Anda di halaman 1dari 14

PERSEPSI PEJALAN KAKI TERHADAP KEAMANAN DAN KENYAMANAN

JALUR TROTOAR DI PUSAT KOTA AMURANG

Aurina Jois Frans


Linda Tondobala
Judy O. Waani

ABSTRAK
Pedestrian dalam penelitian kali ini akan fokus pada trotoar di jalan Arteri Pusat Kota
Amurang. Trotoar yang ada terlihat di buat tanpa memperhitungkan faktor keamanan dan
kenyamanan, sehingga pejalan kaki seringkali tidak memanfaatkan fasilitas ini, berdasarkan
amatan awal didapati pejalan kaki lebih memanfaatkan bagian bahu jalan untuk berjalan, terlihat
juga ada yang terjatuh diatas trotoar, dan juga banyak pejalan kaki berdesak-desakan di atas trotoar
sehingga kesannya sempit atau kurang lebar, sehingga ketika trotoar ini difungsikan rasa aman dan
nyaman dalam pemanfaatannya tidak dirasakan oleh pejalan kaki.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian evaluative dengan metode yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah kombinasi dari metode kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan data dan
identifikasi dilakukan melalui observasi, foto/dokumentasi lapangan dan penyebaran kuisioner.
Data kuantitatif di analisis dengan menggunakan scoring, pembobotan dan prosentase, yang
dijelaskan secara deskriptif.
Evaluasi terhadap trotoar yang ada ternyata tidak sesuai dengan standart yang
disyaratkan dan selaras juga dengan persepsi masyarakat terhadap kondisi trotoar tersebut ialah
kurang aman dan tidak nyaman.
Dapat disimpulkan dalam penelitian ini : (1) trotoar pada jalan arteri kurang aman dan
tidak nyaman, (2) persepsi masyarakat terhadap trotoar di jalan arteri pada segmen bagian kiri dan
bagian kanan ini memperlihatkan bahwa kondisi trotoar kurang aman dan tidak nyaman. Hasil
evaluasi sejalan dengan persepsi masyarakat.

Kata Kunci : Trotoar, persepsi masyarakat, aman dan nyaman.

PENDAHULUAN tersebut. Disamping itu pada amatan awal


A. Latar belakang terlihat banyak pejalan kaki berdesak-
Fungsi pedestrian adalah sebagai desakan di atas trotoar yang ada sehingga
wadah bagi manusia dalam hal pejalan kaki kesannya trotoar tersebut sempit atau kurang
untuk dapat beraktifitas dalam ruang koridor lebar. Pada desain trotoar seringkali standart
secara bebas. Menurut Salfira (1995), fungsi lebar ideal trotoar sering diabaikan dalam
pedestrian seperti juga jalan merupakan perencanaan pedestrian, sehingga dalam
ruang bebas untuk kendaraan, pedestrian kenyataannya ketika trotoar ini difungsikan
merupakan ruang koridor untuk orang rasa aman dan nyaman dalam pemanfaatan
beristirahat, bergerak, berteduh, penyegar jalur pedestrian tidak dirasakan oleh pejalan
yang pertamakali dirasakan bila orang mulai kaki. Malahan juga ruang trotoar sering
melangkah keluar dari bangunan kantor atau dijadikan area bagi pedagang kaki lima
bangunan lainnya . Namun seringkali fungsi (PKL) untuk berjualan yang tentu saja hal
dari pedestrian banyak bergeser dari peran ini mengakibatkan terganggunya fasilitas
utamanya, terutama di kota-kota sedang publik yang dapat di akses oleh pejalan kaki.
berkembang. Pedestrian dalam penelitian Menjadi penting untuk diketahui
kali ini akan fokus pada trotoar di jalan melalui penelitian ini, apa yang
Arteri Pusat Kota Amurang. Trotoar yang menyebabkan pejalan kaki seringkali tidak
ada terlihat didesain tanpa memperhitungkan memanfaatkan trotoar yang ada, apakah
faktor keamanan dan kenyamanan, sehingga desainnya yang tidak memberikan rasa aman
pejalan kaki seringkali tidak memanfaatkan dan nyaman, apakah juga lebar trotoarnya
fasilitas ini, berdasarkan amatan awal yang kurang? Sebab trotoar merupakan
didapati pejalan kaki lebih memanfaatkan bagian dari pedestrian dan menjadi salah
bagian bahu jalan untuk berjalan dan bahkan satu elemen penting di pusat Kota Amurang
terlihat juga ada yang terjatuh diatas trotoar yang fungsinya untuk menyediakan
ketika pejalan kaki memanfaatkan fasilitas kesempatan bagi pejalan kaki
tersebut, padahal pejalan kaki di pusat Kota mengembangkan nilai sosial mereka,
Amurang membutuhkan keamanan dan rekreasi dan kebebasan.
kenyamanan dalam memanfaatkan fasilitas

10
B. Pembatasan dan Fokus Arteri yang ada saat ini di pusat Kota
Penelitian Amurang, apakah dapat memberikan
Beberapa pembatasan dan fokus keamanan dan kenyamanan gerak
penelitian kali ini ialah : dalam pemanfaatannya.
1. Penelitian ini meskipun mengkaji
pedestrian secara umum, namun TINJAUAN PUSTAKA
pembahasan akan lebih terfokus pada
Trotoar sebagai bagian dari pedestrian A. Pedestrian dalam konteks
itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar perancangan Kota
peneliti dapat lebih intens melakukan 1. Pengertian Pedestrian
pengamatan dan analisis selanjutnya. Pedestrian berasal dari bahasa
2. Trotoar yang akan di kaji dalam Yunani pedos yang berarti kaki. Pedestrian
penelitian ini hanya terfokus pada juga berasal dari bahasa Latin pedester-
trotoar sepanjang jalan arteri dengan pedestris yaitu orang yang berjalan kaki atau
panjang jalan serta trotoar + 149,5 m. pejalan kaki, sehingga pedestrian dapat
3. Untuk responden akan lebih fokus diartikan sebagai pejalan kaki atau orang
pada masyarakat umum (normal) dan yang berjalan kaki. Secara harafiah,
bukan pada penyandang disabilitas, pedestrian berarti person walking in the
sehingga untuk konsep dan desain street, yang berarti orang yang berjalan di
trotoar dalam penelitian kali ini akan jalan. Pejalan kaki adalah orang yang
mengabaikan terkait standart melakukan perjalanan dari suatu tempat /
keamanan dan kenyamanan asal (origin) tanpa kendaraan, untuk
aksesibilitas bagi penyandang mencapai tujuan atau tempat (destination)
disabilitas. atau dengan maksud lain. Jalan merupakan
4. Keamanan yang dimaksud dalam media diatas bumi yang memudahkan
penelitian ini fokusnya pada manusia dalam tujuan berjalan, maka
keamanan gerak ketika berjalan diatas pedestrian dalam hal ini memiliki arti
trotoar. Sedangkan kenyamanan yang pergerakan atau perpindahan orang atau
dimaksud dalam penelitian kali ini manusia dari satu tempat sebagai asal
akan terfokus juga pada kenyamanan (origin) ke tempat lain sebagai tujuan
gerak ketika berjalan diatas trotoar. (destination) dengan berjalan kaki
Hal-hal tersebutlah yang menjadi (Rubenstein, 1992).
batasan dan fokus penelitian kali ini.
2. Jenis Pejalan Kaki
C. Rumusan Masalah Jenis sarana perjalanan pejalan
Berdasarkan latar belakang kaki menurut Rubenstain (1987)
permasalahan yang sudah disampaikan mengungkapkan bahwa terdapat 4 (empat)
diatas, perumusan masalah dapat diuraikan kategori pejalan kaki yaitu :
sebagai berikut : a. Pejalan kaki penuh, yaitu mereka
1. Apakah trotoar yang ada di jalan yang menggunakan moda pejalan kaki
arteri Pusat Kota Amurang saat ini, sebagai moda utama, sepenuhnya
kondisinya sudah menurut standart digunakan dari tempat asal sampai
yang disyaratkan sehingga tujuan, antara lain karena jaraknya dekat,
dikategorikan aman dan nyaman bagi berjalan sambil berekreasi lebih mudah
pejalan kaki? dengan berjalan kaki.
2. Bagaimanakah persepsi pejalan kaki b. Pejalan kaki pemakai kendaraan umum,
terhadap kondisi trotoar yang ada saat yaitu mereka yang berjalan kaki sebagai
ini di jalan arteri pusat Kota moda antara, dari tempat asal ke tempat
Amurang, apakah cukup aman dan kendaraan umum, pada perpindahan rute
nyaman? Kendaraan umum atau dari
pemberhentian kendaraan umum ke
D. Tujuan Penelitian tujuan akhir.
Tujuan dari Penelitian ini yaitu : c. Pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi
1. Mengevaluasi trotoar yang ada di dan kendaraan umum, yaitu mereka
jalan Arteri Pusat Kota Amurang saat yang menggunakan moda jalan kaki
ini apakah sudah sesuai standart yang sebagai moda antara, dari tempat parkir
disyaratkan. kendaraan pribadi ke pemberhentian
2. Mendapatkan persepsi pejalan kaki kendaraan umum dan ke tempat tujuan
terkait kondisi trotoar pada jalan akhir.

