TUGAS
Oleh
Kharisma Mr 1618012008
Pembimbing
dr. Diah Astika Rini, Sp. A
1. Status epileptikus?
Status epileptikus (SE) merupakan keadaan emergensi medis berupa kejang (seizure)
persisten atau berulang yang dikaitkan dengan mortalitas tinggi dan kecacatan jangka
panjang. Lebih dari satu dekade lalu, Epilepsy Foundation of America (EFA)
atau adanya dua atau lebih kejang terpisah tanpa pemulihan kesadaran di antaranya.
KLASIFIKASI
Saat ini, ada beberapa versi pengklasifi kasian SE sebagai berikut (Treiman):
Subtle SE Subtle SE terdiri dari aktivitas kejang pada otak yang bertahan saat tidak ada
respons motorik. Terminologi ini dapat membingungkan, karena subtle SE seperti tipe
merupakan nonconvulsive, namun harus dibedakan dari NCSE lain. Subtle SE merupakan
Nonconvulsive SE NCSE dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu absence SE dan complex
partial SE. Perbedaan 2 tipe ini sangat penting dalam tatalaksana, etiologi, dan prognosis;
Simple Partial SE Secara definisi, simple partial SE terdiri dari kejang yang terlokalisasi
pada area korteks serebri dan tidak menyebabkan perubahan kesadaran. Berbeda dengan
convulsive SE, simple partial SE tidak dihubungkan dengan mortalitas dan morbiditas
yang tinggi.
ETIOLOGI
SE sering merupakan manifestasi akut dari penyakit infeksi sistem saraf pusat, stroke
akut, ensefalopati hipoksik, gangguan metabolik, dan kadar obat antiepilepsi dalam darah
yang rendah. Etiologi tidak jelas pada sekitar 20% kasus. Gangguan serebrovaskuler
penyebab tersering karena infeksi susunan saraf pusat. Etiologi SE sangat penting sebagai
TERAPI
Sampai saat ini belum ada konsensus baku penatalaksanaan SE berkaitan dengan
pemilihan obat dan dosis. Tidak ada obat yang ideal untuk tatalaksana SE. Banyak
penulis setuju bahwa lorazepam (0,1 mg/kgBB) atau diazepam (0,15 mg/kgBB) dapat
diberikan pada tahap awal, disusul fenitoin (15-20 mg/kgBB) atau fosfenitoin (18-20
mg/kgBB). Jika benzodiazepin dan fenitoin gagal, fenobarbital dapat diberikan dengan
anestesi umum, dapat digunakan agen seperti midazolam, propofol, atau pentobarbital.
4
Sumber: Abend NS, Duglas DJ. Treatment of refractory status epilepticus. Pediatric Neurol. 2008; 38(6): 377.
Sirven JI, Waterhouse E. Management of status epilepticus. Am Fam Physician 2003; 68(3): 469-76.
Roth Jl. Status epilepticus [Internet]. 2014 Apr 28 [cited 2014 Aug 1]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1164462-overview
Refleks adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan
Reflex patologis adalah Refleks yang ditemukan pada orang yang mengalami
Cara:
Gores dengan pelan telapak kaki bagian lateral mulai tumit sampai pangkal jari
1. Cara Chaddock : Goreskan ujung palu reflek pada kulit dorsum pedis bagian
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
5
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
3. Cara Oppenheim : mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior. Arah
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
5. Cara Gonda : memencet (menekan) satu jari kaki dan kemudian melepas-
kannya sekonyong-konyong.
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
Refleks Patologis
6
Cara:
Respon: fleksi jari telunjuk serta fleksi dan adduksi ibu jari Positif:
Makassar, 2004
tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok subarachnoid
spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal kedalam kanalis spinal terutama pada
kasus infeksi.
7
klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada:
Bila klinis yakin bukan meningitis, tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Indikasi
Mengambil bahan pemeriksaan CSS untuk diagnostic dan persiapan pemeriksaan pasien
Untuk mengidentifikasi adanya darah di CSF akibat trauma atau dicurigai adanya
perdarahan subarachnoid.
Kontraindikasi
meningitis.
2. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi
serebral
8
3. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulit
Persiapan alat
Troleey
Kassa steril
Kapas steril
Manometer spinal
Plester
Depper
Tempat sampah.
Persiapan pasien
1. Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke
abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi,
3. Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi meliputi
tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan hal-hal
yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal
tersebut
Prosedur
a. Preinteraksi
Cuci tangan.
b. Interaksi
tidur. Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi
(Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada
Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun
steril.
Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada
aliran cairan CSF putar jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat.
Bila cairan tetap tidak keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukkan
jarum lebih dalam. Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan periksa
untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar cairan.
perlahan-lahan.
satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla
spinalis maka tekanan tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat
12
ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.
tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan
(5) pigmen laktat, ammonia, pH, CO2, enzim dan substansi yang
(6) bakteri dan jamur (melalui kultur), antigen kriptokokus dan organism
( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila
( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi opolecement
(berkabut)
( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh
Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin
dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol
dalam air. caranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen
pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi apakah
ada kekeruhan.
Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien
dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.
c. Terminasi
kelurusan bekas jarum puncture dural dan arakhnoid di lapisan otak, untuk
post-prosedur.
tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit
kepala hilang.
d. Rapikan alat-alat
e. Cuci tangan
f. Dokumentasi
Komplikasi
1. Herniasi Tonsiler
2. Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
3. Sakit pinggang
4. Infeksi
5. Kista epidermoid intraspinal
6. Kerusakan diskus intervertebralis
Sumber: Arnold and Matthews. Lumbar puncsture and examination of cerebro soinal
fluid in diagnostic tes in neurology. 1st ed. USA. 1991:3-37 and Olson WH.
Neurodiagnostic procedures in handbook of symptom-oriented neurology. 2nd ed. USA :
Mosby, 1989: 15-28
4. Macam prognosis?
Quo ad Vitam : mengestimasi bahwa penyakit akan mengancam hidup pasien atau tidak
Quo ad Functionam : mengestimasi apakah pasien akan sembuh total atau tidak
15
Quo ad Sanationam : mengestimasi apakah penyakit akan menganggu fungsi hidup pasien
prognosis/
Campak adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus rubella (campak) dan merupakan
penyakit yang sangat menular yang biasanya menyerang anak anak. Penyakit ini ditandai
dengan batuk, korisa, demann dan ruam makulopapular yang timbui beberapa hari
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan karena pada usia 9 bulan imunitas bawaan
bayi yang diberikan ibu (igG) lewat transplacental mulai menurun. Pada anak yang telah
menderita campak tidak perlu diberikan imunisasi ulang karena tubuh telah membentuk
Imunisasi campak dilakukan pada usia 9 bulan karena sampai usia 6 bulan, bayi masih
mebawa kekebalan dalam hal ini berupa antibody igG yang ditransfer melalui
transplasental. Antibody bawaan ini kemudian menurun, hingga pada usia 9 bulan telah