (urethritis).

3|Askep Urethritis
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

I. PENGERTIAN
Uretritis adalah inflamasi uretra. Urethritis biasanya merupakan infeksi
asending pada laki laki. Pada wanita, urethritis dihubungkan dengan sistitis
atau vaginitis (Dr.Nursalam & Fransisca,2009).
Urethritis, suatu inflamasi uretra, biasanya adalah suatu infeksi yang
menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal. Namun demikian kedua
kondisi tersebut dapat terjadi pada suatu pasien (Brunner & Suddarth,2002).
Uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan
sindrom yang sering terjadi pada pria. (Sylvia A. Price, 2006)
Uretritis didefinisikan sebagai peradangan akibat infeksi dari uretra. Istilah
uretritis untuk Penyakit Menular Seksual (PMS). Uretritis merupakan kondisi
peradangan yang dapat menular. Penyebabnya adalah infeksi uretritis yaitu,
karena infeksi dengan Neisseria gonorrhoeae atau Ngu (yaitu, karena infeksi
dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis,
Mycoplasma genitalium, atau Trichomonas vaginalis). (www.health .detik.com)

II. EPIDEMIOLOGI

Infeksi traktus urinarius adalah satu dari masalah paling umum yang
ditemui oleh tenaga kesehatan, terhitung 6 sampai 7 juta dari kunjungan klinik
per tahun. Mayoritas kasus didominasi oleh wanita. Satu dari setiap lima wanita
di Amerika Serikat mengalami UTI selama kehidupan mereka.
Infeksi pada setiap bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapa
bulan atau bahkan tahun tanpa gejala. Kurang lebih 900.000 pasien rawat inap
mengalami UTI nosocomial setiap tahun.
Dalam beberapa waktu yang lalu gonokokal uretritis telah sangat
menurun di Negara-negara industri, di Amerika uretritis terjadi pada 4 juta

4|Askep Urethritis
orang amerika setiap tahunnya, insidens gonokokal uretritis diperkirakan lebih
dari 700 ribu kasus baru setiap tahun. Sedangkan insidens dari non gonokokal
uretritis diperkirakan 3 juta kasus setiap tahunnya, insidens dari gonokokal
uretritis menurun sejak tahun 2000, dan kasus nongonokokal uretritis meningkat
ini menunjukkan bahwa usaha pengendalian nongonokokal uretritis relative
tidak efektif. Insidens NGU lebih tinggi pada bulan bulan musim panas
dibandingkan bulan-bulan lainnya setiap tahun.
Di dunia diperkirakan 62 juta kasus baru dari GU dan 89 juta kasus baru
dari NGU dilaporkan setiap tahun.

III. ETIOLOGI
Penyebabnya bisa berupa bakteri, jamur atau virus.Pada wanita jasad
renik tersebut biasanya berasal dari vagina. Pada kebanyakan kasus, bakteri
berasal dari usus besar dan sampai ke vagina melalui anus. Lelaki lebih jarang
menderita uretritis.
Jasad renik yang ditularkan melalui hubungan seksual (misalnya
Neisseria gonorrhoeae penyebab gonore), masuk ke vagina atau penis pada saat
melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang terinfeksi dan bisa
menjalar ke uretra.
Uretritis pada pria paling sering disebabkan oleh gonokokus. Klamidia
dan virus herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dan
bisa menyebabkan uretritis. Bakteri (Eschericia coli), Jamur dan virus, Infeksi
ginjal, Prostat hipertropi juga bisa menyebabkan uretritis.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Inflamasi
2. Abrasi mukosa uretral
3. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
4. Gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout)
5. Immunosupresan

5|Askep Urethritis
V. PATOFISIOLOGI
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1)Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat.
2) Hematogen.
3)Limfogen.
4) Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu :


Bendungan aliran urine.
1)Anatomi konginetal.
2)Batu saluran kemih.
3)Oklusi ureter (sebagian atau total).

Refluks vesi ke ureter.