11
d. Pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi of revenues and resources (keamanan
penuh, mereka menggunakan moda sumber daya).
jalan kaki sebagai moda antara tempat Menurut Hakim (2006) keamanan
parkir kendaraan pribadi ke tujuan akhir merupakan masalah terpenting, karena ini
yang hanya bisa dilalui dengan berjalan dapat mengganggu dan menghambat
kaki. aktivitas yang akan dilakukan. Keamanan
bukan saja berarti dari segi kejahatan
3. Jalur Pejalan Kaki (kriminal), tapi juga termasuk kekuatan
Ditinjau dari posisinya konstruksi, bentuk ruang dan kejelasan
terdapat 2 (dua) jenis jalur pedestrian fungsi.
yaitu jalur pejalan kaki di dalam bangunan Menurut Unterman (1984), faktor
(berupa koridor dan tangga bangunan) dan Keamanan adalah faktor utama bagi
jalur pejalan kaki diluar bangunan. pengguna jalur pedestrian yang merasa aman
Mengenai jalur pejalan kaki di luar dengan adanya elemen-elemen pengaman
bangunan terdapat beberapa jenis menurut dalam hal ini untuk melindungi pejalan kaki
fungsi dan bentuknya. Menurut fungsinya dari berbagai permasalahan yang timbul di
berupa : jalur pedestrian.
a. Trotoar yaitu bagian dari jalan berupa Dari penjelasan diatas unsur-
jalur terpisah khusus untuk pejalan unsur yang masuk dalam faktor keamanan
kaki, biasanya terletak bersebelahan di gerak pada trotoar yaitu :
sepanjang jalan, Fungsi jalur tersebut a) Tinggi pijakan/elevasi uptrade
adalah untuk kenyamanan pejalan kaki (kereb/cansten) pada konstruksi trotoar
pada waktu bergerak dari satu tempat b) Material penutup lantai trotoar
ke tempat lain.
b. Jalan setapak adalah suatu jalur khusus 5. Unsur-Unsur yang mempengaruhi
untuk pejalan kaki yang sangat sempit, kenyamanan pada sebuah Pedestrian
lebarnya hanya cukup untuk satu orang Menurut Unterman (1984),
pejalan kaki. terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi
c. Penyeberangan, digunakan pejalan kaki kenyamanan (comfort) pada suatu
untuk menyeberang secara aman. pedestrian. Salah satunya adalah
d. Mall dan plaza, adalah suatu jalur pejalan Aksesibilitas berupa kemudahan yang dapat
kaki yang lebih berfungsi rekreatif. dicapai oleh orang terhadap suatu objek
Bentuknya lebih luas daripada trotoar, ataupun lingkungan. Adapun unsur-unsur
mall biasanya dikaitkan dengan fungsi yang meliputi dalam aksesibilitas meliputi :
pembelanjaan, sedang plaza dikaitkan a) Peniadaan Hambatan dan Halangan
dengan fungsi rekreasi taman. b) Lebar dan Bebas
c) Kawasan Laluan dan Istirahat
4. Unsur-Unsur yang mempengaruhi d) Kemiringan / Grades
keamanan pada sebuah Pedestrian e) Curb Ramps pada Trotoar
Menurut Maslow (1968) ketika f) Permukaan dan Tekstur
kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka Menurut Shirvani (1985) kriteria
akan muncul kebutuhan akan keamanan. perancangan ruang untuk pejalan kaki yang
Diantaranya; physical security (aman dari baik adalah ruang pejalan kaki yang
kejahatan dan agresi), security of memenuhi tuntutan kenyamanan pejalan
employment (keselamatan kerja), security of kaki. Kenyamanan adalah kondisi dimana
revenues and resources (keamanan sumber pejalan kaki harus memiliki jalur yang
daya), moral and physiological security mudah untuk dilalui terkait pula dengan
(keamanan fisiologis), familial security kapasitas dan kesesakan ruang pejalan kaki.
(keamanan keluarga), security of health Jalur yang mudah dan tidak sesak ini berarti
(keamanan kesehatan), dan security of juga memiliki lebar yang ideal untuk dapat
personal property against crime (keamanan di lalui oleh pejalan kaki.
kekayaan pribadi dari kejahatan). Keamanan
Pejalan kaki yang dimaksud adalah B. Persepsi dalam konteks
keamanan untuk bergerak atau berpindah perancangan kota
dari satu ruang ke ruang berikutnya tanpa
menimbulkan kecelakaan. Sehingga 1. Persepsi secara umum
kemanan tersebut masuk dalam security of Menurut Robbins (2006) Persepsi
employment (keselamatan kerja) dan security adalah proses yang digunakan individu
mengelola dan menafsirkan kesan indera

12
mereka dalam rangka memberikan makna b. Pendekatan Ekologis
kepada lingkungan mereka. Meski demikian Pendekatan yang berdasarkan
apa yang dipersepsikan seseorang dapat informasi. Pendekatan ini mengemukakan
berbeda dari kenyataan yang obyektif. bahwa seorang individu tidaklah
Persepsi merupakan suatu proses yang menciptakan makna dari apa yang
didahului oleh proses penginderaan yaitu diindrakannya. Sesungguhnya makna itu
merupakan proses diterimanya stimulus oleh telah terkandung dalam stimulus itu sendiri
individu melalui alat indera namun proses dan tersedia untuk organisme yang siap
itu tidak berhenti begitu saja melainkan menyergapnya. Persepsi ini terjadi secara
stimulus tersebut diteruskan dan proses spontan dan langsung. Jadi bersifat holistik.
selanjutnya merupakan proses persepsi, Spontanitas ini terjadi karena manusia
Walgito (2002). melibatkan setiap objek yang ada dalam
Proses pembentukan persepsi lingkungannya dan setiap objek
masih menurut Walgito (2002) adalah objek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas untuk
menimbulkan stimulus dan stimulus organisme tersebut. Penampilan makna ini
mengenai alat indera atau reseptor, perlu disebut affordances.
dikemukakan antara objek dan stimulus itu Affordances atau kemanfaatan
menjadi satu misalnya dalam hal tekanan. setiap objek adalah khas untuk setiap
Benda sebagai objek langsung mengenai mahluk. Misalnya, pohon, memberi sifat
kulit sehingga akan terasa tekanan tersebut. teduh, rindang untuk manusia, mungkin
Proses stimulus mengenai alat indera untuk serangga atau beinatang lain pohon itu
diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak mempunyai manfaat yang berbeda, misalnya
proses ini disebut sebagai proses psiologis. sebagai sarangnya. Dengan perkataan lain,
Kemudian terjadilah proses diotak sebagai objek atau stimuli itu sendiri pun aktif
pusat kesadaran sehingga individu berinteraksi dengan mahluk yang mengindra
menyadari apa yang dilihat dan apa yang sehingga timbullah makna spontan tersebut.
didengar atau apa yang diraba. Proses yang Tingkat persepsi dan penafsiran
terjadi diotak atau dalam pusat kesadaran ini karya arsitektur yang dilakukan
yang disebut proses psikologis. Dengan pengamat/pengguna tergantung pada : 1).
demikian dapat dikemukakan terakhir dari Tingkat pengalaman, 2). Kemampuan
proses persepsi ialah individu menyadari pribadi, 3). Faktor emosional, dan 4). Sosio
tentang misalnya apa yang dilihat, apa yang kultural pengamat.
didengar dan apa yang diraba yaitu stimulus
yang diterima oleh alat indera, proses ini C. Standart Ruang Trotoar
merupakan proses terakhir dari persepsi
dapat diambil oleh individu dalam berbagai 1. Lebar Trotoar
macam bentuk. Menurut Rubenstein (1987),
ukuran dan lebar trotoar tergantung pada
2. Persepsi dalam arsitektur kapasitas skala dan hubungan terhadap
Persepsi adalah proses elemen lainnya yang dikelompokkan :
memperoleh atau menerima informasi dari a. Sidewalk rata-rata 1,5 m diharapkan bisa
lingkungan (Marcella, 2005). Teori atau untuk kursi roda. Sidewalk dibedakan
pendekatan tentang bagaimana manusia dari 2,4 m ke 3,6 m di luar peruntukan
mengerti dan menilai lingkungannya ini kendaraan, dan volume pemakaian
dikelompokkan ke dalam dua kelompok : dilakukan seperlunya.
a. Pendekatan konvensional b. Plaza atau mall, diperlukan sampai 12 m
Pendekatan yang berdasarkan atau lebih untuk dapat menampung
sensori atau stimuli. Teori ini menganggap sirkulasi.
adanya rangsangan dari luar diri individu
(stimulus). Jika sejumlah pengindraan
disatukan dan dikordinasikan di dalam pusat
saraf yang lebih tinggi (otak) maka manusia
bisa mengenali dan menilai suatu objek.
Proses diterimanya rangsangan sampai
rangsangan itu disadari dan dimengerti oleh
individu yang bersangkutan inilah yang
disebut dengan persepsi.

13
Tabel 1. Standard Lebar Minimum tabel 3 dibawah ini, tinggi anak tangga
Trotoar berdasarkan fungsi Kawasan/lokasi disyaratkan maksimum 15 cm dan tinggi
Trotoar kereb terpasang sesuai gambar 9 dan 10
No Lokasi Trotoar Lebar Minimun
diatas adalah 25 cm dengan kedalaman
1 Jalan di daerah perkotaan atau kaki lima 4 meter
kereb yang masuk sekitar 5 cm, maka
2. Wilayah perkantoran utama 3 meter
diasumsikan tinggi kereb yang akan menjadi
3. Wilayah industry
parameter dalam penelitian ini memilki
a. Jalan primer 3 meter
tinggi pada kisaran 15 - 20 cm.
b. Jalan akses 2 meter
3. Ruang bebas trotoar
4. Wilayah permukiman
Tinggi bebas trotoar tidak kurang
a. Jalan primer 2,75 meter
dari 2,5 meter dan kedalaman bebas trotoar
b. Jalan akses 2 meter
tidak kurang dari satu meter dari permukaan
trotoar. Kebebasan samping trotoar tidak
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan kurang dari 0,3 meter.
No.KM.65 tahun 1993

Tabel 2. Standard Lebar Minimum 4. Fasilitas/street furniture diatas trotoar


Trotoar berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki Mengacu dari Tata cara
perencanaan Fasilitas pejalan kaki di
No Jumlah Pejalan kaki per detik per meter Lebar Trotoar (Meter) kawasan perkotaan No. 011/T/Bt/1995 yang
1 6 Orang 2,30 5,00 dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga maka
2. 3 Orang 1,50 2,30 fasilitas street furniture perjalan kaki terdiri
3. 2 Orang 0,90 1,50 atas :
4. 1 Orang 0,60 0,90 a. Tiang lampu penerang
b. Tiang lampu lalu lintas
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan c. Rambu lalu lintas
No.KM.65 tahun 1993 d. Kotak surat
e. Keranjang sampah
Selain menggunakan tabel diatas f. Tanaman peneduh
dalam keadaan ideal untuk mendapatkan g. Pot bunga
lebar minimum Jalur Pejalan Kaki (W)
menurut Pedoman perencanaan jalur pejalan 5. Permukaan dan tekstur material penutup
kaki pada jalur jalan umum trotoar
No.032/T/BM/1999 dipakai rumus sebagai Pengaturan penggunaan material
berikut : penutup pedestrian yang bertekstur licin
buatan dan kontras akan mengurangi
kenyamanan gerak bagi pejalan kaki karena
rentang tersandung dan terpeleset. Penutup
pedestrian dengan tekstur licin sebaiknya
Keterangan: dihindari, pada jalur pedestrian yang
P = Volume pejalan kaki menurun (ramp) sebaiknya digunakan
(orang/menit/meter) gradasi tekstur yang sesuai peruntukannya.
W = Lebar Jalur Pejalan Kaki.
2. Tinggi Kereb (Elevasi Uptrade)
Berdasarkan Pedoman teknik D. Penelitian Sejenis
tentang persyaratan aksesibilitas pada jalan Beberapa penelitian tentang jalur
umum, No.22/T/BM/1999 spesifikasi kereb pedestrian (pejalan kaki) telah dilakukan dan
menurut ketentuan diatas, terlihat tinggi menjadi bahan referensi sebagaimana pada
kereb cukup bervariasi dari 5 cm hingga 30 tabel diatas, namun yang sejenis dan hampir
cm, dalam penelitian ini akan diambil mirip dengan penelitian kali ini adalah :
standart kereb yang umumnya dipakai 1) Penelitian tesis dari Nika Lufanto (2012),
dengan tinggi 30 cm, akan tetapi tinggi dengan judul : Persepsi Pejalan Kaki
tersebut belum dikurangi dengan dalamnya Terhadap Tingkat Kenyamanan Jalur
kereb akan masuk kedalam tanah. Untuk itu Trotoar Di Jalan Raya Senenan dan Jalan
mengacu juga dari standar tinggi tangga Raya Tahunan Kecamatan Tahunan
menurut petunjuk perencanaan trotoar No. Kabupaten Jepara. Lokasinya berada di
007/T/BNKT/1990 yang dikeluarkan oleh jalan Arteri.
Dirjen Bina Marga yang dapat dilihat dari