Urine sisa dalam buli-buli karena :
4)Neurogenik bladder.
5)Striktur uretra.
6)Hipertropi prostat.

Gangguan metabolik.
7)Hiperkalsemia.
8)Hipokalemia
9)Agamaglobulinemia.

Instrumentasi
10)Dilatasi uretra sistoskopi.

Kehamilan
11)Faktor statis dan bendungan.
12)PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.

Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada


faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel
pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai
6|Askep Urethritis
kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius
untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu
dan cetusan inflamasi.

PATHWAY : Terlampir

VI. KLASIFIKASI

1. Uretritis non-gonokokal : urethritis yang bukan disebabkan oleh gonokokus


(penyebab umum infeksi penyakit menular seksual).
Klamidia trachomatis dan ureoplasma urealitikum menyebabkan
urethritis nongonokokus.
Berbagai oragnisme penyakit menular seksual yang menyebabkan
urethritis akut meliputi herves smpleks, human papilloma virus, atau
trikomonas vaginalis.
Masa inkubasi 1 5 minggu
2. Urethritis gonokokus disebabkan oleh N. Gonorhoe dan penyakit menular
seksual, biasanya lebih virulen dan destruktif.
Masa inkubasi 2-5 hari
3. Bukan penyakit menular seksual :
Bakteri urethritis biasanya dihubungkan dengan infeksi perkemihan.
Akibat trauma sekunder melalui saluran uretra dan cytoskopi
berulang.
Urethritis pascagonokokus, terjadi setelah pengobatan urethritis
gonokokus; pathogen lainnya yang tidak diobati, ploriferasi.

VII. GEJALA KLINIS

Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :

1) Mukosa memerah dan oedema


2) Terdapat cairan eksudat yang purulent

7|Askep Urethritis
3) Ada ulserasi pada urethra
4) Adanya rasa gatal yang menggelitik
5) Good morning sign
6) Adanya nanah awal miksi
7) Nyeri pada saat miksi
8) Kesulitan untuk memulai miksi
9) Nyeri pada abdomen bagian bawah.

Pada pria, uretritis biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari uretra.
Jika penyebabnya adalah gonokokus maka cairan ini akan mengandung nanah.
Jika penyebabnya adalah jasad renik yang lainnya, maka cairan ini mengandung
lendir.
Gejala lainnya adalah nyeri pada saat berkemih dan penderita sering mengalami
desakan untuk berkemih.
Jika uretritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada
akhirnya akan terbentuk penyempitan uretra (striktur).
Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya uretritis pada uretra yang lebih
tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses di sekitar uretra.
Abses bisa membentuk kantong pada dinding uretra (divertikulum uretra), yang
juga bisa mengalami infeksi.
Jika abses menyebabkan terjadinya perforasi kulit, maka air kemih bisa mengalir
melalui saluran baru (fistula uretra).

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan abdomen
a. Inpeksi : Bagaimanakah bentuk abdomen
b. Auskultasi : Adakah peningkatan bising usus / gangguan kontraksi otot
polos ureter yang menyebabkan gangguan miksi
c. Palpasi : Adakah nyeri tekan
2. Pemeriksaan Genetalia
a. Inpeksi :

8|Askep Urethritis
Pada penderita uretritis adanya mukosa merah udematus.
Terdapat cairan eksudat purulen.
Ada ulserasi di uretra
Adanya pus.
Peradangan akut uretra

b. Palpasi
Ada nyeri tekan pada genetalia karena adanya inflamasi

IX. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Penyebab-N gonorhoe dideteksi sebagai gram positif diplokokus pada
mikroskop atau pemeriksaan cairan uretra atau urine.
2. Kultur cairan uretra.
3. Pemeriksaan antibody.
4. Pemeriksaan mikroskopi cairan uretra basah, ditemukan trikomonas.