14
2) Penelitian tesis dari Danoe Iswanto arteri dan sebagai pusat kota serta kawasan
(2006), dengan judul : Pengaruh elemen - jasa dan perdagangan.
elemen pelengkap jalur Pedestrian
terhadap kenyamanan pejalan kaki (Studi E. Landasan teori
kasus : penggal jalan pandanaran, Mengacu dari kajian pustaka yang
dimulai dari jalan Randusari hingga dibahas sebelumnya, maka landasan teori
kawasan Tugu Muda). Lokasinya juga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
fokus ke jalan arteri. 1. Faktor Keamanan dan Kenyamanan
3) Penelitian tesis dari Danoe Iswanto Trotoar
(2003), dengan judul : Mengkaji fungsi a. Faktor Keamanan, pejalan kaki
keamanan dan kenyamanan bagi pejalan membutuhkan keamanan yang
kaki di jalur pedestrian (trotoar) Jalan terlindung dari luka akibat jatuh di atas
Ngesrep Timur V Semarang. Lokasinya permukaan lantai trotoar atau sewaktu
juga di jalan Arteri. melangkah diatas kereb/cansten
4) Penelitian tesis dari Chaerul Muchtar (Elevasi uptrade). Faktor keamanan ini
(2010), dengan judul : Identifikasi diterjemahkan kedalam parameter :
tingkat kenyamanan pejalan kaki Studi 1) Tinggi Kereb/cansten pada trotoar,
kasus jalan Kedoya Raya - Arjuna tinggi yang diambil pada kisaran 15
Selatan. Lokasinya juga di jalan Arteri. 20 cm.
5) Penelitian tesis dari Rini Darmawati 2) Permukaan dan tekstur material
(2011), dengan judul : Eksplorasi faktor- penutup trotoar (licin atau tidak).
faktor yang berpengaruh terhadap
kenyamanan dan keamanan bagi pejalan Yang menjadi dasar teori
kaki di jalan Simanjuntak ditetapkannya tinggi kereb / kansten dan
Gondokusuman Yogyakarta. Lokasinya permukaan material penutup trotoar menjadi
juga dijalan Arteri. parameter keamanan sebagaimana yang
6) Penelitian tesis dari Rachmat Prijadi diungkapkan Hakim (2006) keamanan
(2014), dengan judul : Pengaruh merupakan masalah terpenting, karena ini
permukaan jalur pedestrian terhadap dapat mengganggu dan menghambat
kepuasan dan kenyamanan pejalan kaki aktivitas yang akan dilakukan. Keamanan
di pusat kota Manado. Lokasinya di bukan saja berarti dari segi kejahatan
pusat kota / kawasan perdagangan. (kriminal), tapi juga termasuk kekuatan
7) Penelitian tesis dari Ferdinand S.R.P. konstruksi, bentuk ruang dan kejelasan
Terok (2015), dengan judul : Persepsi fungsi, pernyataan tersebut diterjemahkan ke
masyarakat terhadap elemen street dalam keamanan yang dimaksud dalam
furniture pedestrian koridor Jln. Piere penelitian kali ini akan terfokus pada
Tendean. Lokasinya di jalan Arteri. keamanan gerak ketika berjalan diatas
Yang menjadi pembeda pada trotoar dalam hal ini ketika pejalan kaki
penelitian yang dilakukan ini meskipun berpindah dari jalan ke atas trotoar, yang
membahas jalur pedestrian yang berada di bermula ketika melangkah diatas
jalur jalan arteri dan pada kawasan jasa dan kereb/cansten apakah terlalu tinggi atatu
perdagangan namun fokusnya lebih kepada tidak sehingga pejalan kaki bisa aman
kondisi trotoar itu sendiri, yang mana melangkah dan tidak terjatuh. Demikian juga
dievaluasi apakah kondisi trotoar yang sudah ketika berjalan diatas trotoar apakah pejalan
ada sudah sesuai standar dan dengan kondisi kaki merasa aman dengan tidak terpeleset
tersebut dapatkah menghadirkan keamanan akibat material penutup lantainya yang licin
dan kenyamanan gerak bagi pejalan kaki. atau berlumut. Hal serupa juga di dukung
Metode yang sama juga seperti kajian pada oleh pernyataan Unterman (1984), bahwa
penelitian sejenis akan digunakan untuk faktor Keamanan adalah faktor utama bagi
penelitian ini seperti akan menggabungkan pengguna jalur pedestrian yang merasa aman
kualitatif dan kuantitatif. Hanya berbeda dengan adanya elemen-elemen pengaman
pada setting lokasi yang terdapat di dalam hal ini untuk melindungi pejalan kaki
Amurang Ibu Kota Kabupaten Minahasa dari berbagai permasalahan yang timbul di
Selatan, yang memiliki spesifikasi berbeda jalur pedestrian.
pada karakteristik, aktivitas dan Sedangkan parameter yang
lingkungannya, yaitu aktivitas yang terjadi ditetapkan dengan nilai 15-20 cm, sesuai
di jalur pedestrian (Trotoar) pada jalur jalan kajian dalam petunjuk perencanaan trotoar
Trans Sulawesi, yang merupakan jalur jalan No. 007/T/BNKT/1990 yang dikeluarkan
oleh Dirjen Bina Marga yang dapat dilihat

15
dari tabel 3 sebelumnya, tinggi anak tangga menjadi parameter utama juga agar pejalan
disyaratkan maksimum 15 cm dan tinggi kaki tidak berdesakan dan kapasitasnya bisa
kereb terpasang sesuai gambar 9 dan 10 memenuhi kebutuhan akan ruang trotoar.
sebelumnya adalah 25 cm dengan Untuk tinggi ruang bebas trotoar
kedalaman kereb yang masuk sekitar 5 cm, parameternya minimal 2,5 meter, ini diambil
maka diasumsikan tinggi kereb yang akan sesuai standart ruang bebas menurut
menjadi parameter dalam penelitian ini Petunjuk perencaan Trotoar No.
memilki tinggi pada kisaran 15 - 20 cm. 007/T/BNKT/ 1990). Hal tersebut
b. Kenyamanan, pejalan kaki juga didukung juga lewat pernyataan Salfira
membutuhkan kenyamanan ketika (1995), bahwa Jalur pejalan kaki atau
berjalan diatas trotoar sehingga bisa pedestrian merupakan ruang bebas untuk
memberikan kesempatan berkeliling orang-orang. Seperti juga jalan merupakan
menikmati perjalanan dimana dapat ruang bebas untuk kendaraan, menyatakan
meningkatkan gairah aktivitas mereka. pedestrian merupakan ruang koridor untuk
Faktor Kenyamanan ini diterjemahkan orang beristirahat, bergerak, berteduh,
kedalam parameter : penyegar yang pertamakali dirasakan bila
1) Lebar trotoar, lebar ini nantinya orang mulai melangkah keluar dari
akan didapatkan setelah dilakukan bangunan kantor atau bangunan lainnya.
perhitungan dan analisis jumlah Sedangkan untuk fasilitas diatas
pejalan kaki trotoar akan fokus pada mengacu dari Tata
2) Ruang bebas trotoar atau tinggi cara perencanaan Fasilitas pejalan kaki di
ruang bebas trotoar tidak kurang kawasan perkotaan No. 011/T/Bt/1995 yang
dari 2,5 meter. dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga maka
3) Fasilitas/street furniture diatas fasilitas street furniture perjalan kaki terdiri
trotoar (apakah memperlancar atas : Tiang lampu penerang, Tiang lampu
atau hanya menghambat dan lalu lintasm, Rambu lalu lintas, Keranjang
menghalangi). sampah, Tanaman peneduh dan Pot bunga.
Yang menjadi dasar teori Keberadaan dari fasilitas-fasilitas tersebut
ditetapkannya lebar trotoar, ruang bebas dalam penerapan pada desain trotoar apakah
trotoar dan fasilitas street furniture di atas baik dan memperlancar sirkulasi pejalan
trotoar menjadi parameter kenyamanan kaki ataukah hanya menghambat atau
sebagaimana menurut Unterman (1984), menjadi penghalang pejalan kaki di atas
unsur-unsur yang mempengaruhi trotoar.
kenyamanan (comfort) pada suatu pedestrian
salah satunya adalah Aksesibilitas berupa METODOLOGI
kemudahan yang dapat dicapai oleh orang
terhadap suatu objek ataupun lingkungan, A. Tempat dan Waktu penelitian
yang terdiri atas : peniadaan hambatan dan Lokasi penelitian masuk wilayah
halangan, lebar dan bebas, kawasan istirahat, administrasi Kecamatan Amurang tepatnya
kemiringan, Curb Ramps pada Trotoar dan Kelurahan Uwuran 1 dan Uwuran 2. Luas
permukaan tekstur trotoar. Dari 6 (enam) lokasi penelitian sebesar + 1 Ha dengan
unsur tersebut diambil unsur lebar dan bebas batas-batasnya sebagai berikut :
yang diterjemahkan ke parameter lebar Sebelah Utara : Pertokoan
trotoar dan ruang bebas trotoar, dan unsur Sebelah Selatan : Pertokoan
peniadaan hambatan dan halangan Sebelah Timur : Jalan Arteri / pertokoan
diterjemahkan kedalam parameter fasilitas Sebelah Barat : Jalan Arteri / pertokoan
street furniture di atas trotoar. Sedangkan
untuk kemiringan dana atau Curb Ramps,
tidak dijadikan parameter, karena sesuai
fokus dan batasan penelitian sebelumnya,
penelitian ini akan mengabaikan unsur
penyandang disabilitas.
Sebagaimana menurut Shirvani
(1985) kenyamanan adalah kondisi dimana
pejalan kaki harus memiliki jalur yang
mudah untuk dilalui terkait pula dengan
kapasitas dan kesesakan ruang pejalan kaki,
ini berarti lebar dari trotoar tersebut harus Gambar 1. Deliniasi Lokasi penelitian

16
B. Materi Penelitian diatas trotoar dalam hal ini ketika pejalan
Materi penelitian berupa Instrumen / kaki berada di atas trotoar, apakah pejalan
Alat yang digunakan. Instrumen dan alat kaki merasa lebarnya cukup atau terasa
yang digunakan dalam penelitian ini ialah : sempit. Kemudian ruang bebas trotoar yang
1. Peta lokasi penelitian didapat melalui dimaksud adalah apakah jarak atap ataupun
sofware Digital (Google Earth) pohon peneduh dari lantai trotoar sesuai
2. Meteran tukang dan roll, lihat standart yang ada atau malah terlalu pendek,
Gambar 10. hal ini dimaksudkan jika terlalu pendek
3. Kuisioner tertutup (closed ended tentunya akan kesan ruang akan terasa
question). sempit / sesak berdampak pada tidak
terwujudnya kenyamanan pejalan kaki
C. Rancangan Penelitian dalam memanfaatkan trotoar. Faktor
1. Metode yang digunakan kenyamanan yang diamati juga termasuk
Penelitian ini termasuk dalam fasilitas yang ada di atas trotoar apakah baik
penelitian evaluative dengan metode yang atau hanya menghambat/menghalangi gerak
diterapkan dalam penelitian ini adalah pejalan kaki.
kombinasi dari kedua metode yang ada,
dimana proses pengambilan data dan b. Data sekunder
identifikasi dilakukan secara observasi,
foto/dokumentasi lapangan, Diperoleh melalui instansi terkait
mendeskripsikan kawasan, dan penyebaran seperti dari Bappeda Kabupaten Minahasa
kuisioner. Data-data yang diperoleh Selatan. Data sekunder yang dibutuhkan
kemudian akan dianalisis dengan dalam penelitian ini berupa data statistik
menggunakan scoring, pembobotan dan lokasi penelitian serta data statistik lainnya.
prosentase. Adapun hal-hal lain yang masuk juga dalam
pengumpulan data sekunder yaitu Pemetaan
2. Data Primer dan Data Sekunder Kawasan. Melalui Peta kawasan (foto udara
kota Amurang) dapat diatur pembagian dan
a. Data primer deliniasi kawasan penelitian. Peralatan yang
dipergunakan dalam kegiatan ini ialah alat
Data primer untuk parameter gambar (sketsa) dan Software digital
keamanan adalah : pengolah data dalam hal ini menggunakan
1) Tinggi Kereb pada trotoar fasilitas sofware gratis google earth.
2) Permukaan dan tekstur material penutup
trotoar (licin dsb) D. Analisis Data
Data Primer untuk parameter
keamanan yang dimaksud dalam penelitian Terdapat 2 (dua) tahapan dalam
kali ini yaitu keamanan gerak ketika berjalan analisis data yaitu :
diatas trotoar dalam hal ini ketika pejalan 1) Analisis fisik (evaluasi / pengukuran)
kaki berpindah dari jalan ke atas trotoar, parameter keamanan dan kenyamanan
yang bermula ketika melangkah diatas kondisi trotoar.
kereb/cansten apakah terlalu tinggi atau Teknik analisis data metode kuantitatif
tidak sehingga pejalan kaki bisa aman dilakukan dengan menampilkan tabel,
melangkah dan tidak terjatuh. Demikian juga angka, prosentase serta menggunakan
ketika berjalan diatas trotoar apakah pejalan rumus untuk mendapatkan lebar ideal
kaki merasa aman dengan tidak terpeleset trotoar. Langkah pertama dalam tahapan
akibat material penutup lantainya yang licin ini adalah dengan melakukan analisis
atau berlumut. untuk mendapatkan lebar pedestrian, dan
selanjutnya analisi evaluative hasil
Data primer untuk parameter pengukuran.
kenyamanan :
1) Lebar trotoar Data yang didapatkan lewat pengukuran
2) Ruang bebas trotoar tersebut akan dianalisis menggunakan
3) Fasilitas/street furniture diatas trotoar pembobotan dan prosentase dengan
(apakah ada dan menghambat / memberikan skoring pada sejumlah
menghalangi atau tidak). variabel yang menjadi kriteria penelitian.
Skoring ditentukan dalam tabel dan
Data Primer untuk kenyamanan uraian berikut :
adalah kenyamanan gerak ketika berjalan