X. PROGNOSIS

Semua pasien tanpa urethritis yang kompleks secara spontan harus


dikembalikan ke keadaan sebelumnya dengan atau tanpa terapi. Pada penderita
urethritis biasanya pengobatan yang diberikan hasil hilangnya gejala lengkap
dan tidak terulang kembali.
Meskipun penanganan UTI selama 3 hari biasanya adekuat pada wanita,
kambuhnya infeksi terjadi pada 20 % wanita yang mendapat penanganan untuk
UTI nonkomplikasi (Elder,1992). Infeksi diyakini dapat kambuh dalam dua
minggu setelah terapi juga karena organisme penyebab dari galur yang salah
masih tersisa dalam vagina. Karena bakteri awal yang menetap secara terus
menerus relative jarang terjadi pada wanita, pasien harus dirujuk ke ahli urologi
untuk meneliti dan mengoreksi abnormalitas.

9|Askep Urethritis
Kekambuhan kadang kadang juga terjadi jika penanganan awal tidak
adekuat atau diberikan untuk jangka waktu yang terlalu pendek. Kekambuhan
infeksi pada pria biasanya berkaitan dengan persistensi organisme yang sama;
selanjutnya evaluasi dan penanganan diindikasikan.

XI. THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN

1. Antimikroba :
a. Tetrasiklin
b. Quinolone
c. Eritromisin (efektif pada beberapa kasus urethritis nongonokokus)
d. Metronidazole (dipakai jika penyebabnya trikomonas)
2. Peneilin :
a. Cephalosporin ( untuk yang resisten penisilin)
b. Quinolone ( dapat digunakan mengobati urethritis gonokokus; dosis
besar pemberian tunggal efektif)

XII. PENATALAKSANAAN

Pengobatan tergantung kepada mikroorganisme penyebabnya. Jika


penyebabnya adalah bakteri, maka diberikan antibiotik. Jika penyebabnya
adalah virus herpes simpleks, maka diberikan obat anti-virus (misalnya
asiklovir).
Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus
membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang
urethra oleh bakteri faeces.

XIII. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada pria berupa prostatitis, vesikulitis,


epididimitis, dan striktur urethra. Sedangkan pada wanita komplikasi dapat

10 | A s k e p U r e t h r i t i s
berupa Borthlinitis, praktitis, salpingitis, dan sistitits. Peritonitis dan
perihepatitis juga pernah dilaporkan.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
a. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
b. Obstruksi pada saluran kemih

2. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial


(didapat dari rumah sakit) :
a. Pemasangan kateter foley
b. Imobilisasi dalam waktu yang lama
c. Inkontinensia

3. Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.


a. Dorongan
b. Frekuensi
c. Disuria
d. Bau urine yang menyengat
e. Nyeri biasanya pada suprapubik pada isk bawah (perkusi daerah
kostovertebra untuk mengkaji nyeri tekan panggul)
f. Demam, khususnya pada ISK atas

4. Pemeriksaan diagnostic
a. Urinalisa memperhatikan bakteriuria, sel darah putih dan endapan SDP
dengan keterlibatan ginjal
b. Kultur (biakan) urine mengidentifikasi organisme penyebab
c. Tes bakteri bersalut-antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi
diindikasikan pada pielonefritis

11 | A s k e p U r e t h r i t i s
d. Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih (GUK) mengidentifikasi
anomali struktur nyata.
e. Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau
abnormalitas struktur.

5. Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan.


Terutama pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan kekambuhan,
dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas seksual. Nyeri dan
kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap
penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d agens cedera biologi ( inflamasi dan infeksi uretra ).
2. Hipertermia b/d peningkatan laju metabolisme.
3. Gangguan eliminasi urinarius b/d infeksi saluran kemih.
4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang proses penyakit,
metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d agens cedera biologi ( inflamasi dan infeksi uretra ).

Tujuan : Pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang

Kriteria Hasil :

a) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.


b) Kandung kemih tidak tegang
c) Pasien nampak tenang
d) Ekspresi wajah tenang

12 | A s k e p U r e t h r i t i s
No. Intervensi Rasional

13 | A s k e p U r e t h r i t i s
1. Observasi :
a) Kaji intensitas, lokasi, dan a) Rasa sakit yang hebat
factor yang memperberat atau menandakan adanya infeksi.
meringankan nyeri.