17
o Tabel 3. Parameter keamanan trotoar ditentukan sebelumnya terkait keamanan
objek yang diamati dan kenyamanan.
No Objek yang Aman Tidak Aman Langkah kedua data dimasukan dalam
diamati bentuk tabel yang dihitung menggunakan
1 Kereb / canstein Jika tingginya sesuai Jika tingginya tidak Microsoft excel untuk memberikan skor
standart, maka masuk sesuai standart (terlalu prosentase pada tiap-tiap jawaban dalam
dalam kategori aman dan tinggi atau rendah), maka kuesioner. Kemudian dianalisis sehingga
diberi bobot = 3 masuk dalam kategori terlihat dan terbaca maksud data tersebut
tidak aman dan diberi masing-masing sesuai kategori keamanan
bobot = 1 dan kenyamanan
2 Material Penutup Jika tidak licin dan Jika licin dan tidak
memakai material memakai material E. Pelaksanaan Penelitian
bertekstur, masuk dalam bertekstur, masuk dalam
kategori aman dan diberi kategori tidak aman dan 1. Pengambilan Sampel
bobot = 3 diberi bobot = 1
Adapun sampel-sampel yang diambil
secara bersamaan adalah sebagai berikut :
Dari tabel di atas dapat ditentukan b. Dimensi trotoar yang mencakup :
kategorisasi parameter keamanan sebagai tinggi kereb pada trotoar, lebar trotoar
berikut : dan ruang bebas trotoar. Ini dilakukan
Aman : Skor 6 dengan mencatat lebar, panjang, tinggi
Kurang Aman : Skor 4 - 5 kereb, tinggi ruang bebas trotoar
Tidak Aman : Skor 2 - 3 termasuk fasilitas yang ada di atas
trotoar.
Tabel 4. Parameter kenyamanan trotoar objek c. Observasi dan pengamatan yang
yang diamati mencakup : Aktifitas utama dalam
No Objek yang diamati Nyaman Tidak Nyaman
kawasan, permukaan dan tekstur
1 Lebar Jika lebarnya sesuai Jika lebarnya kurang dari
material penutup trotoar (licin dsb) dan
standart/hasil standart, maka masuk
fasilitas/street furniture diatas trotoar
perhitungan, maka masuk dalam kategori tidak (apakah ada dan menghambat /
dalam kategori nyaman nyaman dan diberi bobot menghalangi atau tidak).
dan diberi bobot = 3 =1 d. Penyebaran kuisioner
2 Ruang bebas trotoar Jika tingginya sesuai Jika tingginya kurang Untuk pengamatan, pengukuran
standart yang dari standart yang sekaligus penyebaran kuisioner hanya akan
disyaratkan, maka masuk disyaratkan, maka masuk disebarkan pada lokasi yang menjadi fokus
dalam kategori nyaman dalam kategori tidak penelitian yakni pada jalur jalan arteri /
dan diberi bobot = 3 nyaman dan diberi bobot Trans Sulawesi sebagai akses utama dalam
=1
kawasan.
3 Fasilitas/street Jika hasil kuisioner Jika fasilitas trotoar
2. Pengukuran dimensi trotoar dan
furniture diatas fasilitas trotoar tidak menjadi penghalang /
perhitungan jumlah pejalan kaki
trotoar (Hambatan menjadi penghalang / hambatan, maka masuk
dan Halangan) hambatan, maka masuk dalam kategori tidak
Pengukuran tinggi kereb, lebar trotoar
dalam kategori nyaman nyaman dan diberi bobot
dan tinggi ruang bebas trotoar menggunakan
dan diberi bobot = 3 =1
cara sederhana. Melalui alat meteran biasa
akan diukur lebar dan tinggi kereb yang ada
termasuk juga tinggi ruang bebas trotoar.
Berdasarkan tabel di atas dapat Adapun parameter-parameter yang diukur
ditentukan kategorisasi kenyamanan adalah : menggunakan alat ini adalah :
Nyaman : Skor 9 1) Tinggi Kereb pada trotoar
Kurang nyaman : Skor 6 8 2) Lebar trotoar
Tidak nyaman : Skor 3 - 5 3) Ruang bebas trotoar
Untuk mendapatkan volume pejalan
2) Persepsi masyarakat dengan kaki per menit per meter, dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis tabel mencatat jumlah pejalan kaki yang melintas
statistik deskriptif. di lokasi penelitian. Proses pencatatan
Langkah pertama data yang diperoleh, dilakukan pada jam 12.00 hingga jam 13.00
diolah dengan melakukan reduksi untuk siang (diambil peak hour), jumlah pejalan
memilih data-data yang benar-benar kaki yang melintas dirangkum setiap 15
dibutuhkan. Data tersebut kemudian menit selama 1 jam pengamatan, proses
dipilah berdasarkan parameter yang sudah pencatatan jumlah pejalan kaki
membutuhkan waktu selama 1 (satu) hari.

18
3. Observasi langsung / pengamatan di Tabel 5. Parameter keamanan Segmen trotoar
lapangan. bagian kiri
Penelitian ini menggunakan teknik
observasi partisipatif aktif dimana peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang di amati dan ikut melakukan
apa yang dilakukan narasumber. Dilakukan
dengan membuat kategorisasi /
pengelompokkan berdasarkan parameter
yang sudah ditentukan yaitu mana yang
masuk parameter keamanan dan mana yang
masuk parameter kenyamanan. Peralatan
yang dipergunakan dalam kegiatan ini ialah :
alat tulis.
Adapun parameter-parameter yang
diamati adalah : Berdasarkan tabel diatas terlihat
1) Karakteristik, fungsi dan peran kondisi trotoar pada segmen bagian kiri dari
kawasan parameter keamanan disimpulkan Kurang
2) Permukaan dan tekstur material Aman, karena dari dua parameter yang ada
penutup trotoar (licin dsb) pada permukaan dan tekstur material hasil
3) Fasilitas/street furniture diatas pengamatan licin mengakibatkan tidak
trotoar (apakah ada dan sesuai dengan standart aman yang
menghambat / menghalangi atau ditetapkan.
tidak).
Tabel 6. Parameter keamanan Segmen trotoar
4. Penyebaran kuisioner bagian kanan

Teknik pengambilan sampel dengan


probability sampling dimana tekniknya
melalui simple random sampling.
Sesuai dengan hasil pendataan jumlah
pejalan kaki yang ada di lokasi penelitian
yang lebih jelasnya dapat diihat pada bab
hasil dan pembahasan, diperoleh data jumlah
total pengunjung sebanyak 576 pejalan
kaki. Berdasarkan tabel Krecjie di bawah ini
terlihat angka 576 mendekati posisi 600,
maka jumlah sampel yang dapat mewakili
sebanyak 234 sampel pejalan kaki. Jumlah
sampel ini belum di bagi nantinya Berdasarkan hasil analisis tabel diatas
berdasarkan perwakilan responden yang terlihat kondisi trotoar pada segmen bagian
rutin lewat dengan responden yang baru kanan dari parameter keamanan disimpulkan
pertama kali datang atau jarang lewat di kurang Aman, karena dari dua parameter
lokasi penelitian. yang ada salah satunya yaitu tinggi kereb
tidak sesuai dengan standart aman yang
HASIL DAN PEMBAHASAN ditetapkan

A. Hasil Evaluasi Fisik Kondisi b. Parameter Kenyamanan


Trotoar Sebelum dilakukan analisis
terhadap parameter kenyamanan pada
a. Parameter Keamanan segmen trotoar baik kiri dan kanan yang ada
Hasil analisis terhadap parameter di lokasi penelitian, terlebih dahulu
keamanan dan kenyamanan pada segmen dilakukan analisis lebar ideal trotoar yang
trotoar baik kiri dan kanan yang ada di dapat dilihat pada tabel berikut :
lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut :

19
Tabel 7. Parameter kenyamananan Segmen Tabel 9. Persepsi terhadap parameter
trotoar bagian kiri keamanan di Segmen Kiri

Dari sisi kenyamanan pada trotoar Dari hasil kuisioner dalam tabel
di bagian kiri ini disimpulkan Tidak diatas untuk parameter keamanan,
nyaman, karena dari 3 (tiga) parameter yang ditemukan pada segmen bagian kiri
ada, 2 (dua) diantaranya yaitu lebar trotoar mayoritas responden yang Responden Rutin
dan keberadaan fasilitas street furniture Lewat menjawab tinggi kereb cukup
tidak sesuai dengan standart kenyamanan sebanyak 57% memilih bagian ini, dan
yang ditetapkan. Ini berarti belum tentu untuk parameter permukaan tekstur material
suatu desain sebuah trotoar itu akan terasa sebanyak 55% menjawab kurang baik.
nyaman juga bagi pejalan kaki meskipun Sedangkan untuk responden yang baru
dari parameter keamanan dimensi dan pertama kali datang menjawab tinggi kereb
ukurannya sudah masuk dan memenuhi juga cukup sebanyak 58% memilih bagian
standart yang disyaratkan. ini, dan untuk permukaan tekstur material
sebanyak 59% menjawab tidak baik dan
Tabel 8. Parameter kenyamananan Segmen licin.
bagian kanan
Tabel 10. Persepsi terhadap parameter
kenyamanan di Segmen Kiri

Sedangkan dari sisi kenyamanan pada


trotoar di bagian kanan ini disimpulkan tidak Sedangkan dari sisi parameter
nyaman, karena dari 3 (tiga) parameter yang kenyamanan untuk lebar trotoar menurut
ada, 2 (dua) diantaranya yaitu lebar trotoar persepsi yang Responden Rutin Lewat
dan keberadaan fasilitas street furniture sebanyak 49% responden menjawab kurang
tidak sesuai dengan standart kenyamanan lebar, sebanyak 51% memilih terasa luas
yang ditetapkan. untuk parameter ruang bebas trotoar dan
untuk keberadaan fasilitas street furniture
B. Hasil Persepsi Masyarakat sebanyak 43% menjawab menghambat.
terhadap kondisi Trotoar Senada juga dengan responden yang baru
pertama kali datang, sebanyak 58%
a. Persepsi terhadap Parameter keamanan responden menjawab kurang sekali,
dan kenyamananan pedestrian sebanyak 49% memilih terasa luas untuk
parameter ruang bebas trotoar dan untuk
Hasil persepsi dapat dilihat pada tabel keberadaan fasilitas street furniture
berikut ini : sebanyak 78% juga menjawab menghambat.

20
Tabel 11. Persepsi Pejalan kaki terhadap Tabel 13. Persepsi terhadap parameter
parameter keamanan dan kenyamanan di kenyamanan di Segmen Kanan
Segmen trotoar kiri

Secara keseluruhan untuk


kesimpulan responden terhadap parameter
keamanan segmen bagian kiri ini menurut
persepsi yang rutin datang disimpulkan
kurang aman, di mana sebanyak 77%
responden menjawab bagian ini, sedangkan
responden yang baru pertama kali datang Parameter kenyamanan di segmen
menjawab tidak aman, sebanyak 68% bagian kanan untuk lebar trotoar menurut
menjawab bagian ini. Untuk kesimpulan responden yang Responden Rutin Lewat
terhadap parameter kenyamanan segmen kiri sebanyak 54% responden menjawab kurang,
ini menurut responden yang rutin lewat untuk parameter ruang bebas trotoar
disimpulkan kurang nyaman, di mana sebanyak 59% memilih terasa luas dan untuk
sebanyak 64% responden menjawab bagian keberadaan fasilitas street furniture
ini dan menurut responden yang baru sebanyak 53% menjawab kurang fasilitas.
pertama kali datang malah menjawab tidak Sedangkan menurut responden yang baru
nyaman, sebanyak 49% menjawab bagian pertama kali datang atau jarang datang untuk
ini. lebar trotoar sebanyak 76% responden malah
menjawab kurang sekali, untuk parameter
Tabel 12. Persepsi terhadap parameter ruang bebas trotoar sebanyak 58% memilih
keamanan di Segmen Kanan terasa luas kemudian untuk keberadaan
fasilitas street furniture sebanyak 88%
menjawab kurang fasilitas juga.