2. Mandiri :
b) Berikan waktu istirahat yang b) Klien dapat istirahat dengan
cukup dan tingkat aktivitas yang tenang dan dapat merilekskan
dapat di toleran. otot-otot.
c) Anjurkan minum banyak 2-3 c) Membantu klien dalam
liter jika tidak ada kontra berkemih.
indikasi. d) Teknik relaksasi mengurangi
d) Lakukan teknik relaksasi mis. intensitas nyeri.
Guided Imagery.

3. Kolaborasi :
e) Berikan obat analgetik sesuai e) Analgetik memblok lintasan
dengan program terapi. nyeri.
4.
HE :
f) Anjurkan klien minum medikasi f) Nyeri yang berkaitan dengan
tepat sesuai resep. infeksi traktus urinarius dapat
dikurangi secara cepat ketika
antimicrobial dimulai. Agens
antispasmodic membantu dalam
mengurangi iritabilitas kandung
kemih dan nyeri.

2. Hipertermia b/d peningkatan laju metabolisme.

14 | A s k e p U r e t h r i t i s
Tujuan : Suhu tubuh klien kembali ke batasan suhu tubuh normal dan
keseimbangan cairan dan elektrolit tetap dipertahankan.
Kriteria Hasil :
a) Suhu tubuh turun paling sedikit 10 C setelah terapi.
b) Suhu tubuh tetap sama antara 36,80 C 37,20 C paling sedikit 24
jam.
c) Masukan dan haluaran cairan seimbang.

No. Intervensi Rasional


1. Observasi :
a) Kaji tanda dan gejala perubahan a) Tanda dan gejala fisik dapat
suhu dan factor yang secara mengindikasikan suhu tubuh
normal mempengaruhi suhu yang abnormal. Perawat dapat
tubuh. secara akurat mengkaji sifat dari
variasi suhu tersebut.
2.
Mandiri :
b) Berikan kompres hangat pada b) Kompres hangat mendilatasi
lipatan tubuh (mis. Lipatan pembuluh darah dan
ketiak, lipatan paha) memungkinkan klien
berkeringat.
c) Pertahankan suhu ruangan pada
c) Suhu ruangan sekitar dapat
210 C kecuali klien mengiggil.
meningkatkan suhu tubuh.
Namun mengiggil harus
dihindari karena dapat
meningkatkan suhu tubuh
(Guyton,1991)

15 | A s k e p U r e t h r i t i s
d) Anjurkan cairan PO sebagai d) Cairan keluar melalui kehilangan
pilihan klien tiap 4 jam. air tidak kasat mata yang
membutuhkan penggantian.
Kolaborasi :
e) Berikan antipiretik sesuai e) Antipiretik menurunkan set
program medik. point.

HE :
f) Aktivitas dan stress
f) Anjurkan klien untuk
meningkatkan laju metabolik
membatasi aktivitas fisik dan
serta membutuhkan tambahan
sumber yang menyebabkan
energy.
stress emosi.

3. Gangguan eliminasi urinarius b/d infeksi saluran kemih.

Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan eliminasi urinarius.

Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih

No. Intervensi Rasional


1. Observasi :
a) Ukur dan catat urine setiap kali a) Mengetahui adanya perubahan
berkemih warna dan untuk mengetahui
input/output.

16 | A s k e p U r e t h r i t i s
2. Mandiri :
b) Lakukan palpasi kandung b) Palpasi mengetahui adanya
kemih tiap 4 jam. distensi kandung kemih.
c) Bantu klien ke kamar kecil, c) Membantu memudahkan klien
memakai pispot/urinal. dalam berkemih.

HE :
d) Anjurkan klien untuk minum d) Air dapat mendukung aliran
dengan bebas sejumlah cairan darah renal dan membilas bakteri
(air adalah pilihan terbaik) dan dari traktus urinarius. Kopi, teh,
hindari kopi, the, kola, dan kola, dan alcohol dapat
alcohol. mengiritasi kandung kemih.
e) Anjurkan klien untuk berkemih e) Berkemih 2-3 jam untuk
setiap 2-3 jam. mengosongkan kandung kemih,
karena hal ini secara signifikan
menurunkan jumlah bakteri
dalam urin, mengurangi stasis
urin, dan mencegah kekambuhan
infeksi.

4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang proses penyakit,


metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

Tujuan : Klien memahami proses penyakit, pengobatan , dan potensial


komplikasi.

17 | A s k e p U r e t h r i t i s
Kriteria Hasil :
a) Klien menyatakan pemahamannya tentang proses penyakit dan
pengobatan.
b) Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.

No. Intervensi Rasional


1. a) Beri penjelasan tentang a) Agar klien mengerti sepenuhnya
penyakitnya. tentang penyakit yang dialaminya.
b) Berikan informasi tentang b) Pengetahuan apa yang diharapkan
sumber infeksi, tindakan dapat mengurangi ansietas dan
untuk mencegah penyebaran membantu mengembangkan
atau kekambuhan, penjelasan kepatuhan klien terhadap rencana
pemberian antibiotik yang terapeutik.
meliputi nama, tujuan, dosis,
jadwal dan catat efek
sampingnya.
c) Beri kesempatan klien untuk c) Agar klien mempunyai semangat
mengungkapkan perasaannya. dan mau empati terhadap perawatan
dan pengobatan
d) Beri support pada klien. d) Memberi dukungan pada psikologis
klien.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang


telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap

18 | A s k e p U r e t h r i t i s
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
(Doenges E Marilyn, dkk, 2000)

V. EVALUASI
1. Diagnose 1 :
Memperlihatkan berkurangnya rasa nyeri :
a) Melaporkan berkurangnya nyeri, urgensi, dysuria, atau hesitansi pada
saat berkemih.
b) Minum analgesic dan agens antimicrobial sesuai resep.
c) Minum 8-10 gelas air per hari.
d) Berkemih tiap 2-3 jam.
e) Urin yang keluar jernih dan tidak berbau.
2. Diagnose 2 :
a) Suhu tubuh turun paling sedikit 10 C setelah terapi.
b) Suhu tubuh tetap sama antara 36,80 C 37,20 C paling sedikit 24 jam.
c) Masukan dan haluaran cairan seimbang.

3. Diagnose 3 :
a) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih

4. Diagnose 4 :
a) Klien menyatakan pemahamannya tentang proses penyakit dan
pengobatan.
b) Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.

19 | A s k e p U r e t h r i t i s
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Uretritis didefinisikan sebagai peradangan akibat infeksi dari uretra. Istilah


uretritis untuk Penyakit Menular Seksual (PMS). Uretritis merupakan kondisi
peradangan yang dapat menular. Penyebabnya adalah infeksi uretritis yaitu, karena
infeksi dengan Neisseria gonorrhoeae atau Ngu (yaitu, karena infeksi dengan
Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Mycoplasma
genitalium, atau Trichomonas vaginalis).

B. SARAN

Kita hendaknya lebih memperhatikan kebersihan dari saluran perkemihan kita


sendri agar terhindar dari penyakt infeksi saluran kemih yang dapat menimbulkan
komplikasi ke ginjal, hal yang dapat dilakukan yaitu dengan personal hygiene yang
bagus terutama pada bagian genetalia.

20 | A s k e p U r e t h r i t i s
DAFTAR PUSTAKA

Baradero,Mary,dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Ginjal. Jakarta :


EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Nanda Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : EGC
Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Perawat Indonesia. 2012. Askep Urethritis. http : //www. Askep Urethritis _ Perawat
Indonesia.html. Di Download Tanggal 18 September 2012
Potter,Patricia A & Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundemental Keperawatan Edisi 4
Volume 1. Jakarta : EGC
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2.
Jakarta: EGC

21 | A s k e p U r e t h r i t i s

Anda mungkin juga menyukai