Tabel 14. Persepsi pejalan kaki terhadap


parameter keamanan dan kenyamanan di
Segmen kanan

Dari hasil kuisioner dalam tabel


diatas untuk parameter keamanan,
ditemukan pada segmen kanan mayoritas
responden menjawab tinggi kereb kurang
tinggi sebanyak 59% memilih bagian ini,
dan untuk parameter permukaan tekstur Persepsi terhadap parameter
material sebanyak 55% menjawab baik. keamanan segmen trotoar bagian kanan ini
Menurut responden yang pertama kali menurut yang responden rutin lewat
datang tinggi kereb juga dijawab kurang disimpulkan kurang aman, di mana sebanyak
tinggi sebanyak 58% menjawab bagian ini 77% responden menjawab bagian ini dan
dan pada bagian permukaan material kesimpulan terhadap parameter kenyamanan
penutup sebanyak 59% responden juga segmen bagian kanan ini ialah kurang
menjawab baik. nyaman, di mana sebanyak 57% responden
menjawab bagian ini. Menurut responden
yang baru pertama kali datang, terhadap
parameter keamanan segmen trotoar bagian
kanan ini disimpulkan tidak aman, di mana

21
sebanyak 85% responden menjawab bagian permukaan jalan mengalami
ini kemudian kesimpulan terhadap parameter penambahan tebal aspal.
kenyamanan segmen kanan ini ialah tidak b. Permukaan dan tekstur material
nyaman, di mana sebanyak 56% responden penutup trotoar sebaiknya lebih
menjawab bagian ini. Dapat dilihat pada memperhatikan fungsi dari
tabel diatas. pedestrian bagi pejalan kaki dengan
fokus pada manfaat penggunaan
KESIMPULAN DAN SARAN material yang ada dibanding dengan
lebih mengkedepankan desain
A. Kesi mpulan pedestrian yang muluk-muluk,
1. Hasil evaluasi terhadap trotoar yang ada namun pada akhirnya tidak
di jalan arteri pusat kota Amurang pada memberikan rasa aman bagi pejalan
segmen bagian kiri berdasarkan kaki. Lebih baik semuanya dari
parameter keamanan dan kenyamanan bahan paving stone ataupun tegel
disimpulkan Kurang Aman dan Tidak anti slip yang lebih aman.
nyaman. Kemudian pada segmen bagian 2. Terhadap parameter kenyamanan :
kanan berdasarkan parameter keamanan a. Lebar trotoar sebaiknya minimal 2
dan kenyamanan disimpulkan kurang m karena apabila akan bertambah
Aman dan tidak nyaman juga. Sehingga dengan fasilitas diatasnya maka
secara khusus trotoar pada jalan arteri lebar efektifnya minimal sesuai
berdasarkan hasil evaluasi disimpulkan lebar ideal yang disyaratkan
kurang aman dan tidak nyaman, karena (melalui perhitungan).
ditemukan kondisinya ternyata tidak b. Ruang bebas trotoar juga sebaiknya
sesuai dengan standart yang disyaratkan. minimal 2,5 m apapun bentuk
2. Persepsi pejalan kaki terhadap kondisi penghalang dan penutup diatasnya
trotoar yang ada di jalan arteri pusat kota apakah lampu penerang, cabang
Amurang dalam penelitian ini pada pohon dan penutup atap/overstek
segmen bagian kiri menurut pejalan kaki sebaiknya diatur dan mengacu dari
yang rutin lewat dan yang baru pertama nilai tersebut.
kali datang disimpulkan kurang aman c. Keberadaan Fasilitas/street furniture
dan kurang nyaman dan bahkan diatas trotoar sebaiknya minimal
kesimpulannya akan mengarah ke tidak memuat pohon peneduh, lampu
nyaman jika hanya berdasarkan persepsi penerang, keranjang sampah, rambu
menurut responden yang baru pertama lalu lintas serta pot bunga, yang
kali datang. Bagi responden yang rutin mana keberadaan fasilitas-fasilitas
lewat mungkin sudah terbiasa dan dapat ini tidak selalu harus ada diatas
menyesuaikan dengan kondisi trotoar trotoar, namun dapat menyesuaikan
yang ada. Kemudian hal yang sama dengan kondisi dan kebutuhan dari
belaku juga pada segmen trotoar jalan jalur pedestrian yang ada.
arteri bagian kanan hasil persepsi juga
ditemukan kurang aman dan tidak
nyaman. Berdasarkan temuan tersebut Daftar Pustaka
dapat disimpulkan trotoar di jalan arteri
pada lokasi penelitian baik segmen Hakim, R, 2006, Rancangan Visual
bagian kiri dan bagian kanan ini Landsekap Jalan panduan estetika
berdasarkan hasil persepsi adalah kurang dinding penghalang kebisingan,
aman dan tidak nyaman. Ini terlihat hasil PT.Bumi Aksara Jakarta.
evaluasi masih sejalan dengan persepsi Marcela, J., 2005. Arsitektur dan perilaku
masyarakat. manusia. PT. Grasindo, Jakarta
Maslow, A., 1968, Toward a Psychology of
B. Saran Being. Start Publishing LLC.
1. Terhadap parameter keamanan : Robbins, Stephen P., 2006. Perilaku
a. Tinggi Kereb / Elevasi Organisasi.Edisi kesepuluh.
Uptradesebaiknya nilai parameter Jakarta: PT.Indeks Kelompok
20 cm dapat dipertahankan sebagai Gramedia.
acuan dalam desain trotoar Rubenstein, Harvey M, 1987. Central City
dikemudian hari, sambil tetap juga Mall, a Wiley Intercience
mempertimbangkan solusi apabila Publication, New York

22
Rubenstein, Harvey M, 1992. Pedistrian
Malls Streetscapes,and Urban
Spaces, New York.
Salfira, A. 1995. Feel Of the Land Part Two
Urban Design Elements, A
point of view.
Shirvani, H, 1985. Urban Design Process.
Penerbit Vannostrand Reinhold
Company, New York.
Unterman, Richard, 1984. The Pedestrian
and The Bysiclist
Prijadi, Rachmat, 2014. Pengaruh Material
Penutup Pedestrian Terhadap
kenyamanan Gerak Pejalan Kaki di
Kawasan Wisata Pusat Kota
Manado. Thesis Magister
Arsitektur Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
Terok. F., 2015. Persepsi masyarakat
terhadap elemen street furniture
pedestrian koridor Jalan. Piere
Tendean. Thesis Magister
Arsitektur Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
Walgito. B., 2002. Psikologi Sosial. Andi Offset :
Yogyakarta
Peraturan :
Direktorat Jendral Bina Marga. No.
007/T/BNKT/1990. Petunjuk
Perencanaan Trotoar. Jakarta.
Keputusan Menteri Perhubungan No.KM.65
tahun 1993 tentang fasilitas
pendukung kegiatan lalu lintas dan
angkutan jalan. Jakarta.
Direktorat Jendral Bina Marga. No.
011/T/Bt/1995. Tata cara
perencanaan Fasilitas pejalan kaki
di kawasan perkotaan. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum.
No.22/T/BM/1999. Pedoman
Teknik Persyaratan Aksesibilitas
Pada Jalan Umum. Jakarta : PT.
Mediatama Saptakarya.
Direktorat Jendral Bina Marga
No.032/T/BM/1999. Pedoman
perencanaan jalur pejalan kaki
pada jalur jalan umum. Jakarta :
PT. Mediatama Saptakarya.

23

Anda mungkin juga menyukai